BAB IV
GAMBARAN UMUM, PEMBAHASAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH
A. Gambaran Umum Obyek Yang Diteliti
Sesuai dengan judul yang diangkat, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini, penulis melaksanakan penelitian.
Kapal KM. Labobar merupakan salah satu armada kapal penumpang milik perusahaan PT. PELNI yang berkedudukan di Jakarta.
Memiliki nama panggilan YHKN dan nomer IMO 9281542. Kapal ini merupakan kapal dengan GT. 15.136 Ton, DWT 3.599 Ton dan NRT 4.939 Ton. Kapal ini adalah buatan Weyer-Werit Papenburg,Jerman dan tahun pembuatannya pada tahun 2004. Km. Labobar mampu melaju dengan kecepatan 22.35 knot. Kapal ini merupakan kapal penumpang terbesar yang dimiliki pelni. Kapal ini mampu mengangkut penumpang sebanyak 3.084 orang dan ber home base di Surabaya.
B. Pembahasan Masalah
Pada saat penulis mengambil data di atas kapal mengenai pelaksanaan dinas jaga di Km. Labobar. ditemui masih banyak kekurangan-kekurangan yang dimilki oleh para crew dan ABK diantaranya pada saat akan melaksanakan tugas jaga, disini terlihat dengan jelas bahwa pemahaman para crew atau ABK tentang pelaksanaan tugas jaga sangat kurang sehingga pelaksanaan tugas dan tanggung jawab itu tidak terlaksana sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dalam pengambilan data tersebut di atas penulis mengambil sampel pada saat pelaksanaan
tugas jaga di atas kapal, disini terlihat dengan jelas bahwa perwira dan ABK seringkali meninggalkan anjungan sewaktu melaksanakan tugas jaga tanpa alasan yang tepat.
Berdasarkan pada hasil pengamatan dan pengambilan data yang ada maka penulis mengambil suatu analisa yang berpatokan pada data tersebut yaitu ada beberapa perwira atau ABK belum memahami secara pasti tentang pelaksanaan dinas jaga diatas kapal yang sesuai dengan COLREG 1972
Dengan adanya data yang didapat penulis dari hasil pengamatan / pengambilan data (terlampir) maka untuk meningkatkan pemahaman akanpelaksanaan tugas jaga di atas kapal maka perwira / ABK seharusnya mengetahui hal apa saja yang akan dilakukan sebelum melaksanakan tugas jaga.
Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh perwira atau ABK maka pelaksanaan tugas jaga akan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Sesuai dengan aturan 5 COLREG 1972menyatakan bahwa “Tiap kapal harus senantiasa melakukan pengamatan yang cermat, baik dalam penglihatan dan pandangan maupun dengan semua sarana yang tersedia sesuai dengan keadaan dan suasana sebagaimana lazimnya, sehingga dapat membuat penilaian yang layak terhadap situasi dan bahaya tubrukan”. Hal ini bertujuan untuk :
1. Menjaga kewaspadaan secara terus menerus dengan penglihatan dan juga dengan sarana lain yang ada, sehubungan dengan setiap
perubahan penting dalam hal suasana pengoperasian.
2. Memperhatikan sepenuhnya situasi-situasi dan resiko tubrukan, kandas dan bahaya navigasi lain.
3. Mendeteksi kapal-kapal yang sedang berada dalam bahaya, orang- orang mengalami kecelakaan kapal, kerangka kapal atau bahaya- bahaya lain yang mengancam navigasi
4. Menekankan pada suatu keadaan sangat siaga dan siap untuk bertindak mengatasi apapun yang terjadi
Adapaun temuan penulis yang menyebabkan tubrukan di laut yang disebabkan oleh Human Error, berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan penulis saat penelitian sehingga berkaitan dengan rumusan masalah yang dibahas.
Pelaksanaan operasional kapal yaitu dinas jaga laut berlangsung di anjungan kapal yang melibatkan Perwira Jaga / Officer dan ABK khususnya deck departemen. Hal ini berlangsung secara terus menerus untuk tetap menjaga kapal agar tidak mengalami kecelakaan di laut.
Kecelakaan di laut bisa saja terjadi ke semua kapal karena berbagai macam faktor. Dalam hal ini, faktor Human Error merupakan faktor yang paling banyak menyebabkan terjadinya kecelakaan di laut. Adapun kesalahan kesalahan yang sering dilakukan Perwira Jaga atau Juru Mudi yang dapat mengakibatkan terjadinya tubrukan di laut.
1. Juru Mudi sering terlambat naik ke anjungan.
2. Perwira Jaga atau Juru Mudi sering tertidur saat di anjungan.
3. Juru Mudi sering tidak melaksanakan serah terima jaga.
4. Perwira Jaga atau ABK sering tidak memperhatikan instruksi Nakhoda.
5. Perwira Jaga atau ABK belum memahami prosedur dinas jaga sesuai COLREG 1972 .
Kegiatan operasional kapal ini tentunya tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan dari COLREG 1972. Dalam COLREG 1972 aturan 5 telah ditentukan bahwa harus melakukan pengamatan setiap saat saat jaga di anjungan.
Mengingat pola pikir ABK yang beraneka ragam, pada penelitian ini penulis berpendapat bahwa peraturan COLREG 1972 banyak dilanggar.
Hal ini sesuai dengan pengamatan penulis yang seringkali menyaksikan kejadian-kejadian dimana Perwira Jaga atau ABK tidak mematuhi prosedur dinas jaga yang benar saat di anjungan. Hal ini dikarenakan latar belakang ABK dan kurangnya pengetahuan serta pemahaman tentang jaga laut di anjungan yang merupakan faktor lain yang berpengaruh dan memberikan andil yang besar terhadap terjadinya tubrukan di laut. Faktor- faktor yang menyebabkan kurangnya kesadaran awak kapal untuk melaksanakan prosedur jaga di KM. Labobar sebagai berikut :
1. Rendahnya Tingkat Pengetahuan ABK Tentang Aturan COLREG Dalam hal ini ada beberapa ABK yang masih belum memenuhi standard sertifikasi crew kapal yang ada di STCW 1995. Dan dari keterangan yang di dapat dari beberapa ABK, ABK masih belum mengerti dan memahami isi dari COLREG 1972 dikarenakan ABK
tidak mengerti Bahasa Inggris dengan baik. Maka, ABK hanya melakukan kegiatan berdasarkan kebiasaan.
2. Kurangnya Pengarahan Dari Nahkoda Maupun Perwira Kapal Dalam meeting / pertemuan antara semua crew kapal, Nahkoda dan Mualim satu jarang membicarakan / membahas masalah prosedur dinas jaga laut di kapal. Adapun yang dibahas pertemuan selama ini adalah jika terjadi kejadian / kecelakaan. Dan pertemuan ini pun jarang dilakukan oleh Nahkoda sebagai pimpinan di kapal..
3. Kurangnya Pengawasan Dari Perwira Kapal
Para Perwira di kapal jarang memberikan pengarahan kepada Juru Mudi atau Cadet Dek. Nakhoda juga selalu memberikan order ketika jaga dimalam hari agar selalu menyalakan radar. Namun hal itu jarang sekali di perhatikan dikarenakan alasannya adalah agar radar tersebut awet.
4. Kurangnya Respon Dari Perusahaan Mengenai Kerusakan Alat Navigasi
Perusahaan adalah pemilik kapal dan perusahaan harus memberikan edukasi kepada ABK kapal. Markonis juga sering mengirim surat perbaikan alat navigasi terhadap perusahaan. Tapi hasilnya perusahaan jarang merespon pesan tersebut. Akibatnya alat navigasi banyak yang sering eror saat digunakan ketika berlayar.
5. Kurangnya Istirihat Bagi Juru Mudi
Juru Mudi sering terlambat dan ketiduran waktu melaksanakan
dinas jaga. Hal ini dikarenakan Juru Mudi di atas kapal saya juga bekerja sebagai pedagang asongan. Hal ini mengakibatkan selalu terlambatnya Juru Mudi ketika naik ke anjungan dan kelelahan akibat kurang tidur.
Dari analisa data tersebut, maka penulis perlu membahas lebih lanjut untuk mencari pemecahan masalah untuk meningkatkan kesadaran ABK dan juga Perwira dalam pencegahan tubrukan di laut sesuai aturan aturan yang telah ditetapkan. Semua harus mengetahui tugas dan tanggung jawab sesuai jabatan yang telah ditentukan.
C. Pemecahan Masalah
1. Upaya Meningkatkan Kesadaran Awak Kapal Dalam Mencegah Tubrukan di Laut
Selain mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam mencegah terjadinya pencemaran di laut. Adapun usaha-usaha yang dilakukan perwira kapal untuk menanggulanginya dengan cara sebagai berikut :
a. Meningkatkan Pengetahuan dan Pelatihan ABK
Pengetahuan dan kemampuan profesionalme bagi bagi mereka harus diberikan pembekalan teknis antara lain implementasi prosedur dinas jaga dan pengelolaan (manajemen).
Pendidikan dan Pelatihan diperlukan agar dalam bekerja di atas kapal tidak lagi sesuai dengan kebiasaan. Di pihak industri perkapalan, pemilik kapal atau perusahaan pelayaran juga harus
mengetahui dan mengerti COLREG 1972. Perusahaan pelayaran juga harus membuat sistem pendidikan dan pelatihan untuk para Nahkoda dan awak kapal lainnya supaya dapat mengetahui dan melaksanakan tugasnya untuk mencegah tubrukan di laut.
Untuk menjamin kelanjutan tugas dan agar pekerjaan berjalan baik dan mengantisipasi perkembangan baru teknolgi dan peraturan tambahan yang berjalan dengan cepat, maka dibutuhkan pendidikan dan pelatihan untuk karyawan yang lama atau yang baru. Waktu pendidikan hendaknya diambil yang tepat dengan mengantisipasi akan beralkunya peraturan baru.
Salah satu realisasi yang diwujudkan di kapal yaitu dengan melakukan kegiatan OBT (On Board Training) oleh perusahaan, sedangkan semua ini memerlukan sistem pendidikan dan sertfikasi yang spesifik untuk masing-masing personel.
b. Pengarahan Dari Nahkoda Maupun Perwira di Kapal Tentang Peraturan Tentang Dinas Jaga di Laut
Nahkoda sebagai pemimpin di atas kapal dan Mualim I Sebagai perwira yang bertanggung jawab, maka Nahkoda dan Mualim I selalu memberikan pengarahan kepada Juru Mudi dan Perwira Jaga lainnya. Tujuannya agar Juru Mudi lebih mengerti dan memahamai tentang dinas jaga dan Juru Mudi diarahkan untuk dapat memenuhi peraturan peraturan yang ada. Dalam pengarahan, Nahkoda juga melakukan evaluasi yang dihasilkan dari pekerjaan yang telah dilakukan sehingga dapat dijadikan
referensi bagi pekerjaan yang akan dilakukan di masa yang akan datang dengan tetap menuju pada peraturan dan prosedur yang benar.
Biasanya dalam briefing nakhoda melaksanakannya setelah latihan kebakaran dan meninggalkan kapal. Selain juga membahas masalah ketika latihan, nakhoda juga memberikan beberapa pesan agar para perwira dan abk selalu senantiasa memberikan pengarahan tentang dinas jaga yang baik dan benar.
Untuk meningkatkan pengetahuan setiap anak buah kapal mengenai dinas jaga dalam pelaksanaannya, maka setiap perwira dek dan crew hendaknya benar-benar memahami dan mengikuti setiap petunjuk pelaksanaan pada tugas jaga sesuai dengan COLREG 1972. Dengan hal ini crew yang berkepentingan harus dibekali dengan keterampilan dan kecakapan sebelum naik kapal maka anak buah kapal khususnya yang belum pernah mengikuti keterampilan untuk berjaga harus mengikuti kursus-kursus dan latihan pada diklat yang menyelenggarakan kursus tersebut.
Supaya pengetahuan itu lebih bermanfaat maka di atas kapal harus diadakan pembimbingan atau pengenalan terhadap semua crew kapal khususnya bagi mereka yang belum mengetahui tanggung jawabnya dalam melaksanakan suatu tugas jaga yang baik.
Untuk itu pada pemecahan masalah ini penulis menuangkan pengalaman/pengetahuan yang didapat selama bekerja di atas
kepada para pembaca yang masih awam tentang pelaksanaan tugas jaga, sebagai tambahan ilmu pengetahuan selain yang diperkenalkan oleh para dosen tentang hal tersebut.
Adapun hal-hal yang harus diketahui sebelum melaksanakan tugas jaga yaitu :
1) Serah terima tugas jaga.
2) Tugas jaga dalam kondisi-kondisi dan daerah yang berbeda.
3) Perairan pantai dan perairan padat lalu lintas.
4) Persiapan untuk serah terima tugas jaga.
Dalam melaksanakan serah terima jaga seorang perwira pengganti harus mengerjakan :
1) Perwira pengganti harus menjamin bahwa anggota-anggota tugas jaga yang membantunya sepenuhnya mampu menjalankan tugas-tugas khususnya sehubungan dengan penyesuaian diri dengan pandangan di malam hari. Perwira pengganti tidak boleh mengambil alih tugas jaga sebelum daya pandangnya sepenuhnya telah menyesuaikan dengan kondisi cahaya yang ada.
2) Sebelum mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti harus mendapatkan kepastian tentang posisi yang sebenarnya atau posisi duga kapal, dan harus mendapat kejelasan tentang haluan dan kecepatan kapal. Pengendalian UMS (Unmanned Machinery Space) dan harus mencatat setiap kemungkinan bahaya navigasi selama tugasnya.
3) Perwira pengganti harus memperoleh kepastian dalam hal.
(a) Perintah-perintah harian dan petunjuk-petunjuk khusus lain dari nakhoda yang berkaitan dengan navigasi.
(b) Posisi, haluan, kecepatan dan sarat kapal.
(c) Gelombang laut pada saat itu atau yang diperkirakan, arus laut, cuaca, jarak tampak dan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap haluan dan kecepatan kapal.
(d) Prosedur-prosedur penggunaan mesin induk untuk olah gerak. Jika mesin induk berada dibawah kendali anjungan.
(e) Situasi navigasi termasuk :
(1) Kondisi operasional seluruh peralatan navigasi dan peralatan pengamanan yang sedang digunakan atau yang mungkin akan digunakan selama tugas jaga.
(2) Kesalahan-kesalahan gyro dan kompas magnetik.
(3) Adanya dan terlihatnya kapal-kapal lain atau adanya kapal-kapal lain yang tidak terlalu jauh dari kapal sendiri.
(4) Kemungkinan kondisi-kondisi tertentu serta bahaya yang akan dihadapi selama tugas jaga.
Menurut COLREG 1972 diharuskan para perwira yang melaksanakan tugas jaga navigasi harus
1) Sama sekali tidak boleh meninggalkan anjungan sebelum ada pengganti jaga.
2) Perwira tugas jaga harus memiliki pengetahuan penuh tentang letak dan pengoperasian seluruh peralatan navigasi yang ada, dan harus mengetahui serta mempertimbangkan keterbatasan kemampuan operasional peralatan bersangkutan.
3) Harus selalu melakukan pengamatan agar dapat memperhatikan sepenuhnya situasi di sekitar kapal dan juga mendeteksi resiko tubrukan.
4) Jika merasa ragu dalam tindakan yang dilakukan pada saat dinas jaga untuk keselamatan kapal harus memberitahu nakhoda.
c. Tugas Jaga Dalam Kondisi-Kondisi Dan Daerah-Daerah Yang Berbeda
1) Cuaca Baik
Dalam COLREG 1972. Jika perwira tugas jaga navigasi harus sering melakukan baringan-baringan terhadap kapal-kapal yang mendekat secara cepat, untuk
dijadikan petunjuk pendeteksian adanya resiko tubrukan masih tetap ada meskipun adanya perubahan baringan yang cukup besar atau sebuah kapal tunda, atau jika sangat dekat dengan kapal lain. Perwira tugas jaga harus mengambil tindakan dini yang positif sesuai dengan peraturan internasional pencegahan tubrukan di laut tahun 1972 dan kemudian memastikan bahwa tindakannya telah, memberikan hasil yang diinginkan. Setiap jam nya harus selalu mengecek posisi pada peta.
2) Tampak Terbatas
Jika daya tampak berkurang atau diperkirakan bahwa kapal akan mengalami tampak terbatas maka tanggung jawab pertama perwira navigasi adalah mengacuh pada pengaturan-pengaturan internasional pencegahan tubrukan di laut tahun 1972. Dengan perhatian khusus pada isyarat kabut, tentang kapal melaju dengan kecepatan yang aman dan menyiapkan mesin untuk melakukan oleh gerak setiap saat. Perwira jaga harus senantiasa selalu mengecek radar dan agar selalu mengecek posisi pada peta.
Menyalakan lampu navigasi apabila cuaca berkabut.
3) Pada Waktu Malam Hari
Perwira Jaga dan Juru Mudi harus menyalakan lampu navigasi. dan harus memperhatikan radar serta selalu melakukan pengamatan di sekeliling kapal. Setiap jamnya
juga harus mengecek posisi pada peta.
d. Pengamatan
Pengamatan yang baik harus selalu dilaksanakan sesuai dengan aturan 5 peraturan internasional pencegahan tubrukan di laut kaitannya dengan tanggung jawab perwira jaga di atas kapal harus sesuai dengan tujuan :
1) Menjaga kewaspadaan secara terus menerus dengan penglihatan dan pendengaran dan juga dengan sarana lain yang ada hubungannya dengan setiap perubahan
2) Memperhatikan sepenuhnya situasi-situasi dan resiko-resiko tubrukan, kandas dan bahaya navigasi lain
3) Tugas jaga harus mampu memberikan perhatian penuh untuk menjamin suatu pengamatan yang baik, dan tidak boleh diberikan tugas lain kepada seseorang karena dapat menggangu pelaksanaan pengamatan.
4) Tugas jaga dan tugas seorang pemegang kemudi harus terpisah, dan pemegang kemudi tidak boleh merangkap atau dianggap merangkap tugas pengamatan.
5) Perwira jaga melaksanakan tugas jaga navigasi dapat merupakan satu-satunya orang yang melakukan pengamatan pada siang hari, apabila:
(a) Situasi yang ada telah diperhitungkan secara cermat dan tidak diragukan lagi keamanannya
(b) Seluruh faktor yang relevan telah diperhitungkan sepenuhnya termasuk:
(1) Keadaan cuaca (2) Jarak tampak
(3) Kepadatan lalu lintas (4) Bahaya-bahaya navigasi
(5) Perhatian yang perlu diberikan jika sedang melakukan
navigasi di dalam atau di dekat jalur-jalur pemisah lalu lintas
6) Dalam menentukan bahwa komposisi tugas jaga navigasi telah memadai untuk menjamin dilaksanakannya pengamatan yang baik secara terus-menerus, oleh karena itu nakhoda harus mempertimbangkan semua faktor yang relevan, faktor- faktor yang relevan itu adalah sebagai berikut:
(a) Jarak tampak, keadaan cuaca dan laut
(b) Kepadatan lalu lintas dan aktivitas lain yang terjadi di daerah dimana kapal sedang melakukan navigasi
(c) Perhatian yang perlu jika sedang melakukan navigasi di dalam atau di dekat jalur-jalur pemisah lalu lintas, atau langkah-langkah lain yang berkaitan dengan penentuan rute.
(d) Beban kerja tambahan yang disebabkan oleh sifat fungsi kapal, oleh kebutuhan pengoperasian yang
bersifat mendadak, dan olah gerak yang diperkirakan harus dilakukan.
(e) Kemampuan untuk menjalankan tugas setiap anggota tugas jaga
(f) Pengetahuan dan keyakinan kompetensi profesional para perwira dan para awak kapal
(g) Pengamatan setiap perwira yang melakukan tugas jaga navigasi, dan pengetahuan perwira tugas jaga yang bersangkutan tentang peralatan, prosedur-prosedur dan kemampuan olah gerak kapal.
e. Prinsip – prinsip Saat Berdinas Jaga
Dinas jaga juga mempunyai prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh semua awak kapal agara terciptanya tugas jaga yang sesuai prosedur yang telah ditentukan. Adapun prinsip-prinsip saat berdinas jaga yaitu sebagai berikut :
1) Kebugaran Untuk Bertugas
Sesuai dengan peraturan maka sistem penjagaan harus sedemikian rupa sehingga efisiensi para perwira jaga dan pelaut-pelaut jaga deck (deck Rating) dan jaga mesin tidak terganggu karena kelelahan. Tugas-tugas harus diatur sedemikian rupa agar tugas jaga pertama pada permulaan suatu pelayaran (voyage) dan pengantian tugas-tugas berikutnya diberi istirahat yang cukup dan yang sebaliknya sehingga tetap bugar untuk bertugas dan supaya tetap bugar
maka harus diperhatikan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja.
Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pada Bab III Pasal 3 ini mempunyai sasaran dan tujuan sebagai berikut :
Memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat dalam melaksanakan pekerjaan.untuk meningkatkan kesejahteraan, produk dan produktivitas Nasional.
Memberikan perlindungan terhadap orang lain yang berada di tempat kerja, agar selalu selamat dan sehat.
(a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan akibatnya.
(b) Mengamankan mesin, pesawat, instalasi, alat peralatan kerja, bahan dan hasil produksi .
(c) Meningkatkan dan memelihara kesehatan karyawan laut pada kondisi yang sebaik-baiknya.
Menghindarkan para karyawan dari gangguan kesehatannya mungkin timbul akibat karena kerja.
(d) Melindungi karyawan dari pekerjaan – pekerjaan yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan.
Peraturan IMO mengenai pencegahan kecelakaan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya kecelakaan kerja, terutama jaga laut faktor kelelahan adalah menjadi perhatian. Untuk itu IMO membuat
petunjuk yang berkenaan dengan pencegahan kesalahan agar siap untuk melaksanakan tugas (fitness duty) antara lain :
(e) Memaksimumkan jam kerja rata- rata tidak lebih 12 jam perhari , setiap perwira dan rating yang akan di beri tugas jaga harus minimal 10 jam istrahat dalam periode 24 jam.
(f) Jumlah jam istrahat boleh di bagi tidak lebih dari periode yang salah satu periodenya paling lama 6 jam lamanya.
2) Navigasi
(a) Pelayaran harus direncanakan sebelumnya, dengan memperhitungkan semua informasi yang ada, dan setiap haluan yang diberikan harus di cek sebelum pelayaran dimulai
(b) Selalu pengawasan haluan yang dikemudiakan posisi dan kecepatan harus diperiksa pada interval waktu yang telah ditetapkan agar kapal itu tetap mengikuti haluan yang direncanakan
(c) Perwira jaga harus memiliki pengetahuan yang lengkap tentang tempat dan operasi semua peralatan keselamatan dan navigasi di atas kapal dan
memperhitungkan batas-batas pengoperasian peralatan itu.
(d) Perwira yang bertanggung jawab terhadap suatu tugas jaga navigasi tidak boleh ditunjuk atau melakukan suatu tugas lain yang akan menggangu navigasi kapal yang aman (tidak boleh tugas rangkap)
(e) Juru Mudi juga harus selalu stand by pada kemudi, apabila sewaktu-waktu mau merubah haluan untuk mencegah tubrukan.
3) Peralatan Navigasi
(a) Perwira jaga harus dapat mengetahui keguanaan alat navigasi dan juha harus memberikan penggunaan yang paling efektif terhadap semua peralatan navigasi selama penjagaan
(b) Ketika menggunakan radar, perwira jaga harus mematuhi semua peraturan termasuk peraturan- peraturan menyimpang.
(c) Dalam keadaan mendesak, perwira jaga harus tidak ragu-ragu untuk menggunakan kemudi mesin dan apparatus semboyan bunyi sesuai situasi dan kondisi kapal saat itu.
(d) Perusahaan kapal juga harus ikut berkontribusi pada alat navigasi dengan cara mengirim teknisi ke kapal apabila alat navigasi tersebut bermasalah.
4) Tugas-tugas dan Tanggung Jawab Navigasi
(a) Perwira yang bertanggung jawab terhadap tugas jaga harus:
(1) Tetap berada di anjungan dan tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan apapun sampai dengan waktu tepat penggantian jaga atau diistirahatkan
(2) Terus bertanggung jawab untuk keselamatan navigasi kapal, walaupun ada nakhoda di anjungan, sampai ada pemberitahu secara khusus bahwa nakhoda telah mangambil alih tanggung jawab.
(3) Memberi tahu Nakhoda ketika ragu-ragu terhadap tindakan yang akan diambil untuk kepentingan keselamatan kapal.
(4) Tidak menyerahkan tugas jaga kepada perwira pengganti. Jika ia menyakini bahwa perwira itu jelas tidak mampu dalam melaksanakan tugas- tugasnya secara efektif. Oleh sebab itu ia harus memberitahu kepada Nakhoda.
(b) Ketika mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti harus mengetahui tentang posisi duga atau posisi sebenarnya (fix position) kapal itu dan memastikan tujuan, haluan dan kecepatan yang diinginkan dan
harus memperhatikan setiap bahaya navigasi yang diperkirakan akan dihadapi / ditemui selama tugas penjagaanya.
(c) Perwira jaga serta juru mudi dan cadet deck jika ada harus memahami Order dari Nakhoda ketika bernavigasi.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Setelah penulis mengumpulkan data sesuai dengan metode yang penulis gunakan, maka penulis pada Bab V ini akan menyimpulkan karya ilmiah terapan ini. Adapun penyebab kurangnya perhatian, kesadaran dan keinginan perwira jaga deck untuk mengetahui dan mempatuhi aturan ataupun prosedur dinas jaga yang baik dan benar diatas kapal KM.
Labobar sesuai dengan COLREG 1972 demi untuk keselamatan pelayaran adalah sebagai berikut :
1. Para ABK di kapal belum memahami prosedur dinas jaga, bahkan ada pula Officer yang masih kurang mengerti tentang prosedur dinas jaga yang baik dan benar.
2. Prosedur dinas jaga di kapal belum dilakukan dengan prosedur yang baik dan benar dan hal ini adalah salah satu hal yang tidak diperbolehkan selam tugas jaga berlangsung
3. Pengaruh Human Error terhadap terjadinya kecelakaan di laut sangat besar dan sudah ada data dan bukti yang mendukung bahwa Human Error adalah penyebab terbesar terjadinya kecelakaan di laut.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kesadaran awak kapal untuk melaksanakan prosedur dinas jaga laut yaitu seringnya Juru Mudi atau bahkan perwira dek yang terlambat naik ke anjungan, tertidur saat melaksanakan dinas jaga dan tidak mengisi checklist yang telah disediakan, tidak adanya kemauan Juru Mudi untuk bertanya
kepada officer atau perwira tentang prosedur dinas jaga yang baik dan benar,
5. Usaha apa saja yang dilakukan pada saat dinas jaga untuk meminimalisasi kecelakaan di laut contohnya yaitu tidak tertidur saat melaksanakan jaga di anjungan, berkomunikasi terhadap kapal yang kemungkinan akan bertabrakan, selalu menyalakan radar di malam hari maupun pada saat cuaca buruk, dapat memahami kegunaan semua alat navigasi, membaca buku-buku panduan yang telah disediakan di anjungan, dan untuk juru mudi bertanya kepada Perwira atau Nahkoda selaku pimpinan kapal apabila tidak memahami penggunaan alat navigasi,
B. Saran
Adapun upaya meningkatakan kedisiplinan awak kapal saat melakukan dinas jaga di anjungan, maka penulis menyarankan sebagai berikut :
1. Sebagai petugas jaga di anjungan khususnya perwira jaga deck maka marilah menanamkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan yang tinggi kepada diri kita masing-masing terutama pada waktu bertugas sebagai perwira jaga demi keselamatan kita semua.
2. Perlunya pengetahuan kepada perwira deck dan juru mudi yang akan naik kapal oleh perusahaan karena ini merupakan salah satu bentuk apresiasi perusahaan terhadap penekanan angka kecelakaan laut.
3. Penambahan buku-buku prosedur dinas jaga yang sesuai aturan yang telah ditetapkan terutama dalam Bahasa Indonesia agar awak kapal
dapat lebih mengerti dan memhami pentingnya melakukan dinas jaga yang baik.
4. Perusahaan pelayaran juga melakukan koordinasi dengan Perwira di atas kapal dalam hal ini adalah markonis untuk perawatan alat-alat navigasi agar tetap bisa digunakan berlayar dengan baik.
5. Juru Mudi dan Perwira Deck harus beristirahat dengan cukup sesuai peraturan yang telah ditentukan agar bisa menjaga kondisi tubuh saat kembali berdinas jaga di anjungan dan tidak mudah kecapekan.
6. Para juru mudi ataupun Perwira yang belum mengerti prosedur Dinas Jaga yang baik dan benar hendaknya bertanya kepada Nahkoda dan membaca buku-buku yang telah disediakan di anjungan.
7. Perusahaan pelayaran memantau keadaan anjungan yaitu dengan cara memberi ruang untuk placard atau poster-poster yang berkaitan dengan dinas jaga dan bisa ditempel di lorong-lorong akomodasi kapal dan terutama di anjungan.
8. Setelah naik di kapal, para awak kapal yang baru diwajibkan familiarisasi menggunakan SOP (Standard Operasioanal Prosedur) atau SMK (Standard Manajemen Keselamatan) dari perusahaan.
9. Nakhoda harus selalu melakukan safety meeting minimal 1 bulan sekali. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada ABK tentang dinas jaga yang baik dan benar,