BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembang-kan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah rasa, dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Sebagai pendidik yang profesional seorang guru mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian.
Oleh sebab itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah, pada Bab I ayat 1 dinyatakan bahwa, kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan mengelola satuan pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak (TK), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah
pertama (SMP), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), atau Sekolah Indonesia di Luar Negeri.
Sehubungan dengan penugasan tersebut ditegaskan pada Bab VI pasal 15 ayat 1 dan 2, tentang tugas pokok kepala sekolah bahwa, beban kerja kepala sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada guru dan tenaga kependidikan, dan beban kerja kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tersebut bertujuan untuk mengembangkan sekolah dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan.
Sesuai dengan SK Gubernur Sumatera Barat Nomor: 821/ 188 / BKD-2019 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Sebagai Kepala Sekolah dan sejak terhitung mulai tanggal 30 Januari 2019, penulis serahterima di SMA Negeri 3 Solok Selatan, maka sudah tumbuh obsesi untuk menjadikan SMA Negeri 3 Solok Selatan sebagai sekolah adiwiyata. Jauh sebelumnya karena memang SMA Negeri 3 Solok Selatan juga sebagai sekretariat MKKS, maka penulis bersama dengan para kepala sekolah lainnya sering melaksanakan pertemuan, sehingga secara tidak langsung sudah mengenali bagaimana kondisi lingkungannya. Sebagai sekolah yang berada di ibu kota kabupaten sangat memungkinkan untuk itu seperti yang telah penulis lakukan pada sekolah sebelumnya yaitu SMP Negeri 11 Solok Selatan dan SMA Negeri 7 Solok Selatan.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada para kepala sekolah sebelumnya, sejak sekolah ini didirikan dan menerima peserta didik baru. Menurut pengamatan penulis penataan lingkungan belum dijadikan sebagai program yang berkelanjutan, dan hal ini terlihat dari Rencana Kerja Sekolah (RKS), baik pada Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) 4 Tahunan, maupun Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) Tahunan. Penulis mengidentifikasi karakteristik sekolah dan ternyata penataan lingkungan menjadi skala prioritas untuk dijadikan sebagai program unggulan sekaligus menggerakkan program literasi sekolah.
Gambar 1: Kondisi awal salah satu lingkungan SMAN 3 Solok Selatan
Berbekal pengalaman penulis pada dua jabatan kepala sekolah sebelumnya dimana sekolah tersebut melaksanakan program sekolah adiwiyata dan Alhamdulillah keduanya menjadi andalan mewakili kabupaten Solok Selatan dalam mengikuti lomba sekolah adiwiyata pada tingkat provinsi Sumatera Barat maupun tingkat nasional. Maka mulailah penulis dalam waktu yang relatif singkat menyusun dan memantapkan strategi dalam mempersiapkan sekolah adiwiyata. Pada saat mempersiapkan atau menuju sekolah adiwiyata, tahun 2023 ini SMA Negeri 3 Solok Selatan juga mendapatkan kuota untuk melaksanakan akreditasi sekolah dan sekaligus mensukseskan program literasi sekolah. Sehingganya sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui, melaksanakan persiapan sekolah adiwiyata, program yang lainnya terbawa serta.
Mengingat banyaknya hambatan dan tantangan dalam melaksanakan sekolah adiwiyata yang menunjang kualitas pendidikan serta sekolah berbasis lingkungan, maka pada best practice ini penulis memfokuskan bagaimana strategi menuju sekolah adiwiyata.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dan rumusan masalah yang dapat di identifikasi oleh penulis adalah: Apakah melalui strategi Satu Dua Satu dapat diterapkan untuk menuju sekolah adiwiyata di SMA
Negeri 3 Solok Selatan, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat tahun 2023 ?.
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan best practice ini adalah:
a) Memberikan kesempatan kepada kepala sekolah, dalam rangka memenuhi pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui karya tulis ilmiah yang berupa best practice.
b) Sebagai wadah bagi kepala sekolah untuk mengeksplorasi pengalaman dalam rangka pengembangan sekolah dan mutu pembelajaran.
c) Agar pengalaman pribadinya dapat dicoba dan diterapkan oleh orang lain.
D. Manfaat
Manfaat teoritis penulisan best practice ini adalah sebagai bahan kajian ilmu pengetahuan terutama dalam tugas pokok fungsi kepala sekolah baik akademik maupun manajerial. Secara praktis dapat dijadikan bahan masukan dan referensi terutama dalam membagi pengalaman berharga kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas manajemen dan kepemimpinan di sekolah,
BAB II
METODE PEMECAHAN MASALAH
Menuju sekolah adiwiyata, tidak serta merta lingkungan ditata dan merubah perwajahan sekolah menjadi indah dan ramah lingkungan. Akan tetapi memerlukan persiapan dokumen administrasi pendukung yang tidak sedikit jumlahnya, memelihara budaya lingkungan yang asri dan melibatkan seluruh warga sekolah secara terus menerus. Kepedulian dan berbudaya akan lingkungan inilah yang akan terus-menerus dilakukan oleh kepala sekolah bersama dengan team work.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2009 tanggal 16 Maret 2009 pada Lampiran II, menjelaskan bahwa ada empat kriteria sekolah adiwiyata yaitu:
1. Pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan;
2. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan;
3. Pengembangan kegiatan berbasis partisipatif; dan
4. Pengembangan dan/atau pengelolaan sarana pendukung sekolah Dari ke empat kriteria itu masing-masingnya akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan meliputi:
a. visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan;
b. kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran materi lingkungan hidup (monolitik & integrasi);
c. kebijakan sekolah dalam melaksanakan kegiatan rutin tahunan lingkungan hidup dan kegiatan rutin sekolah lainnya dengan mengangkat tema lingkungan hidup;
d. kebijakan peningkatan sumber daya manusia (tenaga kependidikan dan non kependidikan di bidang pendidikan lingkungan hidup;
e. kebijakan sekolah dalam upaya peningkatan kegiatan sosialisasi dalam penerapan pendidikan lingkungan hidup bagi warga sekolah;
f. kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam;
g. kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat; dan
h. Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan masalah lingkungan hidup.
2. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan meliputi:
a. Pengembangan model pembelajaran (monolitik/integrasi);
b. Penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan hidup yang ada di mayarakat sekitar (isu lokal);
c. Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya;
d. Pemanfaatan media sumber belajar;
e. Pengembangan kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup; dan
f. Pengembangan materi pembelajaran pendidikan lingkungan hidup dengan memasukkan isu global.
3. Pengembangan kegiatan berbasis partisipatif meliputi:
a. Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/ kokurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis partisipatif di sekolah;
b. Menciptakan kegiatan aksi lingkungan dengan mengikutsertakan pihak luar sekolah;
c. Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar;
d. Membangun kegiatan kemitraan dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.
4. Pengelolaan dan/ atau pengembangan sarana pendukung sekolah meliputi:
a. Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pembelajaran pendidikan dan kesehatan lingkungan hidup;
b. Peningkatan kualitas sarana pendukung dan fasilitas sekolah;
c. Penghematan sumberdaya alam (air, listrik) dan alat tulis;
d. Peningkatan kualitas pelayanan dan pemeliharaan; dan e. Pengembangan sistem pengelolaan sampah.
Hasil penyesuaian dan revisi pada peraturan sebelumnya perihal yang sama, maka pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2013 tanggal 14 Mei 2013 tentang pedoman pelaksanaan program adiwiyata pada Lampiran II, menjelaskan bahwa:
A. Ruang Lingkup
Kegiatan pembinaan adiwiyata terdiri atas:
1. sosialisasi;
2. bimbingan teknis;
3. pembentukan sekolah model/percontohan;
4. pendampingan; dan
5. monitoring dan evaluasi program.
B. Tujuan
Pembinaan adiwiyata bertujuan untuk:
1. meningkatkan kapasitas sekolah untuk mewujudkan Sekolah Adiwiyata atau sekolah peduli dan berbudaya lingkungan;
2. meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dalam pengelolaan Program Adiwiyata; dan
3. meningkatkan pencapaian kinerja pengelolaan adiwiyata baik di propinsi maupun di kabupaten/kota termasuk sekolah dan masyarakat sekitarnya.
C. Materi
Komponen dan standar adiwiyata meliputi:
1. Kebijakan berwawasan lingkungan, memiliki standar:
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
b. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2. Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, memiliki standar:
a. tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup;
b. peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3. Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif memiliki standar:
a. melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah;
b. menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak, antara lain masyarakat, pemerintah, swasta, media, dan sekolah lain.
4. Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan memiliki standar:
a. ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan;
b. peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah.
Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang telah menerapkan sistem dengan maksud untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Program Adiwiyata sendiri telah dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan berlanjut oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang bertujuan untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup melalui kegiatan pembinaan, penilaian dan pemberian penghargaan Adiwiyata kepada sekolah.
Tujuan sekolah Adiwiyata secara umum bertujuan untuk mewujudkan masyarakat sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan dengan:
1. Menciptakan kondisi yang lebih baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (Guru, Murid, Orang Tua wali murid, dan warga masyarakat) dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
2. Mendorong dan membantu sekolah agar dapat ikut melaksanakan upaya pemerintah dalam melestarikan lingkungan hidup dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan demi kepentingan generasi yang akan datang.
3. Warga sekolah turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan.
Manfaat program Adiwiyata, Sekolah yang telah menerapkan program adiwiyata dapat merasakan manfaat baik bagi penerapan sistem belajar, proses belajar dan hasil
pembelajaran khususnya bagi peserta didik. Hal yang dirasakan oleh warga sekolah antara lain :
1. Merubah perilaku warga sekolah untuk melakukan budaya pelestarian lingkungan.
2. Meningkatkan effisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah.
3. Meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan sumber daya dan energi.
4. Meningkatkan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi seluruh warga sekolah
5. Menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah
6. Dapat menghindari berbagai resiko dampak lingkungan di wilayah sekolah.
7. Menjadikan tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik, dan benar.
Dari dua landasan hukum seperti yang telah diuraikan di atas serta mengacu kepada program kerja sekolah melalui Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM), Rencana Kerja Tahunan (RKT), dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), maka penulis optimis bahwasannya melalui atau menuju sekolah adiwiyata akan mampu membawa SMA Negeri 3 Solok Selatan dapat meningkatkan mutu pembelajaran sekaligus akan mewakili kabupaten Solok Selatan mengikuti kompetisi pada tingkat provinsi, dan bahkan penulis terobsesi untuk mewakili provinsi Sumatera Barat pada tingkat Nasional.
Gambar 2: Hasil program sekolah Adiwiyata di SMPN 11 Solok Selatan
Gambar 3: Hasil program sekolah Adiwiyata di SMAN 7 Solok Selatan
BAB III
PELAKSANAAN DAN HASIL YANG DIPEROLEH
Sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Kepala Sekolah se-Sumatera Barat tentang urusan pendidikan, bahwasannya pada tahun 2019, tahun dimana para kepala sekolah menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) 4 tahunan, Rencana Kerja Tahunan (RKT) adalah tahun pertama, sekaligus juga menyesuaikan anggaran tahun berjalan melalui Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Hal inilah yang membuat penulis optimis bahwa menuju sekolah adiwiyata adalah langkah tepat dimana para tim pengembang sekolah sedang berjibaku menyesuaikan dan mereview RKS dan RKJM serta menyesuaikan RKAS untuk mengoptimalkan dan mengunggulkan program sekolah adiwiyata.
Langkah menuju sekolah adiwiyata dengan tetap memprioritaskan program unggulan sekolah yang lainnya seperti yang telah dilaksanakan dan disukseskan oleh para kepala sekolah sebelumnya tetap membutuhkan kawalan yang serius. Hal inilah yang telah menjadi komitmen bersama seluruh stake holder sekolah pada rapat koordinasi sebelumnya. Pijakan penulis untuk meyakinkan kepada warga sekolah untuk menjadikan sekolah adiwiyata, sudah barang tentu membutuhkan kajian dan harus siap
menghadapi beberapa tantangan, baik pada saat ini maupun pada masa empat tahun mendatang sesuai dengan RKJM yang telah disepakati.
Berdasarkan pengalaman penulis mengelola sekolah adiwiyata pada dua sekolah sebelumnya yaitu SMP Negeri 11 Solok Selatan dan SMA Negeri 7 Solok Selatan, maka strateginya yang diterapkan di SMA Negeri 3 Solok Selatan yaitu Satu Dua Satu.
Strategi ini agak berbeda dari dua sekolah sebelumnya saat mengelola sekolah adiwiyata, mengingat karakteristik sekolah, jumlah peserta didik dan tenaga pendidik dan kependidikannyapun besarnya tiga kali lipat dari sekolah sebelumnya. Besar harapan dengan pola tersebut sekolah lainnyapun baik jenjang MA, SLB, dan SMK dapat juga menerapkan pola ini, sehingga best practice ini kelak dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan bagi satuan pendidikan lainnya untuk mencoba menerapkan strategi ini. Sangat disadari oleh penulis untuk mewujudkan atau menuju sekolah adiwiyata ini tentunya membutuhkan tekad dan komitmen yang besar pula, mengingat SMA Negeri 3 Solok Selatan berada di lingkungan yang sangat strategis dan merupakan jalur utama menuju ibukota kabupaten yang dilewati oleh tiga kecamatan yaitu kecamatan Sangir Jujuan, Sangir Batang Hari dan Sangir Balai Janggo. Menuju sekolah adiwiyata, dan menjadi sekolah adiwiyata serta menjadi rujukan bagi sekolah lainnya adalah merupakan obsesi penulis, apalagi untuk jenjang SLTA belum ada sekolah adiwiyata yang berada di wilayah ibu kota kabupaten Solok Selatan.
Strategi Satu Dua Satu menuju sekolah adiwiyata di SMA Negeri 3 Solok Selatan yang digagas oleh penulis ini, dapat diuraikan dengan langkah-langkah sebagai berikut;
1. SATU, artinya Satukan Tujuan.
Pada tahap ini penulis lakukan sebagai langkah awal sebelum disampaikan dalam rapat dinas, yaitu bersama dengan Tim Pengembang Sekolah saat mereview RKS, RKJM, RKT, dan RKAS. Membekali Tim Pengembang Sekolah lebih awal sekaligus mempelajari kelengkapan dokumen sekolah adiwiyata sengaja penulis lakukan, agar tim dapat lebih leluasa dan transfaran untuk mereview program kerja sekolah atau program kerja kepala sekolah sebelumnya serta menyesuaikan dengan program kerja yang akan dilakukan, pada saat ini dan masa-masa mendatang.
Harapan lainnya dengan tim pengembang sekolah yang solid dimana didalamnya ada pengurus komite juga, maka tim diharapkan juga dapat menjelaskan kepada para
unsur pimpinan yang lainnya yang berujung pada seluruh warga sekolah dapat merespon dan terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Membangun persepsi bahwa SMA Negeri 3 Solok Selatan akan menuju sekolah adiwiyata, seperti pada dua sekolah sebelumnya yang telah penulis lakukan, memberikan pencerahan kepada beberapa orang guru yang selama ini mungkin ketidakpeduliannya pada kemajuan dan perkembangan sekolah masih rendah ini tentu menjadi tantangan tersendiri.
Penulis memberikan apresiasi yang luar biasa kepada TPS yang telah berkomitmen dalam menyusun dan merevisi RKS, RKJM, RKT, dan RKAS, karena pada saat yang bersamaan dan proses revisi itu masih belum selesai maka segera melakukan rapat dinas sebagai langkah meyakinkan kepada seluruh pendidik dan tenaga kependidikan, bahwasannya kita mampu melaksanakan program ini tanpa harus menghilangkan atau bahkan mengurangi program unggulan yang sudah menghasilkan banyak prestasi baik akademik atau non akademik. Menyamakan tujuan ini atau lebih tepatnya membangun komitmen bersama ini melalui rapat dinas sebagai langkah lanjutan segera dilaksanakan agar seluruh warga sekolah dapat juga merespon dan membudayakan dari dini kepada peserta didik bahwa sekolah akan menuju sekolah adiwiyata.
Gambar 4: Rapat Koordinasi dengan team work 2. DUA, artinya Dedikasi Untuk Adiwiyata.
Ketika berbicara masalah adiwiyata, maka yang terbayang oleh kita adalah rindang, taman yang indah, bersih, sampah terkelola dengan baik, sirkulasi dan sanitasi air yang lancar, dan lain-lain. Ketika mind-set warga sekolah sudah seperti ini, hal ini sangat positif untuk mendedikasikannya kedalam bentuk sekolah adiwiyata. Kesiapan seluruh warga sekolah untuk mendedikasikan dirinya untuk sekolah adiwiyata merupakan modal besar yang perlu terus untuk dikontrol oleh seluruh tim dalam proses- proses berikutnya. Mendedikasikan dimaknai sebagai pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia, atau lebih kepada pengabdian.
Harapan besar yang dikandung dalam sebuah dedikasi dari sebuah program menuju sekolah adiwiyata dari seluruh warga sekolah yaitu pentingnya kebersamaan dalam sebuah kerja tim yang solid, tangguh dan rencana yang matang dari berbagai sisi.
Gambar 5: Rapat Dinas dan Koordinasi dengan Guru dan Staf Tata Usaha
Menuju sekolah adiwiyata memerlukan banyak komponen dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung. Keterlibatan, menyadarkan akan pentingnya program ini dari seluruh warga sekolah sudah barang tentu membutuhkan suatu proses yang panjang serta terus menerus dikawal dari berbagai lini program dan alokasi anggaran baik
internal sekolah maupun bagaimana upaya mengupayakan sumber dana lain diluar anggaran yang sudah dialokasikan secara bertahap.
Hal lainnya yang juga lebih penting lagi adalah keberlanjutan rencana kerja tim dari satu periode ke periode berikutnya. Misalkan, anggota dari unsur siswa, mempunyai masa keanggotaan selama 1,5 tahun. Sebelum mengakhiri masa pengabdiannya, yang bersangkutan dapat mempersiapkan penggantinya dengan mengikutsertakannya dalam kegiatan agar anggota yang baru tidak harus mulai dari awal lagi. Perencanaan juga penting untuk memastikan bahwa kegiatan Adiwiyata terus berlangsung, meskipun anggota-anggotanya telah berganti. Kegiatan sekolah adiwiyata bukan merupakan kegiatan orang per orang, melainkan merupakan kegiatan kolektif.
Oleh karena itu ketika sekolah mendedikasikan untuk menuju sekolah adiwiyata bahkan nantinya pada adiwiyata mandiri, itu artinya juga dedikasi sumber daya manusia yang ada didalamnya.
3. SATU, secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut;
a. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan langkah awal hampir dari setiap akan menyampaikan sesuatu program atau kegiatan. Melalui Tim Pengembang Sekolah (TPS) sudah dilakukan oleh penulis, kemudian dilanjutkan dengan rapat dinas yang melibatkan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan. Tantangan lain yang muncul saat dilaksanakan rapat dinas ketika dibuka sessi diskusi dan tanya jawab tentang program unggulan menuju sekolah adiwiyata yaitu ada beberapa orang guru yang mengawatirkan tentang program yang selama ini sukses yang nantinya akan terganggu oleh program baru ini. Tugas kepala sekolah memberikan pencerahan dan penguatan bahwasannya pada dua sekolah sebelumnya yang telah sukses melewati program sekolah adiwiyata, sementara kegiatan dan program lainnya bahkan bisa berjalan seiring dan saling mendukung. Hal ini cukup meyakinkan, karena pada kenyataannya memang ada yang sudah melihat dan mengunjungi secara langsung dua sekolah tersebut (SMP Negeri 11 Solok Selatan dan SMA Negeri 7 Solok Selatan).
Sisi lainnya dengan adanya TPS atau beberapa unsur pimpinan inilah yang sangat membantu dalam proses memberikan penguatan, sehingganya di atas 90%
peserta rapat mendukung program menuju sekolah adiwiyata ini. Tahapan berikutnya
inilah yang juga sangat menguntungkan, ketika masing-masing warga sekolah sudah mengetahui dan mulai memahami akan program menuju sekolah adiwiyata ini, sosialisasi dari berbagai lini dan tingkatan dapat mudah dengan cepat sampai pada sasaran.
Sosialisasi secara umum dan seluruh warga sekolah dapat mengikutinya, yaitu pada saat upacara bendera inilah yang sangat praktis, karena peserta upacara mendengar dan mendapatkan pencerahan secara langsung dari kepala sekolah. Sosialisasi dan pembiasaan-pembiasaan masih terus dilakukan oleh wakil kepala sekolah, Pembina OSIS, Wali Kelas, bahkan wali kelas inilah yang punya peran penting, sehingga pembiasaan-pembiasaan itulah yang akan menjadi cikal bakal yang nantinya menjadi budaya. Melibatkan pengurus OSIS dan Musyawarah Pengurus Kelas (MPK) sebagai tim bentukan dari perwakilan siswa ini sangat penting kita lakukan, mengingat siswa inilah yang nantinya menjadi pelaku utama sukses tidaknya program ini.
Gambar 6: Sosialisasi menuju sekolah adiwiyata oleh kepala sekolah b. Alokasi anggaran
Seluruh kegiatan rutin maupun insidental yang telah terangkum dalam RKAS yang bersumber dari sumber-sumber dana rutin seperti BOP, BOS, Komite, dan upaya pengembangan kewirausahaan sekolah serta sumber dana lainnya, telah menempatkan
pos-pos kegiatan yang sudah tepat. Namun demikian pelaksanaannya mesti diatur secara bertahap, terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan hasil review setiap tahunnya. Pun pada pelaksanaan menuju sekolah adiwiyata, alokasi anggaran perlu dilakukan pemantauan dan pengawasan oleh kepala sekolah, agar alokasi anggaran setiap tahunnya dapat berjalan sesuai dengan rambu-rambu yang baku dan akuntabel.
c. Tetapkan
Mulai tahun 2020 seluruh SMA/SLB/SMK, melalui RKS, RKJM dan RKT telah menetapkan sebagai tahun pertama, begitu juga di SMA Negeri 3 Solok Selatan, sampai nantinya tahun ke empat pada tahun 2023. Untuk menetapkan skala prioritas dalam sebuah program jangka panjang maupun jangka pendek tahunan yang terangkum dalam RKJM, RKT, dan RKAS membutuhkan pertimbangan atau analisis SWOT yang matang. Sangat menguntungkan bagi penulis karena proses analisis dan review dari banyaknya program kerja sekolah sudah dilakukan oleh kepala sekolah sebelumnya.
Pada Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan.
RKJM juga merupakan rencana kerja pencapaian tujuan berdasarkan skala prioritas.
Substansi rencana kerja tersebut diperoleh dari kesenjangan yang terjadi antara kondisi sekolah saat ini dengan kondisi ideal yang diharapkan, terutama sekali menyangkut kepada tujuan atau lebih tepatnya menuju sekolah adiwiyata. Indikator dari RKJM mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Penetapan ini pada awalnya melalui proses yang panjang dan berliku, mengingat serta menimbang bahwasannya menuju sekolah adiwiyata dan pada akhirnya nanti menjadi sekolah adiwiyata mandiri tentunya membutuhkan kontrol, terlebih pada proses pelaksanaan dan anggaran yang secara berkelanjutan perlu disediakan atau ditetapkan.
Hal ini tentunya diseuaikan dengan beberapa tahapan pelaksanaan yang telah disepakati bersama tim inti yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah. Penetapannya tidak hanya pada program dan anggaran, akan tetapi juga menyangkut evaluasi yang sudah barang tentu dilakukan secara berkala, baik oleh kepala sekolah maupun team work.
d. Unggul
Unggul ini dimaknai sebagai salah satu program unggulan, selain program kerja unggulan lainnya yang telah dilaksanakan secara rutin dan terpadu. Memunculkan program unggulan yang tergolong baru bagi warga SMA Negeri 3 Solok Selatan memerlukan kawalan yang serius mengingat program menuju sekolah adiwiyata ini dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan. Team work yang telah dibentuk dan ditetapkan secara bersama, membutuhkan pemantauan, laporan, evaluasi dan review yang berjenjang serta berkala baik pada tingkat peserta didik sampai kepada kepala sekolah sebagai top manager di sekolah.
Sebagai program unggulan atau lebih tepatnya yang diunggulkan untuk jangka waktu yang panjang dan bertahap, membutuhkan pemantauan dari berbagai pihak, baik internal sekolah maupun eksternal. Karena program ini juga lebih banyak bekerjasama dengan instansi lain seperti dinas pertanian dan atau kehutanan.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan
Berdasarkan uraian perencanaan, pelaksanaan, dan hasil yang diperoleh menuju sekolah adiwiyata melalui strategi Satu Dua Satu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;
1. Menyatukan tujuan melalui rapat koordinasi secara berkelanjutan mulai dari tingkat tim pengembang sekolah, para unsur pimpinan, team work sampai dengan melibatkan seluruh warga sekolah terbukti mampu melaksanakan program menuju sekolah adiwiyata.
2. Salah satu modal besar dari sebuah program yaitu ketika seluruh warga sekolah telah mengorbankan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia untuk menuju sekolah adiwiyata.
3. Melalui sosialisasi yang dilakukan secara bertahap dan berjenjang, mengalokasikan anggaran, menetapkan dalam sebuah RKS, RKJM, dan RKAS serta menyepakati menuju sekolah adiwiyata ini sebagai salah satu program unggulan dapat diyakini akan mendapatkan hasil maksimal.
B. Rekomendasi
Sebagai salah satu karya pengalaman terbaik dan wadah pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi pendidik dan tenaga kependidikan, disarankan sebagai berikut;
1. Guru dapat mengembangkannya dalam bentuk pengalaman berharga pada saat terlibat langsung maupun tidak langsung menuju sekolah adiwiyata atau pelaksanaan proses belajar mengajar.
2. Kepala sekolah dapat mencoba melaksanakan strategi Satu Dua Satu ini pada satuan pendidikan yang dikelolanya sebagai salah satu alternatif menjadikan sekolah berbasis dan berbudaya lingkungan.
3. Pengambil kebijakan untuk dapat mendorong dan merekomendasikan agar seluruh kepala sekolah untuk memulai dan mencoba menjadikan sekolahnya ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.
http://budiisroni78.blogspot.com/2023/12/smpn-11-solok-selatan-menuju-sekolah.html?
m=1
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Hasil Pengelolaan Sekolah Adiwiyata di SMPN 11 Solok Selatan
Piagam Penghargaan dari Gubernur Sumatera Barat
Hasil Pengelolaan Sekolah Adiwiyata di SMAN 7 Solok Selatan
Piagam Penghargaan dari Bupati Solok Selatan
Kondisi Sebelum dan Proses Strategi SATU DUA SATU
Menuju Sekolah Adiwiyata di SMAN 3 Solok Selatan
(Selama ± 5 Bulan dari bulan Februari s.d. Juni 2019)
Kondisi SEBELUM
Kondisi SESUDAH
Kondisi SEBELUM
Kondisi SESUDAH
Kondisi SEBELUM
Kondisi SESUDAH
Kondisi SEBELUM
Kondisi SESUDAH
Kondisi sesudah (yang masih dalam proses pengerjaan)
Kondisi beberapa lokasi yang masih dalam target pengerjaan