Pendahuluan
Hukum Perlindungan Konsumen
Menurut Yusuf Sofie11 perbedaan antara hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen terletak pada objek yang diperiksa. UUPK tidak secara spesifik menyebutkan peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen, namun hanya menyebut istilah perlindungan konsumen.
Sejarah Perlindungan Konsumen
Di satu sisi konsumen juga membutuhkan barang atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga membuat konsumen bergantung pada pelaku usaha. Namun dalam praktiknya, seringkali pelaku usaha memiliki posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan konsumen.
Sumber Hukum Perlindungan Konsumen
UUPK merupakan payung hukum yang mencakup dan mengintegrasikan peraturan perundang-undangan terkait perlindungan konsumen di Indonesia. Undang-undang dan peraturan perlindungan konsumen nasional termasuk yang tertuang dalam Undang-Undang Pangan.
Asas - Asas Perlindungan Konsumen
Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Segala upaya perlindungan konsumen harus memberikan manfaat baik bagi konsumen maupun pelaku usaha.
Tujuan Perlindungan Konsumen
Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha akan pentingnya perlindungan konsumen sehingga dapat berkembang sikap jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha. Kondisi tersebut mendorong para pelaku usaha untuk terus meningkatkan kualitas barang atau jasa yang dipasarkannya jika tidak ingin ditinggalkan konsumennya.
Konsumen
Istilah dan Pengertian Konsumen
Pengguna barang atau jasa yang tersedia di masyarakat, untuk keperluan dirinya sendiri, keluarganya atau orang lain dan tidak untuk dijual kembali; Kembali pada pengertian konsumen dalam Pasal 1 ayat (2) UUPK yang menyatakan bahwa konsumen adalah setiap pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik untuk kepentingan dirinya sendiri, keluarganya, orang lain, atau penghidupan lain. makhluk. makhluk hidup dan bukan untuk diperdagangkan.
Yang dimaksud dengan masyarakat dalam undang-undang ini adalah konsumen, yaitu konsumen yang harus dilindungi kesehatan dan keselamatannya serta produk yang tidak baik. Setiap orang tidak lepas dari perannya sebagai konsumen yang mempunyai berbagai macam kebutuhan dan akan berusaha memenuhinya dengan mengkonsumsi barang atau menggunakan jasa.
Prinsip - Prinsip Konsumen
Dalam hal ini beban pembuktian ada pada konsumen, dan pelaku usaha (tergugat) tinggal menunggu saja. Di sisi lain, pelaku usaha dengan berbagai kelebihannya (ekonomi, sosial, psikologis, bahkan politik) relatif lebih mudah mengelak, menghindar, dan menuntut.
Hak dan Kewajiban Konsumen
Hak untuk memilih barang atau jasa dan menerima barang atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar serta syarat dan jaminan yang dijanjikan. Hak untuk didengar pendapat dan pengaduannya atau barang atau jasa yang digunakan untuk memperoleh keamanan (right to security).
Pelaku Usaha
Istilah dan Pengertian Pelaku Usaha
Jika kita kembali kepada pengertian badan usaha atau disebut juga pengusaha konsumen, maka yang dimaksud dengan badan usaha adalah “setiap orang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum, yang telah terdaftar”. berkantor dan bertempat tinggal tetap atau mempunyai kegiatan di bawah wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan perjanjian pelaksanaan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi (Pasal 1 angka (3) UUPK). Pengertian sah atau tidak sah orang dalam rangka badan usaha adalah badan usaha yang badan hukumnya mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 40. Maksud unsur ini adalah agar baik perseorangan maupun badan usaha yang melakukan suatu kegiatan, atau unsur ini, tidak memperhatikan kewarganegaraannya. perusahaan atau pelaku usaha.
Artinya pelaku usaha menjalankan usahanya di bidang perekonomian, misalnya perdagangan barang, jasa, dan lain-lain. Jadi, dari pengertian pelaku usaha dapat dipahami bahwa pelaku usaha dapat berupa orang perseorangan atau perseorangan dan dapat pula berupa badan usaha yang antara lain meliputi badan usaha yang berbadan hukum (Perusahaan Bertanggung Jawab) Perseroan Terbatas/PT), yaitu badan usaha yang tidak berbadan hukum (Persekutuan Perdata, Firma, CV).
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan garansi barang atau jasa serta penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. Menjamin mutu barang atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan baku mutu barang atau jasa yang berlaku. Memungkinkan konsumen untuk menguji atau mencicipi suatu barang atau jasa tertentu serta memberikan garansi atau garansi terhadap barang yang diproduksi dan/atau diperdagangkan.
Memberi pampasan, ganti rugi atau penggantian apabila barangan atau perkhidmatan yang diterima atau digunakan oleh pengguna tidak mengikut perjanjian. Dalam UUPK, pengusaha perniagaan diwajibkan untuk bertindak dengan itikad baik dalam menjalankan aktiviti perniagaan mereka, manakala pengguna diwajibkan untuk bertindak dengan niat baik dalam melakukan transaksi pembelian barangan atau perkhidmatan.
Perbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha
Pada dasarnya hakikat Pasal 8 UUPK terfokus pada dua hal, yaitu larangan memproduksi barang atau jasa dan larangan memperdagangkan barang atau jasa tersebut. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang atau jasa dengan harga atau biaya tertentu dalam waktu dan jumlah tertentu, apabila pelaku usaha tidak bermaksud untuk menampilkannya sesuai waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan. Sebagai perilaku pelarangan penargetan terlihat dari kegiatan yang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan barang atau jasa dengan harga atau tarif khusus meskipun pelaku usaha tidak berniat melakukannya.
Dalam menawarkan barang atau jasa, pelaku usaha dilarang menggunakan paksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan kerugian fisik maupun psikis terhadap konsumen. Pelaku usaha yang menawarkan barang atau jasa melalui pesanan dilarang: tidak memenuhi pesanan atau tenggang waktu yang disepakati sebagaimana yang dijanjikan; tidak menepati janji tentang layanan atau kinerja.
Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Tanggung jawab pelaku usaha yang diatur dalam Pasal 19 UUPK, tidak hanya berbentuk tanggung jawab perdata. Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang dihasilkan dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Pelaku usaha perdagangan jasa wajib memenuhi jaminan atau jaminan yang telah disepakati atau disepakati.
Pembuktian adanya unsur kesalahan dalam tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha. Hal ini mempunyai akibat hukum bahwa pelaku usaha yang dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan kesalahannya, bebas dari tanggung jawab.
Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab
Gugatan yang diajukan konsumen terhadap pelaku usaha melalui BPSK merupakan bentuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dan penyelesaian sengketa konsumen di pengadilan didasarkan pada pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. Bagi pihak-pihak yang memilih untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan, maka konsumen tidak dapat sekaligus mengajukan gugatan terhadap pelaku usaha melalui pengadilan.
Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak yang bersengketa. Gugatan yang diajukan di luar pengadilan ditangani oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang berlokasi di lokasi konsumen. Penyelesaian sengketa konsumen secara bilateral hendaknya menjadi upaya pertama yang dilakukan oleh konsumen dan pelaku usaha.
Penyelesaian sengketa konsumen secara bipartit dapat dilakukan melalui layanan pengaduan konsumen yang ditawarkan oleh pelaku usaha.
Klausula Baku
Badan dan Lembaga dalam Perlindungan Konsumen
Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)
Badan ini dimaksudkan untuk mengembangkan upaya perlindungan konsumen dengan mempelajari dan meneliti permasalahan perlindungan konsumen serta mencari upaya atau alternatif usaha untuk meningkatkan perlindungan hukum terhadap konsumen. Badan ini terbagi menjadi tiga biro, yaitu Biro Perekonomian, Biro Perlindungan Konsumen, dan Biro Persaingan Usaha. Menerima pengaduan perlindungan konsumen dari masyarakat, lembaga perlindungan konsumen non pemerintah atau pelaku usaha.
Jika dicermati, tugas-tugas tersebut merupakan satu kesatuan yang masing-masing bagian tugasnya saling melengkapi sehingga mempunyai satu tujuan, yaitu memberikan nasihat dan rekomendasi kepada pemerintah dalam mengembangkan perlindungan konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang Perlindungan Konsumen di atas. Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, BPKN dapat bekerja sama dengan pihak lain, termasuk organisasi konsumen internasional (Pasal 34 ayat (2).
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
Untuk membantu penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, undang-undang ini memperkenalkan lembaga yang disebut Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan sama saja dengan menyelesaikan sengketa melalui mediasi, arbitrase, atau konsiliasi. Artinya dalam menjalankan perannya dalam menyelesaikan sengketa, BPSK tetap mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) merupakan lembaga yang menangani dan memutus sengketa konsumen yang bertindak sebagai pengadilan. Sebaiknya tugas dan wewenang tersebut hanya sebatas penyelesaian sengketa saja agar BPSK dapat mencapai tujuannya.
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
Penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat ini tidak menutup kemungkinan penyelesaian secara damai oleh para pihak yang bersengketa. Penyelesaian sengketa bilateral dilaksanakan untuk menyelesaikan sengketa konsumen melalui musyawarah dan mufakat antara konsumen dan pelaku usaha. Permohonan penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK hanya dapat diajukan oleh konsumen, ahli waris, atau wakilnya.
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan BPSK sebagai penasehat dan penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak. Arbitrase merupakan suatu proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, dimana para pihak yang bersengketa menyerahkan penyelesaian sengketanya secara penuh kepada BPSK.
Penyelesaian Sengketa Konsumen
Sengketa Konsumen
BPSK tidak menyelesaikan sengketa konsumen secara damai, namun menyelidiki dan memutus sengketa berdasarkan hukum. Dengan tugas seperti ini, BPSK bisa segera mengambil keputusan untuk mengakhiri sengketa konsumen. Pengertian sengketa konsumen terdapat dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yang menyatakan bahwa Sengketa Konsumen adalah perselisihan antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, atau kerugian yang diakibatkan oleh konsumsi suatu barang atau penggunaan jasa.
Nasution menyatakan, sengketa konsumen adalah perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha (pemerintah atau swasta) mengenai produk konsumen, barang, atau jasa konsumen tertentu. 60 Untuk menentukan suatu sengketa merupakan sengketa konsumen atau bukan, harus diperhatikan apakah ada sengketa konsumen yang terlibat dalam sengketa tersebut. Walaupun badan hukum tersebut melakukan pembelian atau pembayaran, namun mereka merupakan konsumen perantara, sehingga apabila terjadi perselisihan dengan pelaku usaha, baik pelaku usaha perseorangan maupun badan usaha, maka yang terjadi bukanlah perselisihan konsumen, melainkan perselisihan antar pelaku usaha.
Penyelesaian Sengketa Konsumen Berdasarkan UUPK
Gugatan melalui pengadilan hanya dapat dilakukan apabila penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan yang telah ditempuh dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak yang bersengketa. Gugatan di pengadilan hanya dapat dilakukan apabila penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak. Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan terdiri atas penyelesaian sengketa konsumen secara damai dan penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (CPSK).
Penyelesaian sengketa konsumen secara bilateral merupakan penyelesaian sengketa yang dilakukan secara langsung antara pelaku usaha dan konsumen. Ahli waris atau wakilnya dapat mengajukan permohonan penyelesaian sengketa konsumen kepada BPSK, apabila konsumen memenuhi syarat sebagai berikut. Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan melalui mediasi BPSK untuk mempertemukan para pihak yang berselisih, dan penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak.
Hasil penyelesaian sengketa konsumen melalui konsiliasi atau mediasi dituangkan dalam suatu kontrak tertulis yang ditandatangani oleh konsumen dan badan usaha yang bersangkutan.