• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kimia Farmasi II (Analisis Obat)

N/A
N/A
Dzikron Anwar

Academic year: 2025

Membagikan "Kimia Farmasi II (Analisis Obat)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang

Cetakan pertama, Oktober 2017

Penulis : Dra.Harpolia Cartika, M.Farm, Apt

Pengembang Desain Intruksional : Dra. Dina Mustafa, M.Sc.

Desain oleh Tim P2M2 :

Kover & Ilustrasi : Nursuci Leo Saputri, A.Md.

Tata Letak : Ayuningtias Nur Aisyah, A.Md.

Jumlah Halaman : 122

(4)

DAFTAR ISI

BAB I: ANALISIS KUALITATIF OBAT 1

Topik 1.

Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam …... 2

Latihan 1 ….………... 18

Kunci Jawaban Tes ... 19

Topik 2. Identifikasi Golongan Fenol …... 20

Latihan 2 …...………...……... 28

Kunci Jawaban Tes ... 29

Topik 3. Identifikasi Golongan Alkaloid ... 30

Latihan 3 …..………...……... 36

Kunci Jawaban Tes ... 37

Tes 1 ……….………..……... 38

Kunci Jawaban Tes ... 41

Daftar Pustaka …... 42

BAB II: ANALISI KUANTITATIF OBAT DENGAN TITRASI ASAM BASA (NETRALISASI) 43 Topik 1. Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Alkalimetri …... 47

Tes 1 ……….………..……... 49

Topik 2. Penetapan kadar Asetosal dengan Metode Asidi-Alkalimetri ... 57

Tes 2 ……….………..……... 60

Kunci Jawaban Tes ... 68

Latihan …..…..………...……... 70

Kunci Jawaban Tes ... 72

Daftar Pustaka …... 73

(5)

BAB III: ANALISIS KUANTITATIF OBAT

DENGAN TITRASI REAKSI REDUKSI OKSIDASI DAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS

74

Topik 1.

Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Iodimetri ... 76

Latihan 1 ……….………...……... 87

Topik 2. Penetapan Kadar Fero Sulfat dengan Metode Permanganometri ... 88

Latihan 2 ………....………...……... 98

Topik 3. Penetapan Kalsium Laktat dengan Metode Kompeksometri ... 99

Latihan 3 ………...……... 109

Kunci Jawaban Tes ... 110

Tes 3 ……….………..……... 113

Kunci Jawaban Tes ... 116

Daftar Pustaka ... 117

(6)

BAB I

ANALISA KUALITATIF OBAT

DR. Hj. Nurisyah, M.Si, Apt, Dra Harpolia Cartika, M.Farm, Apt

PENDAHULUAN

Para mahasiswa sekalian, praktikum Analisis kualitatif dilakukan dengan 3 tahapan yaitu uji pendahuluan, uji golongan dan uji penegasan. Tiga tahapan uji kualitataif ini dapat anda pelajari pada Bab I teori Kimia Farmasi. Analisis kualitatif dapat digunakan untuk menguji senyawa obat tunggal maupun dalam campuran dengan metode konvensional, misalnya dari reaksi warna yang terbentuk masing-masing senyawa obat.

Ada banyak senyawa obat dari masing-masing golongan obat yang diidentifikasi, tetapi dalam praktikum ini hanya dibatasi pada beberapa senyawa obat saja dalam bentuk senyawa tunggal, sehingga tidak dibutuhkan proses pemisahan terlebih dahulu. Dengan mengikuti praktikum analisis kualitatif ini dapat memberikan keterampilan dan pengalaman kepada anda untuk mengidentifikasi obat.

Modul praktikum analisa kualitatif kimia farmasi ini disusun dengan 3 topik kegiatan praktikum yaitu :

Topik 1 : Identifikasi golongan karbohidrat dan asam Topik 2 : Kegiatan praktikum 2 : Identifikasi golongan fenol Topik 3 : Kegiatan praktikum 3 : Identifikasi golongan alkaloid

(7)

Topik 1

Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam

Dalam kegiatan praktek ini, Anda diharapkan mencermati setiap langkah dalam identifikasi senyawa golongan karbohidrat dan asam yang dipraktekan dalam kegiatan praktikum ini. Dalam Bab 1 Teori Kimia Farmasi, telah dijelaskan bahwa identifikasi obat dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu uji pendahuluan, uji golongan, dan uji penegasan.

Kerjakanlah ke 3 langkah tersebut secara sistematis agar Anda tidak salah dalam menyimpulkan jenis senyawa yang sedang Anda identifikasi.

Untuk mencegah tercemarnya zat uji yang Anda identifikasi, bekerjalah secara berhati- hati sehingga tidak menyulitkan Anda dalam melakukan kegiatan praktek ini. Ingat, jika Anda bekerja secara ceroboh, maka zat uji yang sedang Anda identifikasi tidak akan memberikan hasil yang baik. Yang sudah barang tentu akan membuat Anda tidak dapat menyimpulkan/membedakan antara satu zat uji dengan zat uji lainnya.

A. GOLONGAN KARBOHIDRAT

1. Pendahuluan

Dalam sediaan obat hampir selalu bahan aktif bercampur dengan zat pembawa/bahan tambahan, salah satu bahan tambahan banyak digunakan dalam sediaan tablet, kapsul, maupun larutan (sirop, emulsi, dan suspensi) adalah bahan pembawa organik yang merupakan senyawa karbohidrat. Karbohidrat yang banyak digunakan sebagai bahan tambahan adalah glukosa, laktosa, sukrosa, dan amilum.

Sifat-sifat kimia karbohidrat berkaitan dengan gugus fungsional yang terdapat dalam molekul yaitu gugus hidroksi, gugus aldehid dan gugus keton. Beberapa sifat kimia karbohidrat dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan senyawa karbohidrat yang satu dengan yang lainnya. Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi terutama dalam suasana basa. Sifat mereduksi ini karena adanya gugus aldehid bebas pada karbohidrat.

Identifikasi golongan karbohidrat secara umum dilakukan dengan pereaksi molisch.

Karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan dihidrolisa menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural. Furfural atau hidroksi metil furfural dengan α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat dilakukan dengan hati-hati melalui dinding maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat.

(8)

2. Uraian Zat Uji

a. Glukosa (FI edisi IV, hal 300)

1) Rumus Molekul : C6H12O6. H2O

2) Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih; tidak berbau; rasa manis

3) Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam

air mendidih; larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol

4) Reaksi identifikasi : tambahkan beberapa tetes larutan (1 dalam 20)

pada 5 ml tembaga (II) tartrat alkali LP panas terbentuk endapan merah tembaga oksida.

b. Laktosa (FI edisi IV, hal 488) 1) Rumus Molekul : C12H22O11

2) Pemerian : Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis

3) Kelarutan :Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih; sangat sukar larut dalam

etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter 4) Reaksi identifikasi :Tambahkan 5 ml natrium hidroksida 1 N pada 5 ml

larutan jenuh laktosa panas dan hangatkan hati-hati. Cairan menjadi kuning dan akhirnya merah kecoklatan. Dinginkan hingga suhu kamar, dan tambahkan beberapa tetes tembaga (II) tartrat alkali LP; terbentuk endapan merah tembaga (I) oksida.

c. Sukrosa (FI edisi IV, hal 762) 1) Rumus Molekul : C12H22O11

2) Pemerian :Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa manis.

3) Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

4) Reaksi identifikasi : - d. Amilum (FI edisi IV, hal 107)

1) Rumus Molekul : -

2) Pemerian : serbuk sangat halus, putih

3) Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 4) Reaksi identifikasi :

(9)

a) Panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi 1 g dalam 50 ml air, dinginkan terbentuk larutan kanji yang encer

b) Campur 1 ml larutan kanji yang diperoleh pada identifikasi A dengan 0,05 ml larutan iodium 0,005 M, terjadi warna biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul kembali pada pendinginan.

3. Tujuan Praktikum

a. Mengidentifikasi golongan senyawa karbohidrat b. Mengidentifikasi secara spesifik glukosa

c. Mengidentifikasi secara spesifik laktosa d. Mengidentifikasi secara spesifik sukrosa e. Mengidentifikasi secara spesifk amilum 4. Pelaksanaan

a. Bahan dan Alat

1. Alat-alat yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah : a) Tabung reaksi

b) Plat tetes c) Pipet

d) Penjepit tabung (gegep) e) Bunsen/lampu spiritus f) Cawan porselin

g) Gelas kimia

2. Bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah : a) Glukosa

b) Laktosa c) Sukrosa d) Amilum e) α-naftol f) asam sulfat g) Kalium bromida h) Resorsin

i) Pereaksi fehling j) Etanol

k) air

b. Prosedur kerja dan pengamatan 1. Uji pendahuluan

a) Organoleptik

lakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau dan rasa masing-masing sampel obat yang diidentifikasi. Pengamatan bentuk obat pada umumnya berupa

(10)

serbuk hablur halus dan berwarna putih. Pengamatan bau dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik), pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit atau pahit).

Cocokkan hasil pengamatan Anda dengan uraian zat uji masing-masing.

b) Kelarutan

1) Siapkan 2 buah tabung reaksi

2) Masukkan ± 50 mg zat uji KH1 ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut

3) Ukur 1 ml aquades, masukkan kedalam tabung pertama. Kocok dan amati kelarutannya. Jika tidak larut, panaskan diatas api langsung dan amati kelarutannya.

4) Ukur 1 ml etanol, masukkan ke dalam tabung reaksi ke dua. Kocok dan amati kelarutannya.

5) Catat hasil uji kelarutan ini pada tabel pengamatan.

6) Dengan cara yang sama lakukan pada zat uji KH2, KH3, dan KH4. Untuk memudahkan pekerjaan anda, lebih baik menyiapkan 8 tabung reaksi sekaligus lalu amati kelarutannya masing-masing.

c) Uji keasaman

1) Sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan zat uji (hasil pengamatan uji kelarutan dalam air).

2) Amati perubahan warna kertas lakmus tersebut.

3) Catat hasil pengamatan perubahan warna masing-masing kertas lakmus ini pada tabel pengamatan.

d) Uji unsur

Senyawa karbohidrat adalah senyawa yang hanya mengandung unsur C, H, dan O, oleh karena itu hasil uji unsur akan memberikan pengamatan yang negatif.

Dengan demikian tidak diperlukan uji unsur untuk membedakan senyawa- senyawa yang termasuk dalam golongan karbohidrat.

Hasil Pengamatan Uji Pendahuluan

Pengujian Zat uji

KH1 KH2 KH3 KH4

Organoleptik

Bentuk Warna Bau Rasa Kelarutan Air

Etanol

(11)

Pengujian Zat uji

KH1 KH2 KH3 KH4

Keasaman

Lakmus merah Lakmus

biru 2. Uji golongan

Larutan zat uji pada hasil uji kelarutan ditambahkan 3 tetes pereaksi Molisch (larutan α-naftol dalam etanol), kocok. Miringkan tabung reaksi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung agar tidak bercampur. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu seperti gambar berikut.

Gambar1. Pembentukan cincin ungu pada uji golongan karbohidrat dengan pereaksi Molisch Hasil pengamatan uji golongan

Pereaksi KH1 KH2 KH3 KH4

Molisch Kesimpulan 3. Uji penegasan

a) Buat larutan zat uji dengan cara : masing-masing zat uji karbohidrat sebanyak ± 100 mg, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 ml aquades, kocok hingga larut. Jika zat uji tidak larut panaskan

b) Uji sifat mereduksi menggunakan pereaksi fehling

c) 1 ml masing-masing larutan zat uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan masing-masing 1 ml larutan fehling (campuran sama banyak fehling A

(12)

dan fehling B). Panaskan di atas penangas air, jika terbentuk endapan merah bata maka zat uji positif bersifat gula pereduksi.

Gambar 2. Hasil reaksi uji gula pereduksi menggunakan pereaksi fehling, a) mereduksi (endapan merah bata); b) tidak mereduksi (larutan tetap biru)

Hasil pengamatan sifat mereduksi fehling

Pereaksi KH1 KH2 KH3 KH4

Fehling Kesimpulan

Catatan : kesimpulan merupakan mereduksi/tidak mereduksi

d) Zat uji pereduksi (zat uji merupakan glukosa dan laktosa)

1 ml masing-masing larutan zat uji (yang mereduksi fehling), dimasukkan ke dalam tabung reaksi, panaskan di atas penangas air selama ± 5 mnt, + 2 ml NH4OH 2N, tutup tabung dengan kapas lalu panaskan kembali di atas penangas air selama ± 5 menit. Terbentuknya larutan berwarna merah menunjukkan positif laktosa.

Gambar 3. Hasil uji dengan pereaksi amonia 2 N, larutan merah positif laktosa; larutan kuning glukosa

a) b)

(13)

Hasil pengamatan membedakan senyawa yang mereduksi fehling (glukosa danlaktosa)

Pereaksi Kode zat uji

... ...

Amonia 2N Kesimpulan

Catatan : kesimpulan glukosa/laktosa

e) Zat uji non pereduksi (zat uji merupakan sukrosa dan amilum) (1) Uji iodin

1ml larutan zat uji masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi (yang tidak mereduksi fehling), tambahkan 1 tetes larutan iodium 0,1 N.

Terbentuknya warna biru menunjukkan positif amilum.

Gambar 4. Hasil uji dengan pereaksi iodium, pembentukan larutan berwarna biru positif amilum (2) Uji seliwanoff

± 10 mg zat uji yang tidak mereduksi fehling, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 0,5 ml larutan resorsin 1% dan 3 ml larutan asam klorida 2 N, panaskan di atas penangas air. Terbentuknya warna merah menunjukkan positif sukrosa.

(14)

Gambar 5. Hasil uji dengan pereaksi seliwanof, pembentukan larutan berwarna merah chery positif sukrosa

Hasil pengamatan membedakan senyawa yang tidak mereduksi fehling (sukrosa dan amilum)

Pereaksi Kode zat uji

... ...

Iodium Seliwanof Kesimpulan

(15)

Laporan Praktikum

Buat laporan praktikum yang berisi kesimpulan jenis senyawa masing-masing berdasarkan pengamatan yang sistematis yang memberikan hasil uji spesifik masing-masing zat uji.

Misalnya :

Zat KH1 adalah : Laktosa

Kesimpulan didukung oleh hasil berikut : 1. Uji pendahuluan

a) Organoleptik : rasa manis b) Kelarutan : mudah larut dalam air c) Keasaman : bersifat netral

2. Uji Golongan : membentuk cincin ungu dengan pereaksi Molisch (positif karbohidrat)

3. Uji penegasan : a) mereduksi fehling

b) Dengan pereaksi amonia berwarna merah (pereaksi ini pembeda glukosa dan laktosa, hasil menunjukkan positif laktosa)

PERHATIAN :

Buatlah catatan berupa rangkuman sehingga Anda bisa membedakan cara identifikasi ke 4 senyawa golongan karbohidrat tersebut. Lebih bagus jika langkah identifikasi tersebut Anda buat dalam bentuk skema.

(16)

B. GOLONGAN ASAM

1. Pendahuluan

Gugus fungsional yang paling sering dijumpai yang mampu memberikan keasaman pada molekul obat adalah gugus karboksilat. Senyawa asam karboksilat mampu melepaskan proton (H+) menjadi anion sisa asam. Oleh karena itu identifikasi senyawa asam ini umumnya dilakukan dengan mengidentifikasinya dalam bentuk anion organik

Dalam pemeriksaan golongan asam ini, uji pendahuluan pendukung adalah rasanya yang sangat asam. Beberapa senyawa lain yang merubah lakmus biru menjadi merah adalah garam hidroklorida dari golongan senyawa alkaloid (misalnya efedrin hidroklorida, tiamin hidroklorida, dan lain-lain), tetapi pada uji pendahuluan golongan senyawa ini rasanya yang pahit (tidak asam).

2. Uraian Zat Uji :

a. Asam sitrat (FI edisi IV, hal 48) 1) Rumus molekul : C6H8O7

2) Pemerian :Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau;

rasa sangat asam

3) Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak sukar larut dalam eter

4) Identifikasi :menunjukkan reaksi positif seperti yang tertera pada Uji identifikasi Umum <291>, yaitu larutkan atau suspensikan beberapa mg dalam 1 ml air, tambahkan ke dalam 15 ml piridina P, dan kocok. Tambahkan 5 ml anhidrida asetat P ke dalam campuran, dan kocok. Terjadi warna merah muda b. Asam tartrat (FI edisi IV, hal 53)

1) Rumus molekul : C4H6O6

2) Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus sampai granul, warna putih; tidak berbau; rasa asam dan stabil di udara.

3) Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol.

4) Identifikasi :

a) Menunjukkan reaksi tartrat seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum

<291>, yaitu :

(1) Larutkan beberapa mg dalam 2 tetes larutan natrium periodat P (1 dalam 20). Tambahkan 1 tetes asam sulfat 1 N, dan setelah 5 menit tambahkan beberapa tetes asam sulfit P, kemudian beberapa tetes fukhsin-asam sulfit LP : terjadi warna merah muda dalam waktu 15 menit.

(17)

(2) Ke dalam 10 mg hingga 20 mg zat uji yang dilarutkan dalam 5 ml air, tambahkan 0,5 ml larutan besi (II) sulfat P 1% dan 0,05 ml larutan hidrogen peroksida P 3% : terjadi warna kuning yang tidak stabil.

Setelah warna hilang tambahkan natrium hidroksida 2 N tetes demi tetes : terjadi warna biru intensif

(3) Campur 0,1 ml larutan yang mengandung 1 mg sampai 2 mg asam tartrat P dengan 0,1 ml larutan kalium bromida P 10%, 0,1 ml larutan resorsinol P 2% dan 3 ml asam sulfat P, panaskan di atas tangas air selama 5 menit hingga 10 menit : terjadi warna biru tua yang berubah menjadi merah jika larutan didinginkan dan dituang ke dalam air.

b) Jika dipijarkan, perlahan-lahan terurai, bau seperti gula terbakar (perbedaan dari asam sitrat)

c. Asam salisilat (FI edisi IV, hal 510) a) Rumus molekul : C7H6O3

b) Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara.

c) Kelarutan :Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.

d) Identifikasi :Menunjukkan reaksi salisilat seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>, yaitu :

1) Tambahkan besi (III) klorida LP ke dalam larutan encer : terjadi warna ungu 2) Tambahkan asam ke dalam larutan pekat : terbentuk endapan hablur putih

asam salisilat yang melebur pada suhu antara 158o dan 161o d. Asam benzoat (FI edisi IV, hal 47)

a) Rumus molekul : C7H6O2

b) Pemerian : hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat. Mudah menguap dalam uap air.

c) Kelarutan : sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol’

dalam kloroform dan dalam eter.

d) Identifikasi : menunjukkan reaksi benzoat seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>, yaitu :

1) Tambahkan besi (III) klorida LP ke dalam larutan netral benzoat : terbentuk endapan merah muda kekuningan

2) Asamkan larutan pekat benzoat dengan asam sulfat 2 N : terbentuk endapan asam benzoat yang mudah larut dalam eter P

(18)

3. Tujuan Praktikum

a. Mengidentifikasi golongan senyawa asam b. Mengidentifikasi secara spesifik asam sitrat c. Mengidentifikasi secara spesifik asam tartrat d. Mengidentifikasi secara spesifik asam salisilat e. Mengidentifikasi secara spesifik asam benzoat 4. Pelaksanaan

a. Bahan dan Alat

1. Alat-alat yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah : a) Tabung reaksi

b) Plat tetes c) Pipet

d) Penjepit tabung (gegep) e) Bunsen/lampu spiritus f) Cawan porselin

g) Gelas kimia

2. Bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah : a) Asam sitrat

b) Asam tartrat c) Asam salisilat d) Asam benzoat e) Besi (III) klorida f) asam sulfat g) Kalium bromida h) Resorsin

i) amonia j) Etanol k) air

b. Prosedur kerja 1. Uji pendahuluan

a) Organoleptik

lakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau dan rasa masing-masing sampel obat yang diidentifikasi (As1, As2, As3, dan As4). Pengamatan bentuk obat pada umumnya berupa serbuk hablur halus dan berwarna putih. Pengamatan bau dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik), pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit atau pahit).

(19)

b) Uji kelarutan

1) Siapkan 2 buah tabung reaksi

2) Masukkan ± 50 mg zat uji As1 ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut

3) Ukur 1 ml aquades, masukkan kedalam tabung pertama. Kocok dan amati kelarutannya. Jika tidak larut, panaskan diatas api langsung dan amati kelarutannya.

4) Ukur 1 ml etanol, masukkan ke dalam tabung reaksi ke dua. Kocok dan amati kelarutannya.

5) Catat hasil uji kelarutan ini pada tabel pengamatan.

6) Dengan cara yang sama lakukan pada zat uji As2, As3, dan As4. Untuk memudahkan pekerjaan anda, lebih baik menyiapkan 8 tabung reaksi sekaligus lalu amati kelarutannya masing-masing.

c) Uji keasaman

1) Sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan zat uji (hasil pengamatan uji kelarutan dalam air).

2) Amati perubahan warna kertas lakmus tersebut.

3) Catat hasil pengamatan perubahan warna masing-masing kertas lakmus ini pada tabel pengamatan.

d) Uji unsur

Senyawa asam yang identifikasi dalam praktikum ini adalah senyawa yang hanya mengandung unsur C, H, dan O, oleh karena itu tidak diperlukan uji unsur untuk membedakan senyawa-senyawa yang termasuk dalam golongan asam ini.

Hasil Pengamatan Uji Pendahuluan

Pengujian Zat uji

As1 As2 As3 As4

Organoleptik

Bentuk Warna Bau Rasa Kelarutan Air

Etanol

Keasaman

Lakmus merah Lakmus

biru

(20)

2. Uji golongan

a) Ke dalam larutan zat uji (hasil uji kelarutan dalam air), masukkan sepotong kecil kertas lakmus biru. Perubahan warna menjadi biru menunjukkan zat uji bersifat asam (golongan asam). Data pendukung golongan asam ini adalah rasa zat uji yang sangat asam.

b) ± 50 mgmasing-masing zat uji, dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 2 ml metanol dan 1 ml asam sulfat pekat. Tutup mulut tabung dengan kapas, kemudian panaskan di atas penangas air selama 5 menit. Terbentuknya bau ester menunjukkan positif asam karboksilat (bau tercium pada kapas penutup tabung reaksi masing-masing)

Hasil pengamatan uji golongan

Pereaksi As1 As2 As3 As4

Lakmus biru Pembentukan senyawa ester Kesimpulan 3. Uji penegasan

a) Zat uji mudah larut dalam air (zat uji adalah asam sitrat dan asam laktat)

1) ± 50 mg zat uji yang mudah larut dalam air, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dilarutkan dengan 1 ml aquades, netralkan larutan zat uji dengan cara tambahkan 1 tetes indikator fenolftalein kemudian tetesi dengan larutan amoniak 2 N hingga berwarna pink. Tambahkan 2 ml larutan kalsium klorida 10%, didihkan. Terbentuknya endapan putih setelah pendidihan menunjukkan positif asam sitrat dan asam tartrat (endapan tidak terbentuk dalam keadaan dingin). Perhatikan bentuk kristal yang terbentuk, endapan Ca tartrat berbentuk kristal/serbuk kasar, sedangkan endapan Ca sitrat berbentuk serbuk halus.

2) ± 50 mg zat uji yang mudah larut dalam air, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan ± 10 mg kristal kalium bromida dan ± 10 mg kristal resorsin, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat (kerjakan di lemari asam). Tutup mulut tabung dengan kapas, panaskan di atas penangas air selama 5 menit. Terbentuknya larutan berwarna biru kehitaman menunjukkan positif asam tartrat (merupakan reaksi pembeda dengan asam sitrat)

(21)

Gambar 5. Hasil uji dengan pereaksi kalium bromida, resorsin dan asam sulfat, pembentukan larutan berwarna biru kehitaman positif asam tartrat

3) Masukkan ±50 mg zat uji ke dalam cawan porselin, pijarkan di atas api langsung. Perlahan-lahan akan terurai dan memberikan bau seperti gula terbakar (perbedaan dari asam sitrat).

4) Hasil pengamatan uji penegasanzat uji yang mudah larut dalam air (asam sitrat sitrat dan asam tartrat)

Pereaksi Kode zat uji

... ...

Kalsium klorida

Kalium bromida, resorsin, asam sulfat Hasil pemijaran

Kesimpulan

Catatan : kesimpulan zat uji asam sitrat/asam tartrat

b) Zat uji mudah larut dalam etanol (asam benzoat dan asam salisilat)

1) ± 50 mg zat uji (asam benzoat dan asam salisilat), masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dilarutkan dengan 1 ml etanol, tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida. Terbentuknya warna ungu menunjukkan positif salisilat.

(22)

Gambar 6. Hasil uji dengan pereaksi besi (III) klorida, pembentukan warna ungu positif asam salisilat

2) ± 50 mg zat uji (asam benzoat dan asam salisilat), masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dilarutkan dengan 5 ml air, netralkan larutan zat uji dengan cara tambahkan 1 tetes indikator fenolftalein kemudian tetesi dengan larutan amoniak 2 N hingga berwarna pink (jangan terlalu berlebih). Tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida, jika perlu panaskan di atas api langsung hingga mendidih. Terbentuknya endapan kuning menunjukkan positif asam benzoat (asam salisilat tetap ungu).

Hasil uji penegasan zat uji yang mudah larut dalam etanol (asam salisilat dan asam benzoat)

Pereaksi Kode zat uji

... ...

Besi (III) klorida Kesimpulan

(23)

Laporan Praktikum

Laporan dibuat seperti format uji identifikasi golongan karbohidrat PERHATIAN :

Agar Anda lebih mudah memahami cara identifikasi zat uji golongan asam ini, buatlah rangkumannya yang membuat Anda bisa membedakan hasil identifikasi senyawa-senyawa tersebut. Akan lebih mudah lagi, jika rangkuman tersebut Anda susun dalam bentuk suatu skema kerja.

Mulailah dengan memperhatikan perbedaan kelarutannya (hasil identifikasi menjadi 2 klp), yaitu kelompok mudah larut dalam air dan kelompok mudah larut dalam etanol. Dan seterusnya

Latihan 1

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas, kerjakanlah latihan berikut!

Apakah pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan senyawa karbohidrat

1) Apakah gugus fungsional pada golongan karbohidrat yang dapat mereduksi pereaksi fehling dalam suasana basa

2) Apakah perekasi yang digunakan untuk identifikasi golongan asam karboksilat

3) Suatu senyawa X diidentifikasi, hasil identifikasi pada uji golongan menggunakan pereaksi Molisc memberikan hasil reaksi berupa cincin ungu. Pada uji penegasan, zat uji ternyata tidak mereduksi fehling. Tuliskan 2 senyawa yang paling mungkin dari senyawa X tersebut.

4) Tuliskan pereaksi apa yang digunakan untuk membedakan ke 2 senyawa tersebut (soal no. 2 di atas). Bagaimana hasil identifikasi dari pemastian ke 2 senyawa tersebut.

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali Topik 1 tentang Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam.

(24)

Kunci Jawaban Tes

Latihan 1

1) Luff, Fehling, Barfoed 2) aldehid bebas

3) alcohol dan asam kuat

4) Amylum Solani dan Amylum Maydis

5) Pereaksi air dengan menggunakan mikroskop (secara mikroskopis). Hasil identifikasi dari pemastian ke 2 senyawa adalah bentuknya yang berbeda dimana A. solani berbentuk oval sedangkan A.Maydis berbentuk poligonal.

(25)

Topik 2

Identifikasi Golongan Fenol

Dari praktek sebelumnya Anda sudah mengetahui, bahwa senyawa karbohidrat pada umumnya berasa manis, masih ingatkah Anda dari 4 senyawa karbohidrat tersebut ada yang tidak berasa ? Demikian juga dengan senyawa asam, maka pasti uji pendahuluan menunjukkan bahwa rasanya sangat asam. Bagaimana dengan senyawa fenol ? Apa yang membedakan dengan senyawa karbohidrat dan asam yang telah Anda lakukan ? Dan pereaksi apa yang dapat Anda gunakan untuk melakukan identifikasi dan pemastian zat uji yang diidentifikasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka lakukan praktikum berikut ini dengan cermat.

1. Pendahuluan

Fenol merupakan gugus fungsional lain yang umum dijumpai dalam molekul obat.

Fenol merupakan asam lemah yang melepaskan proton (H+) untuk menghasilkan anion fenoksida, dengan alkali hidroksida dan alkali karbonat akan membentuk garam. Dengan besi (III) klorida hampir semua fenol dalam larutan air atau etanol akan memberikan reaksi warna karena terbentuknya senyawa kompleks. Gugus fenol ini harus bebas, tidak boleh terester misalnya pada aspirin (asetosal), lihatlah perbedaan struktur asetosal ini dengan senyawa fenol yang akan kita identifikasi dalam monografi masing-masing di Farmakope Indonesia.

Adanya golongan lain dalam suatu molekul yang mengandung fenol dapat mempengaruhi reaksi dengan besi (III) klorida menjadi negatif, dimana gugus karboksilat pada posisi para sangat mempengaruhi reaksi tersebut. Misalnya pada senyawa turunan p- hidroksi benzoat, metil-p-hidroksibenzoat (nipagin) dan propil-p-hidroksibenzoat (nipasol), dimana nipagin dengan pereaksi besi (III) klorida tersebut bereaksi positif dengan pembentukan warna ungu, sedangkan nipasol bereaksi negatif (tidak membentuk warna ungu). Tetapi pada senyawa n-asetil-4-aminofenol (parasetamol), adanya gugus asetamid tidak mengganggu identifikasi gugus fenol dengan besi (III) klorida tersebut.

2. Uraian Zat Uji

a. Parasetamol (FI edisi IV, hal 649) 1) Rumus molekul : C8H9NO2

2) Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit 3) Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium

4) hidroksida 1 N ; mudah larut dalam etanol.

5) Identifikasi :

a) Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering yang cocok dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan

(26)

maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada parasetamol BPFI

b) Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran asam klorida 0,1 N dalam metanol P (1 dalam 100), menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada parasetamol BPFI.

b. Salisilamida (FI edisi IV, hal 753) 1) Rumus molekul : C7H7NO2

2) Pemerian : Serbuk hablur, putih; praktis tidak berbau

3) Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam kloroform; larut dalam etanol dan dalam propilen glikol; mudah larut dalam eter dan

dalam larutan basa.

4) Identifikasi:

a) Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada salisilamida BPFI.

b) Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 62.500) dalam metanol P, menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada salisilamida BPFI.

c) Larutkan lebih kurang 100 mg dalam 5 ml etanol P, tambahkan beberapa tetes besi (III) klorida LP : terjadi warna lembayung.

c. Nipagin (FI edisi IV, hal 551) 1) Rumus molekul : C8H8O3

2) Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit

rasa terbakar.

3) Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

4) Identifikasi : Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada metilparaben (nipagin) BPFI.

3. Tujuan Praktikum

a. Mengidentifikasi golongan senyawa fenol b. Mengidentifikasi secara spesifik parasetamol c. Mengidentifikasi secara spesifik salisilamida d. Mengidentifikasi secara spesifik nipagin

(27)

4. Pelaksanaan a. Bahan dan Alat 1. Alat yang digunakan

a) Tabung reaksi b) Plat tetes c) Pipet

d) Penjepit tabung (gegep) e) Bunsen/lampu spiritus f) Cawan porselin

g) Gelas kimia 2. Bahan yang digunakan

a) Parasetamol b) Salisilamida c) Nipagin

d) Besi (III) klorida e) Besi (II) sulfat f) Timbal asetat

g) Natrium nitroprussida h) Perak nitrat

i) Kalium bikromat

j) Kertas lakmus merah dan biru k) Amonia

l) Asam klorida m) Asam sulfat n) Etanol

b. Prosedur kerja dan pengamatan 1. Uji pendahuluan

a) Organoleptik

lakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau dan rasa masing-masing sampel obat yang diidentifikasi. Pengamatan bentuk obat pada umumnya berupa serbuk hablur halus dan berwarna putih. Pengamatan bau dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik), pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit atau pahit).

b) Kelarutan

1) Siapkan 2 buah tabung reaksi

2) Masukkan ± 50 mg zat uji F1 ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 3) Ukur 1 ml aquades, masukkan kedalam tabung pertama. Kocok dan amati

kelarutannya. Jika tidak larut, panaskan diatas api langsung dan amati kelarutannya.

(28)

4) Ukur 1 ml etanol, masukkan ke dalam tabung reaksi ke dua. Kocok dan amati kelarutannya.

5) Catat hasil uji kelarutan ini pada tabel pengamatan.

6) Dengan cara yang sama lakukan pada zat uji F2 dan F3. Untuk memudahkan pekerjaan anda, lebih baik menyiapkan 6 tabung reaksi sekaligus lalu amati kelarutannya masing-masing.

c) Uji keasaman

1) Sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan zat uji (hasil pengamatan uji kelarutan dalam air).

2) Amati perubahan warna kertas lakmus tersebut.

3) Catat hasil pengamatan perubahan warna masing-masing kertas lakmus ini pada tabel pengamatan.

d) Uji unsur

1) Masukkan 15 ml aquades ke dalam gelas kimia 100 ml.

2) Siapkan tabung pijar (dapat dibuat dari pipet pendek yang dibakar ujungnya dengan nyala bunsen hingga tertutup).

3) Masukkan zat uji ± 50 mg zat uji ke dalam tabung pijar tersebut

4) Masukkan sepotong kecil logam Natrium, letakkan dibagian tengah tabung pijar.

5) Panaskan tabung pijar diatas api langsung dengan kemiringan tabung pijar ± 30 derajat hingga logam natrium lebur.

6) Tegakkan tabung hingga leburan logam natrium bercampur dengan zat uji, kemudian panaskan terus hingga pijar. Masukkan tabung pijar tersebut ke dalam gelas kimia yang telah berisi air, pecahkan tabung pijarnya menggunakan batang pengaduk.

7) Catatan : logam Na dapat digantikan dengan campuran serbuk logam Mg dan Na2CO3 (1:2) (Pereaksi Castellana). Proses destruksi dilakukan dengan cara campur sama banyak zat uji dan Pereaksi Castellana dalam tabung pijar.

Pijarkan di atas nyala bunsen ± 5 menit. Kemudian masukkan tabung pijar tersebut ke dalam gelas kimia yang telah berisi aquades, pecahkan tabung 8) Panaskan di atas api langsung hingga mendidih, dan biarkan larutan

mendidih selama 5 menit. Kemudian saring.

9) Siapkan 3 buah tabung reaksi, masukkan masing-masing 1 ml filtrat.

(a) Tabung 1, tambahkan 5 tetes larutan FeSO4 segar + 1 tetes FeCl3 + 5 tetes HCl. Kalau terbentuk endapan biru berarti ada ion sianida (CN-) yang berarti sampel positif mengandung unsur N

(29)

Gambar 7. Hasil uji unsur N, pembentukan endapan biru menunjukkan zat uji positif mengandung unsur N

(b) Tabung 2, tambahkan 1-2 tetes larutan natrium nitroprussida, jika larutan berwarna ungu berarti ada ion sulfida (S2-) yang berarti sampel positif mengandung unsur S.

Gambar 8. Hasil uji unsur S, pembentukan larutan berwarna ungu menunjukkan zat uji positif mengandung unsur S

Catatan: Uji unsur S dapat pula dilakukan dengan menggunakan pereaksi timbal asetat, yaitu filtrat ditambah 2-3 tetes larutan timbal asetat. Jia terbentuk endapan hitam, berarti ada ion sulfida (S2-) yang berarti sampel positif mengandung unsur S.

(c) Tabung 3, diasamkan dengan 1 ml HNO3 2N, jika ada ion sulfida (uji nomor 2 positif) maka didihkan larutan sampai bebas sulfida (uji uap

(30)

dengan kertas timbal asetat, larutan telah bebas sulfida jika uap sudah tidak membetuk warna hitam pada kertas timbal asetat tersebut). Lalu tambahkan beberapa tetes larutan AgNO3, jika terjadi endapan maka ada ion halida (endapan putih berarti ada ion klorida, endapan putih kekuningan berarti ada ion bromida, dan endapan kuning berarti ada ion iodida).

Catatan : kertas timbal asetat dibuat dengan mencelupkan sepotong kertas saring ke dalam larutan timbal asetat.

Hasil Pengamatan Uji Pendahuluan

Pengujian Zat uji

F1 F2 F3

Organoleptik

Bentuk Warna Bau Rasa Kelarutan Air

Etanol Keasaman

Lakmus merah Lakmus

biru

Hasil uji unsur

Zat Uji Filtrat uji Kesimpulan

(unsur yang ada) Uji unsur N Uji unsur S Uji unsur Cl

F1 F2 F3

Catatan :

uji pengamatan uji unsur ditulis dengan pembentukan endapan biru/tidak (uji unsur N), warna ungu/tidak (uji unsur S), dan mengendap/tidak (Uji unsur halogen).

2. Uji golongan

a) Masukkan masing-masing zat uji ke dalam tabung reaksi, larutkan dengan air.

b) Tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida, amati yang terjadi c) Jika tidak terjadi perubahan (biasanya ini terjadi pada nipagin), panaskan.

(31)

d) Hasil uji berwarna ungu sampai merah menunjukkan senyawa golongan fenol e) Catat hasil pengamatan pada lembar kerja berikut

Gambar 9. Hasil uji golongan fenol dengan pereaksi besi (III) klorida, pembentukan warna ungu menunjukkan positif fenol

(parasetamol biru keunguan, salisilamid ungu, nipagin ungu muda) Hasil uji golongan

Pereaksi F1 F2 F3

Besi (III) klorida Kesimpulan 3. Uji penegasan

a) Zat uji mengandung unsur N (zat uji adalah parasetamol / salisilamida)

1) Masukkan zat uji ± 100 mg ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml asam klorida 2 N. Didihkan selama beberapa saat (± 3 menit), dinginkan.

Kemudian tambahkan beberapa tetes larutan kalium bikromat 0,1 N, terbentunya warna ungu menunjukkan zat uji positif parasetamol

2) Masukkan zat uji ± 100 mg ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml larutan natrium hidroksida 2 N. Panaskan secara perlahan-lahan di atas api langsung, terbentuk amoniak yang dapat diuji dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi dengan air. Pengujian dilakukan dengan menyentuhkan kertas lakmus merah tersebut pada uap yang keluar pada mulut tabung reaksi. Adanya amoniak akan mengubah lakmus merah jadi biru. Uji ini menunjukkan zat uji positif salisilamida.

(32)

Hasil Uji Penegasan Zat Uji Yang Mengandung Unsur N

Pereaksi Kode zat uji

... ...

Asam klorida dan kalium bikromat

Uji uap amoniak Kesimpulan

4. Zat uji tidak mengandung unsur N (zat uji merupakan Nipagin)

Masukkan zat uji ± 100 mg ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml etanol 95%.

Didihkan di atas penangas air, tambahkan beberapa tetes larutan raksa (II) nitrat, terbentuknya endapan dan cairan berwarna merah diatasnya menunjukkan nipagin.

Hasil Uji Penegasan Zat Uji Yang Tidak Mengandung Unsur N Pereaksi Kode zat uji (...) Raksa (II) nitrat

Kesimpulan

(33)

Laporan Praktikum

Buat laporan praktikum seperti format pada identifikasi golongan karbohidrat.

PERHATIAN :

Agar Anda lebih mudah memahami cara identifikasi zat uji golongan fenol ini, buatlah rangkumannya yang membuat Anda bisa membedakan hasil identifikasi senyawa-senyawa tersebut. Akan lebih mudah lagi, jika rangkuman tersebut Anda susun dalam bentuk suatu skema kerja.

Latihan 2

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas, kerjakanlah latihan berikut!

1) Tuliskan pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan fenol 2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada golongan fenol dengan lar FeCl3

3) Apakah gugus fungsional pada nipagin yang memberikan warna ungu dengan larutan Hg2NO3

4) Jelaskan hasil yang diperoleh pada reaksi nipagin dalam etanol 96% dengan larutan Hg2NO3

5) Apakah contoh zat dari golongan fenol yang dapat membirukan kertas lakmus merah akibat terbentuknya amoniak dengan penambahan larutan NaOH 2 N ?

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali Topik 2 tentang Identifikasi Golongan Fenol.

(34)

Kunci Jawaban Tes

Latihan 2

1) Pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan fenol adalah berikut FeCl3

2) Reaksi fenol dengan lar FeCl3 membentuksenyawa kompleks 3) Ar-OH (Fenol)+ Fe3+ (logam besi3) àFe3+ [Ar-OH]

4) Gugus fungsional pada nipagin yang memberikan warna ungu adalah gugus karboksilat.

5) Hasil yang diperoleh pada reaksi nipagin dalam etanol 96% dengan larutan Hg2NO3

adalah endapan dan cairan berwarna merah.

6) Contoh zat dari golongan fenol yang dapat membirukan kertas lakmus merah akibat terbentuknya amoniak dengan penambahan larutan NaOH 2 N adalah salisilamid.

(35)

Topik 3

Identifikasi Golongan Alkaloid

Anda dapat memulai identifikasi golongan alkaloid ini dengan melakukan uji organoleptis terutama rasanya (gimana rasanya ?). Kemudian perhatikan perbedaan kelarutan dari senyawa alkaloid yang merupakan garam (tiamin hidroklorida dan piridoksin hidroklorida) dan basanya (kofein), berdasarkan perbedaan kelarutan ini Anda sudah bisa membedakannya bukan ?

1. Pendahuluan

Alkaloid merupakan kelompok senyawa metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tanaman, yang mempunyai sifat alkali. Sifat inilah yang membuat penamaan golongan senyawa-senyawa ini sebagai alkaloid. Sifat alkali ini dimungkinkan karena secara kimia alkaloid adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen baik satu atau lebih dalam bentuk amina primer, sekunder maupun tersier. Defenisi umum yang digunakan untuk alkaloid dalam kimia adalah senyawa organik siklik yang mengandung unsur N. Struktur alkaloid sangat beragam dan satu-satunya kesamaan antara senyawa alkaloid adalah kesamaan dalam hal sifat alkalinya. Berdasarkan sifat alkalinya ini maka alkaloid dapat membentuk garam dengan asam, oleh karena itu beberapa senyawa obat golongan alkaloid tersedia dalam bentuk garam alkaloid terutama sebagai garam alkaloid hidroklorida (misalnya tiamin hidroklorida, piridoksin hidroklorida, dan lain-lain).

Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, tetapi sebagai garamnya larut baik dalam air. Umumnya alkaloid terasa pahit, larutannya dalam asam klorida dengan pereaksi Mayer (pereaksi raksa (II) kalium iodida) membentuk endapan kuning, dan dengan pereaksi Bouchardat (larutan Iodium) akan membentuk endapan coklat. Keberadaan unsur N dalam senyawa semua alkaloid, sehingga identifikasi keberadaan unsur N tersebut pada uji unsur (uji pendahuluan) merupakan pengarah awal untuk mengidentifikasi pemastian senyawa golongan alkaloid.

2. Uraian Zat Uji

a. Kofein (FI edisi IV, hal 254)

1) Rumus molekul : C8H10N4O2

2) Pemerian : Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih; biasanya menggumpal; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus.

3) Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam etanol; mudah larut dalam kloroform; sukar larut dalam eter.

(36)

4) Identifikasi :

a) spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada kofein BPFI.

b) Larutkan lebih kurang 5 mg dalam 1 ml asam klorida dalam cawan porselin, tambahkan 50 mg kalium klorat P, uapkan di atas tangas uap hingga kering.

Balikkan cawan di atas bejana berisi beberapa tetes amonium hidroksida 6 N : sisa berwarna lembayung yang hilang dengan penambahan larutan alkali kuat.

b. Piridoksin hidroklorida (FI edisi IV, hal 723) 1) Rumus molekul : C8H11NO3.HCl

2) Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih atau hampir putih; stabil di udara; secara perlahan-lahan dipengaruhi oleh

cahaya matahari.

3) Kelarutan : Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter. Larutan mempunyai pH lebih kurang 3

4) Identifikasi :

a) spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada piridoksin hidroklorida BPFI

b) Menunjukkan reaksi klorida seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>, yaitu :

(1) Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan : terbentuk endapan putih seperti dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amonium hidroksida 6 N sedikit berlebih

(2) Pada pengujian alkaloida hidroklorida, tambahkan amonium hidroksida 6N, saring, asamkan filtrat dengan asam nitrat P, dan lakukan sperti yang tertera pada uji di atas.

c. Tiamin hidroklorida (FI edisi IV, hal 784) 1) Rumus molekul : C12H17ClN4OS.HCl

2) Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah

3) Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter dan dalam benzena.

4) Identifikasi :

a) Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada tiamin hidroklorida BPFI.

b) Menunjukkan reaksi klorida seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291> (lihat piridoksin hidroklorida di atas).

(37)

3. Tujuan Praktikum

a. Mengidentifikasi golongan alkaloid b. Mengidentifikasi secara spesifik kofein

c. Mengidentifikasi secara spesifik tiamin hidroklorida d. Mengidentifikasi secara spesifik piridoksin hidroklorida 4. Pelaksanaan

a. Bahan dan Alat 1. Alat yang digunakan

a) Tabung reaksi b) Plat tetes c) Pipet

d) Penjepit tabung (gegep) e) Bunsen/lampu spiritus f) Cawan porselin

g) Gelas kimia 2. Bahan yang digunakan

a) Kofein

b) Tiamin hidroklorida c) Piridoksin hidroklorida d) Besi (III) klorida

e) Besi (II) sulfat f) Timbal asetat

g) Natrium nitroprussida h) Perak nitrat

i) Kalium bikromat

j) Kertas lakmus merah dan biru k) Amonia

l) Asam klorida m) Asam sulfat n) Etanol

b. Prosedur kerja dan pengamatan 1. Uji pendahuluan

Lakukan tahapan uji pendahuluan ini (organoleptik, kelarutan, keasaman, dan uji unsur), sama seperti pada uji pendahuluan senyawa fenol.

2. Uji golongan

a) Larutkan beberapa mg dalam 5 ml air, asamkan dengan asam klorida 2 N, dan tambahkan 1 ml kalium iodo bismutat asetat LP (komposisi pereaksi dapat dilihat di FI ed IV hal 1166) : segera terbentuk endapan jingga atau merah jingga (FI edisi

(38)

IV). Hasil uji menunjukkan bahwa piridoksin hidroklorida hanya membentuk larutan jingga, kofein dan tiamin hidroklorida memberi endapan jingga.

Gambar 10. Hasil uji dengan pereaksi kalium iodo bismutat asetat LP, terbentuknya endapan jingga atau merah jingga menunjukkan positif alkaloid

b) Masukkan zat uji ± 10 mg ke dalam lubang plat tetes, larutkan dengan beberapa tetes asam klorida 2 N. Aduk dengan batang pengaduk, tambahkan beberapa tetes larutan pereaksi Mayer. Terbentuknya endapan kuning menunjukkan golongan alkaloid. Namun hasil reaksi ini menunjukkan kofein tidak memberi hasil positif (tidak membentuk endapan kuning).

c) Masukkan zat uji ± 10 mg ke dalam lubang plat tetes, larutkan dengan beberapa tetes asam klorida 2 N. Aduk dengan batang pengaduk, tambahkan beberapa tetes larutan perekasi Bouchardat (larutan iodium). Terbentuknya endapan agak kecoklatan menunjukkan golongan alkaloid. Hasil uji ini menunjukkan ke 3 zat uji memberi hasil positif.

Gambar 11. Hasil uji golongan dengan pereaksi Mayer dan Bouchardat, terbentuknya endapan kuning dengan pereaksi Mayer(bagian atas) dan endapan coklat dengan pereaksi

Bouchardat (bagian bawah), menunjukkan adanya golongan alkaloid

(39)

Hasil uji golongan alkaloid

Pereaksi zat uji

Al1 Al2 Al3

K. iodo bismutat asetat Mayer Bouchardat Kesimpulan 3. Uji penegasan

a. Zat uji hanya mengandung unsur N (kofein)

Masukkan ± 10 mg zat uji ke dalam cawan porselin, tambahkan 1,5 ml hidrogen peroksida dan 5 tetes asam sulfat pekat, panaskan di penangas air sampai kering.

Residu/sisa ditambah beberapa tetes amoniak 6N, terbentuk warna merah-ungu menunjukkan kofein (warna ungu yang terbentuk tidak stabil segera hilang,

karena itu pengamatan dilakukan langsung saat penambahan larutan amoniak 6N).

Hasil uji penegasan terhadap zat uji yang hanya mengandung unsur N Pereaksi Kode zat uji (...) Hidrogen peroksida, as sulfat, dan

amonia Kesimpulan

b. Zat uji mengandung unsur N dan Cl (piridoksin hidroklorida)

Buat larutan zat uji dengan melarutkan ± 50 mg zat uji dalam 3 ml air, kemudian lakukan pengujian berikut :

1) Masukkan 1 ml larutan zat uji ke dalam tabung reaksi, tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat, terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya ion klorida dalam zat uji (positif sebagai garam klorida)

2) Masukkan 1 ml larutan zat uji, tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida. Terbentuknya larutan merah darah secara perlahan-lahan menunjukkan piridoksin hidroklorida

(40)

Gambar 12. Hasil uji reaksi dengan larutan besi (III) klorida,

pembentukan larutan berwarna merah menunjukkan positif piridoksin hidroklorida Hasil Uji Penegasan Terhadap Zat Uji Yang Hanya Mengandung Unsur N Dan Cl

Pereaksi Kode zat uji (...) Perak nitrat

Besi (III) klorida Kesimpulan

c. Zat uji mengandung unsur N, S, dan Cl (tiamin hidroklorida)

1) Masukkan ± 10 mg zat uji ke dalam tabung reaksi, larutkan dengan 1 ml aquades. Tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat, terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya ion klorida dalam zat uji (positif sebagai garam klorida)

2) Masukkan ± 10 mg zat uji ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1 ml larutan timbal asetat 10% dan 2 ml larutan natrium hidroksida 2 N. Terbentuk warna kuning/jingga, setelah dipanaskan terbentuk endapan hitam kecoklatan menunjukkan tiamin hidroklorida.

(tanpa pemanasan) (setelah dipanaskan)

Gambar 13. Hasil uji reaksi dengan pereaksi timbal asetat dan natrium hidroksida, terbentuknya kekeruhan berwarna kuning (tanpa pemanasan) yang berubah menjadi hitam

kecoklatan pada pemanasan menunjukkan positif tiamin hidroklorida

(41)

Hasil Uji Penegasan Terhadap Zat Uji yang Mengandung Unsur N, S, Dan Cl Pereaksi Kode zat uji (...) Perak nitrat

Timbal asetat dan natrium hidroksida (tanpa pemanasan)

Timbal asetat dan natrium hidroksida dipanaskan

Kesimpulan

Laporan Praktikum

Buat laporan prakktikum sesuai format pada identifikasi karbohidrat PERHATIAN :

Agar Anda lebih mudah memahami cara identifikasi zat uji golongan alkaloid ini, buatlah rangkumannya yang membuat Anda bisa membedakan hasil identifikasi lihat perbedaan kelarutannya, kandungan unsur senyawa-senyawa tersebut. Akan lebih mudah lagi, jika rangkuman tersebut Anda susun dalam bentuk suatu skema kerja.

Latihan 3

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas, kerjakanlah latihan berikut!

1) Tuliskan pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan alkaloid 2) Apakan Unsur yang terdapat pada Thiamin HCl

3) Tuliskan secara sistematis, cara mengidentifikasi senyawa Tiamin HCl

4) Tuliskan secara sistematis cara mengidentifikasi senyawa Piridoksin hidroklorida 5) Unsur apakah yang terdapat pada alkaloid kofein

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali Topik 3 tentang Identifikasi Golongan Alkaloid.

(42)

Kunci Jawaban Tes

Latihan 3

1) Pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan alkaloid berikut 2) Mayer, Bouchardat dan Dragendroff

3) Unsur yang terdapat pada Thiamin HCl adalah N, S, dan Cl 4) Cara mengidentifikasi senyawa Tiamin HCl adalah

5) Reaksi tiokrom (penambahan K3Fe(CN6)2 dan NaOH serta pelarut organic) menghasilkan snyawa yang berfluoresensi

6) Cara mengindentifikasi Pyridoksin HCl adalah penambahan FeCl3 menghasilkan warna merah darah

7) Unsur yang terdapat pada alkaloid kofein adalah unsur N

(43)

Tes 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Uji pendahuluan yang dilakuan pada sample meliputi uji...

A. Gugus fungsional pada golongan X B. Reaksi-reaksi khusus

C. Reaksi Kristal

D. Organoleptic : bentuk, warna, rasa, dan bau E. Kemurnian sample

2) Kendala analisis dalam senyawa obat disebabkan karena senyawa obat merupakan...

A. Senyawa anorganik yang terikat secara ionic B. Senyawa anorganik yang terikat secara kovalen C. Senyawa organik yang terikat secara ionic D. Senyawa organic yang terikat secara kovalen

E. Senyawa organic dengan ikatan hydrogen molekuler

3) Identifikasi obat dapat dilakukan berdasarkan...

A. penggolongan efek terapeutiknya

B. penggolongan jenis senyawa secara strukturnya C. penggolongan kepolarannya

D. penggolongan sifat fisik kimianya

E. penggolongan berdasarkan mekanisme kerja.

4) Sample tersebut jika diuji dengan lakmus dapat merubah lakmus biru menjadi merah, maka sample tersebut merupakan golongan...

A. Aldehid B. Alkaloid C. Asam organic D. Basa alkaloid E. Fenol

5) Untuk mengidentifikasi kandungan unsur N dan Cl dalam zat uji Kloramfenikol, maka zat uji tersebut terlebih dahulu harus:

A. direduksi dengan logam Zn B. didestruksi dengan logam Na

(44)

C. tidak dilakukan penyandraan/uji organoleptik D. dilakukan uji spesifik terhadap gugus alkohol E. basa amino direduksi dengan asam kuat

6) Pengujian yang menunjukkan bahwa zat uji merupakan golongan karbohidrat adalah...

A. Larutan zat uji akan mengubah lakmus biru jadi merah

B. Larutan zat uji dengan pereaksi mollisch akan membentuk cincin coklat C. Larutan zat uji akan mengubah lakmus merah jadi biru

D. Larutan zat uji dengan pereaksi mollisch akan tidak membentuk cincin E. Larutan uji dihidolisis dengan air

7) Golongan senyawa yang jika diuji dengan larutan pereaksi besi (III) klorida memberi warna merah sampai ungu adalah...

A. alkaloid B. barbiturat C. fenol

D. sulfonamida E. alkohol

8) Untuk menunjukkan suatu senyawa mengandung klorida dapat dilakukan dengan...

A. Mereaksikan larutan zat dengan pereaksi Bouchardat membentuk endapan coklat B. Mereaksikan larutan zat dengan pereaksi perak nitrat membentuk endapan putih C. Mereaksikan larutan zat dengan pereaksi diazo membentuk endapan jingga D. Mereaksikan larutan zat dengan pereaksi zwikker membentuk warna ungu.

E. Mereaksikan larutan zat dengan pereaksi NaOH membentuk endapan kuning

9) Golongan alkaloid dapat diuji dengan pereaksi X yang positif memberikan endapan coklat. Pereaksi X tersebut adalah...

A. Mayer B. Bouchardat C. Luff

D. Nessler E. Asam pikrat

(45)

10) Senyawa obat yang tidak termasuk golongan fenol adalah...

A. Paracetamol B. Nipagin C. Salisilamid D. Asam salisilat E. Lidokain

(46)

Kunci Jawaban Tes

Tes 1 1) D 2) C 3) D 4) C 5) A 6) B 7) C 8) B 9) B 10) E

(47)

Daftar Pustaka

Depkes RI,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Kovar, Auterhoff, (1987), Identifikasi Obat, terbitan kelima, ITB, Bandung Sudjadi, Abd Rohman, 2012, Analisis Farmasi, PustakaPelajar Yogyakarta

Tjay, T.H., Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting, ed 5, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

(48)

BAB II

ANALISA KUANTITATIF OBAT

DENGAN TITRASI ASAM BASA (NETRALISASI)

DR. Hj. Nurisyah, M.Si, Apt, Dra Harpolia Cartika, M.Farm, Apt PENDAHULUAN

Halo mahasiswa, sudah paham dengan Analisa Kualitatif Obat? Sekarang kita lanjutkandengan analis kuantitatif. Metode Volumetri merupakan metode sederhana yang dapat dilakukan pada obat yang mengandung senyawa obat tunggal. Analisis kuantitatif dengan metode volumetri didasarkan pada reaksi kimia yang spesifik, yaitu reaksi netralisasi.

Reaksi ini dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titran disebut titrat (dalam hal ini titran dan titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekivalen, penambahan titran harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Reaksi netralisasi menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif. Pada Bab 2 ini dirancang untuk 2 topik kegiatan praktikum metoda volumetric dengan reaksi netralisasi yang terdiri dari metode asidimetri dan alkalimetri, yaitu:

Topik 1. Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Alkalimetri Topik 2. Penetapan Kadar Asetosal dengan Metode Asidi-Alkalimetri PERHITUNGAN VOLUMETRI

Perhitungan dalam analisis volumetri didasarkan pada hubungan stokiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia. aA + tT  produk

dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensia T. Reagensia T disebut titran (larutan titer), ditambahkan sedikit-demi sedikit, biasanya dari dalam buret. Larutan dalam buret bisa berupa larutan standar yang konsentrasinya diketahui dengan cara standarisasi/pembakuan ataupun larutan dari zat yang akan ditentukan konsentrasinya.

Penambahan titran diteruskan sampai jumlah T yang secara kimia setara atau ekuivalen dengan A, maka keadaan tersebut dikatakan telah mencapai titik ekuivalensi dari titrasi itu.

(49)

Dasar reaksi inilah yang digunakan untuk menentukan kesetaraan zat uji dengan larutan titer yang tertera pada monografi masing-masing senyawa obat dalam Farmakope Indonesia.

Namun kapan tepatnya tercapai suatu titik ekuivalensi tidak dapat dilihat secara kasat mata. Untuk mengetahui kapan penambahan titran itu harus dihentikan, digunakanlah larutan indikator yang dapat menunjukkan terjadinya kelebihan titran dengan perubahan warna. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir titrasi, idealnya adalah titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekuivalensi. Oleh karena itu, pada saat Anda melakukan titrasi, penambahan larutan titer harus segera dihentikan jika telah terjadi perubahan warna pertama. Dan ingat, jika penggunaan larutan titer berlebihan (perubahan warna pertama tidak Anda perhatikan dengan baik), maka terjadi kelebihan larutan titer yang menyebabkan hasil analisis yang tidak lagi akurat.

Satuan konsentrasi yang banyak dipakai dalam analisis volumetri adalah molaritas (M) dan normalitas (N). Untuk itu kita perlu mempelajari kembali tentang molaritas dan normalitas tersebut.

Seperti yang telah Anda ketahui sebelumnya bahwa :

1. Molar (M) adalah jumlah gram mol atau mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

2. Normal (N) adalah jumlah gram ekuivalen atau grek zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Untuk tujuan perhitungan jumlah bahan yang hendak ditimbang untuk konsentrasi molar atau normal, satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah ekivalensi satuan :

1. Satuan Liter Ekuivalen Dengan Mol Dan Gram Sedangkan Mililiter Ekuivalen Dengan Mmol Dan Mg

2. Hal Yang Sama Juga Berlaku Untuk Normalitas (Liter Ekuivalen Dengan Grek Dan Gram Serta Mililiter Ekuivalen Dengan Mgrek Dan Mgram).

JADI INGAT !!!

Ekuivalensi satuan dalam perhitungan molaritas dan normalitas, adalah : 1. Jika berat dalam gram, maka volume dalam liter

2. Jika berat dalam mg, maka volume dalam mililiter

Berdasarkan defenisi M dan N di atas, secara matematik satuan konsentrasi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Molaritas (M) =

M = atau M =

Dimana : Massa /BM  g/BM = mol atau mg/BM = mmol M = atau M =

(50)

Normalitas (N) =

N = atau N =

Dimana : Massa/BE  g/BE = grek atau mg/BE = mgrek N = atau N =

Untuk menambah pemahaman Anda dalam menghitung kadar zat dalam sampel uji, bacalah penjelasan berikut ini. Dalam analisis volumetri, konsentrasi larutan titer yang paling umum adalah N. Sehingga dari satuan-satuan di atas dapat diperoleh persamaan-persamaan berikut :

ml x N = mgrek liter x N = grek

1 grek = 1.000 mgrek (karena 1 liter = 1.000 ml) V x N = liter x grek/liter = grek, atau

= mililiter x mgrek/ml = mgrek = = grek atau

= = mgrek

JADI INGAT !!!

Terdapat 2 cara untuk mendapat mgrek dalam perhitungan (pembakuan dan penetapan kadar), tergantung dari data yang tersedia atau yang akan ditentukan, yaitu:

1. Jika data yang tersedia/akan ditentukan adalah volume (ml), maka : mgrek = ml x N

2. Jika data yang tersedia/akan ditentukan adalah berat (mg), maka : mgrek =

Tahukah Anda cara menentukan BE suatu senyawa ?, baca ulang modul kimia dasarnya ya.

BE ditentukan dari BM dan valensi yang didasarkan pada jenis reaksi yang terjadi, dimana BE = BM/valensi.

Analisis kuantitatif dengan volumetri ini dilakukan dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan standar (baku) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti.

Oleh karena itu, pada analisis kuantitatif obat dengan metode volumetri ini prosedur analisis dilakukan dengan 3 tahap yaitu :

1. Pembuatan larutan titer

2. Pembakuan/standarisasi larutan titer

3. Penggunaan larutan titer untuk penetapan kadar senyawa tertentu dalam sampel uji.

(51)

Untuk pembuatan dan pembakuan larutan titer, Farmakope telah menguraikan jumlah, jenis zat, dan pelarut yang digunakan. Jumlah senyawa yang harus ditimbang untuk pembuatan larutan titer yang tertera dalam Farmakope tersebut adalah untuk pembuatan larutan sebanyak 1 liter, dengan demikian jumlah sampel yang harus ditimbang disesuaikan dengan volume larutan yang harus dibuat (misalnya untuk membuat 500 ml larutan, maka zat yang harus ditimbang adalah : 500 ml/1000 ml x jumlah zat yang tertera dalam prosedur tersebut). Jumlah zat yang ditimbang tersebut sesuai dengan perhitungan jika kita menggunakan rumus normalitas ataupun molaritas seperti di atas. Misalnya untuk membuat 1 liter larutan natrium hidroksida, maka jumlah natrium hidroksida yang dibutuhkan adalah :

N =

Massa = N x BE x Volume

= 1 grek/liter x 40 g/grek x 1 liter = 40 g

Hal ini sesuai dengan yang tertera dalam Farmakope Indonesia disebutkan bahwa larutan NaOH 1 N mengandung 40 g NaOH dalam 1 liter larutan.

Jumlah zat baku primer yang digunakan pada pembakuan larutan titer (misalnya natrium karbonat untuk membakukan larutan titer HCl/H2SO4, kalium hidrogen ftalat untuk membakukan larutan titer NaOH) yang tertera dalam Farmakope Indonesia umumnya setara dengan 20 – 25 ml larutan titer. Demikian pula pada penetapan kadar, jumlah larutan titer yang dibutuhkan juga umumnya setara dengan 20 – 25 ml larutan titer.

(52)

Topik 1

Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Alkalimetri

Praktik yang Anda lakukan kali ini berbeda dengan praktik sebelumnya yang hanya untuk menentukan jenis senyawa tertentu (kualitatif). Praktik yang Anda lakukan ini untuk menentukan kadar senyawa tertentu dalam sediaan farmasi (kuantitatif).

A. ASAM SALISILAT

Senyawa yang akan Anda tentukan kadarnya dalam percobaan ini adalah asam salisilat yang terdapat dalam sediaan bedak. Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi topikal sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Dalam bidang dermatologi, asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat utama sebagai bahan keratolitik.

Kandungan asam salisilat yang tinggi dalam sediaan kosmetik ternyata memiliki dampak bagi kesehatan tubuh, mulai dari dampak yang ringan hingga yang berat.

Pengetahuan dan informasi akan bahaya kandungan asam salisilat yang terkandung dalam sediaan kosmetik ini tidak sepenuhnya diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik, khususnya didalam sediaan bedak.

1. Uraian Asam Salisilat

a. Nama resmi : Acidum Salicylicum b. Nama lain : Asam salisilat c. Struktur kimia :

d. Rumus kimia :C7H6O3

e. BM :138,12

f. Pemerian : 1) FI ed III

Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau;

atau rasa agak manis dan tajam.

2) FI ed IV <

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian jamu yang sudah ditambahkan sildenafil sitrat dengan berbagai konsentrasi dalam sediaan serbuk, didapatkan bahwa pereaksi Fehling A yang