• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
digitalcontent

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

IV-1 dalam penelitian ini.

4.1.1 Data Observasi

Setelah dilakukannya observasi lapangan dan dilakukan wawancara didapatkan hasil dari penelitian ini sebagai berikut :

Penelitian ini difokuskan di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjungrejo, Kabupaten Kudus, dengan lokasi administratif berada di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo. Luas lahan total adalah 5,6 hektare dengan area untuk pembuangan seluar 4,4 hektare dan 1,05 hektare untuk bangunan dan jalan.

Sejak tahun 1989 hingga sekarang belum pernah ada perluasan lahan, dikelola secara controlled landfill. Berikut merupakan lokasi TPA Tanjungrejo yang digambarkan dari pengindraan jauh sebagai berikut.

Gambar 4.1 Pengindraan Jauh Lokasi TPA Tanjungrejo Sumber: Google Maps, 2023.

Selain itu dilakukan juga pengamatan lapangan terhadap permasalahan sampah di Kabupaten Kudus yang digambarkan dalam Gambar 4.2 dibawah .

(2)

IV-2

Gambar 4.2 Pohon Masalah Sampah di Kabupaten Kudus

Dari pohon masalah diatas dapat diuraikan bahwa permasalahan tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir disebabkan oleh dua faktor yaitu Pengelolaan TPA dan Sumber Daya Manusia.

Pengelolaan TPA yang belum efektif disebabkan oleh pengangkutan sampah yang tercampur, tidak adanya pemilahan ditingkat awal dan pengelolaan masih terpusat diakhir. Di sisi lain sumber daya manusia yang kurang adanya kesadaran untuk cinta lingkungan seperti menggunakan produk sekali pakai dan tidak memanfaatkan barang bekas yang masih bisa terpakai. Akibatnya dampak negatif muncul seperti pencemaran lingkungan dan merugikan masyarakat sekitar.

Pengelolaan sampah di Kabupaten Kudus belum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Kebijakan sebelumnya lebih mengandalkan TPA dengan pendekatan kumpul-angkut-buang, sementara diperlukan perubahan menuju pendekatan reduce at source dan resource recycle melalui penerapan 3R.

Pemerintah dan masyarakat melaksanakan lima tahap penanganan sampah (pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir) sesuai dengan kebijakan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008. Dalam kerangka ini, pemerintah daerah memegang peran kunci untuk melindungi kesehatan masyarakat, menjaga kualitas lingkungan, mencegah kecelakaan dan

(3)

IV-3

Pada Lampiran 4, responden adalah masyarakat Desa Tanjungrejo yang bertempat tinggal dekat dengan TPA Tanjungrejo, yang berjumlah 33 responden dari 50 orang yang merupakan perwakilan dari setiap rumah tangga. Penelitian dilakukan di pagi hari saat para pemulung sudah mulai melakukan aktivitas mereka di TPA Tanjungrejo. Berikut merupakan gambar kondisi TPA Tanjungrejo Kabupaten Kudus.

Gambar 4.3 Pemulung yang sedang Melakukan Pemilihan Sampah

Setelah dilakukan wawancara dengan responden masyarakat didapatkan data – data seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

(4)

IV-4 menyumbang sisanya sebanyak 30,3%.

Gambar 4.5 Karakteristik Responden berdasarkan Usia Sumber: Olah data primer, 2023

Mayoritas responden berada dalam kelompok usia 31-40 tahun (48%), diikuti oleh kelompok usia 41-50 tahun (24%). Responden berusia <30 tahun sebanyak 12%, sementara kelompok usia 51-60 tahun dan >60 tahun masing- masing sebanyak 12% dan 3%.

Tabel 4.1 Rata-Rata Harga Jual Barang Bekas Jenis Harga /kg

(musim kemarau)

Harga /kg (musim hujan)

Kertas Rp 600,00 Rp 300,00

Plastik kresek Rp 300,00 Rp 100,00 Botol Plastik Rp 3.000,00 Rp 2.700,00 Kaleng Rp 1.700,00 Rp 1.500,00 Gelas Plastik Rp 3.200,00 Rp 2.900,00 Buku- Koran Rp 1.400,00 Rp 1.000,00 Kardus Rp 1.700,00 Rp 1.300,00 Besi Rp 4.600,00 Rp 4.400,00

Sumber: Pengepul sampah/ Rosok Rejosari, 2 Agustus 2023

(5)

IV-5

Gambar 4.6 Pendapatan Responden Sumber: Olah data primer, 2023

Gambar diatas menunjukkan ada 7 responden dengan pendapatan di bawah 1 juta, pendapatan antara 1 – 2 juta 16 orang dan pendapatan diatas 2 juta 9 orang.

Data diatas merupakan pendapatan responden saat musim hujan. Terdapat perbedaan harga jual barang bekas saat musim hujan dan musim kemarau, hal ini mempengaruhi jumlah pendapatan mereka. Pada saat musim kemarau jumlah pendapatan mereka bisa naik antara Rp 90.000 – Rp 210.000 per bulan dibandingkan pada musim penghujan.

Gambar 4.7 Kondisi Lingkungan sekitar TPA Sumber: Olah data primer, 2023

Gambar diatas menunjukkan sebagian besar responden menganggap lingkungan sekitar TPA Tanjungrejo bersih. Dengan jumlah 9 orang yang menganggap biasa dan 23 orang menganggap lingkungan bersih.

(6)

IV-6

Gambar 4.8 Keluhan Kesehatan Responden Sumber: Olah data primer, 2023

Gambar diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah tidak memiliki keluhan. Dengan jumlah 32 orang tidak memiliki keluhan dan hanya 1 orang yang memiliki keluhan tentang kesehatannya.

b. Responden Stakeholder

Berdasarkan wawancara terhadap stakeholder/ pemangku kepentingan yang terkait yaitu Kepala TPA Tanjungrejo Kabupaten Kudus didapatkan hasil dari ini sebagai berikut:

Pengelolaan Sampah di Kabupaten Kudus digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 4.9 Diagram Alur Pengelolaan Sampah di Kabupaten Kudus Sumber: Arsip Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus, 2022

Pengelolaan Sampah di TPA Tanjungrejo Kabupaten Kudus digambarkan dalam skema berikut:

(7)

IV-7

Gambar 4.10 Diagram Alur Pengelolaan Sampah di TPA Tanjungrejo Kabupaten Kudus Tahapan alur pengelolaan sampah di Kabupaten Kudus sebagai berikut :

1. Pelayanan Masyarakat

Pada tahap ini sampah diambil dan dikumpulkan dari rumah – rumah warga ditingkat rumah tangga oleh petugas menggunakan transportasi gerobak ataupun kendaraan roda 3 bak terbuka. Kemudian sampah dikumpulkan dan diletakkan di TPS (Tempat Pembuangan Sementara) masing – masing daerah. TPS tersedia di masing – masing kecamatan dan jumlah TPS tersedia di Kabupaten Kudus sebanyak 13 TPS.

2. TPS (Tempat Pembuangan Sementara)

TPS di Kabupaten Kudus terdapat 2 jenis yaitu yang berupa bangunan dan berupa kontainer – kontainer. Pada tahap ini sampah yang sudah terkumpul dari pelayanan masyarakat akan dimasukkan kedalam kontainer – kontainer yang akan diangkut oleh dumptruck nantinya dan masing – masing TPS diperuntukkan untuk melayani kapasitas sampah dari beberapa desa di kecamatan tersebut.

Gambar 4.11 Salah Satu TPS di Kabupaten Kudus dengan Kontainer

(8)

IV-8

Gambar 4.12 Salah Satu TPS di Kabupaten Kudus dengan Bangunan 3. TPA

Setelah sampah terkumpul di dalam kontainer masing-masing TPS, dumptruck akan mengangkutnya pada pukul 08.00 dan 15.00 setiap hari kecuali Minggu.

Gambar 4.13 Motor Roda Tiga Sedang melakukan Penimbangan

Kendaraan pengangkut sampah ditimbang, lalu menuju gudang pemilahan.

Di sana, sampah berharga dipisahkan dan dikumpulkan, sedangkan sisanya dibuang di area pembuangan. Pemilahan dilakukan pada sampah dari instansi yang tidak melibatkan Dinas Lingkungan Hidup.

(9)

IV-9

Gambar 4.14 Gudang Pemilahan Sampah

Dalam pengelolaan sampah, digunakan eskavator dan buldozer. Eskavator digunakan harian untuk membolak–balikkan sampah dan meratakan tumpukan.

Setelah itu, dilakukan perataan dan pemadatan dengan buldozer untuk menghindari sampah berterbangan dan meningkatkan efisiensi penyimpanan serta pengangkutan. Berikut merupakan gambar alat berat sedang melakukan pemindahan dan penataan tumpukan sampah.

Gambar 4.15 Eskavator Melakukan Penataan Tumpukan Sampah

Selain untuk meratakan dan memadatkan tumpukan sampah, penggunaan alat berat juga membantu dalam mengurangi risiko penyebaran bau dan sampah akibat terjangan angin,

Setiap hari dilakukan pengangkutan sampah dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) kecuali Hari Minggu. Untuk mencegah overload dan menjaga kebersihan lingkungan, pengambilan dilakukan kolektif pada Hari Senin.

(10)

IV-10

memberikan dampak melalui penciptaan sumber pendapatan.

4.2.1 Valuasi Ekonomi

Data – data yang didapatkan mengenai valuasi ekonomi TPA Tanjungrejo Kabupaten Kudus dihitung dan ditampilkan untuk memudahkan dalam menganalisis permasalahan dalam penelitian. Valuasi ekonomi mencakup replacement cost, cost of illness, dan pendapatan masyarakat.

1. Dampak Sosial

Persepsi masyarakat terhadap dampak sosial dari TPA Tanjungrejo melibatkan aspek kesehatan, lingkungan, dan kenyamanan. Dampak-dampak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

A. Lingkungan

Hasil penelitian dari wawancara dengan masyarakat sekitar menunjukkan bahwa secara umum tidak terjadi kerusakan lingkungan yang signifikan di sekitar TPA Tanjungrejo. Selain itu, tidak ada tanda-tanda pencemaran air yang menyebabkan perubahan warna atau bau yang tidak menyenangkan, dan tidak ada polusi udara yang signifikan yang diakibatkan oleh keberadaan TPA Tanjungrejo.

Pengolahan air lindi di TPA Tanjungrejo memungkinkan penguraian sampah dan mempertahankan kualitas air. Lingkungan sekitar TPA tetap bersih, dan airnya tetap dapat digunakan oleh masyarakat tanpa keluhan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat tidak mengeluhkan kebersihan di sekitar TPA, kualitas sumber air dan kondisi air. Pengelolaan sampah di TPA Tanjungrejo dilakukan dengan baik, termasuk pengolahan leachate, sehingga tidak ada pencemaran lingkungan sekitar.

Penilaian nilai eksternalitas dampak lingkungan menggunakan replacement cost. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa tidak ada keluhan masyarakat terkait pencemaran sumber air atau bau tidak sedap akibat TPA Tanjungrejo.

Masyarakat tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk pengharum ruangan atau obat pengusir serangga.

(11)

IV-11 Luas panen (ha) Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha) 2021 2022 2021 2022 2021 2022 30112 33322 171357 196822 5,69 5,91

Sumber : BPS Jawa Tengah, 2022

Berdasarkan harga Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp 4.895,-/ kg (BPS Indonesia, 2022). Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat dihitung rupiah yang hilang dari produktivitas bahan pangan di lahan TPA yaitu sebesar 5,45 Ha x 5,91 ton/Ha x 1000 x Rp 4.895,- = Rp 157.665.502

Sehingga nilai eksternalitas dari dampak lingkungan eksternal yang ditimbulkan TPA Tanjungrejo dari penilaian replacement cost adalah Rp 157.665.502.

B. Kesehatan

Keberadaan TPA Tanjungrejo di Kabupaten Kudus tidak berdampak signifikan pada kenyamanan dan kesehatan masyarakat Desa Tanjungrejo.

Meskipun ada keluhan tentang ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas), masyarakat menganggap bahwa dampaknya sudah biasa dan tidak ekstrem. Data kesehatan mendukung bahwa keluhan utama masyarakat berkaitan dengan gangguan pernapasan seperti asma, serta penyakit lain seperti diare, sakit perut dan demam berdarah.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus dalam publikasi “Profil Kesehatan Kabupaten Kudus 2021”, fasilitas kesehatan tedekat dan mencakup wilayah kerja dari TPA Tanjungrejo adalah Puskesmas Tanjungrejo.

1. Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri. Meskipun dapat menyebabkan penyakit ringan, pneumonia merupakan penyebab kematian menular utama pada anak-anak di seluruh dunia. Temuan kasus terbanyak adalah pada Puskesmas Mejobo sebesar 18,3%, sedangkan pada Puskesmas Tanjungrejo hanya 2,2%.

Didapatkan dari temuan 232 sampel yang diambil ditemukan kasus

(12)

IV-12

4.810.741,- per pasien (Marhenta et al., 2022). Populasi pemulung adalah 50 orang, maka perhitungan cost of illness sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 = 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 = 5

232 𝑥 50 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 = 2 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑥 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 = 2 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑥 𝑅𝑝 4.810.741 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 = 𝑅𝑝 9.621.482

Maka biaya cost of illness penyakit pneumonia sebesar Rp 9.621.482 Tabel 4.3 Temuan Kasus Pneumonia Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo

Tahun 2020-2022

Tahun Jumlah Temuan Kasus Persentase

2020 230 11 4.78%

2021 232 5 2.16%

2022 234 4 1.71%

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, 2022

2. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair, disertai dengan peningkatan frekuensi buang air besar (3 kali atau lebih dalam sehari), mungkin disertai muntah atau tinja berdarah. Jumlah temuan pada masing – masing puskesmas menunjukkan persentase kasus terendah pada Puskesmas Gribig (2,6990%) dan tertinggi adalah Puskesmas Rendeng (2,7007%) sedangkan Puskesmas Tanjungrejo (2,7002%). Didapatkan dari temuan 30,442 sampel yang diambil ditemukan kasus diare sebanyak 822 kasus. Biaya medis atau beban biaya pasien diare rata–rata dengan rata–rata biaya langsung medis secara keseluruhan sejumlah Rp 1.562.590,- per pasien (Gunawan et al., 2020). Dengan perhitungan cost of illness sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 = 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

(13)

IV-13

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 = 𝑅𝑝 3.125.180

Maka biaya cost of illness penyakit diare sebesar Rp 3.125.180

Tabel 4.4 Temuan Kasus Diare Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo Tahun 2020-2022

Tahun

Jumlah

Penduduk Kasus Persentase

2020 64.346 1.737 2,70%

2021 30.442 822 2,70%

2022 64.346 1.737 2,70%

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, 2022

3. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Jumlah kasus di wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Kudus yang tertinggi ada di Puskesmas Jati sebanyak 26 kasus, kemudian yang paling rendah Puskesmas Sidorekso, Jepang dan Jekulo masing – masing sebanyak 2 kasus sedangkan Puskesmas Tanjungrejo dengan 6 kasus dari 129 sampel. Angka kesakitan DBD di Kabupaten Kudus pada tahun 2021 sebesar 14,9 per 100.000 penduduk. Biaya medis atau beban biaya pasien DBD rata-rata dengan rata-rata biaya langsung medis secara keseluruhan sejumlah Rp.4.829.955,- per pasien (Sihite, et al., 2017). Dengan perhitungan cost of illness sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 = 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 = 6

129 𝑥 50 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 = 3 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑥 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 = 3 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑥 𝑅𝑝 4.829.955 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 = 𝑅𝑝 14.489.865

(14)

IV-14 Tahun

Jumlah

Temuan Kasus Persentase

2020 40 1 2.50%

2021 129 6 4.65%

2022 553 50 9.04%

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, 2022

Berdasarkan data diatas bahwa keluhan kesehatan masyarakat sekitar TPA Tanjungrejo Kabupaten Kudus memang minim. Untuk melakukan perhitungan nilai eksternalitas dari dampak kesehatan digunakan cost of illness. Berdasarkan data – data yang telah dikumpulkan terdapat temuan – temuan kasus masalah kesehatan masyarakat sekitar Tanjungrejo. Masalah kesehatan yang ditemukan berupa kasus pneumonia, kasus diare dan kasus Demam Berdarah.

ΣBP = BP1+BP2++BP3+…+BPn (4.1)

ΣBP = 9.621.482+3.125.180 +14.489.865 ΣBP = Rp 27.263.527

Total dari cost of llness yang ditimbulkan TPA Tanjungrejo adalah Rp 27.263.527.

2. Dampak Ekonomi

Pendapatan pemulung sangat dipengaruhi oleh harga jual sampah per kilogram. Naiknya harga sampah berdampak pada peningkatan pendapatan mereka, sebaliknya, harga rendah dapat mengurangi pendapatan. Kondisi sampah, apakah basah atau kering, juga mempengaruhi harga jualnya. Sampah basah dihargai lebih rendah, sehingga pemulung harus menjemur sampah tersebut, membutuhkan waktu tambahan sebelum dijual kepada pengepul. Selain itu, kondisi fisik para pemulung juga dapat mempengaruhi pendapatan mereka.

Aktivitas fisik yang berat akan membatasi jumlah waktu yang dapat dihabiskan di lapangan, hal ini dapat berdampak terhadap pendapatan.

(15)

IV-15

Gambar 4.16 Pemulung yang sedang Istirahat

Untuk melakukan perhitungan nilai eksternalitas dari dampak ekonomi masyarakat digunakan pendapatan masyarakat. Estimasi total eksternalitas positif menggunakan rumus (Bujagunasti, 2009):

Estimasi total = (I1+I2+I3...+In)/n (4.2) Keterangan:

In = pendapatan responden ke-n

Estimasi total = rata-rata pendapatan masyarakat yang bersumber dari TPA Tanjungrejo

Berdasarkan data-data pada Lampiran 6 Tabel Rekap Wawancara Pemulung terkait pendapatan masyarakat dengan pendapatan saat musim hujan sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑢𝑙𝑢𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 =𝑅𝑝 47.150.000

33 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑅𝑝 1.428.788/bulan

Dengan rata-rata pendapatan adalah Rp 1.428.788/bulan dan jumlah populasi masyarakat yang bekerja sebagai pemulung adalah 50 orang.

𝑇𝑅 = 𝐼𝑛 𝑥 𝑛 (4.2)

𝑇𝑅 = 1.428.788 𝑥 50 𝑇𝑅 = 71.439.400

(16)

IV-16

komponen – komponennya yaitu eksternalitas positif dan negatif. Dengan rumus sebagai berikut :

𝑇𝐸 = 𝑃𝐸 − 𝑁𝐸 (4.3)

Keterangan :

TE = Total Externality PE = Positive Externality NE = Negative Externality

Dengan perhitungan sebagai berikut,

𝑇𝐸 = 857.272.800 − 157.665.502 − 27.263.527 𝑇𝐸 = 672.343.771

Maka total nilai eksternal yang ditimbulkan dari keberadaan TPA Tanjungrejo Kabupaten Kudus adalah Rp 672.343.771

4.2.2 Studi Kelayakan Pemanfaatan Biogas

Dalam studi kelayakan proyek pemanfaatan biogas, evaluasi dilakukan untuk menentukan apakah proyek ini layak dilaksanakan. Evaluasi ini mencakup aspek sosial dan ekonomi. Evaluasi ini menjadi dasar keputusan apakah proyek produksi gas metana TPA dapat dilanjutkan atau tidak, serta menentukan langkah- langkah perbaikan. Penilaian kelayakan potensi produksi gas metana menggunakan estimasi hasil produksi gas metana (Sinaga et al., 2023). Umur ekonomis proyek adalah 10 tahun. Selain itu pengabaian nilai sisa dikarenakan pada proyek pemerintah, aset tidak dimaksudkan untuk dijual di akhir umur ekonomisnya, sehingga nilai sisa ini diabaikan (Ula et al., 2022).

Dampak sosial dari proyek pemanfaatan biogas dapat dinilai dari beberapa point sebagai berikut:

a. Akses energi yang lebih terjangkau, masyarakat tidak bergantung pada ketersediaan gas LPG untuk mencukupi kebutuhan sehari–hari mereka.

sehingga menghemat pengeluaran yang digunakan untuk membeli gas.

(17)

IV-17

memiliki dan bertanggung jawab terhadap lingkungan mereka.

Perhitungan potensi gas metana yang dapat dihasilkan oleh TPA Tanjungrejo Kabupaten Kudus berdasarkan model first tier IPCC (Pipatti et al, 2006). Jumlah sampah yang dihasilkan Kabupaten Kudus setiap harinya dan proyeksi sampah tahun 2030. Dengan data pertumbuhan penduduk Kabupaten Kudus:

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Kabupaten Kudus

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Jenis Data

1990 631.205 Sensus Penduduk

2000 703.721 Sensus Penduduk

2010 779.076 Sensus Penduduk

2014 821.109 Data Proyeksi

2020 849.184 Sensus Penduduk

2022 856.344 Proyeksi

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah

Dari tabel tersebut dilakukan interpolasi dan ekstrapolasi jumlah penduduk pada tahun-tahun yang tidak ada datanya berdasarkan persamaan linear sebagai berikut:

Penduduk(tahun) = intercept + slope * tahun

Dengan menggunakan tabel excel didapat nilai intercept dan slope untuk empat kurun waktu sebagaimana disajikan pada table berikut,

Tabel 4.7 Intercept dan Slope untuk Interpolasi Jumlah Penduduk Kabupaten Kudus kurun 1990-2000 2000-2010 2010-2014 2014-2020 2020-2022

SLOPE 7251.6 7535.5 10508.25 4679.2 3644.0

INTERCEPT 631205 628366 568911 708809 739864

(18)

IV-18

2023 859.988

2024 863.632

2025 867.276

2026 870.920

2027 874.564

2028 878.208

2029 881.852

2030 947.791

2031 952.666

2032 957.541

2033 962.416

Perhitungan jumlah potensi gas metana yang dapat dihasilkan TPA Tanjungrejo menggunakan data timbulan sampah. Dengan sampah perkapita perhari sebesar 0,1019 kg, maka perhitungan jumlah sampah yang dihasilkan berdasarkan proyeksi pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Proyeksi Timbulan Sampah Kabupaten Kudus Tahun Sampah

Masuk (ton/hari)

Sampah Masuk Total (ton/tahun)

2023 87.65 31990.55

2024 88.02 32126.11

2025 88.39 32261.66

2026 88.76 32397.21

2027 89.13 32532.76

2028 89.50 32668.32

2029 89.87 32803.87

2030 90.24 32939.26

2031 90.62 33074.79

2032 90.99 33210.32

2033 91.36 33345.86

Pemanfaatannya untuk masyarakat sebagai energi alternatif diperlukan perhitungan nilai kalor sebagai kesetaraan pengganti gas konvensional.

(19)

IV-19

Kayu bakar 3,5 kg Sumber: Wahyuni, 2008 1. Penilaian Kelayakan Proyek

Pada penilaian aspek ekonomi metode yang dapat digunakan adalah Payback periode, Benefit Cost Ratio dan Internal rate of return (IRR). Dengan menggunakan metode IPCC Waste Model rata-rata perhitungan volume biogas yang dapat dihasilkan setiap harinya adalah sebagai berikut :

Jumlah gas metan akan berbeda saat musim kemarau dengan kandungan saat musim penghujan, perbandingan kandungan saat musim kemarau sebesar 46,6% dari musim penghujan (Sahwan et al., 2019) . Berdasarkan Lampiran 16, jumlah gas metana yang dihasilkan tahun 2023 pada musim penghujan sebesar 486,76ton dan pada musim kemarau sebesar 226,87ton dengan total 713,63ton setara dengan 1099 m3. Berdasarkan tabel konversi biogas terhadap gas LPG (Wahyuni, 2008) tiap 1m3 biogas setara 0.46 kg elpiji, maka didapatkan jumlah 3,01 m3 biogas setara dengan 505,535 kg gas elpiji. Nilai potensi ekonomisnya yang menjadi nilai pendapatan pada Lampiran 17.

Jumlah sumur pipa penangkap gas yang akan dipasang adalah 20 buah.

Komponen utama yang dibutuhkan dalam pipa–pipa penangkap gas diuraikan dalam Bill of Material berikut :

Tabel 4.11 Bill of Material Pipa Vertikal Penangkap Biogas Bill of Material Pipa Vertikal

Barang Jumlah Harga Satuan

Pipa 4 inch 20 Rp 90.000

Tabel 4.12 Bill of Material Kaki Pipa Penangkap Biogas Bill of Material Kaki Pipa

Barang Jumlah Harga Satuan

Pipa 4 inch 20 Rp 90.000

(20)

IV-20

Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Kabupaten Bangka Barat, 2021).

Tabel 4.13 Rancangan Anggaran Pengelolaan Sampah menjadi Biogas No Nama Barang Jumlah Harga Satuan Harga Total 1 Pipa ¾ inch 78 Rp 27.500 Rp 2.145.000 2 Pipa 4 inch 45 Rp 90.000 Rp 4.050.000

3 Blower 2 Rp 2.500.000 Rp 5.000.000

4 Keran 87 Rp 22.500 Rp 1.957.500

5 Sambungan Pipa ¾ 112 Rp 6.000 Rp 672.000 6 Knee Pipa 4 inch 80 Rp 22.500 Rp 1.800.000

7 T Joint 87 Rp 5.000 Rp 435.000

8 Tutup Pipa 20 Rp 6.000 Rp 120.000

9 Solasi Pipa 20 Rp 3.500 Rp 70.000

10 Tandon 1000 L 1 Rp 1.500.000 Rp 1.500.000 11 Instalasi 5 Rp 500.000 Rp 2.500.000

Total Rp 20.249.500

Sumber: Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kabupaten Kudus (Harga TB. Sambung Jaya, 2 Agustus 2023)

a. Payback period

Penelitian ini menggunakan metode discounted payback period yang mempertimbangkan nilai uang terhadap ekivalensi tahunan dengan rumus sebagaimana persamaan 4.5.

Ѳ′𝑘=1 (𝑅𝑘 − 𝐸𝑘)(𝑃/𝐹, 𝑖%, 𝑘) − 𝐼 ≥ 0, (4.4) Keterangan:

θ' = Discounted payback period

R = Pendapatan Tahunan

E = Pengeluaran tahunan I = Investasi awal

(P/F,i%,k) = interest rate ekuivalensi

i% = suku bunga

(21)

IV-21

● Terdapat perbedaan pendapatan saat musim hujan dan kemarau, sehingga setengah tahun musim kemarau dan setengah tahun penghujan. Tabel Potensi Pendapatan pada Lampiran 17.

Didapatkan pada penelitian ini nilai payback periode sebesar 7,45 tahun.

Tabel 4.14 Perhitungan discounted payback period

Faktor diskon(3%)

Kas masuk (ekuivalensi)

Kas Keluar

(ekuivalensi) Kumulatif PW 0 1 Rp 3,033,197.25 Rp 303,742.50 -Rp20,249,500.00 1 0.9708738 Rp 2,965,543.96 Rp 294,895.63 -Rp17,578,851.67 2 0.9425959 Rp 2,900,947.72 Rp 286,306.44 -Rp14,677,903.95 3 0.9151417 Rp 2,839,003.06 Rp 277,967.42 -Rp11,838,900.89 4 0.8884870 Rp 2,779,364.72 Rp 269,871.28 -Rp 9,059,536.18 5 0.8626088 Rp 2,721,739.52 Rp 262,010.95 -Rp 6,337,796.66 6 0.8374843 Rp 2,665,879.29 Rp 254,379.56 -Rp 3,671,917.36 7 0.8130915 Rp 2,611,574.69 Rp 246,970.45 -Rp 1,060,342.67 8 0.7894092 Rp 2,558,649.77 Rp 239,777.13 Rp 1,498,307.09 9 0.7664167 Rp 2,506,957.29 Rp 232,793.33 Rp 4,005,264.38 10 0.7440939 Rp 2,456,374.61 Rp 226,012.95 Rp 6,461,638.99

b. Benefits Cost Ratio

Benefit Cost Ratio atau BCR pada penelitian ini seluruh nilai uang dari investasi awal, pengeluaran dan pemasukan diekuivalensikan ke nilai tahunan sebagaimana dalam persamaan 4.10

𝐵 − 𝐶 =𝐶𝑅+𝑃𝑊(𝑂&𝑀)𝑃𝑊 (𝐵) (4.5) Keterangan:

AW = Annual worth of

B = Benefit of the project

O&M = Operating & Maintenance cost

CR = capital recovery (ekuivalen investasi awal) Maka perhitungan sebagai berikut :

CR = Rp 20.249.500

(22)

IV-22

Kas masuk (ekuivalensi) Kas Keluar (ekuivalensi) Rp 3,033,197.25 Rp 303,742.50 Rp 2,965,543.96 Rp 294,895.63 Rp 2,900,947.72 Rp 286,306.44 Rp 2,839,003.06 Rp 277,967.42 Rp 2,779,364.72 Rp 269,871.28 Rp 2,721,739.52 Rp 262,010.95 Rp 2,665,879.29 Rp 254,379.56 Rp 2,611,574.69 Rp 246,970.45 Rp 2,558,649.77 Rp 239,777.13 Rp 2,506,957.29 Rp 232,793.33 Rp 2,456,374.61 Rp 226,012.95 PW Rp 27,006,034.62 Rp 2,590,985.14

𝐵 − 𝐶 = 𝐴𝑊 (𝐵)

𝐶𝑅+𝐴𝑊(𝑂&𝑀) (4.5)

𝐵 − 𝐶 = 𝑅𝑝 27.006.034 𝑅𝑝 20.249.500+𝑅𝑝 2.590.985

𝐵 − 𝐶 =𝑅𝑝 27.006.034 𝑅𝑝 22.840.485

𝐵 − 𝐶 = 1,18, dengan BCR > 1 maka proyek layak untuk dijalankan.

c. Internal rate of return (IRR)

Internal Rate of Return didapatkan menggunakan tabel excel. Semakin tinggi nilai IRR, maka semakin direkomendasikan. Dengan waktu studi 10 tahun didapatkan pada rancangan proyek ini nilai IRR sebesar 6,78%.

Tabel 4.16 Perhitungan Internal rate of Return

MARR 3

Investment Rp 20,249,500.00 Study

Periode 10 years

EOY Cashflow

0 -Rp 20,249,500.00

1 Rp 2,750,767.78

2 Rp 2,773,872.93

3 Rp 2,798,512.79

4 Rp 2,824,456.98

5 Rp 2,851,499.56

6 Rp 2,879,456.79

(23)

IV-23

Referensi

Dokumen terkait

dapat diketahui pada DFD level 1 sub sistem pencatatan waktu kedatangan pesawat terdapat tiga proses atau aktivitas utama yaitu mencatat estimasi waktu kedatangan

Untuk subset pertama untuk variasi 1,8 mm dam 4,1 mm artinya antara 2 taraf tersebut tidak terdapat perbedaan rata - rata yang signifikan atau mempunyai variansi yang sama

Kemudian waktu-waktu pengamatan dikonversi menjadi angka acak dan dipilih 32 angka bilangan random dengan menggunakan rumus bilangan random pada Microsoft Excel,

Dari data temperatur selama 4 hari yang telah didapatkan pada area produksi cake dihitung rata-rata dan dipilih data temperatur dengan nilai tertinggi dari tiap titik pada gradien

Hal ini dapat menyatakan bahwa variabel kansei pada layanan pengiriman mampu menjelaskan elemen estimasi pengiriman sebesar 16.1% dan sisanya sebesar 83.9% merupakan

Pada setiap proses dilakukan uji normalitas data, uji kecukupan data, uji keseragaman data, dan hasil waktu yang digunakan merupakan rata-rata dari 10 kali pengamatan.. Berikut

Untuk menghitung equipment failure losses membutuhkan data downtime dan loading time proses produksi pada tabel 4.3. Rumus yang digunakan untuk menghitung equipment

Pada tabel ini, cara perhitungannya sama dengan tabel – tabel sebelumnya diatas, dengan rumus baris lama – ( koefisien pada kolom kunci ) x nilai baru baris kunci,