• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan

Dalam dokumen KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR′AN (Halaman 36-41)

ETIKA KEDOKTERAN

C. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan

Etik dan hukum memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengatur ketertiban dan ketentraman pergaulan dalam masyarakat. Namun pengertian etik dan hukum berbeda. Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti “yang baik, yang layak”. Ini merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Dan yang dimaksud dengan pekerjaan profesi (profesio berarti pengakuan) antara lain pekerjaan dokter, dokter gigi, apoteker, sarjana kesehatan masyarakat, sarjana keperawatan, wartawan, hakim, pengacara, dan akuntan. Etik profesi yang tertua adalah etik kedokteran, yang merupakan prinsip-prinsip moral atau asas-asas akhlak yang harus diterapkan oleh para dokter dalam hubungannya dengan pasien, teman sejawat dan masyarakat.

Pekerjaan profesi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional.

2. Pekerjaannya berlandaskan etik profesi.

3. Mengutamakan panggilan kemanusiaan dari pada keuntungan.

4. Pekerjaannya legal melalui perizinan.

5. Anggota-anggotanya belajar sepanjang hayat.

6. Anggota-anggotanya bergabung dalam suatu organisasi profesi.

Landasan etik kedokteran adalah:

1. Sumpah Hippokrates (460-377 SM).

2. Deklarasi Geneva (1948).

3. International Code of Medical Ethics (1960).

4. Lafal Sumpah Dokter Indonesia (1960).

5. Kode Etik Kedokteran Indonesia (1983).

6. Pernyataan-pernyataan (Deklarasi) Ikatan Dokter sedunia (Word Medical Association, WMA), antara lain:

a. Deklarasi Geneva (1948) tentang Lafal Sumpah Dokter.

b. Deklarasi Helsinki (1964) tentang Riset Klinik.

c. Dekalarasi Sydney (1968) tentang Saat Kematian.

d. Deklarasi Oslo (1970) tentang Pengguguran Kandungan atas Indikasi Medik.

e. Deklarasi Tokyo (1975) tentang Penyiksaan.

Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan untuk mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat. Hukum perdata mengatur subjek dan antar subjek dalam hubungan inter-relasi (kedudukannya sederajat).

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) berasal dari Burgelijk Wetboek (BW) zaman Belanda yang mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 30 April 1887. Hukum pidana adalah peraturan mengenai hukuman. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) berasal dari Wetboek van Starrecht zaman Belanda dan mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1

Etika Kedokteran 17

Januari 1918. Dalam masalah pidana, kedudukan penguasa/pemerintah adalah lebih tinggi.

Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpu- nan Hukum Kesehatan Indonesia (PRHUKI) adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan, maupun dari pihak penyelenggara pelayan kesehatan dalam segala aspeknya; organisasi, sarana, pedoman, standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum Kedokteran yang merupakan bagian dari Hukum Kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan/pelayanan kedokteran (medical care/service).

Hukum kesehatan merupakan bidang hukum yang masih muda. Perkembangannya dimulai pada waktu World Congress on Medical Law di Belgia pada tahun 1967. Perkembangan selanjutnya melalui World Congress of The Association for Medical Law yang diadakan secara periodik hingga saat ini. Di Indonesia perkembangan Hukum Kesehatan dimulai dari terbentuknya Kelompok Studi untuk Hukum Kedokteran FK- UI/R.S. Cipto Mangunkusumo di Jakarta pada tahun 1982.

Perhimpunan untuk Hukum Kedokteran Indonesia (PEHUKI) terbentuk di Jakarta pada tahun 1983 dan berubah menjadi Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) pada kongres I PERHUKI di Jakarta pada tahun 1987. PERHUKI Wilayah Sumatera Utara terbentuk pada tanggal 14 April 1986 di Medan.

Hukum Kesehatan mencakup komponen-komponen hukum bidang kesehatan yang bersinggungan satu sama lain, yaitu Hukum Kedokteran, Kedokteran Gigi, Hukum Perawa-tan, Hukum Farmasi Klinik, Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan Lingkungan dan sebagainya. (Konas PERHUKI, 1993)

Persamaan etik dan hukum adalah:

1. Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat.

2. Sebagai objek adalah tingkah laku manusia.

3. Mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat agar tidak saling merugikan.

4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi.

5. Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan penga- laman para anggota senior.

Perbedaan etik dan hukum adalah:

1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi. Hukum berlaku untuk umum.

2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi.

Hukum disusun oleh badan pemerintahan.

3. Etik tidak seharusnya tertulis. Hukum tercantum secara terinci dalam kitab undang-undang dan lembaran/berita negara.

4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan. Sanksi terhadap pelanggaran hukum berupa tuntutan.

5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), yang dibentuk oleh Ikatan dokter Indonesia (IDI) dan kalau perlu diteruskan kepada Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etika Kedokteran (P3EK)

Etika Kedokteran 19

yang dibentuk oleh Departemen Kesehatan (DEPKES).

Sedangkan pelanggaran hukum diselesaikan melalui pengadilan.

6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etik meru- pakan seperangkat perilaku yang benar atau norma-norma dalam suatu profesi. Etika kedokteran adalah pengetahuan tentang perilaku profesional para dokter dan dokter gigi dalam menjalankan pekerjaannya, sebagaimana tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik masing-masing, yang telah disusun oleh organisasi profesinya bersama pemerintah.

Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan. Hukum kesehatan adalah peratur- an perundang-undangan yang menyangkut pelayanan kese- hatan.

Pelanggaran etik kedokteran tidak selalu berarti pe- langgaran hukum, begitu pula sebaliknya pelanggaran hukum belum tentu berarti pelanggaran etik kedokteran. Pelanggaran etik kedokteran diproses melalui MKEK-IDI dan kalau perlu diteruskan ke P3EK-DEPKES, sedangkan pelanggaran hukum diselesaikan melalui pengadilan.

D. Kasus Kesehatan yang Berkaitan dengan Kode Etik Dokter 1. Gawat Darurat; membahayakan jiwa, membahayakan

keamanan, perlidungan legal aspek.

2. Transplantasi Organ; pertimbangan kemanusiaan, jiwa dan perdagangan organ.

3. Amputasi Organ; invaliditas seumur hidup, perizinan dan kesehatan atau umur penderitan (D.M).

4. Euthanasia; faktor moralitas, ekonomi, hukuman mati dan legal aspek.

5. Keguguran; medis, penyelamatan jiwa (medical abortion), sosial, ekonomi, kosmetika, illegal abortion, agama; haid tidak teratur.

6. Keluarga berencana; alat kontrasepsi, cara-cara kontra- sepsi dan prostitusi.

7. Tanggung jawab sosial; illegal marriage, one parent family.

8. Kosmetik; operasi, non operasi, seksual aspek dan ganti kelamin

Kasus-kasus di atas tidak sebatas itu saja tetapi akan ber- kembang sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, hukumnya harus merujuk kepada para pakar fikih untuk menentukan boleh tidaknya hal-hal tersebut di atas. Untuk itu, para pakar fikih dituntut dapat mengikuti perkembangan teknologi kedokteran, manfaat dan mudaratnya, yang pada gilirannya berdasarkan pertimbangan dampak positif dan negatifnya akan menetapkan hukum suatu kasus medis yang terjadi di masyarakat.

Dalam dokumen KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR′AN (Halaman 36-41)