• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUBERKULOSIS

Dalam dokumen BUKU PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2014 (Halaman 174-179)

BAB VII KESEHATAN LINGKUNGAN

A. TUBERKULOSIS

.

Angka kesakitan dan kematian penyakit merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit perlu upaya pengendalian penyakit. Pengendalian penyakit yang akan dibahas pada bab ini yaitu pengendalian penyakit menular meliputi penyakit menular langsung dan penyakit yang ditularkan melalui binatang.

Selain membahas pengendalian penyakit yang menjadi prioritas pembangunan kesehatan nasional, pada subbab ini juga dibahas pengendalian penyakit di daerah tropis yang salah satunya disebabkan oleh nyamuk, juga penyakit neglected disease seperti filariasis.

GAMBAR 6.1

PROPORSI KASUS BARU BTA+ MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2014

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2015

Kasus baru BTA+ pada kelompok umur 0-14 tahun merupakan proporsi yang paling rendah. Dengan demikian terlihat bahwa kasus baru BTA+ rata-rata terjadi pada kelompok umur dewasa.

2. Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus TB

Proporsi pasien baru BTA+ di antara semua kasus TB menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA+ di bawah 65%

maka hal itu menunjukkan mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA+).

GAMBAR 6.2

PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU DI INDONESIA TAHUN 2008-2014

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2015

Gambar 6.2 memperlihatkan bahwa sampai dengan tahun 2014 proporsi pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus belum mencapai target yang diharapkan. Hal itu mengindikasikan mutu diagnosis yang rendah dan kurangnya prioritas menemukan kasus BTA+ di Indonesia.

Namun, sebanyak 63,6% provinsi telah mencapai target tersebut. Papua Barat merupakan provinsi dengan proporsi pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus yang terendah yaitu 38%.

GAMBAR 6.3

PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU MENURUT PROVINSI TAHUN 2014

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2015

3. Angka notifikasi kasus atau case notification rate (CNR)

Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.

Gambar 6.4 menunjukkan angka notifikasi kasus baru TB paru BTA+ dan angka notifikasi seluruh kasus TB per 100.000 penduduk dari tahun 2008-2014. Angka notifikasi kasus BTA+

pada tahun 2014 di Indonesia sebesar 70 per 100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 81 per 100.000 penduduk. Begitu juga dengan angka notifikasi seluruh kasus TB per 100.000 penduduk yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 113 per 100.000 penduduk.

GAMBAR 6.4

ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008-2014

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2015

Gambar 6.5 berikut memperlihatkan besarnya angka notifikasi atau case notification rate (CNR) BTA+ menurut provinsi tahun 2014.

GAMBAR 6.5

ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2014

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2015

Provinsi dengan CNR BTA+ tertinggi yaitu Sulawesi Utara (219), Sulawesi Tenggara (163), dan Gorontalo (133). Sedangkan CNR BTA+ terendah yaitu DI Yogyakarta (34), Bali (38), dan Banten (40). CNR dianggap baik jika terjadi peningkatan minimal 5% dibandingkan dengan sebelumnya.

4. Angka Keberhasilan Pengobatan

Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan. Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (success rate).

Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan (cure rate) dan angka pengobatan lengkap. Berikut ini digambarkan angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan tahun 2008-2014.

GAMBAR 6.6

ANGKA KESEMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB BTA+

DI INDONESIA TAHUN 2008-2014

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2015

Pada Gambar 6.6 terlihat penurunan angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014 dibandingkan 6 tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 angka keberhasilan pengobatan sebesar 81,3%. WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Dengan demikian pada tahun 2014, Indonesia tidak mencapai standar tersebut.

Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target Renstra minimal 88% untuk angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014. Berdasarkan hal tersebut, capaian angka keberhasilan pengobatan tahun 2013 yang sebesar 81,3% juga tidak memenuhi target Renstra tahun 2014.

5. Prevalensi tuberkulosis

Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi TB berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk. Menurut provinsi, prevalensi TB paru tertinggi berdasarkan diagnosis yaitu Jawa Barat sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua masing-masing sebesar 0,6%. Sedangkan Provinsi Riau, Lampung, dan Bali merupakan provinsi dengan prevalensi TB paru terendah berdasarkan diagnosis yaitu masing-masing sebesar 0,1%.

Sedangkan menurut Global Tuberculosis Control, estimasi insidens semua tipe TB tahun 2013 yang sebesar 183 per 100.000 penduduk mengalami penurunan dibandingkan tahun 1990

yang sebesar 343 per 100.000 penduduk. Begitu juga dengan prevalensi TB dan mortalitas yang mengalami penurunan pada tahun 2013 seperti yang terlihat pada Tabel 6.1. Hal tersebut memperlihatkan bahwa program pengendalian TB di Indonesia telah berhasil menurunkan insidens, prevalensi, dan mortalitas akibat penyakit TB.

TABEL 6.1

ESTIMASI INSIDENS, PREVALENSI, DAN MORTALITAS TB PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 1990 DAN 2013

Kasus Tb Tahun 1990 Tahun 2013

Insidens tuberkulosis 343 183

Prevalensi tuberkulosis 423 272

Mortalitas 51 25

Sumber : Global Tuberculosis Control WHO Report

Menurut jenis kelamin, prevalensi TB paru pada laki-laki lebih tinggi yaitu sebesar 0,4%

dibandingkan pada perempuan yang sebesar 0,3%. Sedangkan menurut tipe daerah, prevalensi TB paru pada penduduk di perkotaan sebesar 0,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk di perdesaan yang sebesar 0,3%.

Informasi mengenai tuberkulosis menurut indikator, jenis kelamin, dan provinsi secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.1-6.4.

Dalam dokumen BUKU PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2014 (Halaman 174-179)