• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan

Dalam dokumen BUKU PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2014 (Halaman 139-142)

BAB VII KESEHATAN LINGKUNGAN

A. KESEHATAN IBU

4. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan

Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK).

Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi.

Capaian indikator penanganan komplikasi kebidanan di Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun 2014 disajikan pada Gambar 5.14 berikut.

Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa secara umum, cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Indonesia selama kurun waktu tujuh tahun terakhir cenderung meningkat. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan secara nasional pada tahun 2014 sebesar 74,56%. Gambaran mengenai cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 5.15 berikut ini.

GAMBAR 5.14

CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2014

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2015

GAMBAR 5.15

CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2014

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2015

Gambar 5.15 menunjukkan bahwa cakupan penanganan komplikasi kebidanan tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Tengah (101,05%), Jawa Timur (91,48%), dan Nusa Tenggara Barat (91%). Sedangkan cakupan terendah berturut-turut yaitu Provinsi Papua Barat (9,61%), Riau (28,76%), dan Papua (29,54%). Data dan informasi mengenai cakupan penanganan komplikasi kebidanan dapat dilihat di Lampiran 5.6.

Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25%

kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK. Lebih jelasnya mengenai hal itu dapat dilihat pada Gambar 5.16.

GAMBAR 5.16

PENYEBAB KEMATIAN IBU DI INDONESIA TAHUN 2010 - 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Diperkirakan 20% dari kehamilan akan mengalami komplikasi. Sebagian komplikasi ini dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila : 1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2) tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi; 4) apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan; 5) proses rujukan efektif; 6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.

Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran;

serta 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan.

Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia salah satunya dilakukan melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program tersebut menitikberatkan kepedulian dan peran keluarga dan masyarakat dalam melakukan upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil, serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan

pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK).

Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. P4K mulai diperkenalkan oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007. Pelaksanaan P4K di desa-desa tersebut perlu dipastikan agar mampu membantu keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat.

Sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, ditargetkan pada akhir tahun 2014 di setiap kabupaten/kota terdapat minimal empat puskesmas rawat inap mampu PONED dan satu Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan PONEK. Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK, puskesmas dan rumah sakit diharapkan bisa menjadi institusi terdepan dimana kasus komplikasi dan rujukan dapat diatasi dengan cepat dan tepat.

Standardisasi PONEK untuk rumah sakit dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan bekerja sama dengan organisasi profesi yang terkait (POGI, IDAI dan IBI) serta Badan PPSDMKes Kemenkes. Lokakarya PONEK dilakukan selama lima hari, meliputi materi manajemen dan klinik PONEK. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan latihan on the job training PONEK untuk mengenalkan cara melakukan bimbingan teknis perbaikan kinerja Tim PONEK rumah sakit. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, jumlah rumah sakit dengan PONEK di Indonesia sampai dengan Desember 2014 sebanyak 476 rumah sakit dari 771 rumah sakit umum milik Pemerintah, sedangkan jumlah Puskesmas PONED sampai dengan Desember tahun 2014 adalah 2.855 puskesmas. Data dan informasi selengkapnya mengenai rumah sakit siap PONEK dan Puskesmas PONED disajikan pada Lampiran 2.3.

Dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Kegiatan ini dilakukan melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu hasil kajian yang didapat dari AMP adalah kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir. Kajian tersebut juga menghasilkan rekomendasi intervensi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang.

Dalam dokumen BUKU PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2014 (Halaman 139-142)