BAB 4 KONSENTRASI DALAM OLAHRAGA
G. Jenis dan Model Latihan Konsentrasi pada Cabang
pengaruh yang signifikan. Atlet dalam menjalankan program ini harus sistematis dan berkesinambungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan visualisasi berpengaruh signifikan terhadap penguasaan keterampilan. Sun (1980) mengembangkan latihan visualisasi di Baton Alpine and Sk Olympics. Dia melaporkan bahwa kinerja atlet yang menggunakan latihan visualisasi lebih baik daripada kelompok kontrol.
G. Jenis dan Model Latihan Konsentrasi pada Cabang Olahraga
2. Hilangkan Angka 10 pada Target Peace
Hilangkan angka 10 pada target perdamaian, angka sebelumnya akan menjadi gelap. Awal latihan ditunjukkan untuk menghilangkan tanda dari tanda sejauh 30 meter dari garis tembak. Atlet berkonsentrasi pada nomor sebelumnya, lalu bergerak ke jarak yang lebih jauh. Atlet terus berkonsentrasi pada tanda, terutama jika dilakukan pada malam hari saat lampu menyala. Tujuan dari latihan ini adalah untuk membantu pemanah meningkatkan konsentrasi dan kemampuan menembak target yang memiliki jumlah target perdamaian tertinggi. Setelah atlet melakukan latihan bentuk ini, diharapkan kepercayaan diri mereka meningkat dalam membayangkan punggung dan nomor 24 yang baru menjadi gelap. Mendeskripsikan penulisan angka Tuliskan angka dari 1 sampai 24 dengan mata tertutup. Kemudian putar searah jarum jam dan ulangi gerakan tersebut beberapa kali. Instruksikan atlet untuk menulisnya dengan jelas dan tepat. Cara ini membantu para atlet terutama bagi para atlet pemula yang tidak bisa berkonsentrasi saat bertanding.
3. Mengamati Jarum Detik dalam Jam
Amati jam dengan cermat lalu hitung dari 1 hingga 5 saat jarum detik berjalan. Ulangi penghitungan selama 1 menit. Berhenti sejenak, lalu ulangi dengan mata tertutup selama 1 menit, lalu periksa waktu pada jam setelah melakukan latihan. Prinsip terpenting yang harus diingat atlet adalah menjaga mood dalam keadaan tenang dan memusatkan pikiran pada tugas-tugas yang harus dikerjakan.
BAB
5
Bermain penuh percaya diri bisa menjadi hal paling menarik untuk disaksikan timnas Indonesia dalam keikutsertaannya di Piala AFF 2020 di Singapura. Aspek kepercayaan diri ini menjadi faktor pembeda bagi timnas, baik saat memimpin maupun tertinggal dari tim lawan. Intervensi pelatih Shin Tae-yong seolah membuat Indonesia tampil menunjukkan permainan yang penuh determinasi, terus menekan, percaya diri, dan bermain dengan semangat team work yang kuat. Sepanjang Piala AFF, Witan Sulaeman dan kawan-kawan bermain dengan semangat juang yang tinggi hingga tak segan-segan adu fisik untuk merebut bola, menjelajah dan menjarah area lawan. Padahal skuat timnas di ajang AFF ini berisikan pemain-pemain muda, dengan rata-rata usia 25 tahun. Namun dari segi kualitas tidak kalah bersaing dengan negara lain yang pemainnya lebih berpengalaman dari segi usia dan memiliki mentalitas yang baik. Berawal dari PSSI mengumumkan nama-nama pemain yang akan dibawa ke Singapura untuk bertanding, hal ini mendapat banyak respon dan tanggapan dari banyak pihak. Mereka menilai pemain muda yang kurang pengalaman tentu akan kesulitan bersaing dengan tim-tim yang mengikuti turnamen tersebut. Karena acara dua tahunan ini sangat bergengsi di Asia Tenggara.
Semangat tinggi dan rasa percaya diri yang baik menjadi bekal para pemain timnas Indonesia dalam turnamen tersebut, terlihat dari hasil timnas Indonesia yang berhasil menjadi juara grup setelah mengalahkan tim nasional Malaysia, Singapura, Laos, Kamboja, dan memegang Hasil imbang tim nasional Vietnam, yang
PERCAYA DIRI DALAM
OLAHRAGA
merupakan tim nasional unggulan di Asia. Tenggara. Hal ini membuktikan bahwa Timnas Indonesia memiliki mentalitas yang baik, semangat yang tinggi, dan rasa percaya diri yang tinggi pada pemain Indonesia.
Menurut psikolog Sigmund Fred, kepercayaan diri adalah tingkat sugesti sugesti tertentu yang berkembang dalam diri seseorang sehingga ia merasa percaya diri dalam melakukan sesuatu. Dari hal tersebut tentunya dapat kita lihat bahwa rasa percaya diri dan kerja keras memiliki peranan penting dalam keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu tugas khususnya olahraga. Untuk itu akan dibahas pengertian percaya diri, manfaat percaya diri dalam berprestasi dalam olahraga dan peranan kepercayaan diri dalam kaitannya dengan keterampilan hidup seseorang, pengertian kerja keras, hakikat kerja keras.
Implementasi nilai kerja keras dalam keterampilan hidup.
Seorang atlet yang percaya diri akan menunjukkan performa terbaiknya, kepercayaan diri dipengaruhi oleh keyakinan orang tersebut bahwa ia akan mampu menyelesaikan tugas dengan baik.
Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan atau kompetensi dalam dirinya. Namun, tidak semua dari mereka dapat menggunakan kemampuannya, dan bahkan beberapa orang tidak percaya dengan kemampuannya. Ibarat seseorang yang memiliki kemampuan memimpin sebuah tim dan suatu saat diangkat menjadi seorang pemimpin, namun merasa dirinya tidak mampu sehingga kurang percaya diri atau merasa minder.
Jika dalam hidup terjadi penurunan rasa percaya diri dan terjadi secara terus menerus maka dapat membuat kehidupan seseorang berjalan pada tempatnya atau tidak ada pergerakan yang mengarah pada kemajuan dalam hidupnya. Oleh karena itu, ketika rasa percaya diri sedang rendah, penting bagi setiap orang untuk mengetahui cara meningkatkan rasa percaya diri. Percaya diri merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang dengan rasa percaya dan keyakinan terhadap kemampuan batinnya. Sehingga semua rencana dalam hidup dapat direncanakan dengan baik.
Orang yang memiliki rasa percaya diri juga dapat dikatakan sebagai seseorang yang mengetahui tentang kemampuannya dan dapat
menggunakan kemampuannya untuk melakukan sesuatu. Orang yang percaya diri hanya ingin mendengar apa yang dikatakan orang lain berupa masukan yang dapat membuat dirinya menjadi lebih baik.
Percaya diri akan menciptakan rasa aman yang terlihat dari sikap dan perilaku yang terlihat tenang, tidak mudah ragu, tidak mudah resah, dan tegas. Atlet yang penuh percaya diri (full confidence) biasanya menetapkan target sesuai dengan kemampuannya sehingga berusaha untuk mencapai target tersebut.
Jika Anda mengalami kegagalan, Anda akan dihadapi dan diterima dengan lapang dada tanpa harus frustrasi. Berikut ini adalah aspek- aspek khusus dari kepercayaan diri dalam olahraga, antara lain:
Keyakinan tentang kemampuan seseorang untuk melakukan keterampilan fisik. Keyakinan tentang kemampuan seseorang untuk menggunakan keterampilan psikologis. Keyakinan untuk menggunakan keterampilan persepsi (pengambilan keputusan) Kebugaran fisik dan status pelatihan Keyakinan akan potensi atau kemampuan belajar seseorang untuk meningkatkan keterampilannya.
Dengan demikian, rasa percaya diri yang dimiliki setiap orang memiliki manfaat untuk dapat menjalani hidup dengan penuh percaya diri. Kehidupan yang penuh percaya diri juga akan diisi dengan hal-hal positif dalam kehidupan sehari-hari. Penting bagi kita untuk selalu melakukan hal-hal yang positif karena selain meningkatkan rasa percaya diri, hidup yang positif dapat menjaga kesehatan fisik dan mental.
A. Manfaat Percaya Diri
Tim Woodman & Hardy (2003) mengatakan bahwa kepercayaan diri berdampak pada performa olahraga. Memiliki rasa percaya diri tentu menjadi keuntungan tersendiri. Orang yang memiliki sikap percaya diri dalam menghadapi berbagai hal mampu memberikan energi positif bagi orang-orang di sekitarnya. Maka tak jarang, orang yang percaya diri dan penuh optimisme menjadi sosok yang inspiratif. Meski begitu, tidak semua orang memiliki kepercayaan diri yang baik dalam segala
hal. Tentu ini adalah hal yang wajar. Sebab, rasa percaya diri bukanlah sifat bawaan sejak lahir, melainkan bisa dilatih dan dibangun seiring berjalannya waktu. Menerima tantangan dari setiap kesempatan, bisa menjadi latihan yang baik untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Berdasarkan penjabaran definisi percaya diri, dapat diketahui bahwa percaya diri dapat meningkatkan prestasi seseorang khususnya atlet. Rasa percaya diri seseorang ditandai dengan harapan yang tinggi untuk sukses. Ini dapat membantu individu untuk membangkitkan emosi positif, memfasilitasi konsentrasi, menetapkan tujuan, meningkatkan upaya, memfokuskan strategi permainan, dan mempertahankan momentum. Intinya, kepercayaan diri dapat mempengaruhi perilaku dan kognisi. Berikut ini akan dibahas secara singkat masing-masing manfaat percaya diri dalam olahraga.
1. Percaya diri membangkitkan emosi positif. Ketika seseorang merasa percaya diri, orang tersebut lebih mungkin untuk tetap tenang dan santai di bawah tekanan. Keadaan pikiran dan tubuh memungkinkan untuk menjadi agresif dan tegas ketika hasil kompetisi terletak pada keseimbangan. Selain itu, penelitian (Jones & Swain, 1995) dalam Weinberg & Gould 2007 telah mengungkapkan bahwa atlet dengan keyakinan yang tinggi menginterpretasikan tingkat kecemasan mereka lebih positif dibandingkan atlet yang kurang percaya diri. Ini memberikan sebuah sistem kepercayaan lebih produktif di mana orang bisa membingkai ulang emosi sebagai fasilitatif terhadap kinerja.
2. Percaya diri memfasilitasi konsentrasi. Ketika seseorang merasa percaya diri, pikiran seseorang tersebut bebas untuk fokus pada tugas yang diberikan. Bila atlet tersebut kurang percaya diri, maka cenderung khawatir tentang seberapa baik atlet tersebut melakukan atau berpikir seberapa baik orang lain lakukan. Pada intinya, percaya diri individu yang lebih terampil dan efisien dalam menggunakan proses kognitif dan memiliki kemampuan perhatian yang lebih produktif, pola pikir (nalar), dan strategi penyelesaian.
3. Percaya diri mempengaruhi tujuan. Orang yang percaya diri cenderung menetapkan tujuan yang menantang dan aktif menggapainya. Keyakinan memungkinkan seseorang untuk meraih bintang-bintang dan menyadari potensi yang dimilikinya. Orang yang tidak percaya diri cenderung menetapkan tujuan mudah dan tidak pernah memaksakan diri.
4. Percaya diri meningkatkan upaya. Berapa banyak usaha yang dikeluarkan seseorang dan berapa lama individu akan bertahan dalam mengejar tujuan sangat tergantung pada kepercayaan/keyakinan. Ketika kemampuan sama, pemenang kompetisi biasanya para atlet yang percaya diri lebih dari lawannya. Hal ini terutama terjadi dalam situasi yang memerlukan ketekunan (seperti dalam lari marathon atau permainan bolavoli selama 5 set) atau dalam menghadapi rintangan seperti sesi rehabilitasi menyakitkan Maddux & Lewis (1995) dalam Weinberg & Gould (2007).
5. Percaya diri mempengaruhi strategi permainan. Orang dalam olahraga biasanya merujuk "bermain untuk menang"
atau sebaliknya, "bermain untuk tidak kalah". Atlet yang percaya diri cenderung bermain untuk menang: biasanya atlet tidak takut untuk mengambil risiko, dan sehingga dapat menguasai/mengontrol kompetisi untuk keuntungannya 6. Percaya diri mempengaruhi momentum psikologis. Atlet dan
pelatih merujuk pada pergeseran momentum sebagai penentu kritis menang dan kalah. Mampu menghasilkan momentumpositif atau membalikkan momentum negatif adalah aset penting.
7. Percaya diri mempengaruhi kinerja. Mungkin hubungan yang paling penting bagi praktisi adalah satu di antara keyakinan dan kinerja. Meskipun kita tahu dari penelitian sebelumnya bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan dan kinerja (Feltz, 1984b, Vealey, 2001) dalam Weinberg &
Gould (2007), faktor yang mempengaruhi hubungan ini kurang dikenal. Namun, faktor-faktor seperti budaya organisasi, karakteristik kepribadian, karakteristik demografi
(jenis kelamin, usia), affect (misalnya, gairah atau kecemasan), dan kognisi (atribusi untuk keberhasilan atau kegagalan). Semua faktor ini mempengaruhi apakah kepercayaan diri terlalu rendah, terlalu tinggi, atau tepat.
B. Dampak Positif Percaya Diri
Kepercayaan diri tidak terbentuk sejak lahir atau keturunan bahkan warisan. Rasa percaya diri terbentuk dari proses sosialisasi yang telah dilakukan selama perjalanan hidupnya. Dengan kata lain, kepercayaan diri terbentuk dari berbagai macam pengalaman yang terjadi ketika berinteraksi sosial baik dengan lingkungan baru maupun lingkungan lama.
Interaksi sosial ini dapat dilakukan mulai dari lingkungan keluarga karena keluarga biasanya merupakan lingkungan terdekat yang dimiliki seseorang. Dalam sebuah keluarga seorang anak dapat memperoleh pendidikan yang akan berguna bagi kehidupannya di masa depan.
Pendidikan yang dimaksud, seperti pendidikan moral, pendidikan keterampilan, dan pendidikan etika. Semua pendidikan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Dengan demikian, untuk melatih dan membangun rasa percaya diri bisa dimulai dari lingkungan keluarga. Percaya diri bisa dikatakan sebagai perasaan berupa kepercayaan dan keyakinan pada diri sendiri yang dapat membuat Anda bahagia. Tidak hanya itu, dengan rasa percaya diri, setiap individu dapat melatih dirinya untuk mensyukuri apa yang dimilikinya saat ini.
Meningkatkan rasa percaya diri dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan pencapaian hasil suatu proses, berperilaku percaya diri dengan segala tanggung jawab yang diberikan oleh pelatih, berpikir percaya diri dengan segala arahan dan motivasi yang diberikan, meningkatkan kemampuan fisik dan teknis sehingga kemajuan fisik dan psikis. tetap tumbuh dan berkembang dengan baik, lakukan persiapan yang cukup agar tujuan dan sasaran dapat terwujud dengan kondisi yang fit untuk itu diperlukan olahraga dan istirahat yang cukup dan
seimbang. Melalui proses yang panjang tentunya rasa percaya diri ini akan terbentuk dan berdampak positif bagi seorang atlet.
Seperti yang telah dibahas di atas, terkait dengan performa Timnas Indonesia yang berlaga di Piala AFF, jelas bahwa manfaat percaya diri antara lain:
1. Mudah mengendalikan diri dalam situasi stres 2. Lebih mudah berkonsentrasi
3. Dapat mengarah ke target yang cukup menantang 4. Merangsang usaha yang lebih kuat
5. Cenderung mengembangkan strategi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
C. Percaya Diri yang Proporsional
Percaya diri yang optimal berarti seseorang akan merasa begitu yakin bahwa ia dapat mencapai tujuannya, akan berusaha keras untuk dapat melakukannya. Seseorang tidak akan selalu terlihat baik. tetapi penting untuk mencapai potensi. Keyakinan yang kuat akan membantu mengurangi kesalahan dan dengan kesalahan akan berusaha memperbaiki dan dapat mengantarkan pada kesuksesan, dan setiap orang memiliki tingkat kepercayaan diri yang optimal.
Fatimah (2010) menyebutkan beberapa ciri atau ciri individu yang memiliki rasa percaya diri yang proporsional (optimal), yaitu.
a. Percaya akan kompetensi/kemampuan dini. hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat orang lain.
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok.
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri.
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil).
e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak
mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan lain).
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri endiri, orang lain, dan situasi di luar dirinya.
g. Memiliki harapan yang realistik ter hadap diri sendiri sehingga ketika harapan itu tidak terwujud. ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
D. Kelebihan Percaya Diri (Over Confidence)
Seseorang yang terlalu percaya diri berarti kepercayaan dirinya lebih besar dari kemampuannya. Kinerja menurun karena mereka percaya bahwa tidak perlu mempersiapkan atau mengerahkan upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Atlet tidak boleh terlalu percaya diri, tetapi jika keyakinan Anda didasarkan pada keterampilan dan kemampuan aktual sebagai aturan umum, terlalu percaya diri dapat menyebabkan kegagalan.
Individu yang memiliki rasa percaya diri yang berlebihan mengarah pada sesuatu yang kurang menguntungkan karena merasa tidak terkalahkan atau menganggap lawannya lemah.
Over confidence ini terjadi karena atlet menilai kemampuannya sendiri di luar kemampuannya sehingga sering melakukan perhitungan yang salah dalam menghadapi pertandingan dan kalah. Over confidence merupakan ketidaksesuaian antara keyakinan seseorang dengan kenyataan yang ada, tetapi keyakinan tersebut dipertahankan. Rasa percaya diri yang berlebihan biasanya menghasilkan kompensasi, misalnya menutupi kecemasan dengan bertindak santai. Belajar dari Park Yang Seo, pelatih tim nasional Vietnam. Kesombongan karena terlalu percaya diri (over confidence) dan merendahkan timnas negara lain (under estimate) bisa berakibat buruk. Tak hanya gagal membawa Vietnam ke final untuk mempertahankan gelar, namun juga melahirkan stigma buruk di ranah publik. Hal ini tentu saja berdampak sangat negatif karena terlalu percaya diri.
E. Kurang Percaya Diri
Banyak orang memiliki keterampilan fisik untuk menjadi sukses tetapi banyak yang kurang percaya diri dengan kemampuan mereka selama pertandingan atau pertandingan.
Keraguan diri merugikan kinerja yaitu keragu-raguan dapat menimbulkan kecemasan, memecah konsentrasi dan menimbulkan keragu-raguan, individu yang kurang percaya diri terganggu, seseorang menjadi ragu-ragu terhadap kemampuannya sendiri.
Kurang percaya diri berarti meragukan kemampuan diri sendiri. Kurangnya rasa percaya diri menjadi kendala dalam mencapai prestasi. Atlet akan merasa kurang mampu/kurang percaya diri dengan kemampuannya jika gagal. Akibatnya, mereka mudah putus asa dan jika dituntut untuk berprestasi lebih tinggi, mereka akan mengalami frustrasi. Atlet yang kurang percaya diri (lack of confidence) cenderung memasang target lebih rendah dari tingkat kemampuannya sehingga individu seperti ini tidak akan menjadi juara.
Fatimah (2010) menyebutkan karakteristik individu yang kurang percaya diri sebagai berikut.
1. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok.
2. Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan.
3. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri, namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri.
4. Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif 5. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan sisi
tidak berani memasang target untuk berhasil.
6. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri).
7. Selalu menempatkan/memosisikan diri sebagai yang terakhir karena menilai dirinya tidak mampu.
8. Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat bergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain).
Keyakinan adalah kualitas yang berorientasi pada tindakan. Tingkat kepercayaan diri seseorang menentukan seberapa baik dia bertindak terhadap orang lain. Seseorang merasa puas dengan dirinya sendiri hanya ketika melakukan suatu kegiatan, pekerjaan, atau menyalurkan kemampuannya.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan dan juga banyak kemampuan yang bisa dikuasai seseorang dalam hidupnya.
Namun jika rasa percaya diri hanya didasarkan pada hal-hal tersebut di atas, maka seseorang tidak akan pernah menjadi orang yang benar-benar percaya diri. Hal ini dikarenakan orang tersebut hanya akan percaya diri pada hal-hal yang berhubungan dengan apa yang sedang dikerjakan dan hanya keterampilan tertentu yang dikuasai. Karena pada dasarnya percaya diri adalah kemampuan untuk berpikir secara rasional.
Ini adalah ide, keyakinan, dan proses berpikir yang tidak mengandung unsur kebutuhan yang dituntut individu.
Indikator kurangnya rasa percaya diri seorang atlet dapat dilihat dari prestasi yang dicapai selama latihan terkadang saat bertanding tidak mampu tampil dengan baik, atlet tersebut mungkin menghadapi masalah kurang percaya diri, ragu-ragu untuk bertindak, kehilangan konsentrasi dan tidak berani mengubah strategi.
F. Model Percaya Diri dalam Olaharaga
Self confidence dalam olahraga Ada 4 model/komponen self confidence dalam olahraga antara lain sebagai berikut:
1. Membangun self confidence olahraga. Self confidence didefinisikan sebagai keyakinan atau tingkat kepastian bahwa proses kemampuan individu dalam kemampuan untuk menjadi sukses dalam olahraga. Selanjutnya, keyakinan olahraga dikonseptualisasikan sebagai multidimensi termasuk keyakinan tentang kemampuan fisik, keterampilan psikologis dan persepsi, Kemampuan,
beradaptasi, kebugaran dan tingkat pelatihan, potensi belajar, dan pengambilan keputusan.
2. Sumber self confidence olahraga Sejumlah sumber yang diduga menggaris-bawahi dan mempengaruhi self confidence olahraga terfokus pada pencapaian, regulasi diri dan iklim sosial.
3. Konsekuensi dari self confidence olahraga. Konsekuensi ini mengacu pada olahragawan yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaannya dalam olahraga. Secara umum tingkat kepercayaan yang tinggi membangkitkan emosi positif, terkait dengan perilaku prestasi produktif seperti usaha dan ketekunan, dan menghasilkan penggunaan kemampuan yang lebih terampil dan efisien yang bersumber daya kognitif.
4. Faktor yang mempengaruhi self confidence olahraga Faktor yang mempengaruhi self confidence dalam olahraga adalah budaya organisasi serta karakteristik demografi dan kepribadian. Budaya organisasi merupakan aspek struktural dan budaya dari subkultur olahraga yang dapat mencakup hal-hal seperti tingkat persaingan, iklim motivasi, perilaku pembinaan, dan harapan dari program olahraga yang berbeda. Selanjutnya karakteristik kepribadian fokus pada orientasi tujuan dan optimisme. Sedangkan karakteristik demografi berkaitan dengan jenis kelamin dan ras.
G. Sumber Percaya Diri dalam Olahraga
Percaya diri erat kaitannya dengan filosofi pemenuhan diri (self-fulfilling prophesy) dan efikasi diri (self-efficacy). Dimana Self-fulfilling prophecy adalah sebuah proses dimana ekspektasi kita terhadap seseorang akan mengarahkan kita agar ekspektasi tersebut terwujud. Harapan self-fulfilling prophecy muncul karena kepercayaan informasi yang sangat tinggi dan mendorong kita untuk mewujudkan harapan tersebut. Hal ini membuat seorang atlet yang memiliki rasa percaya diri yang baik, yakin akan mampu menampilkan prestasi olahraga sesuai dengan yang
diharapkan. Harapan seseorang akan dipengaruhi oleh kepercayaan diri orang tersebut.
Rasa percaya diri merupakan faktor penting yang dapat menunjang tercapainya prestasi seorang atlet. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri dalam olahraga adalah budaya organisasi dan karakteristik demografis dan kepribadian. Budaya organisasi adalah aspek struktural dan budaya dari subkultur olahraga yang dapat mencakup hal-hal seperti tingkat kompetisi, iklim motivasi, perilaku pembinaan, dan harapan program olahraga yang berbeda. Selanjutnya, karakteristik kepribadian berfokus pada orientasi tujuan dan optimisme, sedangkan karakteristik demografis berkaitan dengan jenis kelamin dan ras. Ada beberapa sumber rasa percaya diri seseorang dalam olahraga, antara lain:
1. Penguasaan diri yakni mengembangkan dan meningkatkan kemampuan.
2. Demonstrasi kemampuan dengan menunjukkan kemampuan dengan memenangkan dan mengalahkan lawan.
3. Persiapan fisik dan mental dengan tetap fokus pada tujuan dan siap untuk memberikan usaha yang maksimal.
4. Dukungan sosial yaitu mendapatkan dorongan dari tim, pelatih, dan kemampuan diri sendiri.
5. Kepemimpinan pelatih adalah dengan mempercayai segala keputusan dan kemampuan pelatih.
6. Experiences perwakilan dengan melihat olahragawan yang berhasil dan berprestasi.
7. Lingkungan yang nyaman sehingga merasakan nyaman dalam lingkungan.
8. Favorableness situational kesadaran diri untuk berhenti melihat cara seseorang dan merasa segala sesuatu yang terjadi benar.