• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istilah Bayi/Anak dalam Al-Qur΄an

Dalam dokumen KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR′AN (Halaman 185-193)

PERTUMBUHAN BAYI

A. Istilah Bayi/Anak dalam Al-Qur΄an

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan bayi sebagai anak yang belum lama lahir. Tentu ini pengertian yang masih sangat global, karena tidak memberi batasan berapa lama

Pertumbuhan Bayi 137

seorang anak masih dapat disebut sebagai bayi. Sehingga di halaman lain kamus yang sama ketika mengartikan anak salah satu pengertiannya adalah manusia yang masih kecil. Maka sebelum fokus pada hal seputar bayi, maka akan lebih baik kalau juga menelusuri penjelasan Al-Qur΄an seputar masalah anak.

Ada beberapa istilah yang digunakan Al-Qur΄an untuk menyebut anak di antaranya adalah; sabiyy, gulam, walad, zurriyyah dan banun.

1. Sabiyy

Kata sabiyy terambil dari akar kata yang terdiri atas tiga huruf, yaitu sad, ba´ , dan huruf ‘illah. Akar kata tersebut menurut Ibnu Faris mengandung tiga makna pokok.

Pertama, menunjuk kepada makna usia muda (anak).

Kedua, menunjuk kepada jenis angin, yaitu angin yang bertiup ke arah kiblat. Ketiga, menunjuk kepada arti condong, seperti perasaan yang condong kepada sesuatu atau mengarahkan sesuatu kepada sebuah sasaran.

Dalam kamus a Dictionary of Modern Written Arabic diartikan dengan boy, youth yang keduanya mengandung arti anak-anak. Dalam beberapa kamus tidak dijelaskan batasan usia seorang anak disebut sabiyy. Yang pasti semua mengacu kepada usia anak-anak.

Term sabiyy dalam Al-Qur΄an terulang sebanyak dua kali;

dalam Surah Maryam/19: 12:

"Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh." Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak.

(Maryam/19: 12)

Ayat tersebut tidak menyebutkan berapa usia Nabi Yahya, yang dikatakan sebagai kanak-kanak. Para mufassir – sepanjang yang kami baca— nampaknya tidak fokus dengan batasan usia. Wahbah az-Zuhaili misalnya, mengomentari ayat tersebut dengan menyatakan;

“Setelah Yahya dilahirkan dan menginjak umur untuk diberikan wahyu, diserulah dia; ‘Hai Yahya ambillah Taurat itu dengan sungguh-sungguh’. Dan Kami berikan kepadanya kemampuan untuk memahami rahasia- rahasia Taurat saat masih kanak-kanak sebelum menginjak umur dewasa”.

Keterangan dalam ayat lain dapat membantu untuk menjelaskan tentang term sabiyy, seperti yang terdapat dalam Surah Maryam/19: 29

Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (Maryam/19: 29)

Ungkapan fil-mahdi (masih dalam ayunan) memberi isyarat bahwa Nabi Isa saat itu masih bayi.

Pertumbuhan Bayi 139

2. Gulam

Dari segi bahasa kata gulam dapat diartikan sebagai anak laki-laki dalam usia remaja, atau ada juga yang mengartikan anak laki-laki sejak lahir sampai dewasa.

Quraish Shihab memberikan komentar bahwa kita tidak mempunyai rujukan yang pasti tentang hal ini, yaitu berapa batasan umur gulam itu.

Term gulam dan kata yang seakar dalam Al-Qur΄an diulang sebanyak 13 kali. Secara garis besar pengertian gulam dalam Al-Qur΄an (sekali lagi ini didasarkan kepada kesan dari ayat-ayat bukan dari dalil yang pasti) dapat dikelompokkan menjadi tiga;

Pertama, usia bayi; hal ini dijelaskan dalam Surah Maryam/19: 8:

Dia (Zakaria) berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?" (Maryam/19: 8)

Ungkapan yang sama diulang dalam ayat 20:

Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” (Maryam/19: 20)

Kedua, Seorang anak yang tahap perkembangannya belum mencapai usia remaja, mungkin masih usia antara 5–8 tahun. Di antara ayat yang menerangkan hal ini antara lain dalam Surah al-Kahf/18: 74 dan 82. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa ketika Nabi Musa berjalan dengan seorang hamba Allah subhanahu wa ta‘alamereka bertemu dengan seorang gulam, kemudian hamba Allah subhanahu wa ta‘ala tadi membunuh gulam tersebut. Di ayat 82 hamba Allah subhanahu wa ta‘alatersebut mem- bangun tembok yang hampir roboh milik dua orang gulam.

Ketiga, anak laki-laki yang mencapai usia remaja, isyarat ini dapat ditemukan dalam Surah Yusuf/12: 19 di mana dinyatakan:

Dan datanglah sekelompok musafir, mereka menyuruh seorang pengambil air. Lalu dia menurunkan timbanya.

Dia berkata, "Oh, senangnya, ini ada seorang anak muda!"

Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Yusuf/12: 19)

Pertumbuhan Bayi 141

Sayyid Qu•ub memperkirakan bahwa usia Yusuf saat itu adalah tidak lebih dari 14 tahun atau bahkan lebih rendah dari itu. Alasannya adalah berdasarkan ayat 13 di dalam surah yang sama, Nabi Ya‘qub ayahanda Nabi Yusuf mengkhawatirkan keselamatan Yusuf kalau-kalau nanti dimakan srigala, hanya anak yang masih usia remajalah yang dikhawatirkan keselamatannya.

3. Walad

Kata ini berasal dari kata walada, yalidu, wiladatan yang mengandung arti dasar ‘mengeluarkan’. Kata walad dengan segala perubahannya disebutkan dalam Al- Qur΄an sebanyak 102 kali, sebagian besar dalam bentuk kata benda/isim. Dari berbagai macam penyebutan tersebut yang mengandung arti anak atau bahkan anak yang masih muda antara lain;

Pertama, al-walad bentuk jamaknya adalah al-aulad, yang terulang sebanyak 33 kali dalam bentuk mufrad dan 23 kali dalam bentuk jamak. Arti kata ini mengacu kepada anak dalam arti biologis tanpa batasan umur. Kadangkala tertuju hanya untuk anak laki-laki seperti dalam Surah an-Nisa΄/4: 176. Kadangkala juga mencakup anak laki-laki dan perempuan seperti dalam Surah Saba΄/34: 37.

Kedua, walida artinya masih dalam usia anak-anak.

Kata ini hanya disebut sekali dalam Al-Qur΄an yaitu dalam Surah asy-Syu‘ara΄/26: 18.

Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama Kami beberapa tahun dari umurmu. (asy-Syu‘ara΄/26: 18)

Ketiga, wildan yang juga mengandung arti anak-anak muda, disebutkan sebanyak enam kali, empat kali dalam arti anak-anak yaitu dalam Surah an-Nisa΄/4: 75, 98, 127 serta Surah al-Muzammil/73: 17, dan dua kali dalam arti anak-anak muda pelayan surga yang disebut dalam Surah al-Waqi‘ah/56: 17 dan al-Insan/76: 19.

Keempat, maulud artinya yang dilahirkan/anak, hanya sekali yaitu dalam Surah Luqman/31: 33, sedangkan dalam Surah al-Baqarah/2: 233 (sebanyak dua kali) kata tersebut dirangkai dengan kata lahu yang diartikan sebagai orang tua.

Dari pemaparan di atas terlihat bahwa secara umum kata tersebut mengandung arti anak tanpa batasan usia tertentu dalam rentang umur yang bervariasi.

4. Baniy

Kata ini terdiri dari tiga huruf, ba΄, nun dan ya΄ yang mengandung makna dasar sesuatu yang lahir dari yang lain. Dalam terjemahan juga sering diartikan dengan anak. Kata ini dengan segala perubahannya dalam Al- Qur΄an terulang sebanyak lebih dari seratus kali. Secara

Pertumbuhan Bayi 143

umum ungkapan ini digunakan untuk menunjuk arti anak dalam arti biologis tanpa batasan umur tertentu.

Salah satu ungkapan yang dapat berarti anak kecil adalah bunayya yang merupakan patron untuk menunjukkan arti kecil (sagir), namun dalam penggunaannya tidak mesti ditujukan kepada anak yang masih kecil tetapi untuk mengisyaratkan kasih sayang. Sebagai contoh dalam Surah Luqman/31: 13:

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku!

Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya memperseku-tukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Luqman/31: 13)

5. Zurriyyah

Kata ini terdiri dari huruf zal, ra´ berganda (ada juga yang mengatakan hamzah) yang mengandung arti dasar kehalusan dan tersebar. Kata ini dengan segala perubahan dan atributnya terulang sebanyak 30 kali.

Yang secara umum mengandung arti keturunan. Dari pemakaiannya di Al-Qur΄an dapat ditarik kesan kata tersebut digunakan untuk makna keturunan yang

menyebar dan tidak hanya anak, namun dapat juga alur keturunan lanjutannya seperti cucu, cicit, dan seterusnya.

Dalam dokumen KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR′AN (Halaman 185-193)