• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SEKILAS TENTANG GHAZW AL-FIKR DAN DAMPAKNYA

E. Dampak Negatif Fenomena Ghazw al-Fikr terhadap Kehidupan

2. Penetrasi Budaya

Ada dua faktor yang turut menentukan buruknya kebiasaan muda-mudi dewasa ini, yaitu faktor kemalasan belajar agama dan faktor serangan budaya dari luar Islam. Faktor ini semakin hari

73 Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 217 74 Didin Hafidhuddin, Agar Layar Tetap Terkembang, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), h. 129

75 Abdul Rahman H. Habanakah, Metode Merusak Akhlak dari Barat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 60

50

semakin ganas dan semakin merosotkan dan bahkan menghancurkan kualitas generasi.76

َ ة ر ي ر هَ ِبِ أَ ن عَ،ِ يِ بُ ق لماَِن عَ، ب ئِذَ ِبِ أَ ن باَا ن ثَّد حَ، س نو يَ ن بَ د حْ أَا ن ثَّد ح

َ ي ل عَ اللهَىَّل صَِ ِبَّنلاَِن عَ، ه ن عَ َّللَّاَ يِض ر

َ: لا قَ، مَّل س وَِه

َ َّتِ حَ ة عاَّسلاَ مو ق تَ لْ «

َ عا رِذِبَاًعا رِذ وَ بُِشِبَاً بُِشَ،ا ه ل ب قَِنو ر قلاَِذ خ ِبَِ ِتَِّم أَ ذ خ تَ

َ لو س رَ يََ: ليِق فَ، »

َ: لا ق فَ؟ِموُّرلا وَ سِرا ف كَ،َِّللَّا

َ كِئ لو أَ َّلِْإَ ساَّنلاَِن م و «

»

َ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda:

Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah saw., “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?” (HR. Bukhârî) 77

Umat Islam telah bertubi-tubi dijejali oleh produk dan budaya Barat, yang telah begitu merusak kejernihan iman dan Islam. Nilai- nilai budaya Barat itu di antaranya gaya hidup materialisme, konsumerisme, dan hedonisme, serta pergaulan bebas yang dibumbui dengan mengonsumsi obat-obat terlarang (narkoba) dan minum-minuman keras, gaya penampilan seperti potongan rambut, gaya berpakaian (mode) yang transparan dan mempertontonkan aurat, dan lain sebagainya yang cenderung bertolak belakang bahkan bertentangan dengan ajaran agama Islam.78 Budaya-budaya itu terlihat begitu menggiurkan, terutama bagi anak muda. Saat ini, banyak pemuda menjadi konsumtif sehingga makin jauh dari tuntunan agama. Banyak di antara mereka yang lebih senang

76 Abu Syahidah, Kamu Hobi tapi Agama Melarang, (Jakarta: Gen Mirqat, 2007), h. 2 77 Muhammad bin Ismâ’îl Abû Abdullâh Al-Bukhârî, Shahîh Al-Bukhârî (Beirût: Dâr Thauq An-Najâh, 1422 H.), h. 102, no. 7319

78 Mahfud Junaedi, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam, (Depok: Kencana, 2017), h. 241

berleha-leha dan berfoya-foya.79 Di antara beberapa contoh globalisasi budaya Barat yang merusak itu penulis merangkumnya dalam 3F (Fun, Food, dan Fashion).

Dengan Fun (kesenangan, seni, film), adalah kesenangan atau hiburan melalui berbagai teknologi, seperti TV, smartphone, laptop, dan gadget-gadget yang lain. Dengan media-media itu, musuh Islam merusak otak generasi Islam. Media-media itu memang terlihat sederhana, simpel, dan sudah biasa/lumrah dalam kehidupan ini.

Padahal, alat-alat itu sangat mempengaruhi mindset (pola pikir) masyarakat. Dengan TV, umat Islam akan didoktrin dengan ajaran- ajaran yang sedikit menyimpang, contohnya seperti acara mistik.

Meski sedikit, lama kelamaan akan banyak. Pelan namun pasti, penyelewengan-penyelewengan di dalam TV dan gadget lainnya akan dianggap menjadi sebuah kebenaran. Artis berperilaku menggoda adalah benar, artis berpakaian seksi adalah benar, artis pacaran dan bermesraan adalah benar. Sama seperti kata pepatah,

kesalahan yang diulang-ulang akan menjadi kebenaran.80 Berbagai stasiun televisi menayangkan berbagai suguhan acara konser musik, lawak, permainan sulap, info selebriti, sinetron, dan lain-lain adalah tayangan yang berfungsi khusus untuk merusak otak generasi bangsa. Pada realitasnya, media dengan gamblang memaparkan berbagai adegan vulgar yang tidak layak tonton;

pornografi, kekerasan, dan simbol-simbol kekafiran. Lebih dari 90%

acara televisi terdiri dari acara yang tidak edukatif dan menstimulasi

79 Muhammad Amin, From Jomblo to Nikah, (Jakarta: Gramedia, 2014), h. 11-12 80 Arya Hudaraja, Kimcilisasi and Young Zaman Now, (Sukabumi: CV Jejak, 2018), h.

54

52

moral dan karakter yang buruk.81 Ini adalah serangan efektif dan dahsyat bagi kehancuran umat Islam di masa mendatang.82

Dalam Food (makanan), kebanyakan muslim sudah mafhum bahwa memakan daging babi atau meminum khamr merupakan perbuatan haram. Tapi, situasinya kini tidak sesederhana itu. Sebab, sekarang muncul syubhat (yaitu sulit membedakan status kehalalan dan keharamannya) dalam makanan, sehingga tidak jelas status halal dan haramnya. Produk-produk makanan dan minuman di pasaran sangat banyak, baik berasal dari impor maupun ekspor, namun kebanyakan muslim tidak memiliki kesadaran untuk memeriksa dan menyeleksi kandungan-kandungannya. Misalnya, tidak banyak yang memahami bagaimana status hukum kue yang mengandung rum (minuman beralkohol hasil fermentasi) atau makanan di restoran- restoran asing yang belum mendapat sertifikasi halal. Atau, tidak banyak yang menyadari bahwa obat kapsul yang disinyalir masih banyak yang menggunakan gelatin babi.83 Menurut pengalaman, penulis pernah diberikan coklat impor yang mewah, harganya mahal dan terlihat menggiurkan karena dilapisi warna emas. Coklat ini di Indonesia sudah terkenal, laku, dan lumrah dibeli oleh masyarakat.

Namun sayangnya coklat tersebut belum dilabeli halal dari MUI, maka ia berstatus syubhat. Apakah lantas penulis boleh memakannya karena sudah biasa dibeli oleh orang-orang padahal kehalalannya belum jelas/pasti? Karena itu, untuk berjaga-jaga lebih baik dijauhi. Sebab mengonsumsi makanan itu sangat besar

81 Yoyo Rodiya Dzulfikar, Perang Pemikiran di Era Globalisasi, h. 119-124 82 Arya Hudaraja, Kimcilisasi and Young Zaman Now, h. 55

83 Wendi Zarman, Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah Mudah dan Efektif, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2017), h. 365

pengaruhnya terhadap fisik pikiran, kejiwaan, dan keagamaan seorang muslim.

Sedangkan Fashion (pakaian), masyarakat terjebak dalam budaya yang mengabaikan hukum-hukum syariat, seperti misalnya menanggalkan hijab, melepas busana, menampakkan aurat yang seharusnya ditutupi, memakai make up tebal dengan warna-warna mencolok menarik perhatian, melupakan gaya berpakaian Islami, dituntut untuk memikirkan fashion yang terbaru dan gaya up to date sehingga mengabaikan ajaran agama. Muslimah dicekoki dengan mindset, “Cantik itu harus seperti ini, cantik harus memakai ini, cantik harus punya barang ini dan itu”. Dengan ajaran materialis itu, muslimah akan kehilangan inner beauty (kecantikan dari dalam;

akhlak dan moral). Menghabiskan waktu dengan mempercantik fisik namun lupa pada kondisi hati yang semakin hitam dan redup karena jauh dari agama.84 Gaya berpakaian Barat sesungguhnya dapat mencemarkan kaum wanita Islam, karena telah hilang rasa malu demi memamerkan auratnya.