Kata seru yang tepat dapat dibuat dengan memikirkan apa yang diucapkan sebelum mengucapkannya dan memperhatikan isyarat nonverbal. Komunikasi verbal mengambil peranan yang besar karena pada kenyataannya ide, pemikiran atau keputusan lebih mudah disampaikan secara verbal dibandingkan non-verbal. Komunikasi verbal yang efektif memerlukan keterampilan mendengarkan yang baik dan kemampuan membaca respons nonverbal pasien, termasuk bahasa tubuh pasien.
Perawat harus mewaspadai pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan klien mulai saat pengkajian hingga tahap evaluasi asuhan keperawatan, karena sinyal nonverbal menambah makna pesan verbal. Banyak komunikasi verbal yang tidak efektif hanya karena komunikator tidak menggunakan komunikasi non-verbal dengan baik pada saat yang bersamaan. Perawat harus mewaspadai pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan klien mulai saat pengkajian hingga evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat nonverbal menambah makna pesan verbal.
Manfaat Komunikasi
Orang-orang yang mempertahankan kontak mata selama percakapan dianggap dapat dipercaya dan cenderung menjadi pengamat yang baik. Perawat tidak boleh menunduk ketika berbicara dengan bangsal, oleh karena itu sebaiknya duduk sambil berbicara agar perawat tidak bertindak dominan jika kontak mata dengan bangsal setinggi mata. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim dan saling bergantung melalui kemampuan mencintai dan dicintai.
Tahapan Komunikasi
Pada fase ini perawat juga mencari informasi dan mengumpulkan data sebagai dasar untuk membuat rencana interaksi. Fase ini digunakan perawat untuk saling mengenal dan merupakan langkah awal dalam membangun hubungan saling percaya dengan klien. Tugas perawat pada tahap ini adalah membangun hubungan saling percaya dengan klien dan menunjukkan komunikasi terbuka serta sikap menerima.
Tahap ini merupakan tahap yang paling lama karena dokter dituntut untuk membantu dan mendukung pasien untuk menyampaikan segala perasaan dan pikirannya kemudian menganalisis respon atau pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan pasien.
Teknik Komunikasi
Tujuan: untuk melibatkan klien dalam pengobatan. Prosedur: Gunakan teknik komunikasi untuk mendorong kerja sama. Perawat : Mari kita bekerjasama, karena kita akan mengenali permasalahan kesehatan yang anda alami. Tujuan: mendorong pasien untuk terbuka dan berbagi informasi. Prosedur: Penggunaan teknik komunikasi diam. Perawat : Baiklah, jika ibu belum mau berbicara dengan saya, sesuai janji saya, saya akan berada di sini untuk mengikuti Anda selama 10 menit, jika ada yang ingin saya sampaikan, saya akan segera di sini. 10 menit, perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpikir). Tujuan: Untuk mengomunikasikan bahwa perawat memahami pasien. Prosedur: Menggunakan teknik komunikasi untuk menyimpulkan. Klien: Saya sangat terpukul sehingga saya tidak bisa makan. Perawat : Jadi anda kehilangan nafsu makan karena perasaan hancur. e.
Tujuan: memotivasi pasien untuk terlibat dalam pengobatan Prosedur: Gunakan teknik komunikasi reflektif Klien: apa yang harus saya sampaikan kepada keluarga saya tentang kondisi kesehatan saya? Tujuan: mendalami topik Prosedur: Gunakan teknik komunikasi eksploratif Perawat: Bisakah Anda menjelaskan lebih mendalam tentang apa yang Anda sampaikan? Tujuan: cocok untuk pemikiran delusi Prosedur: Gunakan teknik komunikasi fokus Klien: orang akan mencoba membunuh saya Perawat: Anda terlihat sangat ketakutan.
Mendengarkan secara aktif berarti mendengarkan secara aktif, yaitu suatu teknik yang digunakan perawat untuk memusatkan perhatian pada pasien dan sudut pandangnya.Dalam menggunakan teknik ini, perawat harus terus-menerus menganalisis pesan-pesan tersembunyi yang ditampilkan oleh pasien, seperti pikiran, perkataan, pendapat, dan emosi. Misalnya ketika pasien terlihat sedih, perawat dapat meletakkan tangannya di tangan pasien dan menampilkan ekspresi wajah kasih sayang. Jika pasien sedang marah, dengarkan alasan kemarahannya, tarik kursi dan luangkan waktu untuk mendengarkan. Cobalah untuk mengungkap pesan tersembunyi dari pasien dengan menunjukkan bahasa tubuh yang sesuai sebagai tanggapannya. Perawat tidak diharapkan menyelesaikan semua kesulitan pasien, namun penggunaan terapeutik kehadiran perawat dalam mendengarkan dapat membantu pasien. Restatement adalah pengulangan, yaitu pengulangan perkataan pasien. Perawat menggunakan teknik ini dengan membuat pernyataan sederhana, biasanya dengan kata-kata pasien sendiri. Misalnya, “Jadi Anda merasa dada Anda berdebar-debar. Tujuannya adalah meminta pasien menjelaskan apa yang dikatakan sebelumnya. Teknik ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjelaskan lebih lanjut. Elaborasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk mendorong pasien untuk menjelaskan lebih lanjut. pasien untuk terus bercerita dan menjelaskan lebih lanjut. Perawat menggunakan respons yang mendorong pasien untuk mengatakan lebih banyak dan melanjutkan percakapan. Selain itu, teknik ini juga menunjukkan kepada pasien bahwa perawat tertarik. perawat mungkin mengangguk atau berkata, "Um-hum , " "Ya," atau "Lanjutkan" untuk memberi isyarat kepada pasien agar terus berbicara. Cara lainnya adalah dengan menunjukkan kepada pasien bahwa pikiran dan perasaannya normal. Misalnya, perawat mungkin berkata, "Sebenarnya pasien—pasien CLL biasanya hanya mengalami sedikit trauma."
Meringkas adalah meringkas, yaitu teknik yang digunakan pada akhir wawancara atau pada tahap penutupan. Saat menggunakan teknik ini, perawat meninjau dan merangkum informasi penting menjadi dua atau tiga temuan terpenting. Teknik ini membantu memastikan bahwa perawat telah mengidentifikasi informasi penting dan mengkomunikasikan kepada pasien bahwa mereka mendengarkan dengan baik. Perawat harus berhati-hati dalam menggunakan teknik ini, karena jika tidak digunakan dengan benar dapat melukai perasaan pasien sehingga menyebabkan dia tidak mempercayai perawat.
Prinsip Komunikasi
Empati Empati merupakan pemahaman dan penerimaan perawat terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan apa yang dirasakan klien, namun tidak tersesat di dalamnya. Prinsip umum komunikasi Pada prinsip umum komunikasi dijelaskan lebih rinci bagaimana dokter, perawat dan pasien berperilaku agar komunikasi terapeutik berjalan dengan baik. Artinya perawat harus mampu melihat dirinya seolah-olah pertama kali merefleksikan apa yang dimilikinya dan apa yang tidak dimilikinya.
Dengan cara ini dia dapat memahami apa yang sudah dimiliki pasiennya dan apa yang tidak dimiliki pasiennya. Artinya setelah pasien melakukan proses komunikasi terapeutik dengan perawatnya, diharapkan keadaan pasien menjadi lebih baik. Dan perubahan lainnya yang lebih baik lagi dapat dirasakan setelah diterapkannya proses komunikasi terapeutik.
Dengan hubungan antar manusia yang baik maka proses komunikasi terapeutik dapat berjalan dengan baik dan benar. Dengan adanya proses komunikasi terapeutik, seorang pasien dapat belajar dan memahami bagaimana rasanya menerima dan diterima oleh orang lain. Ada pula kebutuhan kebutuhan individu dalam kaitannya dengan komunikasi terapeutik, dimana pasien harus mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan pasien. Agar seorang pasien cepat sembuh, perawat harus bisa menemukan sumber kesembuhan.
Setiap orang tentunya mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, dimana kemampuan tersebut merupakan suatu kelebihan bagi individu tersebut.Di sini tugas perawat adalah mampu memahami kemampuan apa saja yang dimiliki pasien. Jika area yang tumpang tindih (bidang pengalaman) semakin melebar dan mencakup lingkaran, maka semakin besar kemungkinan terciptanya proses komunikasi yang efektif.
Hambatan Komunikasi
Komunikasi hanya dapat berlangsung apabila terjadi pertukaran pengalaman serupa antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut (share same experience). Apabila luas daerah yang tumpang tindih lebih kecil dan menjauhi kedua lingkaran yang bersentuhan, atau cenderung mengisolasi masing-masing lingkaran, maka komunikasi yang berlangsung menjadi sangat terbatas. Klarifikasi dan refleksi perasaan dan isi dapat digunakan agar perawat dapat lebih fokus terhadap apa yang terjadi.
Dalam konteks komunikasi juga dikenal adanya interferensi (mekanis dan semantik), interferensi ini masih termasuk dalam hambatan komunikasi Wiryanto Uchjana. Oleh karena itu, komunikator perlu memahami setiap hambatan komunikasi agar dapat mengantisipasi hambatan tersebut. Dari segi teknologi terus mengalami penurunan dengan adanya penemuan-penemuan baru di bidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efisien sebagai media komunikasi.Menurut bukunya Cruden and Sherman Personnel Management Types of Technical Barriers to komunikasi Kurangnya rencana atau prosedur kerja yang jelas - Kurangnya informasi atau penjelasan. Kurangnya keterampilan membaca - Pemilihan saluran media yang tidak tepat.
Kata-kata membantu proses saling pertukaran makna dan pemahaman (komunikator dan komunikator), namun seringkali proses penafsirannya salah. Simbol (kata-kata) dan apa yang dilambangkannya (makna atau penafsiran), dapat mengakibatkan kata-kata yang digunakan ditafsirkan sangat berbeda dengan maksud sebenarnya. Untuk menghindari miskomunikasi seperti ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikasinya dan melihat kemungkinan penafsiran atas kata-kata yang digunakannya.
Hambatan yang berasal dari perbedaan individu manusia, yaitu perbedaan persepsi, perbedaan usia, perbedaan keadaan emosi, kemampuan mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi, penyaringan informasi. Hambatan dari iklim psikologis organisasi Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pegawai serta efektivitas komunikasi organisasi.
Konsep Kepuasan
- Definisi Kepuasan
 - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan
 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan
 - Faktor-Faktor yang Menyebabkan Ketidakpuasan
 - Cara Mengukur Kepuasan
 
Perawat yang mampu berkomunikasi dengan jelas, ramah, empati dan sabar dapat membantu meningkatkan kepuasan pasien. Perhatian terhadap kebutuhan pasien: Perawat yang meluangkan waktu untuk memahami kebutuhan pasien dan memberikan perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien dapat membantu meningkatkan kepuasan pasien. Pengalaman pasien: Pengalaman pasien dengan sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan juga dapat mempengaruhi kepuasan pasien terhadap perawat.
Kemampuan berempati: Perawat yang dapat memahami dan merasakan apa yang dirasakan pasien dan keluarganya dapat meningkatkan kepuasan pasien. Merawat pasien: Perawat yang merawat pasien dan memperhatikan kebutuhannya dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kepuasan pasien. Kepuasan pasien akan meningkat apabila perawat mampu memberikan pelayanan yang baik dan mempunyai keterampilan yang memadai dalam perawatan pasien.
Kualitas layanan: Kualitas layanan yang diberikan oleh profesional kesehatan dan institusi kesehatan secara keseluruhan akan mempengaruhi kepuasan pasien selama masa masuk. Komunikasi: Komunikasi yang baik antara pasien dan profesional kesehatan, termasuk dokter dan perawat, juga merupakan faktor penting dalam meningkatkan kepuasan pasien selama masuk rumah sakit. Penanganan keluhan: Kemampuan institusi layanan kesehatan dalam menangani keluhan pasien dengan cepat dan efektif juga dapat mempengaruhi kepuasan pasien. 2.2.3.3 Menurut buku yang ditulis oleh Siregar (2021) Faktor.
Kuesioner: Rumah Sakit dapat membuat kuesioner atau survei yang berisi pertanyaan mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Wawancara: Rumah Sakit dapat melakukan wawancara dengan pasien untuk mengetahui tingkat kepuasan mereka terhadap layanan yang diberikan. Observasi: Rumah Sakit dapat melakukan observasi langsung terhadap pasien untuk mengetahui bagaimana respon mereka terhadap pelayanan yang diberikan.
Dengan cara ini, rumah sakit dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan kepuasan pasien di masa depan.
Hubungan Komunikasi Perawat Dengan Tingkat Kepuasaan Pasien Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Saprianingsih (2020). Peran
Johannes Kupang Tahun 2002 dalam Hajriani (2019) hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara komunikasi verbal dan non verbal perawat dengan tingkat kepuasan pasien, dengan hasil statistik yaitu komunikasi verbal baik sebanyak 43,2% menyatakan puas dan komunikasi nonverbal baik, sebanyak 56,8% menyatakan puas. Untuk komunikasi verbal memadai sebanyak 29,5% responden menyatakan kurang puas dan untuk komunikasi non verbal sebanyak 18,2% responden menyatakan kurang puas. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi verbal dan non verbal yang baik yang dilakukan perawat berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien.
Penelitian lain yang dilakukan Eva Etzioni, dkk. 2020) dan rekan menunjukkan bahwa partisipasi perawat dalam mendengarkan keluhan dan kebutuhan pasien serta memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap perawat dan mempengaruhi kepuasan pasien secara keseluruhan. Komunikasi yang baik juga dapat membantu mengurangi kecemasan dan stres pasien serta meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang dianjurkan. Sebaliknya, kurangnya komunikasi atau komunikasi yang buruk antara perawat dan pasien dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanannya bahkan dapat mempengaruhi outcome kesehatan pasien. Perlu diingat bahwa hubungan komunikasi perawat dengan kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti faktor lingkungan, budaya dan sosial.
Kerangka Konsep Karakteristik
Hipotesis