• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalihan Hak dan Lisensi Rahasia Dagang

Dalam dokumen MONOGRAF DINAMIKA REFORMASI HUKUM DI INDONESIA (Halaman 161-167)

AKIBAT HUKUMNYA

2. Pengalihan Hak dan Lisensi Rahasia Dagang

Sebelum mengadakan perjanjian lisensi, kedua belah pihak terlebih dahulu harus mempertimbangkan dengan baik keuntungan dan kerugian mengadakan perjanjian lisensi. Penerima lisensi terlebih dahulu harus mempertimbangkan dan meneliti objek yang ditawarkan, serta kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi secara teknis dan finansial. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai pada perkembangan yang telah dicapai pemberi lisensi dan berapa biaya yang harus dikeluarkan seandainya penerima lisensi mengembangkan usaha sendiri. Perhitungan ini perlu digabungkan dengan kemungkinan harga pasar dan keuntungan

dan kerugian mengadakan perjanjian lisensi. Penerima lisensi terlebih dahulu harus mempertimbangkan dan meneliti objek yang ditawarkan, serta kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi secara teknis dan finansial. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai pada perkembangan yang telah dicapai pemberi lisensi dan berapa biaya yang harus dikeluarkan seandainya penerima lisensi mengembangkan usaha sendiri. Perhitungan ini perlu digabungkan dengan kemungkinan harga pasar dan keuntungan yang bisa didapat dari objek lisensi. Dengan demikian, akan terjawab seberapa besar keuntungan yang diperoleh dalam mengembangkan usaha sendiri atau mengadakan perjanjian lisensi.

Dengan mengadakan perjanjian lisensi, penerima lisensi tidak perlu melakukan suatu penelitian awal atas produk tersebut yang akan menghabiskan waktu. Artinya, dengan mengadakan perjanjian lisensi, penerima lisensi akan lebih menghemat waktu. Selain itu, lisensi juga memberi keuntungan dalam bentuk nama besar dan goodwill. Dalam hal ini penerima lisensi tidak memerlukan biaya yang besar untuk melakukan promosi atas kegiatan usaha yang dilakukan.

Bagi pemberi lisensi, selain mendapatkan imbalan yang berupa royalti, pemberian lisensi juga berguna bagi pengembangan usaha.

Dengan mengadakan perjanjian lisensi, maka pemilik rahasia dagang yang sekaligus bertindak sebagai pemberi lisensi, akan tetap mempunyai hak sebagai pemilik rahasia dagang.

2. Pengalihan Hak dan Lisensi Rahasia Dagang

Sebelum mengadakan perjanjian lisensi, kedua belah pihak terlebih dahulu harus mempertimbangkan dengan baik keuntungan dan kerugian mengadakan perjanjian lisensi. Penerima lisensi terlebih dahulu harus mempertimbangkan dan meneliti objek yang ditawarkan, serta kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi secara teknis dan finansial. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai pada perkembangan yang telah dicapai pemberi lisensi dan berapa biaya yang harus dikeluarkan seandainya penerima lisensi mengembangkan usaha sendiri. Perhitungan ini perlu digabungkan dengan kemungkinan harga pasar dan keuntungan

yang bisa didapat dari objek lisensi. Dengan demikian, akan terjawab seberapa besar keuntungan yang diperoleh dalam mengembangkan usaha sendiri atau mengadakan perjanjian lisensi.

Dengan Dari rumusan, definisi maupun pengertian, baik yang tersirat maupun yang tersurat, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya lisensi merupakan suatu bentuk perjanjian antara pemilik rahasia dagang atau pemegang hak sebagai pemberi lisensi dengan pihak lain sebagai penerima lisensi, maka ada baiknya jika diketahui makna dan pengertian perjanjian secara umum.

Perjanjian menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPdt, didefinisikan sebagai “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih lainnya”. Ketentuan ini dianggap kurang tepat, karena ada beberapa kelemahan, yaitu:3

1. Hanya menyangkut sepihak;

2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus;

3. Pengertian perjanjian terlalu luas;

4. Tanpa menyebut tujuan.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka rumusan pengertian perjanjian disempurnakan menjadi: “suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan di bidang harta kekayaan”.4 Definisi perjanjian ini jelas menunjukkan telah terjadi persetujuan (persepakatan) antara pihak yang satu (kreditor) dan pihak yang lain (debitor), untuk melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan (zakelijk) sebagai objek perjanjian. Objek perjanjian tersebut di bidang harta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang. Definisi perjanjian ini lebih jelas dan tegas, perjanjian perkawinan misalnya, tidak dapat dinilai dengan uang karena bukan hubungan mengenai suatu hal yang bersifat kebendaan, melainkan mengenai hal yang bersifat ke-orangan (persoonlijk) antara suami dan istri di bidang moral.

3

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (Citra Aditya Bakti, 2014), hlm.

289.

4 Ibid., hlm. 290.

Hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting yang merupakan kehendak para pihak dalam mencapai tujuan. Asas-asas tersebut antara lain:

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang dudah diatur atau yang belum diatur dalam undang-undang.

Kebebasan ini dibatasi tiga hal, yaituntidak dilarang undang- undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

2. Asas Pelengkap

Ketentuan undang-undang boleh tidak diikuti apabila para pihak menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari undang-undang. Bila perjanjian yang dibuat tidak mengaturnya maka berlakulah ketentuan undang-undang.

3. Asas Konsensual

Perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat antara para pihak. Galam perjanjian tertulis, pada saat di tandatanganinya naskah perjanjian tersebut.

4. Asas Obligator

Perjanjian yang dibuat baru menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik.

Perjanjian yang sah adalah perjanjian yang memenuhi syarat- syarat yang ditetapkan oleh undang-undang. Pasal 1320 KUHPdt menentukan syarat-syarat sah perjanjian adalah:

1. Ada persetujuan kehendak antara para pihak yang membuat perjanjian (konsensus);

2. Ada kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian (capacity);

3. Ada suatu hal tertentu (objek);

4. Ada suatu sebab yang halal (kausa halal).

Perjanjian yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut tidak akan diakui oleh hukum, walaupun diakui oleh para pihak yang membuatnya. Selama para pihat mengakui dan mematuhi perjanjian yang dibuat, meskipun tidak memenuhi syarat-syarat perjanjian berlaku antara para pihak. Apabila salah satu pihak ada yang tidak mengakuinya, sehingga menimbulkan sengketa, maka hakim akan

Hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting yang merupakan kehendak para pihak dalam mencapai tujuan. Asas-asas tersebut antara lain:

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang dudah diatur atau yang belum diatur dalam undang-undang.

Kebebasan ini dibatasi tiga hal, yaituntidak dilarang undang- undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

2. Asas Pelengkap

Ketentuan undang-undang boleh tidak diikuti apabila para pihak menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari undang-undang. Bila perjanjian yang dibuat tidak mengaturnya maka berlakulah ketentuan undang-undang.

3. Asas Konsensual

Perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat antara para pihak. Galam perjanjian tertulis, pada saat di tandatanganinya naskah perjanjian tersebut.

4. Asas Obligator

Perjanjian yang dibuat baru menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik.

Perjanjian yang sah adalah perjanjian yang memenuhi syarat- syarat yang ditetapkan oleh undang-undang. Pasal 1320 KUHPdt menentukan syarat-syarat sah perjanjian adalah:

1. Ada persetujuan kehendak antara para pihak yang membuat perjanjian (konsensus);

2. Ada kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian (capacity);

3. Ada suatu hal tertentu (objek);

4. Ada suatu sebab yang halal (kausa halal).

Perjanjian yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut tidak akan diakui oleh hukum, walaupun diakui oleh para pihak yang membuatnya. Selama para pihat mengakui dan mematuhi perjanjian yang dibuat, meskipun tidak memenuhi syarat-syarat perjanjian berlaku antara para pihak. Apabila salah satu pihak ada yang tidak mengakuinya, sehingga menimbulkan sengketa, maka hakim akan

membatalkan atau menyatakan perjanjian itu batal karena tidak memenuhi syarat sah perjanjian.

Pasal 1338 KUHPdt, menentukan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang cukup menurut undang- undang dan harus dilakukan dengan itikad baik.

Dalam perkembangan perjanjian yang dilakukan oleh para pelaku usaha, muncul trend perjanjian yang terjadi antara kedua belah pihak dengan salah satu pihak diantaranya telah membuat suatu perjanjian yang tercetak dengan klausula-klausula yang telah baku atau standar, dan pihak yang lain hanya menerima persyaratan yang diajukan. Model perjanjian ini dikenal dengan nama Perjanjian Baku.

Hak atas rahasia dagang termasuk sebagai benda bergerak tak berwujud (intangible moveable goods) dan sebagai benda, rahasia dagang dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain. Salah satu bentuk pengalihan hak rahasia dagang adalah melalui lisensi, yaitu bentuk pengalihan hak rahasia dagang yang berupa pemberian ijin oleh pemilik rahasia dagang yang bertindak sebagai pemberi lisensi kepada pemenima lisensi untuk menggunakan rahasia dagang yang dimilikinya dalam menjalankan kegiatan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Hak atas rahasia dagang tidak dapat dialihkan secara lisan, dengan kata lain pengalihan hak rahasia dagang harus disertai dengan dokumen pengalihan hak, kecuali pengalihan hak rahasia dagang yang terjadi karena proses pewarisan. Pengalihan karena pewarisan ini terjadi berdasarkan ketentuan undang-undang, artinya tanpa disertai dokumen pengalihan, rahasia dagang tetap beralih kepada ahli warisnya. Pemilik rahasia dagang yang telah meninggal dunia tidak mungkin membuat dokumen pengalihan. Salah satu hak pemilik dan/atau pemegang hak rahasia dagang adalah dapat memberikan lisensi kepada pihak lain. Perjanjian lisensi diadakan untuk melaksanakan perbuatan menggunakan rahasia dagang untuk kepentingan yang bersifat komersial, mempunyai sifat dagang, atau digunakan untuk melakukan kegiatan usaha

untuk meningkatkan pendapatan, dengan memperoleh imbalan berupa royalti.

Pasal 1 ayat (5) UURD memberikan pengertian lisensi sebagai ijin yang diberikan oleh pemegang hak rahasia dagang kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. Berdasarkan ketentuan pasal ini, pengertian lisensi memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Izin

Izin merupakan pernyataan untuk membolehkan melakukan sesuatu, dalam hal ini menggunakan rahasia dagang yang dimiliki oleh pemilik dan/atau pemegang hak.

2. Pemegang hak rahasia dagang

Pemegang hak rahasia dagang yaitu orang dan/atau perusahaan yang berhak untuk mengalihkan rahasia dagang, baik secara lisensi maupun non-lisensi.

3. Pihak lain

Pihak lain adalah orang dan/atau perusahaan yang memenuhi syarat- syarat tertentu untuk menggunakan rahasia dagang.

4. Melalui Perjanjian

Perjanjian lisensi tidak dapat dilakukan secara lisan, tetapi harus tertulis dengan akta, baik secara otentik maupun tidak otentik antara pihak pemberi lisensi dan penerima lisensi. Akta otentik merupakan perjanjian yang dibuat di hadapan notaris, sedangkan akta tidak otentik adalah perjanjian yang dibuat tidak di hadapan notaris.

5. Berdasarkan pemberian hak (tidak bersifat pengalihan hak)

Perjanjian lisensi merupakan perjanjian yang berdasarkan pemberian hak (tidak bersifat pengalihan hak rahasia dagang), artinya merupakan pemberian ijin pemanfaatan atau penggunaan rahasia dagang yang dimiliki oleh pemilik rahasia dagang kepada penerima lisensi dengan imbalan berupa royalty. Jadi bukan hak rahasia dagang yang dialihkan, tetapi merupakan pemberian hak untuk menggunakan rahasia dagang.

untuk meningkatkan pendapatan, dengan memperoleh imbalan berupa royalti.

Pasal 1 ayat (5) UURD memberikan pengertian lisensi sebagai ijin yang diberikan oleh pemegang hak rahasia dagang kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. Berdasarkan ketentuan pasal ini, pengertian lisensi memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Izin

Izin merupakan pernyataan untuk membolehkan melakukan sesuatu, dalam hal ini menggunakan rahasia dagang yang dimiliki oleh pemilik dan/atau pemegang hak.

2. Pemegang hak rahasia dagang

Pemegang hak rahasia dagang yaitu orang dan/atau perusahaan yang berhak untuk mengalihkan rahasia dagang, baik secara lisensi maupun non-lisensi.

3. Pihak lain

Pihak lain adalah orang dan/atau perusahaan yang memenuhi syarat- syarat tertentu untuk menggunakan rahasia dagang.

4. Melalui Perjanjian

Perjanjian lisensi tidak dapat dilakukan secara lisan, tetapi harus tertulis dengan akta, baik secara otentik maupun tidak otentik antara pihak pemberi lisensi dan penerima lisensi. Akta otentik merupakan perjanjian yang dibuat di hadapan notaris, sedangkan akta tidak otentik adalah perjanjian yang dibuat tidak di hadapan notaris.

5. Berdasarkan pemberian hak (tidak bersifat pengalihan hak)

Perjanjian lisensi merupakan perjanjian yang berdasarkan pemberian hak (tidak bersifat pengalihan hak rahasia dagang), artinya merupakan pemberian ijin pemanfaatan atau penggunaan rahasia dagang yang dimiliki oleh pemilik rahasia dagang kepada penerima lisensi dengan imbalan berupa royalty. Jadi bukan hak rahasia dagang yang dialihkan, tetapi merupakan pemberian hak untuk menggunakan rahasia dagang.

6. Menikmati manfaat ekonomi

Menikmati manfaat ekonomi, artinya dengan diberikannya lisensi, penerima lisensi dapat menggunakan rahasia dagang untuk menjalankan kegiatan usaha untuk memperoleh keuntungan.

7. Jangka waktu dan syarat tertentu

Penggunaan rahasia dagang dibatasi oleh waktu, dan untuk melakukan pengalihan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

Pihak-pihak yang berhubungan dengan tindakan pemberian lisensi adalah pemberi lisensi (licensor) dan penerima lisensi (licencee). Pemberi lisensi adalah pemilik rahasia dagang yaitu penemu atau originator dari informasi-informasi yang dirahasiakan tersebut, yang disebut dengan rahasia dagang. Sebagai pemilik atas HKI tersebut, ia bebas memberikan lisensi kepada pihak yang ia kehendaki dan dengan menyertakan persyaratan tertentu kepada penerima lisensi. Pemegang hak rahasia dagang adalah pemilik rahasia dagang dan pihak-pihak yang memperoleh hak lebih lanjut dari pemilik rahasia dagang. Sedangkan penerima lisensi adalah pihak yang menerima lisensi atas HKI dari pihak pemberi lisensi untuk dipergunakan sesuai persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati bersama.5

Pasal 5 ayat (3) UURD menentukan bahwa dokumen pengalihan ini dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 5 ayat (3) UURD menentukan bahwa pencatatan ini hanyalah mengenai hal-hal yang bersifat administratif dari dokumen pengalihan hak. Pasal 5 ayat (4) UURD menentukan apabila pengalihan hak tidak dicatatkan, pengalihan ini tidak memiliki akibat hukum bagi pihak ketiga. Pasal 5 ayat (5) UURD menentukan bahwa pengalihan hak rahasia dagang yang dicatatkan pada Direktorat Jengeral Hak Kekayaan Intelektual, diumumkan dalam Berita Resmi Rahasia Dagang. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 5 ayat (5) UURD menentukan bahwa hal-hal yang diumumkan hanyalah mengenai data yang bersifat administratif dan tidak mencakup substansi dari pengalihan rahasia dagang.

5 Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis Rahasia Dagang (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), hlm.85

Dalam dokumen MONOGRAF DINAMIKA REFORMASI HUKUM DI INDONESIA (Halaman 161-167)