• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi dalam Menerapkan Ghazw al-Fikr

BAB II SEKILAS TENTANG GHAZW AL-FIKR DAN DAMPAKNYA

D. Strategi dalam Menerapkan Ghazw al-Fikr

Taktik atau strategi yang musuh-musuh Islam lakukan diantaranya, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dengan istilah Tazyîn, Tahrîf, Tamanni, Takhwîf, Tafsîd, dan Taftin.

a. Tazyîn adalah tipu daya orang-orang kafir agar umat Islam memandang baik, menganggap benar, atau merasakan cocok dan tepat dengan situasi dan kondisi terhadap ideologi dan ajaran yang ditawarkan oleh mereka,

67 Felix Y. Siauw dan Tim Hijab Alila, Wanita Berkarir Surga, h. 96-97

44

َّ لَب ...

ََّنِ يُز َّ

َّ

ََّنيِ لَِّل

َّ

َّْاوُرَفَك

َّ

َّ كَم

َّ مُهُر

َّ

َُّّد ُصَو

َّْاو

َِّنَع َّ

َّ ِليِب سل َّٱ

َّ

نَمَو

َّ

َّ ضُي

َِّلِل

َّٱ

َُّ للّ

َّ

اَمَف

َّ

َُّ َ ل ۥَّ

َّ نِم

َّ داَه َّ

َّ٣٣

َّ

َّ

“...Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk.” (QS.

Al-Ra’d [13]: 33)

b. Tahrîf adalah upaya orang-orang kafir untuk membelokkan atau menyelewengkan pemahaman atau tafsir ajaran Islam yang sesungguhnya kepada pemahaman dan tafsir yang diinginkan oleh mereka sesuai dengan ideologi dan kepentingan mereka. Misalnya gerakan Tahrif yang sedang dilancarkan oleh kelompok JIL dan Paramadina.

۞

َّ طَتَف َ أ

ََّنوُعَم

َّ

ن َ أ

َّ

َّ ؤُي

َّْاوُنِم

َّ

َّ مُكَل

َّ

َّ دَقَو

َّ

ََّن َكَ

َّٞقيِر َف َّ

َّ

َّ نِ م

َّ مُه

َّ

َّ سَي

ََّنوُعَم

َّ

َّىَلَك

ََّمَّ

َِّ للّ ٱ

َّ

َّ مُث

َُّهَنوُفِ رَ ُيَ َّ

ۥَّ

َّ نِم

َّ

َّ عَب

َِّدَّ

اَم

َّ

َُّهوُلَقَع

َّ

َّ مُهَو

َّ

َّ عَي

ََّنوُمَل

َّ٧٥

َّ

َّ

“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?” (QS. Al-Baqarah [2]: 75)68

c. Tamanni adalah membangkitkan angan-angan kosong umat Islam baik urusan dunia atau akhirat.

68 Yoyo Rodiya Dzulfikar, Perang Pemikiran di Era Globalisasi, h. 73-74

َّ مُه ن ل ِض ُ َ لََو

َّ مُه نَيِ نَم ُ َ لََو َّ

َّ

لَأَٓو

َّ مُه نَرُم

َّ نُكِ تَبُيَلَف َّ

َّ

ََّناَذاَء

َّٱ

َّ َ لَ

َّ ن

َّىَع

َِّمَّ

لَأَٓو

َّ مُه نَرُم

َّ نُ ِ يَّغُي َلَف َّ

َّ

َّ لَخ

ََّق

َّ ِ للّ َّٱ

َّ

نَمَو

َِّذِخ تَي َّ

َّٱ

َّ ي شل

َّى َط

ََّن

َّ

َّٗ ِلَۡو اَّ

نِ م

َّ

َِّنوُد

َِّ للّ َّٱ

َّ

َّ دَقَف

ََّ ِسَخ َّ

َّ

ََّ سُخ

َّٗناا

َّٗنيِبُّم َّ

اَّ

١١٩

َّ

َّ

“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya". Barang siapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An- Nisâ` [4]: 119)

d. Takhwîf adalah program yang dilancarkan orang-orang kafir untuk menciptakan situasi, kejadian, kesaksian, atau informasi agar umat Islam merasa takut atau jera terhadap ideologi Islam, hukum syari’at Islam, perjuangan Islam atau bahkan Daulah Islam. Mereka takut dituduh teroris, fundamentalis, membuat makar, beraliran sesat, perampok, dan sejenisnya. Sehingga terciptalah sikap Islam fobia di kalangan mayoritas umat.

اَم نِإ ى َذ ََّّ

َُّمُكِل

َّٱ

َّ ي شل

َّى َط

َُّن

َّ ُفِ وَ ُيُ َّ

َّ

َّ و َ أ

َّ اَ ِلۡ

َُّهَء ۥَّ

َّ َلَف

َّ

َّ مُهوُفاَ تَ َ

َِّنوُفاَخَو َّ

نِإ َّ

َّ

مُتنُك

َّ

َّ ؤُّم

ََّيِنِم

َّ

١٧٥

َّ

َّ

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. ‘Âli Imrân [3]: 175)69

69 Yoyo Rodiya Dzulfikar, Perang Pemikiran di Era Globalisasi, h. 74-75

46

e. Tafsîd adalah sebuah rekayasa orang-orang kafir yang melakukan pembunuhan, penyerangan, perusakan, kekacauan, perpecahan dan semacamnya terhadap umat Islam, melalui antek-antek mereka atau melalui tangan orang lain yang sudah dibina dan dapat dikendalikan oleh mereka. Termasuk dalam pengertian tafsid adalah upaya pembuatan suatu organisasi atau gerakan tandingan, kemudian mereka melakukan hal-hal yang negatif, menyimpang atau sesat, khurofat dan sejenisnya. Setelah itu salah satu atau sebagian anggotanya membuat kesaksian di hadapan publik untuk mengesankan bahwa organisasi Islam tersebut profilnya seperti itu.

َّ ي َضَقَو

َّ اَن

َّ

َّى َ لِإ

َّ ِنَب َّ

َََّٰٓ سِإ َّ

ََّليِء

َِّف َّ

َّٱَّ ل

َّىَتِك

َِّب

َّ

َّ فُ َلَ

َّ نُدِس

َِّف َّ

َّٱ

َّ َ لَ

رۡ

َّ ِض

َِّ يَت رَم َّ

َّ

َّ عَ َلََو

َّ نُل

َّ

َّٗ وُلُع

َّٗيِّب َك اَّ

اَّ٤

َّ

َّ

“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu:

"Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar" (QS. Al-Isrâ` [17]: 4)

f. Taftin adalah rekayasa yang dilakukan oleh orang-orang kafir dengan cara mengadakan aksi-aksi teror, perusakan, perampokan, kerusuhan, bom, dan sejenisnya, kemudian dituduhkan/difitnahkan kepada umat Islam, padahal mereka sendirilah sebagai pelakunya atau bisa jadi pelakunya orang Islam yang awam atau polos sementara yang menjadi dalangnya (skenarionya) adalah orang- orang kafir sendiri. 70

َّىَقَو

َّ مُهوُلِت

َّ

َّى تَّح

َّ

َّ َ لَ

َّ

ََّنوُكَت

َّ

َّ تِف

َّٞةَن

َّ

ََّنوُكَيَو

َّٱ

َُّنيِ ل

َّ

َُّهُّ ُكُ

َّ ِ ِللّ ۥَّ

َِّنِإَف َّ

َّ

ٱ

َّ وَهَتن

َّْاَّ

َّ نِإَف

َّٱ

ََّ للّ

اَمِب َّ

َّ

َّ عَي

ََّنوُلَم

َّٞيّ ِصَب َّ

َّ٣٩

َّ

َّ

70 Yoyo Rodiya Dzulfikar, Perang Pemikiran di Era Globalisasi, h. 76-77

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfâl [8]: 39)

E. Dampak Negatif Ghazw al-Fikr terhadap Kehidupan Umat Islam 1. Penghancuran Akidah dan Akhlak

Sasaran utama program orang-orang kafir untuk melemahkan dan menghancurkan Islam adalah bidang Ideologi (akidah, tauhid), karena akidah memiliki peranan yang sangat utama, penting dan sentral dalam ajaran Islam. Amal dan perilaku manusia pada hakikatnya merupakan pancaran dari pandangan hidup dan keyakinan yang bersemayam di dalam hati dan pikirannya.

Akidahlah yang akan mempengaruhi, menentukan, dan menggerakkan seluruh aspek-aspek kehidupan seorang Muslim.

Benar dan tidaknya amal perilaku seorang muslim tergantung kepada benar dan tidaknya akidah orang tersebut. Bahkan sah dan tidaknya amaliah seorang muslim di sisi Allah, tergantung sah dan tidaknya akidah orang tersebut.71

Musuh-musuh Islam sering menghembuskan tuduhan dan fitnah dengan menggambarkan agama Islam secara buruk, bahwa Islam itu dicapai dengan kekerasan, memaksa semua rakyat masuk Islam, dan hukum negaranya kejam dan sadis. Tujuan mereka adalah untuk mengganti, mengubah, menyesatkan, menakut-nakuti, menjauhkan, menimbulkan kekacauan, atau setidaknya membuat ragu umat Islam terhadap ideologi Islam sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

71 Yoyo Rodiya Dzulfikar, Perang Pemikiran di Era Globalisasi, h. 63

48

وَإِ

اَذ

َّ

َّ تُت

َّىَل

َّ

َّ يَلَع

َّ مِه

َّ

اَنُتاَياَء

َّىَنِ يَب َّ

َّ ت

َّ

ََّلاَق

َّٱ

ََّنيِ لَّ

َّ

َّ َ لَ

َّ

َّ رَي

ََّنوُج

َّ

َّ اَقِل اَنَء

َّٱ

َِّت َّ ئ

َّ

َّ رُقِب

ٍَّناَء

َِّ يّ َغ َّ

َّ

َّىَه

َّ اَذ

َّ

َّ و َ أ

َّ ُ َّ

لِ دَب

َّ

َّ لُق

َّ

اَم

َّ

َُّنوُكَي

َّ ِل َّ

َّ

َّ ن َ أ

َّ

َُّ َ لِ دَب ُ

أ ۥَّ

نِم

َّ

َّ لِت

َّ اَق

َّ ي

َّ

َّ فَن

َّۖ ِس

َّ نِإ َّ

َُّعِب ت َ َّ

أ

َّ

َّ لَِإ

َّ

اَم

َّ

ََّٰٓ َحوُي

َّ َ َّ

لِإ

َّ ِ نِإ َّ

َّ

َّ ُفاَخ َ أ

َّ نِإ َّ

َّ

َّ ي َصَع

َُّت

َِّ بَر َّ

َّ

ََّباَذَع

َّ

َّ وَي

ٍَّمَّ

َّ ميِظَع

َّ١٥

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)” (QS. Yûnus [10]: 15)

Al-Qur’an juga memberikan informasi bahwa tujuan ghazw al- fikr lainnya adalah membuat umat Islam berhiruk-pikuk, dalam arti disibukkan dengan ajaran-ajaran dan ideologi-ideologi yang dikampanyekan oleh orang-orang Yahudi khususnya, sehingga efeknya secara otomatis, Al-Qur’an akan ditinggalkan.72

ََّلاَقَو

َّٱ

ََّنيِ لَّ

َّ

َّْاوُرَفَك

َّ

َّ َ لَ

َّ

َّ سَت

َّْاوُعَم

َّ

َّىَهِل اَذ

َّٱَّ ل

َّ رُق

َِّناَء

َََّّو ٱَّ ل

َّ وَغ

َّْاَّ

َِّهيِف

َّ

َّ مُك لَعَل

َّ

َّ غَت

ََّنوُبِل

َّ٢٦

“Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka." (QS. Fushilat [41]: 26)

ََّلاَقَو

َّٱ

َُّلوُس رل

ََّّىَي

َِّ بَر

َّ نِإ َّ

َّ

َّ وَق

َّ ِم

َّٱ

َّْاوُذَ تَ

َّ

َّىَه اَذ

َّٱَّ ل

َّ رُق

ََّناَء

َّ

َّ هَم

َّٗروُج اَّ

٣٠

“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan." (QS. Al- Furqân [25]: 30)

72 Yoyo Rodiya Dzulfikar, Perang Pemikiran di Era Globalisasi, h. 72

Berbagai kerusakan akhlak dan moral yang terjadi saat ini, seperti kebrutalan massa, kebebasan seksual (perzinaan), merajalelanya penggunaan obat-obat terlarang, kasus KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) telah mengakar kuat dan menjadi salah satu sebab mundurnya umat Islam.73 Awal mula krisis akhlak adalah adanya penyakit qalbu atau hati yang diidap seseorang.

Penyakit ini tumbuh subur di tengah kancah dunia yang penuh dengan hedonisme dan materialisme.74

Musuh-musuh Islam telah mengerti bahwa kekayaan,

kemewahan dan tenggelam dalam kelezatan, merupakan faktor dominan yang menyebabkan kesombongan, menghambat kemajuan ilmiah dan produktivitas, menghancurkan akhlak umat yang dapat menjadikan mereka lemah dan hina. Tujuannya adalah agar bermewah-mewahan dan bersenang-senang dengan segala sesuatu yang haram. Dibentangkannya di hadapan mereka jalan-jalan untuk memperoleh kekayaan, dihiasinya dan dipropagandakannya dengan reklame-reklame yang menawan, dibangkitkannya semangat mereka untuk berlomba-lomba memperoleh kenikmatan, kesombongan, dan mengeruk kekayaan.75

2. Penetrasi Budaya

Ada dua faktor yang turut menentukan buruknya kebiasaan muda-mudi dewasa ini, yaitu faktor kemalasan belajar agama dan faktor serangan budaya dari luar Islam. Faktor ini semakin hari

73 Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 217 74 Didin Hafidhuddin, Agar Layar Tetap Terkembang, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), h. 129

75 Abdul Rahman H. Habanakah, Metode Merusak Akhlak dari Barat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 60

50

semakin ganas dan semakin merosotkan dan bahkan menghancurkan kualitas generasi.76

َ ة ر ي ر هَ ِبِ أَ ن عَ،ِ يِ بُ ق لماَِن عَ، ب ئِذَ ِبِ أَ ن باَا ن ثَّد حَ، س نو يَ ن بَ د حْ أَا ن ثَّد ح

َ ي ل عَ اللهَىَّل صَِ ِبَّنلاَِن عَ، ه ن عَ َّللَّاَ يِض ر

َ: لا قَ، مَّل س وَِه

َ َّتِ حَ ة عاَّسلاَ مو ق تَ لْ «

َ عا رِذِبَاًعا رِذ وَ بُِشِبَاً بُِشَ،ا ه ل ب قَِنو ر قلاَِذ خ ِبَِ ِتَِّم أَ ذ خ تَ

َ لو س رَ يََ: ليِق فَ، »

َ: لا ق فَ؟ِموُّرلا وَ سِرا ف كَ،َِّللَّا

َ كِئ لو أَ َّلِْإَ ساَّنلاَِن م و «

»

َ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda:

Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah saw., “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?” (HR. Bukhârî) 77

Umat Islam telah bertubi-tubi dijejali oleh produk dan budaya Barat, yang telah begitu merusak kejernihan iman dan Islam. Nilai- nilai budaya Barat itu di antaranya gaya hidup materialisme, konsumerisme, dan hedonisme, serta pergaulan bebas yang dibumbui dengan mengonsumsi obat-obat terlarang (narkoba) dan minum-minuman keras, gaya penampilan seperti potongan rambut, gaya berpakaian (mode) yang transparan dan mempertontonkan aurat, dan lain sebagainya yang cenderung bertolak belakang bahkan bertentangan dengan ajaran agama Islam.78 Budaya-budaya itu terlihat begitu menggiurkan, terutama bagi anak muda. Saat ini, banyak pemuda menjadi konsumtif sehingga makin jauh dari tuntunan agama. Banyak di antara mereka yang lebih senang

76 Abu Syahidah, Kamu Hobi tapi Agama Melarang, (Jakarta: Gen Mirqat, 2007), h. 2 77 Muhammad bin Ismâ’îl Abû Abdullâh Al-Bukhârî, Shahîh Al-Bukhârî (Beirût: Dâr Thauq An-Najâh, 1422 H.), h. 102, no. 7319

78 Mahfud Junaedi, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam, (Depok: Kencana, 2017), h. 241

berleha-leha dan berfoya-foya.79 Di antara beberapa contoh globalisasi budaya Barat yang merusak itu penulis merangkumnya dalam 3F (Fun, Food, dan Fashion).

Dengan Fun (kesenangan, seni, film), adalah kesenangan atau hiburan melalui berbagai teknologi, seperti TV, smartphone, laptop, dan gadget-gadget yang lain. Dengan media-media itu, musuh Islam merusak otak generasi Islam. Media-media itu memang terlihat sederhana, simpel, dan sudah biasa/lumrah dalam kehidupan ini.

Padahal, alat-alat itu sangat mempengaruhi mindset (pola pikir) masyarakat. Dengan TV, umat Islam akan didoktrin dengan ajaran- ajaran yang sedikit menyimpang, contohnya seperti acara mistik.

Meski sedikit, lama kelamaan akan banyak. Pelan namun pasti, penyelewengan-penyelewengan di dalam TV dan gadget lainnya akan dianggap menjadi sebuah kebenaran. Artis berperilaku menggoda adalah benar, artis berpakaian seksi adalah benar, artis pacaran dan bermesraan adalah benar. Sama seperti kata pepatah,

kesalahan yang diulang-ulang akan menjadi kebenaran.80 Berbagai stasiun televisi menayangkan berbagai suguhan acara konser musik, lawak, permainan sulap, info selebriti, sinetron, dan lain-lain adalah tayangan yang berfungsi khusus untuk merusak otak generasi bangsa. Pada realitasnya, media dengan gamblang memaparkan berbagai adegan vulgar yang tidak layak tonton;

pornografi, kekerasan, dan simbol-simbol kekafiran. Lebih dari 90%

acara televisi terdiri dari acara yang tidak edukatif dan menstimulasi

79 Muhammad Amin, From Jomblo to Nikah, (Jakarta: Gramedia, 2014), h. 11-12 80 Arya Hudaraja, Kimcilisasi and Young Zaman Now, (Sukabumi: CV Jejak, 2018), h.

54

52

moral dan karakter yang buruk.81 Ini adalah serangan efektif dan dahsyat bagi kehancuran umat Islam di masa mendatang.82

Dalam Food (makanan), kebanyakan muslim sudah mafhum bahwa memakan daging babi atau meminum khamr merupakan perbuatan haram. Tapi, situasinya kini tidak sesederhana itu. Sebab, sekarang muncul syubhat (yaitu sulit membedakan status kehalalan dan keharamannya) dalam makanan, sehingga tidak jelas status halal dan haramnya. Produk-produk makanan dan minuman di pasaran sangat banyak, baik berasal dari impor maupun ekspor, namun kebanyakan muslim tidak memiliki kesadaran untuk memeriksa dan menyeleksi kandungan-kandungannya. Misalnya, tidak banyak yang memahami bagaimana status hukum kue yang mengandung rum (minuman beralkohol hasil fermentasi) atau makanan di restoran- restoran asing yang belum mendapat sertifikasi halal. Atau, tidak banyak yang menyadari bahwa obat kapsul yang disinyalir masih banyak yang menggunakan gelatin babi.83 Menurut pengalaman, penulis pernah diberikan coklat impor yang mewah, harganya mahal dan terlihat menggiurkan karena dilapisi warna emas. Coklat ini di Indonesia sudah terkenal, laku, dan lumrah dibeli oleh masyarakat.

Namun sayangnya coklat tersebut belum dilabeli halal dari MUI, maka ia berstatus syubhat. Apakah lantas penulis boleh memakannya karena sudah biasa dibeli oleh orang-orang padahal kehalalannya belum jelas/pasti? Karena itu, untuk berjaga-jaga lebih baik dijauhi. Sebab mengonsumsi makanan itu sangat besar

81 Yoyo Rodiya Dzulfikar, Perang Pemikiran di Era Globalisasi, h. 119-124 82 Arya Hudaraja, Kimcilisasi and Young Zaman Now, h. 55

83 Wendi Zarman, Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah Mudah dan Efektif, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2017), h. 365

pengaruhnya terhadap fisik pikiran, kejiwaan, dan keagamaan seorang muslim.

Sedangkan Fashion (pakaian), masyarakat terjebak dalam budaya yang mengabaikan hukum-hukum syariat, seperti misalnya menanggalkan hijab, melepas busana, menampakkan aurat yang seharusnya ditutupi, memakai make up tebal dengan warna-warna mencolok menarik perhatian, melupakan gaya berpakaian Islami, dituntut untuk memikirkan fashion yang terbaru dan gaya up to date sehingga mengabaikan ajaran agama. Muslimah dicekoki dengan mindset, “Cantik itu harus seperti ini, cantik harus memakai ini, cantik harus punya barang ini dan itu”. Dengan ajaran materialis itu, muslimah akan kehilangan inner beauty (kecantikan dari dalam;

akhlak dan moral). Menghabiskan waktu dengan mempercantik fisik namun lupa pada kondisi hati yang semakin hitam dan redup karena jauh dari agama.84 Gaya berpakaian Barat sesungguhnya dapat mencemarkan kaum wanita Islam, karena telah hilang rasa malu demi memamerkan auratnya.

F. Solusi dalam Menghadapi Fenomena Ghazw al-Fikr

Mengutip dari perkataan M. Amin Rais, “Salah besar kalau ada orang beriman berpendapat tidak mengapa di dunia menjadi manusia yang lemah, miskin, bodoh, dan tersisih menjadi pelengkap penderita, tetapi esok akan bahagia di akhirat. Ini gejala self-defeatism, mengaku kalah dan jadi pecundang tanpa berani bertanding, dan memilih kehinaan daripada kemuliaan. Agaknya akhlak ini dikutuk agama

84 Arya Hudaraja, Kimcilisasi and Young Zaman Now, h. 55

54

karena hakikatnya menghina agama itu sendiri.”85 Beliau menegaskan kepada umat Islam agar tidak berdiam diri, harus bangkit menghadapi, bertindak, dan melawan segala bentuk penjajahan dari luar serta memperbaiki moralitas bangsa. Karena itu, dibutuhkan solusi dan strategi dalam menghadapi fenomena ghazw aal-fikr.

a. Menyadari bahwa kita tengah berada dalam dominasi ghazw al- fikr, ada musuh yang membenci Islam dan senantiasa bekerja keras dan bersatu untuk menjauhkan kita dari Islam yang sebenarnya.

b. Membangun media-media Islam yang berjuang memenangkan perang informasi dan opini serta berpihak kepada kepentingan Islam, dengan cara menjelaskan kebohongan musuh, menjawab serangan pemikiran, menjawab opini yang buruk, membantah fitnah, membantah kesesatan, dan mengingatkan bahaya makar.86 c. Perlunya mengkaji dan mempelajari Islam, dimulai dengan

membangun dan memperbaiki akidah, seperti akidahnya generasi para sahabat yang memiliki sebuah konsekuensi, memiliki tuntutan yang kemudian mereka aplikasikan dalam kehidupan mereka. Kualitas keislaman kita pun sebenarnya sangat ditentukan oleh sejauh mana akidah itu terhunjam dalam dada kita, bukan ditentukan oleh berapa lama usia kita dalam Islam.87 d. Harus mengembalikan kehidupan kita kepada Al-Qur’an dan

sunnah Rasul secara utuh dan sempurna, bukan yang sebagian- sebagian, tetapi harus syamil (menyeluruh), kamil (lengkap), dan

85 Abdul Rohim Ghazali, Abdul Mu’ti, dkk., Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan;

Catatan Kritis Muktamar Teladan ke-47 Muhammadiyah di Makassar 2015, (Surakarta:

Muhammadiyah University Press, 2016), h. 420

86 AM. Waskito, The Power of Optimism, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2013), h. 101- 102

87 Tim Penceramah Jakarta Islamic Centre, Islam Rahmat Bagi Alam Semesta, (Jakarta:

Alifia Books, 2005), h. 86

mutakamil (melengkapi), sebagaimana firman Allah swt. dan sabda Nabi Muhammad saw.,88

اَهُّي َ أََٰٓي

َّٱ

ََّنيِ لَّ

َّْاوُعيِط َ َّ

أَّْا وُنَماَء ٱ

ََّ للّ

َّْاوُعيِط َ َّ

أَو ٱ

ََّلوُس رل

َّ ِلَّْو ُ َّ

أَو

َِّر م َ ٱ لَ

َّ

َّ َ

لِإَُّهوُّدُرَفَّ ء َشََّ ِفَّ مُت عَزىَنَتَّنِإَفَّ مُكنِم

َِّ للّ ٱ

َََّّو

َِّلوُس رل ٱ

َّنِإ َّ

َِّبَّ َنوُنِم ؤُتَّ مُتن ُك

َِّ للّ ٱ

َََّّو ٱ

َِّم وَ لۡ

َّ ِرِخلۡأٓ َّٱ

َّ

ََّس ح َ

أَوَّٞ يَّخَّ َكِلىَذ

َُّن

َّ اليِو أَت َّ

٥٩

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudia. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

(QS. An-Nisâ` [4]: 59)

"َ: لا قَ مَّل س وَِه ي ل عَ اللهَىَّل صََِّللَّاَ لو س رََّن أَ ه غ ل بَ هَّن أَ كِلا مَ ن ع

َ ت ك ر ت

"َِهِ يِب نَ ةَّن س وََِّللَّاَ با تِكَ:ا مِِبَِ م ت كَّس تََا مَاوُّلِض تَ ن لَ،ِن ي ر م أَ م كيِف

“Disampaikan oleh seseorang kepada Imam Malik bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, ‘Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara, jika kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak akan tersesat selamanya, yaitu kitab Allah dan sunnah Rasul.’”89

e. Menanamkan pikiran-pikiran Islami, mengatur program sebaik- baiknya, menentukan metode yang baik, memperhatikan dan mementingkan pendidikan Islam praktis. Tidak menyerahkan urusan ini, meski bagaimanapun kecilnya, kepada selain ahlinya yang bisa dipercaya. Karena meskipun keadaannya baik (layak)

88 Tim Penceramah Jakarta Islamic Centre, Islam Rahmat Bagi Alam Semesta, h. 92 89 Malik bin Anas, Muwatha’ Imam Mâlik, (Lebanon: Dâr Ihyâ` at-Turâts al-‘Arabi, 1985), h. 899, hadis no. 2

56

tetapi tidak dapat dipercaya, maka yang demikian ini lebih berbahaya daripada yang kurang baik (kurang ahli).

f. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menekankan pemahaman agama Islam berikut pengamalannya ke dalam hati para pemeluknya, contohnya seperti pembenahan internal, yang dilakukan dengan meningkatkan kebersihan, kedisiplinan, keteraturan, memperbaiki khulqiyah (perilaku), hingga pembenahan dalam skala besar, seperti meningkatkan sumber daya manusia.90 Kesibukan-kesibukan memperbaiki perilaku agar lebih sesuai akhlak Al-Qur’an tersebut dapat meningkatkan kesadaran dan mencegah pengaruh negatif masuknya ghazw al- fikr.

g. Mengisi kekosongan-kekosongan waktu dengan segala kegiatan yang berguna dan berfaedah, mengarahkan mereka kepada kebaikan, menyenangkan hati mereka dengan hiburan-hiburan yang mubah seperti olahraga, olah pikir, olah karsa, dan olah rasa. Serta kegiatan positif lainnya yang dapat menjauhkan para remaja dari kerusakan.

h. Membangun persatuan dan kebersamaan lewat lembaga dan organisasi Islam, serta membangun dakwah Islam secara terpadu dan bijaksana sesuai kemampuan.91

i. Tegas menolak segala aktivitas yang menyebabkan kerusakan.

j. Menciptakan lingkungan sosial yang Islami dan Qur’ani. 92

90 Peggy Melati Sukma dan Imam Shamsi Ali, Menjejak Amerika; Kuketuk Langit dari Kota Judi, (Jakarta: Mizan Publika, 2017), h. 217

91 Arum Faiza, Sabila J. Firda, dkk., Arus Metamorfosa Milenial, (Kendal: Ernest, 2018), h. 86-87

92 Abdul Rahman H. Habanakah, Metode Merusak Akhlak dari Barat, h. 56-57

57

BIOGRAFI SAYYID QUTHB DAN PROFIL KITAB TAFSIRNYA A. Biografi dan Karya

a. Riwayat Hidup

Nama lengkapnya adalah Sayyid Quthb Ibrâhîm Husain Asy- Syâdzilî. Lahir di Mausyah, salah satu wilayah provinsi Asyuth, di dataran tinggi Mesir. Beliau lahir pada tanggal 9 Oktober 1906. Ia dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang harmonis dan taat beragama, banyak membaca dan mendengarkan Al-Qur’an serta mengadakan acara-acara perkumpulan yang di dalamnya dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an.1

Ayah Quthb bernama al-Hajj Quthb bin Ibrâhîm Husain Asy- Syâdzilî, seorang ayah yang cinta ilmu dan menitik beratkan pendidikan dan anak-anaknya pada ajaran Islam dan mencintai Al- Qur’an. Hal ini mempengaruhi kehidupan Sayyid Quthb dan membentuknya menjadi orang yang terkenal, baik dalam ilmu sosial, politik, bahasa maupun dalam pendidikan. Sebagaimana dikatakan oleh Shaleh Abdul Fatah bahwa kelebihan-kelebihan yang ada pada ayahnya, itu sungguh sangat berpengaruh bagi kepribadiannya sehingga tercerminlah pada dirinya kepribadian ayahnya yang pernah beliau terapkan dalam kehidupannya. Itulah yang membuatnya menjadi orang yang berwibawa dan terhormat, konsisten pada agamanya, teguh pendirian, komitmen dan dermawan.2 Pekerjaan beliau adalah seorang petani terhormat yang relatif berada, dan menjadi anggota Komisaris Partai Nasionalis di

1 Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil-Quran Sayid Qutub, terj. Salafuddin Abu Sayyid, (Surakarta: Era Intermedia, 2001), h. 23-44

2 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 131

58

kammaksmdmaksmkmkamkmskd kamskdmaksmdk

maksdmkamsdk

BAB III

BIOGRAFI SAYYID QUTHB DAN PROFIL KITAB TAFSIRNYA A. Biografi dan Karya

a. Riwayat Hidup

Nama lengkapnya adalah Sayyid Quthb Ibrâhîm Husain Asy- Syâdzilî. Lahir di Mausyah, salah satu wilayah provinsi Asyuth, di dataran tinggi Mesir. Beliau lahir pada tanggal 9 Oktober 1906. Ia dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang harmonis dan taat beragama, banyak membaca dan mendengarkan Al-Qur’an serta mengadakan acara-acara perkumpulan yang di dalamnya dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an.1

Ayah Quthb bernama al-Hajj Quthb bin Ibrâhîm Husain Asy- Syâdzilî, seorang ayah yang cinta ilmu dan menitik beratkan pendidikan dan anak-anaknya pada ajaran Islam dan mencintai Al- Qur’an. Hal ini mempengaruhi kehidupan Sayyid Quthb dan membentuknya menjadi orang yang terkenal, baik dalam ilmu sosial, politik, bahasa maupun dalam pendidikan. Sebagaimana dikatakan oleh Shaleh Abdul Fatah bahwa kelebihan-kelebihan yang ada pada ayahnya, itu sungguh sangat berpengaruh bagi kepribadiannya sehingga tercerminlah pada dirinya kepribadian ayahnya yang pernah beliau terapkan dalam kehidupannya. Itulah yang membuatnya menjadi orang yang berwibawa dan terhormat, konsisten pada agamanya, teguh pendirian, komitmen dan dermawan.2 Pekerjaan beliau adalah seorang petani terhormat yang relatif berada, dan menjadi anggota Komisaris Partai Nasionalis di

1 Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil-Quran Sayid Qutub, terj. Salafuddin Abu Sayyid, (Surakarta: Era Intermedia, 2001), h. 23-44

2 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 131