• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Mediasi dalam Menangani Perkara Perceraian pada Pengadilan Agama Gedong Tataan

AGAMA GEDONG TATAAN

1. Pelaksanaan Mediasi dalam Menangani Perkara Perceraian pada Pengadilan Agama Gedong Tataan

Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator, yang diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan (untuk selanjutnya disebut PERMA Nomor 1 Tahun 2016). Mediator adalah hakim atau pihak lain (mediator non hakim) yang memiliki sertifikat mediator sebagai pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.11

Ajaran Islam memerintahkan agar penyelesaian setiap perselisihan yang terjadi di antara manusia dilaksanakan dengan jalan perdamaian (islah) agar tidak ada pihak yang merasa menang dan kalah dalam penyelesaian sengketa,12 ketentuan tersebut juga diatur dalam Pasal 3 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016 yang memiliki kekuatan mengikat dan daya paksa bagi para pihak yang berperkara di pengadilan, dimana setiap hakim, mediator, para pihak dan atau kuasa hukumnya wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi, karena apabila hakim pemeriksa perkara tidak memerintahkan para pihak untuk menempuh mediasi, maka hal tersebut telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai mediasi di pengadilan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (3) PERMA Nomor 1 Tahun 2016, yang menggambarkan bahwa penyelesaian sengketa melalui jalur damai (mediasi) menjadi suatu keharusan dalam penyelesaian sengketa perdata, dimana hakim diwajibkan memberikan penjelasan mengenai mediasi serta memberikan pilihan kepada para pihak mengenai ketentuan mediator yang ingin dipilih baik mediator hakim maupun mediator

11 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

12 Syahrizal Abbas, Mediasi: Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009), hlm. 159.

1. Pelaksanaan Mediasi dalam Menangani Perkara Perceraian pada Pengadilan Agama Gedong Tataan

Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator, yang diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan (untuk selanjutnya disebut PERMA Nomor 1 Tahun 2016). Mediator adalah hakim atau pihak lain (mediator non hakim) yang memiliki sertifikat mediator sebagai pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.11

Ajaran Islam memerintahkan agar penyelesaian setiap perselisihan yang terjadi di antara manusia dilaksanakan dengan jalan perdamaian (islah) agar tidak ada pihak yang merasa menang dan kalah dalam penyelesaian sengketa,12 ketentuan tersebut juga diatur dalam Pasal 3 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016 yang memiliki kekuatan mengikat dan daya paksa bagi para pihak yang berperkara di pengadilan, dimana setiap hakim, mediator, para pihak dan atau kuasa hukumnya wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi, karena apabila hakim pemeriksa perkara tidak memerintahkan para pihak untuk menempuh mediasi, maka hal tersebut telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai mediasi di pengadilan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (3) PERMA Nomor 1 Tahun 2016, yang menggambarkan bahwa penyelesaian sengketa melalui jalur damai (mediasi) menjadi suatu keharusan dalam penyelesaian sengketa perdata, dimana hakim diwajibkan memberikan penjelasan mengenai mediasi serta memberikan pilihan kepada para pihak mengenai ketentuan mediator yang ingin dipilih baik mediator hakim maupun mediator

11 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

12 Syahrizal Abbas, Mediasi: Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009), hlm. 159.

non hakim yang terdaftar di pengadilan tersebut. Pelaksanaan mediasi tentunya dilakukan dengan beberapa tahapan, tahapan pelaksanaan mediasi berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2016 adalah:13

a. Tahap Pra Mediasi

Tahap pra mediasi adalah tahap awal dimana mediator menyusun sejumlah langkah dan persiapan sebelum mediasi dimulai.

Pada tahap ini, mediator melakukan beberapa langkah strategis yaitu membangun kepercayaan diri, menghubungi para pihak, menggali dan memberikan informasi awal mediasi, fokus pada masa depan, mengkoordinasikan para pihak yang bersengketa, mewaspadai perbedaan budaya, menentukan tujuan para pihak serta waktu dan tempat pertemuan, dan menciptakan situasi kondusif bagi kedua belah pihak.

b. Tahap Pelaksanaan Mediasi

Tahap pelaksanaan mediasi adalah tahap dimana para pihak yang bersengketa bertemu dan berunding dalam suatu forum. Para pihak wajib menyerahkan fotokopi dokumen yang memuat duduk perkara, fotokopi surat-surat yang diperlukan dan hal-hal lain yang terikat dengan sengketa kepada mediator dan para pihak. Pada tahap ini, terdapat beberapa langkah penting yaitu sambutan dan pendahuluan oleh mediator, selanjutnya para pihak memberikan presentasi dan pemaparan kondisi-kondisi faktual yang dialami para pihak. Apabila para pihak telah memberikan pemaparan, maka mediator dapat mengurutkan dan mengidentifikasi secara tepat permasalahan para pihak, untuk itu mediator memberi kesempatan kepada kedua belah pihak, pihak yang hadir untuk menyiapkan resume perkara baik secara lisan maupun tertulis. Pada hari dan tanggal yang ditentukan, penggugat menyampaikan resumenya, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian resume perkara dari tergugat atau kuasanya. Setelah menginventarisasi permasalahan dan alternatif penyelesaian yang disampaikan para pihak, mediator menawarkan kepada pihak tergugat berupa alternatif solusi yang diajukan penggugat dan sebaliknya, untuk dimintai pendapatnya.

13

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Mediator memberikan kesempatan kepada para pihak untuk merumuskan pendapat akhir atas perkara tersebut sebelum mengambil kesimpulan, apabila dalam hal tersebut tidak diperoleh kesepakatan, mediator menyatakan proses mediasi tidak berhasil.

Selanjutnya mediator melaporkan ketidakberhasilan mediasi tersebut kepada majelis hakim pada hari sidang yang telah ditentukan. Sedangkan dalam proses mediasi diperoleh kesepakatan, para pihak merumuskan kesepakatan tersebut secara tertulis dalam suatu surat kesepakatan dibantu oleh mediator.

Setelah surat kesepakatan tersebut disetujui dan ditanda tangani para pihak dan mediator, selanjutnya surat kesepakatan dilaporkan oleh para pihak kepada majelis hakim, dalam hal kesepakatan dilakukan oleh kuasa hukum maka para pihak (in person) harus ikut menandatangani kesepakatan tersebut sebagai tanda persetujuannya.

c. Tahap Implementasi Mediasi

Tahap ini merupakan tahap dimana para pihak menjalankan kesepakatan-kesepakatan yang telah mereka tuangkan bersama dalam suatu perjanjian tertulis yaitu kesepakatan perdamaian. Para pihak menjalankan hasil kesepakatan berdasarkan komitmen yang telah mereka tunjukkan selama masa mediasi. Pelaksanaan (implementasi) umumnya dijalankan oleh para pihak sendiri, tetapi pada beberapa kasus pelaksanaannya dibantu oleh pihak lain. Proses selanjutnya yaitu laporan mediasi. Mediator wajib menyusun laporan pelaksanaan mediasi, baik dalam hal mediasi berhasil yang diakhiri dengan perdamaian atau tidak berhasil. Laporan mediator sudah harus disampaikan melalui panitera sidang sebelum persidangan dimulai, apabila mediator dalam laporannya menyatakan bahwa mediasi tidak berhasil, maka laporan mediasi cukup ditanda tangani oleh mediator dan majelis hakim telah menentukan hari sidang berikutnya, maka persidangan dibuka kembali dengan acara biasa. Sedangkan dalam hal sidang berikutnya belum ditentukan, maka sidang dilanjutkan terlebih dahulu dengan memanggil para pihak dalam hal penetapan hari sidang baru.

Apabila para pihak dalam proses mediasi diwakili oleh kuasa hukum, maka laporan kesepakatan harus dilampiri pernyataan persetujuan

Mediator memberikan kesempatan kepada para pihak untuk merumuskan pendapat akhir atas perkara tersebut sebelum mengambil kesimpulan, apabila dalam hal tersebut tidak diperoleh kesepakatan, mediator menyatakan proses mediasi tidak berhasil.

Selanjutnya mediator melaporkan ketidakberhasilan mediasi tersebut kepada majelis hakim pada hari sidang yang telah ditentukan. Sedangkan dalam proses mediasi diperoleh kesepakatan, para pihak merumuskan kesepakatan tersebut secara tertulis dalam suatu surat kesepakatan dibantu oleh mediator.

Setelah surat kesepakatan tersebut disetujui dan ditanda tangani para pihak dan mediator, selanjutnya surat kesepakatan dilaporkan oleh para pihak kepada majelis hakim, dalam hal kesepakatan dilakukan oleh kuasa hukum maka para pihak (in person) harus ikut menandatangani kesepakatan tersebut sebagai tanda persetujuannya.

c. Tahap Implementasi Mediasi

Tahap ini merupakan tahap dimana para pihak menjalankan kesepakatan-kesepakatan yang telah mereka tuangkan bersama dalam suatu perjanjian tertulis yaitu kesepakatan perdamaian. Para pihak menjalankan hasil kesepakatan berdasarkan komitmen yang telah mereka tunjukkan selama masa mediasi. Pelaksanaan (implementasi) umumnya dijalankan oleh para pihak sendiri, tetapi pada beberapa kasus pelaksanaannya dibantu oleh pihak lain. Proses selanjutnya yaitu laporan mediasi. Mediator wajib menyusun laporan pelaksanaan mediasi, baik dalam hal mediasi berhasil yang diakhiri dengan perdamaian atau tidak berhasil. Laporan mediator sudah harus disampaikan melalui panitera sidang sebelum persidangan dimulai, apabila mediator dalam laporannya menyatakan bahwa mediasi tidak berhasil, maka laporan mediasi cukup ditanda tangani oleh mediator dan majelis hakim telah menentukan hari sidang berikutnya, maka persidangan dibuka kembali dengan acara biasa. Sedangkan dalam hal sidang berikutnya belum ditentukan, maka sidang dilanjutkan terlebih dahulu dengan memanggil para pihak dalam hal penetapan hari sidang baru.

Apabila para pihak dalam proses mediasi diwakili oleh kuasa hukum, maka laporan kesepakatan harus dilampiri pernyataan persetujuan

tertulis dari para pihak. Proses akhir merupakan sidang lanjutan laporan mediasi. Terdapat 2 (dua) komponen dalam sidang yaitu mediasi berhasil dan mediasi tidak berhasil. Apabila mediasi berhasil, maka kedua belah pihak harus melaksanakan amar dari hasil mediasinya, akan tetapi apabila mediasi tidak berhasil, maka akan dilanjutkan ke persidangan sampai ada putusan dari hakim.

Proses mediasi di Pengadilan Agama Gedong Tataan wajib melalui mediasi dalam menyelesaikan sengketa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016. Pada saat penetapan sidang pertama, hakim pemeriksa perkara wajib menjelaskan prosedur mediasi kepada para pihak sesuai dengan amanat Pasal 17 ayat (6) PERMA Nomor 1 Tahun 2016. Penjelasan di atas telah diatur dalam Pasal 17 ayat (7) PERMA Nomor 1 Tahun 2016.

Selanjutnya, hakim pemeriksa perkara menyerahkan formulir penjelasan mediasi kepada para pihak yang memuat pernyataan bahwa memperoleh penjelasan prosedur mediasi lengkap dari hakim pemeriksa perkara, memahami dengan baik prosedur mediasi, bersedia menempuh mediasi dengan itikad baik.

Selanjutnya, para pihak berhak memilih mediator yang tercatat dalam daftar mediator di pengadilan agama sesuai dengan ketentuan Pasal 19 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016 mengenai hak para pihak untuk memilih mediator, baik mediator hakim maupun mediator non hakim yang terdaftar pada Pengadilan Agama Gedong Tataan.

Mediator ditentukan pada hari itu juga, atau paling lama 2 (dua) hari berikutnya untuk berunding guna memilih mediator termasuk biaya yang akan timbul akibat penggunan mediator non hakim sesuai dengan Pasal 20 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016, dalam hal para pihak telah memilih mediator, ketua majelis hakim pemeriksa perkara kemudian menerbitkan penetapan yang memuat perintah untuk melakukan mediasi dan menunjuk mediator sesuai dengan Pasal 20 ayat (5) PERMA Nomor 1 Tahun 2016. Setelah perkara diserahkan oleh mediator, mediator menentukan hari dan tanggal pertemuan mediasi, maka proses mediasi dikatakan mulai berjalan. Para pihak wajib menghadiri secara langsung pertemuan mediasi dengan atau tanpa didampingi kuasa hukum sesuai dengan

ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016.

Pasal 5 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016 menyebutkan bahwa proses mediasi pada dasarnya bersifat tertutup, oleh karena itu mediasi diselenggarakan di ruang mediasi pengadilan. Mediator hakim dan pegawai dilarang menyelenggarakan mediasi di luar pengadilan, begitu pula dengan mediator non hakim yang terdaftar di pengadilan dan bukan pegawai pengadilan yang dipilih atau ditunjuk bersama-sama dalam satu perkara wajib menyelenggarakan mediasi bertempat di pengadilan, hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 11 ayat (3) PERMA Nomor 1 Tahun 2016. Tahapan pelaksanaan mediasi di lingkungan Pengadilan Agama Gedong Tataan yang pertama yaitu tahap pra mediasi, merupakan tahap awal dimana mediator menyusun sejumlah langkah dan persiapan sebelum mediasi dimulai. Hakim meminta para pihak untuk melaksanakan mediasi terlebih dahulu baik mediasi melalui mediator hakim maupun mediator non hakim yang terdaftar di Pengadilan Agama Gedong Tataan. Setelah perkara diserahkan oleh mediator, maka mediator yang ditunjuk mengadakan pertemuan dengan seluruh pihak untuk membahas peran mediator, prosedur, dan biaya apabila mediator berasal dari mediator non hakim.

Kedua, merupakan tahap pelaksanaan mediasi, pada saat mediasi mulai dilaksanakan, mediasi dilakukan secara bertahap yang dimulai dari presentasi para pihak, dimana mediator memberikan kesempatan kepada para pihak untuk memberikan alasan maupun kepentingan perkara yang mereka persoalkan. Apabila mediator sudah mengetahui alasan maupun kepentingan perkara dari kedua belah pihak, maka mediator mengajak keduanya untuk mencari solusi dan membantu para pihak untuk menyusun opsi. Jika ada kemajuan dari proses mediasi, maka mediator akan merangkum solusi hingga kesepakatan perdamaian.

Ketiga, merupakan tahap akhir implementasi mediasi, berupa kesepakatan perdamaian. Kesepakatan perdamaian menurut PERMA Nomor 1 Tahun 2016 yaitu kesepakatan hasil mediasi dalam bentuk dokumen yang memuat ketentuan penyelesaian sengketa yang ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Kesepakatan yang telah disepakati bersama tidak mengandung pihak ketiga,

ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016.

Pasal 5 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016 menyebutkan bahwa proses mediasi pada dasarnya bersifat tertutup, oleh karena itu mediasi diselenggarakan di ruang mediasi pengadilan. Mediator hakim dan pegawai dilarang menyelenggarakan mediasi di luar pengadilan, begitu pula dengan mediator non hakim yang terdaftar di pengadilan dan bukan pegawai pengadilan yang dipilih atau ditunjuk bersama-sama dalam satu perkara wajib menyelenggarakan mediasi bertempat di pengadilan, hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 11 ayat (3) PERMA Nomor 1 Tahun 2016. Tahapan pelaksanaan mediasi di lingkungan Pengadilan Agama Gedong Tataan yang pertama yaitu tahap pra mediasi, merupakan tahap awal dimana mediator menyusun sejumlah langkah dan persiapan sebelum mediasi dimulai. Hakim meminta para pihak untuk melaksanakan mediasi terlebih dahulu baik mediasi melalui mediator hakim maupun mediator non hakim yang terdaftar di Pengadilan Agama Gedong Tataan. Setelah perkara diserahkan oleh mediator, maka mediator yang ditunjuk mengadakan pertemuan dengan seluruh pihak untuk membahas peran mediator, prosedur, dan biaya apabila mediator berasal dari mediator non hakim.

Kedua, merupakan tahap pelaksanaan mediasi, pada saat mediasi mulai dilaksanakan, mediasi dilakukan secara bertahap yang dimulai dari presentasi para pihak, dimana mediator memberikan kesempatan kepada para pihak untuk memberikan alasan maupun kepentingan perkara yang mereka persoalkan. Apabila mediator sudah mengetahui alasan maupun kepentingan perkara dari kedua belah pihak, maka mediator mengajak keduanya untuk mencari solusi dan membantu para pihak untuk menyusun opsi. Jika ada kemajuan dari proses mediasi, maka mediator akan merangkum solusi hingga kesepakatan perdamaian.

Ketiga, merupakan tahap akhir implementasi mediasi, berupa kesepakatan perdamaian. Kesepakatan perdamaian menurut PERMA Nomor 1 Tahun 2016 yaitu kesepakatan hasil mediasi dalam bentuk dokumen yang memuat ketentuan penyelesaian sengketa yang ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Kesepakatan yang telah disepakati bersama tidak mengandung pihak ketiga,

kesepakatan tersebut tidak melanggar peraturan perundang- undangan, kesepakatan tersebut pula tidak melanggar kepentingan umum dan kesusilaan. Setelah kesepakatan tersebut disusun, kemudian ditandatangani oleh para pihak dan juga mediator.

Selanjutnya yaitu memperkuat perdamaian, dimana mediator memberikan pilihan kepada para pihak terkait hasil kesepakatan yang sudah ditandatangani ingin dikuatkan oleh majelis hakim atau tidak. Apabila ingin dikuatkan maka perkara dilaporkan melalui panitera untuk dibawa ke majelis hakim dengan pernyataan bahwa perdamaian dikatakan berhasil, yang kemudian dikuatkan oleh majelis hakim menjadi akta perdamaian (acta van dading). Akta perdamaian menurut PERMA Nomor 1 Tahun 2016 yaitu akta yang memuat isi naskah perdamaian dan putusan hakim yang menguatkan kesepakatan perdamaian. Apabila para pihak tidak ingin dikuatkan, maka gugatan akan dicabut atau tidak dilanjutkan.

Pada Pengadilan Agama Gedong Tataan, rata-rata proses mediasi dilakukan sebanyak 4 (empat) sampai 5 (lima) kali pertemuan. Sesuai dengan Pasal 17 ayat (3) PERMA Nomor 1 Tahun 2016, dalam hal kedua belah pihak atau salah satu pihak tidak hadir, maka mediasi ditunda untuk memanggil para pihak kembali. Apabila telah dipanggil dua kali berturut- turut tidak hadir, maka mediator menyatakan mediasi tidak berhasil.

Mediasi di Pengadilan Agama Gedong Tataan dilaksanakan dalam tempo 30 (tiga puluh) hari sejak mediator ditetapkan, hal tersebut sesuai dengan Pasal 3 ayat (6) PERMA Nomor 1 Tahun 2016, apabila dalam tempo 30 (tiga puluh) hari belum adanya kesepakatan dari para pihak ataupun para pihak meminta untuk melakukan mediasi kembali, maka mediasi bisa diperpanjang selama 30 (tiga puluh) hari ke depan yang artinya mediasi dilakukan selama 60 (enam puluh) hari, dan apabila selama 60 (enam puluh) hari mediasi tidak kunjung berhasil (laporan tidak berhasil) maka perkara masuk ke persidangan kembali, apabila dalam pemeriksaan berjalan para pihak meminta untuk mediasi kembali, maka mediasi bisa dilakukan yang disebut dengan mediasi sukarela.

Setelah memperkuat perdamaian, mediator wajib menyusun laporan pelaksanaan mediasi, baik dalam hal mediasi berhasil yang

diakhiri dengan perdamaian atau mediasi tidak berhasil sesuai dengan ketentuan Pasal 14 huruf (l) PERMA Nomor 1 Tahun 2016.

Laporan mediator sudah harus disampaikan melalui panitera sidang sebelum persidangan dimulai. Apabila mediator dalam laporannya menyatakan bahwa mediasi tidak berhasil dan majelis hakim telah menetukan hari sidang berikutnya, maka persidangan dibuka kembali dengan acara biasa. Dalam hal sidang berikutnya belum ditentukan, maka sidang dilanjutkan terlebih dahulu memanggil para pihak dengan penetapan hari sidang baru.14

Penulis menarik kesimpulan bahwa, pelaksanaan mediasi pada