• Tidak ada hasil yang ditemukan

(INDO) Makalah Protista Kel 2 (1)

N/A
N/A
Fadiah Nurapriliani

Academic year: 2024

Membagikan "(INDO) Makalah Protista Kel 2 (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

MAKALAH PROTISTA Cendawan Phycomycetes

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Didimus Tanah Boleng, M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 2 Purwaningsih (2005016006)

Jusma (2005016014)

Nur Hidayah (2005016024) Fadiah Nurapriliani (2005016025) Gaby Helena (2005016031)

Rapsan (2005016038)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA 2022

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Cendawan Phycomycetes” ini dapat disusun dan disajikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu memenuhi tugas mata kuliah Protista. Selain daripada itu semoga pembuatan makalah ini juga dapat membantu rekan-rekan mahasiswa lain untuk dapat digunakan sebagai literatur tambahan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Didimus Tanah Boleng, M.Kes selaku dosen mata kuliah Protista yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian, demi tercapainya makalah yang lebih baik untuk waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dari berbagai pihak sebagaimana yang diharapkan oleh penyusun.

Samarinda, 09 Agustus 2022

Kelompok 2

(3)

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ... 3

A. Pengertian Cendawan Phycomycetes ... 3

B. Ciri-ciri kelas Phycomycetes ... 4

C. Cara reproduksi Phycomycetes ... 5

D. Klasifikasi kelas Phycomycetes………...…8

E. Peranan kelas Phycomycetes………...…9

BAB 3 PENUTUP ... 15

A. Kesimpulan... 15

B. Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 1

(4)

4 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Phycomycetes secara harfiah berarti jamur ganggang (Alga fungi). Hal ini disebabkan adanya kemiripan secara morfologi dengan alga hijau. Menurut para ahli mikologi dan algologi, Phycomycetes merupakan turunan alga. Alga tersebut diasumsi memiliki sifat parasit dan sporofit, sehingga kehilangan kemampuan untuk membentuk klorofil. Pringsheim, menyisipkan kelompok tersebut diantara Alga hijau.

Phycomycetes memiliki misellium yang berwarna putih dan tidak mempunyai sekat-sekat, jika setelah tua akan berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan. Phycomycetes memiliki sel yang telanjang dan cenderung berpisah-pisah. Hifanya bersifat senositik atau tidak bersepta sering disebut thalus soenositik yang dapat hidup di darat atau pada medium tertentu.

Phycomycetes hidup dalam air umumnya sebagai parasite atau saprofit pada hewan maupun tumbuhan air, namun ada juga yang hidup di darat.

Perkembangan jamur ini terjadi secara aseksual dan seksual.

Pada perkembangbiakan secara aseksual akan dibentuk spora dalam sporangi um yang terletak pada ujung hifa. Hifa-hifa yang tumbuh tegak pada medium dan terdapat sporangium pada ujung-ujungnya disebut sporangiosfor.

Sporangium yang matang akan pecah dan menghasilkan spora, kemudian dengan bantuan angin (anemokori) spora akan terbawa jauh dari kelompoknya.

Spora yang terbawa angin bila jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi jamur baru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang menjadi pembahasan pada makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan Cendawan Phycomycetes

(5)

5

2. Menjelaskan bagaimana ciri-ciri kelas dari Phycomycetes 3. Menjelaskan bagaimana cara reproduksi dari Phycomycetes 4. Menjelaskan bagaimana klasifikasi dari Phycomycetes 5. Menjelaskan bagaimana peranan kelas Phycomycetes

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah diatas, yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian Cendawan Phycomycetes 2. Mengetahui ciri-ciri kelas dari Phycomycetes 3. Mengetahui cara reproduksi dari Phycomycetes 4. Mengetahui klasifikasi dari Phycomycetes 5. Mengetahui peran dari kelas Phycomycetes

(6)

6 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Cendawan Phycomycetes

Phycomycetes secara harfiah berarti jamur ganggang (Alga fungi). Hal ini disebabkan adanya kemiripan secara morfologi dengan alga hijau. Menurut para ahli mikologi dan algologi, Phycomycetes merupakan turunan alga. Alga tersebut diasumsi memiliki sifat parasit dan sporofit, sehingga kehilangan kemampuan untuk membentuk klorofil. Pringsheim, menyisipkan kelompok tersebut diantara Alga hijau.

Berdasarkan pada cara dan ciri reproduksinya terdapat empat kelas cendawan sejati atau berfilamen di dalam Fungi yaitu: Phycomycetes (Jamur ganggang), Ascomycetes (Jamur kantung), Basidiomycetes (Jamur buah) dan Deuteromycetes (Jamur imperfek). Anggota kelas Phycomycetes seringkali disebut sebagai cendawan tingkat rendah. Ciri yang umum pada spesies ini adalah tidak adanya septum di dalam hifa yang membedakan dengan tiga anggota yang lain. Phycomycetes mempunyai tallus misellium yang berkembang dengan baik. Hifa fertile menghasilkan sporangium ada ujung sporangiospore. Pada talus Rhizopus, disamping hifa vegetative dan sporangium terdapat juga hifa seperti hifa pendek dan bercabang banyak yang disebut rizoid.

B. Ciri-Ciri Kelas Phycomycetes

Phycomycetes memiliki misellium yang berwarna putih dan tidak mempunyai sekat-sekat, jika setelah tua akan berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan. Phycomycetes memiliki sel yang telanjang dan cenderung berpisah-pisah. Hifanya bersifat senositik atau tidak bersepta sering disebut thalus soenositik yang dapat hidup di darat atau pada medium tertentu.

Phycomycetes hidup dalam air umumnya sebagai parasite atau saprofit pada hewan maupun tumbuhan air, namun ada juga yang hidup di darat.

(7)

7

Jamur ini termasuk jamur benang yang mempunyai hifa tidak bersepta, sel vegetatif multinukleat, atau disebut thalus soenositik. Secara vegetatif dapat memperbanyak diri dengan potongan-potongan hifa, dan menghasilkan spora aseksual dalam sporangium (sporangiospora). Perkembang biakan secara generatif dengan membentuk spora seksual. Berdasarkan cara terbentuknya spora dibagi menjadi 2 macam, (a) Oospora, hasil peleburan antara gamet- gamet yang tidak sama besarnya dan (b) Zygospora, hasil peleburan gamet- gamet yang sama besarnya. Berdasarkan tipe sporanya maka jamur ini juga dapat dikelompokkan dalam Oomycetes dan Zygomycetes.

Phycomycetes memiliki chlamydospora sebagai bentuk baru dari hifa/miselium untuk bertahan pada lingkungan suboptimum. Chlamydospora adalah spora bersel satu yang berdinding tebal sehingga sangat resisten terhadap keadaan buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatic. Sebagian Phycomycetes juga mempunyai ostiole yaitu berupa lubang saluran sporangiospore untuk keluar saat matang. Lubang ini cenderung lebih efektif karena mampu mengetahui kecocokan sporangiospore terhadap lingkungan, berbeda dengan sporangiospore yang langsung pecah dari sporangium secara keseluruhan.

(a) Hifa Senositik (b) Chlamydospora

(8)

8

Gambar 3. Struktur Umum Phycomycetes

C. Cara Reproduksi Phycomycetes

Perkembangan jamur ini terjadi secara aseksual dan seksual.

Pada perkembangbiakan secara aseksual akan dibentuk spora dalam sporangi um yang terletak pada ujung hifa. Hifa-hifa yang tumbuh tegak pada medium dan terdapat sporangium pada ujung-ujungnya disebut sporangiosfor.

Sporangium yang matang akan pecah dan menghasilkan spora, kemudian dengan bantuan angin (anemokori) spora akan terbawa jauh dari kelompoknya.

Spora yang terbawa angin bila jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi jamur baru.

Gambar 4. Sporangiospor

Perkembangan seksual pada jamur ini berlangsung secara konjugasi, yaitu terjadi perpindahan materi yang berbeda muatan. Proses konjugasi terjadi pada tubuh-tubuh hifa yang berlainan jenis. Pada ujung-ujung hifa akan terbentuk gametangium yang bersifat haploid (n), kemudian gametangium yang

(9)

9

berlainan jenis akan melakukan fusi (penggabungan) sehingga menghasilkan zigospora yang bersifat diploid (2n). Phycomycetes saat keadaan zigospora akan resisten terhadap perubahan kondisi lingkungan. Bila kondisi lingkungan kembali menjadi normal, maka zigospora akan berkecambah dan membentuk hifa-hifa haploid (n). hifa-hifa yang tumbuh akan membentuk fase haploid cenderung lebih panjang dibandungkan dengan fase diploidnya.

Gambar 5. Perkembangbiakan aseksual (a) dan seksual (b)

D. Klasifikasi Phycomycetes

Pengklasifikasian Phycomycetes sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Diviso : Eumycota

Kelas : Phycomycetes

Ordo :

1. Myxochytridiales

Sel-sel nya telanjang dan terpisah-pisah, kebanyakan hidup sebagai parasite atau tumbuhan air yang bertingkat rendah, tetapi ada juga yang hidup pada tumbuhan darat. Bangsa Myxochytridiales terdiri dari dua suku yaitu:

a. Olpidiaceae

Sel-sel vegetative telanjang, selutuhnya dapat berubah menjadi zoosporangium berdinding atau berubah menjadi suatu sel awetan.

Zoospore mempunyai satu bulu cambuk, misalnya Olpidium brassicae.

(10)

10

Gambar 6. Olpidium brassicae b. Plasmodiophoraceae

Tingkatan vegetative tidak mempunyai dinding sel, hidup terpisah- pisah atau mengumpul merupakan semacam plasmodium yang berinti banyak. Contohnya Plasmodiophora brassicae.

Gambar 7. Plasmodiophora brassicae.

2. Chytridiales

Dari organisme ini, yang rendah tingkat perkembangannya, hidup sebagai saprofit atau parasite pada tumbuhan dan binatang air. Sel-selnya mempunyai dinding yang terdiri atas kitin. Beberapa contoh dari bangsa ini ialah Rhizophidium pollinis.

Gambar 8. Rhizophidium pollinis

(11)

11 3. Blastocladiales

Dari golongan ini warga yang rendah tingkat perkembangannya masih sangat menyerupai Chytridiales, misalnya Blastocladiaceae variabilis dan Allomyces javanicus (suku Blastocladiaceae), kedua-duanya hidup dalam tanah basah, mempunyai misellium yang bercabang dengan dinding kitin.

Gambar 9. Allomyces javanicus 4. Monoblephariadales

Tubuh organisme ini berupa benang-benang halus, bercabang-cabang tidak bersekat, jadi merupakan suatu pipa dengan banyak inti. Dinding terdiri atas selulosa. Hidupnya dalam air pada sisa-sisa tumbuhan. Monoblepharidales meliputi suku Monoblepharidaceae yang mencakup antara lain Monoblepharis sphaerica.

Gambar 10. Monoblepharis sphaerica.

5. Oomycetales

Misellium terdiri atas hifa-hifa tidak bersekat dan bercabang-cabang.

Sebagian hidup di dalam air Sebagian lagi hidup di darat. Cara hidupnya ada yang sebagai saprofit ada yang sebagai parasite. Contoh nya yaitu Sclerospora javanica

(12)

12

Gambar 11. Sclerospora javanica 6. Zyginycetales

Terutama terdiri atas jamur yang hidup sebagai saprofit, dengan misellium yang bercabang banyak, Sebagian tidak bersekat, tetapi untuk golongan tertentu telah memperlihatkan sekat-sekat. Dinding selnya terdiri atas kitin.

Pembiakan aseksual disesuaikan dengan hidup di darat. Mucor, saprofit yang banyak kedapatan pada sisa-sisa makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Misalnya Mucor mucedo.

Gambar 12. Mucor mucedo

E. Peranan Kelas Phycomycetes

Phycomycetes merupakan jamur yang hidup sebagian sebagai saprofit dan sebagian sebagai parasite. Jamur yang termasuk saprofit memang sebagian menguntungkan, sebagai contoh Rhizopus oryzae. Berbeda dengan jamur parasite yang lebih banyak menimbulkan oermasalahan dan kematian organisme lainnya. Dalam ilmu penyakit tanaman, Phycomycetes merupakan salah satu golongan jamur yang cukup banyak memiliki spesies yang berperan sebagai patogen tanaman. Ordo Phycomycetes yang paling banyak berperan sebagai patogen tumbuhan adalah ordo Myxochytridiales dan Oomycetales.

(13)

13

Phycomycetes memiliki peran contohnya adalah Rhizopus oryzae yang memiliki manfaat pada pembuatan tempe serta sake. Telah diketahui kira kira 400 spesies jamur yang dapat menyerang serangga dan tungau. Hampir semua jamur entomopatogen (patogen serangga) tergolong dalam kelompok jamur Phycomycetes dan Deuteromycetes. Jamur entomopatogen yang banyak dikenal adalah Beauvaria bassiana dan Metarhizium anisopliae. Pertumbuhan jamur- jamur entomopatogen memerlukan lengas nisbi udara yang tinggi maka prospek penggunaannya sebagai mikoinsektisida akan lebih efektif di daerah tropika.

Beberapa jenis jamur juga dapat menyerang serta dapat hidup sebagai parasit nematoda, di antaranya Verticillium spp.

(14)

14 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Phycomycetes secara harfiah berarti jamur ganggang (Alga fungi). Hal ini disebabkan adanya kemiripan secara morfologi dengan alga hijau.

Phycomycetes mempunyai empat kelas cendawan sejati atau berfilamen yang berdasarkan pada cara dan ciri reproduksinya. Perkembangan jamur ini terjadi secara aseksual dan seksual. Phycomycetes merupakan jamur yang hidup sebagian sebagai saprofit dan sebagian sebagai parasite.

B. Saran

Melalui makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat mengembangkan isi dari makalah ini dan ikut berperan dalam menggali informasi tentang cendawan Phycomycetes. Kami memohon saran dan kritik demi sempurnanya penyusunan makalah ini dimasa-masa yang akan datang.

Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi mahasiswa dan pembaca budiman lainnya.

(15)

15

DAFTAR RUJUKAN

Baba, H. & Sevindik, M. (2018). The Roles of Myxomycetes in Ecosystems.

Journal of Bacteriology & Mycology, 6(3), 165.

https://doi.org/10.15406/jbmoa.2018.06.00197

Cahyanto, T. dan Yani S. 2022. Jamur Makroskopis. Bandung: Gunung Djati Publishing

Hidayati, P. I. 2016. Mikrobiologi Dasar. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Lestari, A., D., dkk. 2019. Identifikasi Jamur Pada Roti yang yang Dijual di Kota Langsa Berdasarkan Lama Penyimpanan. Jurnal Jeumpa. 6 (2): 250.

https://doi.org/10.33059/jj.v6i2.249

Referensi

Dokumen terkait

1) Asosiasi bebas, yaitu konseli diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang ini, sehingga konseli mudah

Saat pelaksanaan pembangunan berlangsung, pihak konsultan perencana dapat membuat jadwal pertemuan rutin dengan kontraktor untuk membahas hal-hal yang mungkin perlu mendapat

Dengan menggunakan pendekatan langsung untuk permintaan pesan- pesan rutin, apa yang diminta pada bagian awal atau permulaan dalam penyampaian

 Sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar 60% dari data angket menyatakan bahwa selain sebagai media pembelajaran, televisi juga

Di negeri-negeri yang disinggahinya ia banyak belajar dengan ahli-ahli Hadist kenamaan, seperti Abu Bakar ibn Syaibah, Muhammad Ibn Abdillah ibn Namir, Ahmad ibn al-Azhar dan

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan konselor untuk mengembangkan pemahaman dirinya:  Terapi diri: Konselor dapat mengikuti terapi diri untuk membantu mereka memahami

Secara garis besar dari Khittah NU merupakan untuk mengembalikan NU menjadi organisasi sosial keagamaan dan tidak terlibat dalam politik praktis.2 Nahdlatul Ulama didirikan dengan

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Teori Belajar dan TPACK Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah