• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lale Yulia - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Lale Yulia - etheses UIN Mataram"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

i

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DALAM PERMAINAN TRADISIONAL CEPRAK DI DUSUN BLONG LAUK DESA

SUKARARA

Oleh:

Lale Yulia Kartika Dewi NIM. 180110124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2022

(2)

ii

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DALAM PERMAINAN TRADISIONAL CEPRAK DI DUSUN BLONG LAUQ DESA

SUKARARA Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram

Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Lale Yulia Kartika Dewi NIM 180110124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2022

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vii

(7)

viii MOTTO

ِ ِساَّنلِلِِْمُهُعَفْنَأِِِساَّنلاُِِرْيَخ

“…Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya”

(HR. Thabrani dan Daruquthni)

(8)

ix

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua

yang aku sayangi yaitu Mamiqku Lalu Muhammad dan Ibuku Lale Kusmimarti serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a dalam setiap langkahku. Juga

untuk almamaterku, semua guru, dosen, sahabat- sahabat tercintaku, dan teman-teman yang mengenalku.”

(9)

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.

Penulis menyadari bahwa proses menyelesaikan skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan dan beribu-ribu ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu antara lain:

1. Mamiqku Lalu Muhammad dan Ibundaku Lale Kusmimarti serta keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan dan memanjatkan do‟a, serta kasih sayang tiada terhingga dan nasihat-nasihat yang berharga, sehingga dapat menjadikan peneliti termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Muammar Qadafi, M. Pd selaku pembimbing I dan Ibu Rosa Desmawanti, M. Pd selaku pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Nani Husnaini, M. Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, yang telah memberikan motivasi dan dukungan bagi peneliti selaku mahasiswinya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Jumarim, M. H. I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.

(10)

xi

5. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M. Ag selaku Rektor UIN Mataram.

6. Semua Dosen dan Staf UIN Mataram yang telah banyak memberikan wawasan dan pendalaman keilmuan serta layanan prima selama studi dan penyelesaian skripsi.

7. Sahabat-sahabat kelas D yang selalu kompak dan memberikan dukungan, do‟a dan bantuan kepada peneliti selama proses penyusunan skripsi ini.

8. Dan seterusnya.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah yang berupa skripsi ini bermanfaat bagi semua orang.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Mataram, 30 Mei 2022 Penulis,

Lale Yulia Kartika Dewi

(11)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LOGO ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGATAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 7

E. Telaah Pustaka ... 8

F. Kerangka Teori ... 10

(12)

xiii

G. Metode Penelitian ... 28

H. Sistematika Pembahasan... 37

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 39

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 39

B. Penerapan Permainan Tradisional Ceprak ... 42

C. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Permainan Tradisional Ceprak ... 47

BAB III PEMBAHASAN ... 53

A. Penerapan Permainan Tradisional Ceprak ... 53

B. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Permainan Tradisional Ceprak ... 56

BAB IV PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 67

(13)

xiv

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data Penduduk Memeluk Agama, 40.

Tabel 2.2 Data Sarana dan Prasarana Desa, 41.

Tabel 3.3 Penerapan Permainan Tradisional Ceprak, 45.

Tabel 4.4 Aspek Perkembangan Anak Usia Dini, 48.

(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Program Struktur Organisasi Desa Sukarara, 41.

Gambar 2.2 Kegiatan Anak-Anak Melakukan Hompimpa, 43.

Gambar 2.3 Kegiatan Anak-Anak Berbaris Sebelum Bermain, 47.

Gambar 2.4 Kegiatan Menggambar Ceprak, 49.

(15)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Observasi, 68.

Lampiran 2 Hasil Wawancara, 76.

Lampiran 3 Hasil Dokumentasi, 82.

(16)

xvii

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DALAM PERMAINAN TRADISIONAL CEPRAK DI DUSUN BLONG LAUK DESA

SUKARARA Oleh:

Lale Yulia Kartika Dewi NIM 180110124

ABSTRAK

Aspek perkembangan anak usia dini merupakan suatu perubahan yang dialami individu baik menyangkut fisik maupun psikis yang terjadi secara terus menerus dan dimulai sejak lahir hingga dewasa. Permainan tradisional adalah salah satu permainan yang sering dimainkan dikalangan masyarakat yang dimana mereka menggunakan alat-alat sederhana yang berasal dari halaman sekitar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek perkembangan anak usia dini dalam permainan tradisional Ceprak di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa 1) Penerapan permainan tradisional Ceprak yaitu: a. Membuat petak-petak di atas tanah, b. Membuat gacuk atau katuk yang biasanya berupa pecahan genteng, keramik, c. Gacuk atau katuk dilempar kesalah satu petak yang tergambar di bawah, d. Petak yang ada gacuknya tidak boleh di injak atau di tempati, e. Para pemain harus melompat kepetak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada, f. Saat melemparkan tidak boleh melebihi kotak yang telah di sediakan jika melebihi maka dinyatakan gugur, g. 2) Aspek-aspek perkembangan anak usia dini dalam permainan tradisional yaitu: a. Aspek perkembangan kognitif, dimana anak sudah mampu berfikir ketika sedang bermain b. Aspek perkembangan fisik motorik, ketika anak sedang melakukan permainan mereka sudah mampu melompat dengan satu kaki, c. Aspek perkembangan bahasa, dimana anak sudah mampu berdiskusi dengan baik terkait dengan permainan yang dimainkan, d. Aspek perkembangan sosial emosional, dimana anak sudah mampu mengontrol emosi.

Kata Kunci: Aspek Perkembangan, Anak Usia Dini, Permainan Tradisional Ceprak

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Setiap manusia mengalami proses perkembangan yang berlangsung seumur hidup, namun perkembangan tidak selalu sama persis antara satu individu dengan individu lainnya. Perkembangan manusia terdiri dari proses biologis, kognitif, dan sosial emosional. Proses biologis yaitu menghasilkan perubahan manusia yang meliputi warisan gen dari orangtua, perkembangan tubuh meliputi pertumbuhan berat badan, tinggi badan, dan keterampilan fisik motorik .

Aspek perkembangan anak usia dini dilihat dari beberapa perkembangan yang menghasilkan suatu perubahan seperti perkembangan kognitif yang terjadi dalam pikiran, intelegensi, dan bahasa manusia.

Sedangkan perkembangan sosial emosional perubahan yang terjadi pada hubungan manusia dengan orang lain, perkembangan sikap sosial dan anti sosial pada anak-anak dan remaja merupakan bagian dari proses sosial emosional dalam manusia. 1 Begitu juga dengan perkembangan bahasa adalah aspek perkmbangan penting pada anak usia dini. Anak belajar menyimak, membaca, dan menulis sesuai dengan tahap perkembangan.

Perkembangan bahasa anak mampu meningkatkan bahasa secara optimal sehingga dapat memberikan contoh yang baik, memberikan motivasi pada

1 Masganti., Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Depok: Kencana, 2017), hlm. 12.

(18)

2

anak dan menerapkan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan anak usia dini.2

Jadi perkembangan anak usia dini dilihat dari suatu perubahan yang menanamkan sikap atau aspek dari, Agama, moral dan seni merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang sangat berpengaruh dalam mencapai pertumbuhan dan tujuan pendidikan, karena nilai Agama dan moral memiliki kemampuan untuk menentukan benar dan salah serta baik dan buruknya tingkah laku atau karakter yang mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan dengan hubungan sosial, sehingga memiliki prilaku moral yang sesuai dengan nilai-nilai Agama,3 sedangkan seni adalah proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan fisik motorik halus dan motorik kasar, terampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati dan pikir untuk menghasilkan suatu karya yang memliki kesan keindahan yang bernilai seni. Sehingga meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap kemampuan anak. 4

Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang dialami oleh individu baik menyangkut fisik maupun psikis yang terjadi secara terus menurus dan dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir kehidupan.

Menurut Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014, terdapat enam aspek perkembangan anak yaitu fisik-motorik, nilai agama dan moral, kognitif,

2 Aisyah Isna., “Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini“ Al_athfal, Vol. 2 Nomor 2 Desember 2019. hlm. 62.

3 Abdurrahman., “Upaya Meningkatkan Perkembangan Nilai Agama dan Moral Melalui Metode Keteladanan Pada Anak Usia Dini”, Penelitian Keislaman, Vol. 14 , Nomor 2, Tahun 2018, hlm. 104.

4 Nurwita., “ Meningkatkan Perkembangan Seni Anak Menggunakan Media Smart Hafiz di PAUD Aiza, dalam http//www.Article.Text, diakses tanggal 20 Januari 2022, pukul 13.27.

(19)

3

bahasa, sosial-emosional, serta seni. Agar aspek-aspek perkembangan tersebut dapat tercapai secara optimal, maka orangtua harus ikut serta dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan. 5

Anak usia dini dalam perspektif Islam bahwa anak usia dini adalah titipan Allah yang dilahirkan melalui ibunya yang harus di jaga dan di didik oleh orang tuanya mulai dari lahir hingga 7 tahun. Anak usia dini dalam islam disebut dengan istilah Ash-Shobiyy atau At-Thifl. Oleh karena itu diambillah istilah Raudatul Athfal (RA) yang artinya taman kanak- kanak karena Athfal (anak-anak) merupakan bentuk jamak dari At-Thifl (anak kecil).

Permainan tradisional ialah salah satu permainan yang sering dimainkan dikalangan masyarakat, anak yang ada di Desa Sukarara yang dimana mereka menggunakan alat-alat sederhana yang berasal dari halaman sekitar yang khas dengan berbagai cara yang dimainkan.

selanjutnya anak mulai belajar membuat permainan tradisional dan memanfaatkan bahan-bahan sekitar seperti, bambu, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain, bahkan mereka juga mencari bahan sesuai permainan yang mereka mainkan. Hal ini dapat melatih kemandirian anak, bekerjasama dengan teman sebaya, ataupun orangtua, selain itu permainan tradisional ini bisa dimainkan dengan banyak orang minimal 2-6 orang dalam 1 permainan dan bisa juga dengan cara membuat regu.

5 Ahmad Susanto., Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 19.

(20)

4

Permainan tradisional yang ada dimasyarakat ialah permainan peninggalan nenek moyang yang mengandung nilai-nilai leluhur dan moral yang dapat dijadikan bahan ajaran untuk anak usia dini. Permainan tradisional di desa sukarara ini dapat dilihat bahwa anak masih kurang bisa memainkan permainan tradisional bahwa permainan trdisional ini sangat membantu anak dalam meningkatkan aspek-aspek perkembangan, akan tetapi minimnya orang tua untuk membebaskan anak dalam permainan tradisonal ini sangat kurang banyak perubahan yang membuat anak untuk berkembang. Jadi peneliti melihat suatu perubahan anak di Desa Sukarara dalam melakukan permainan tradisonal dan bisa mnimbulkan perubahan- perubahan pada aspek-aspek perkembangan anak usia dini.

Permainan tradisional Ceprak masih banyak dimainkan oleh anak- anak masa kini sejak usia 5 sampai seterusnya. Permainan tradisional Ceprak dilakukan di gang atau halaman rumah agar anak bisa membuat garis-garis permainan Ceprak, sehingga anak-anak di Desa Sukarara ketika melakukan permainan Ceprak banyak menimbulkan perubahan-perubahan, baik itu dari perubahan fisik maupun sosial emosionalnya. 6

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti pernah kaji di Desa Sukarara adalah sebuah permainan tradisional Ceprak, permainan tradisional Ceprak sering dimainkan oleh anak-anak yang berada di Desa Sukarara anak yang berusia mulai dari 5 tahun sampai seterusnya, permainan ini sering dilakukan dilapangan, di halaman rumah atau

6 Isep Djuanda, Rahmi Latifa Suryani., “Upaya Meningkatkan Keterampilan Gerak Lokomotor Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional Engklek”, Pendidikan Islam, Vol 3 (1), 2021, hlm. 8.

(21)

5

ditempat-tempat yang luas. Anak-anak yang berada di Desa Sukarara melakukan permainan tradisional Ceprak ini secara maksimal dan dimainkan setiap hari, pada saat melakukan permainan anak-anak selalu berdiskusi terlebih dahulu dengan teman sebaya nya, ketika sudah berdiskusi anak-anak langsung mempersiapkan benda-benda yang akan dipakai untuk memainkan permainan tradisional Ceprak ini, setelah benda- benda nya sudah disiapkan sebagian anak langsung membuat pola-pola permainan tradisional Ceprak dan sebagian juga anak-anak membuat gacuk yang terbuat dari pecahan genteng, keramik, dan lain-lain. Ketika anak-anak sedang melakukan permainan Ceprak anak-anak kelihatan sangat bahagia sekali walaupun ada sebagian teman nya yang kalah dalam melakukan permainan Ceprak ini tetapi anak-anak yang lain selalu memberikan support kepada teman nya yang mengalami kekalahan. 7

Fenomena permainan tradisional Ceprak adalah salah satu kajian peneliti kaji adalah penerapan permainan tradisional Ceprak yang khas, selain itu juga permainan Ceprak dilakukan banyak anak baik dari anak usia dini bahkan anak usia 7 tahun akan tetapi lebih dominan anak usia dini menerapkan permainan tradisional Ceprak cukup sederhana dengan melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya di atas tanah. Permainan tradisional Ceprak disini dapat dilihat pada perkembangan anak usia dini dan memberikan manfaat yang luar biasa pada perkembangan anak, seperti melatih

7 Observasi., Desa Sukarara, hari minggu tanggal 10 November 2021.

(22)

6

kemampuan motorik kasar anak, kejujuran, kerjasama, kekompakan, keterampilan, ketangkasan, keseimbangan, dan sikap, serta dapat melatih jiwa kesosialan anak dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat. 8

Oleh sebab itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Permainan Tradisional Ceprak di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara”.

Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui lebih dalam terkait permasalahan bagaimana penerapan permainan tradisional Ceprak terhadap perkembangan anak, serta bagaimana stimulasi aspek perkembangan anak dalam permainan tradisional Ceprak, maka hal ini dapat dijadikan sebagai bahan awal dalam mencari langkah dan solusi dalam mengatasi masalah-masalah pada aspek- aspek perkembangan anak dalam mencapai perubahan-perubahan nanti nya.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini berfokus pada masalah yaitu:

1. Bagaimana penerapan permainan tradisional Ceprak di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara?

2. Aspek perkembangan apa sajakah yang terdapat dalam permainan tradisional Ceprak di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara?

8 Observasi., Sukarara, 10 November 2021

(23)

7 C. Tujuan dan manfaat

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui penerapan permainan tradisional Ceprak di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara

b. Untuk mengetahui aspek perkembangan perkembangan apa sajakah yang ada dalam permainan tradisional Ceprak di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara

2. Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan baik dan akan menghasilkan informasi yang akurat, tepat dan terperinci. Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

a. Manfaat teoritik

Secara teoritik, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi seluruh penulis yang ingin menggali dan melakukan eksperimen mengenai aspek-aspek perkembangan anak usia dini.

b. Manfaat praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru dan orangtua dalam aspek-aspek perkembangan anak usia dini, baik di lingkungan maupun di sekolah.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

(24)

8

Penelitian ini hanya memfokuskan tentang aspek perkembangan apa saja yang terdapat dalam permainan tradisional Ceprak, dan penerapan permainan tradisional Ceprak di Desa Sukarara

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Adapun peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena didasarkan atas beberapa pertimbangan, di antaranya yaitu karena anak-anak yang ada di Desa Sukarara terlihat sangat pintar dalam melakukan permainan Ceprak, lokasi yang di pilih untuk melakukan permainan sangat bagus dan luas sehingga pada saat melakukan permainan Ceprak anak terlihat senang.

E. Telaah Pustaka

Beberapa penelitian yang telah dilakukan peneliti memiliki kemiripan baik dari tema maupun judul penelitian. Peneliti melakukan telaah pustaka bertujuan untuk meyampaikan kepada pembaca mengenai pengetahuan dan ide apa yang sudah dibahas dalam penelitian terdahulu untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil penelitian yang serupa.

Berikut penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini:

1. Eliya Desvaraso, “ Penerapan Permainan Tradisional Engklek Dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Bina Guna, Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I dari 16 anak secara klasikal terdapat 4 anak (25%) memiliki kemampuan kognitif berkembang sesuai harapan, dan 12 anak (75%) memiliki

(25)

9

kemampuan kognitif mulai berkembang dengan nilai yaitu 49,60.

Siklus II dari 16 anak, 4 anak (25%) memiliki kemampuan kognitif berkembang sangat baik, 9 anak (56%) memiliki kemampuan kognitif berkembang sesuai harapan, dan 3 anak (19%) memiliki kemampuan kognitif mulai berkembang dengan nilai rata-rata 68,36. 9

Perbedaan dengan yang peneliti akan lakukan dengan jurnal ini adalah peneliti membahas tentang aspek-aspek perkembangan anak usia dini dalam permainan tradisional engklek di desa sukarara, sedangkan jurnal ini membahas tentang penerapan permainan tradisional engklek dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun di TK bina guna. Terdapat juga persamaan yaitu sama- sama membahas tentang permainan tradisional engklek, dan perkembangan anak usia dini, peneliti melakukan penelitian di Desa Sukarara.

2. Budiyah Febria Sari, Raihana, “Pengaruh Permainan Tradisional Engklek Terhadap Perkembangan Fisik Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun”, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil test perkembangan fisik motorik kasar anak usia 5-6 tahun di perumahan puri air dingin, diperoleh rata-rata skor pretest sebesar 7.00 dan rata- rata posttest 19.45. 10

9 Eliya Desvaraso., “ Penerapan Permainan Tradisional Engklek Dalam Meningkatkan

Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Bina Guna, Handayani (JH), Vol. 6 (1), 2016

10 Budiyah Febria Sari, Raihana., “Pengaruh Permainan Tradisional Engklek Terhadap

Perkembangan Fisik Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun”, Generasi Emas, Vol. 4 Nomor 2, 2021.

(26)

10

Perbedaan dengan yang peneliti akan lakukan dengan jurnal ini adalah peneliti membahas tentang aspek-aspek perkembangan anak usia dini dalam permainan tradisional Ceprak di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara, sedangkan junal ini membahas tentang pengaruh permainan tradisional Ceprak terhadap perkembangan fisik motorik kasar anak usia 5-6 tahun. Terdapat juga persamaan yaitu sama-sama membahas tentang permainan tradisional Ceprak dan perkembangan anak usia dini.

F. Kerangka teori

1. Aspek perkembangan Anak Usia Dini a. Pengertian Aspek Perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan atau skill pada anak yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang dengan sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk dalam perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. 11

Santrock dalam Soetjiningsih mengatakan bahwa perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak

11 Husnuzziadatul Khairi., “Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sini Dari 0-6 Tahun”, Jurnal Warna, Vol 2, Nomor 2, 2018, hlm. 21.

(27)

11

pembuahan dan terus berlanjut disepanjang rentang kehidupan individu.12 Perkembangan pada anak-anak hampir semua bidang perkembangan baik perkembangan motorik, bahasa, kognitif, dan sosial emosional serta nilai agama dan moral. Perkembangan anak yang sehat terlihat dalam tumbuh kembangnya sehari-hari, seluruh aspek dengan seimbang antara keseluruhan perkembangan anak seperti fisik, motorik bicara, emosi, sosial, bermain, kreativitas, kognitif, moral, dan minat.

b. Karakteristik Aspek Perkembangan

Karakteristik perkembangan anak usia 5-6 tahun dapat dilihat dari beberapa ciri khas, yaitu:

1. Perkembangan nilai Agama dan moral anak

Perkembangan nilai Agama dan moral merupakan kemampuan anak bertingkah laku dengan baik sesuai dengan syariat islam. Pada masa bayi, anak belum mengenal prilaku moral atau prilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan orang dewasa. Semakin bertambah hari, maka bertambah pula pengetahuan anak terhadap lingkungan sekitar.13 Jadi, perkembangan nilai Agama dan moral yaitu tentang pilaku yang boleh atau tidak boleh dilakukan, orangtua, dan guru terlibat dalam pendidikan anak harus mengajarkan prilaku yang baik,

12 Ibid., hlm. 21.

13 Dek Ngurah Laba Laksana., Aspek Perkembangan Anak Usia Dini, (Jawa Tengah: PT.

Nasya Expanding Managemen), hlm. 38.

(28)

12

Menurut kemendikbud nomor 137 tahun 2014 terdapat karakteristik aspek perkembangan nilai Agama dan moral pada anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:

a. Mengenal agama yang dianut b. Mengerjakan ibadah

c. Berprilaku jujur, penolong, sopan, hormat, sportif, dsb d. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

e. Mengetahui hari besar agama

f. Menghormati (toleransi) agama orang lain 14 2. Perkembangan fisik motorik

Perkembangan mengikuti pola yang sama akan tetapi memiliki perbedaan perkembangan antara anak yang satu dengan anak yamg lainnya. Oleh karena itu, tidak ada anak yang sama persis baik dalam pertumbuhan fisiknya maupun pertumbuhan motoriknya. Perkembangan motorik tergantung pada kematangan otot-otot dan saraf, karena anak akan sulit menujukkan suatu keterampilan motoriknya bila si anak belum mengalami kematangannya. 15 Jadi, anak usia dini merupakan masa kritis bagi perkembangan motorik dan masa yang paling tepat untuk mengajarkan berbagai macam keterampilan motorik kasar maupun motorik halusnya,

14 Ibid., hlm. 21

15 Ibid., hlm. 23.

(29)

13

Menurut kemendikbud nomor 137 tahun 2014 terdapat karakteristik aspek perkembangan fisik motorik pada anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:

a. Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan

b. Melakukan koordinasi gerakan mata-kaki, tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam

c. Melakukan permainan fisik dengan aturan d. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri e. Melakukan kegiatan kebersihan diri

f. Menggambar sesuai gagasan g. Meniru bentuk

h. Menggunting sesuai dengan pola i. Menempel gambar dengan tepat

j. Membersihkan, dan membereskan tempat bermain 16 3. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif merupakan proses berfikir dari otak untuk mengenali, mengetahui, memahami, memperoleh pengetahuan, dan beradaptasi dengan lingkungan baru untuk memecahkan masalah. Perkembangan kognitif anak usia dini berada pada tahap pra oprasional, tahap pra oprasional ini merupakan tahap perkembangan kognitif anak pra sekolah,

16 Kemendikbud Nomor 137, tahun 2014, hlm. 23

(30)

14

yang mempunyai ciri-ciri penguasan bahas, meniru, dan cara berfikirnya sangat egosentris, memusat dan tidak bisa dibalik.

Percepatan perkembangan kognitif anak terjadi pada lima tahun pertama dalam kehidupan anak, kemudian melambat, dan akhirnya konstan disaat akhir masa remaja. Oleh karena itu, sangat diperlukan perhatian orangtua dan guru terhadap faktor perkembangan kognitif anak. 17

Menurut kemendikbud nomor 137 tahun 2014 terdapat karakteristik aspek perkembangan kognitif pada anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:

a. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik. Seperti apa yang terjadi ketika air ditumpahkan b. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-

hari dengan cara yang fleksibel dan diterima sosial

c. Menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru

d. Menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah (ide, gagasan diluar kebiasaan)

e. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran “lebih dari”,

“kurang dari”, dan “paling/ter”

f. Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan.

Seperti, “ayok kita bermain pura-pura seperti burung”

17 Wulandari Retnaningrum, Nasrul Umam., “Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Melalui Permainan Mencari Huruf”, Tawadhu, Vol. 5, Nomor 1, 2021, hlm. 29.

(31)

15

g. Mengenal pola ABCD-ABCD

h. Menyebutkan lambing bilangan 1-10 18 4. Perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa merupakan keterampilan berkomunikasi dengan baik, yang mencakup semua cara komunikasi sehingga pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, isyarat, atau gerakan dengan menggunakan kata- kata atau kalimat. Melalui bahasa anak dapat mengenal dirinya, penciptanya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai agama dan moral. 19 Jadi, perkembangan bahasa anak terlihat dari perubahan atau isyarat yang dikeluarkan setiap hari.

Menurut kemendikbud nomor 137 tahun 2014 terdapat karakteristik aspek perkembangan bahasa pada anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:

a. Mengerti beberapa perintah secara bersamaan b. Memahami aturan dalam suatu permainan c. Senang dan menghargai bacaan

d. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks

e. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama

f. Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal

18 Ibid., hlm. 26

19 Ibid., hlm. 24.

(32)

16

g. Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya

h. Membaca nama sendiri i. Menuliskan nama sendiri 20 5. Perkembangan sosial emosional

Perkembangan sosial emosional anak dapat diramalkan sesuai dengan usia nya. Pada usia dini anak belajar cara menyesuaikan diri dengan teman kelompok bermain atau dengan teman sebaya dan mengembangkan pola prilaku yang sesuai dengan sosial kelompok nya. 21 Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini dapat memberikan pengalaman terhadap sosial dan emosi dibawah bimbingan guru yang terlatih, yang dapat membantu meningkatkan perkembangan hubungan sosial-emosional yang menyenangkan.

Menurut kemendikbud nomor 137 tahun 2014 terdapat karakteristik aspek perkembangan sosial emosional pada anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:

a. Tahu akan hak nya

b. Memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi

c. Mentaati aturan kelas d. Mengatur diri sendiri

20 Ibid., hlm. 27

21 H. Hendra Sofyan., Perkembangan Anak Usia Dini Dan Praktis Peningkatannya, (Jakarta: CV. Infomedika, 2015), hlm. 28.

(33)

17

e. Bermain dengan teman sebaya

f. Mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar g. Berbagi dengan orang lain

h. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat 22

6. Perkembangan Seni

Perkembangan seni adalah salah satu proses pencapaian anak dalam bidang seni, melalui aktifitas seni dapat meningkatkan daya cipta anak serta kreativitas yang bersifat individual, dan dapat mengekspresikan diri. 23 Jadi, perkembangan seni anak merupakan gabungan kemampuan fisik motorik halus dan motorik kasar, dan menghasilkan suatu karya yang memliki kesan keindahan yang bernilai seni.

Sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap kemampuannya

Menurut kemendikbud nomor 137 tahun 2014 terdapat karakteristik aspek perkembangan bahasa pada anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:

a. Memainkan alat music/instrument/benda bersama teman b. Menyanyikan lagu dengan sikap yang benar

c. Bermain drama bersama

d. Menggambar berbagai macam bentuk yang beragam

22 Ibid., hlm. 29

23 La Ode Anhusadar., “Pengembangan Pembelajaran Seni Berbasis Agama Pada Anak

Usia Dini”, Al Athfal, Vol. 2, Nomor 1, Juni 2019, hlm. 1

(34)

18

e. Melukis dengan berbagai cara dan objek 24 c. Prinsip-prinsip Perkembangan

Prinsip-prinsip perkembangan menurut Myers dalam Soegeng Santoso sebagai berikut:

1. Perkembangan bersifat multidimensional meliputi perkembangan fisik, kognitif, dan sosial.

2. Perkembangan bersifat integral, yaitu menyuluruh antar dimensi yang saling berkaitan.

3. Perkembangan yang berlangsung secara berkesinabungan dimulai sejak masa prenatal sampai akhir hayat.

4. Perkembangan terjadi jika seorang menanggapi terhadap belajar atau mencari afeksi dari lingkungan biofisik maupun sosial.

5. Perkembangan yang terpola, semua anak berkembang mengikuti tahapan atau garis besar perkembangan

d. Ciri-ciri Perkembangan

Perkembangan anak usia dini memiliki proses-proses atau ciri-ciri yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak untuk mencapai hasil perkembangan anak yang maksimal. Menurut Eveline dan Hartina Nara perkembangan memiliki ciri-ciri tertentu :

24 Ibid., hlm. 30

(35)

19

1) Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju kearah kaudal atau dari bagian proksimal ke bagian distal.

2) perkembangan memiliki harapan yang berurutan mulai dari melakukan hal yang paling sederhana hingga yang sempurna seperti, senyum, merangkak, duduk, berjalan, dan berlari.

3) Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahapan selanjutnya dimana tahapan perkembangan harus di lewati secara bertahap. Setiap individu memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda-beda seperti, perkembangan lambar dan perkembangan cepat. 25

e. Pengertian Anak Usia Dini

Menurut pandangan agam islam, anak merupakan amanah yang dititipkan Allah SWT kepada manusia yang harus dijaga, dirawat, di pelihara dengan sebaik-baiknya oleh setiap orangtua.

Sejak lahir anak lebih diberikan berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai penunjangnya di masa depan. Potensi- potensi ini akan terhambat ketika masa pertumbuhan dan perkembangannya. Pada pasal 28 undang-undang sistem pendidikan nasional‟Nomor 20 tahun 2013 ayat 1 disebutkan

25 Yurissetiowati., Perkembangan Anak Usia Dini, (Jawa Tengah: Lakeisha, 2019), hlm.

7.

(36)

20

bahwa, yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang 0-6 tahun.

Menurut kajian rumpun ilmu PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa Negara PAUD dilaksanakan sejak 0-8 tahun. Anak usia dini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, kelompok bayi 2 tahun, kelompok 3 hingga 5 tahun, dan kelompok 6 hingga 8 tahun‟‟. Berdasarkan perkembangannya anak usia dini di bagi menjadi 3 tahapan yaitu, masa bayi lahir sampai usia 12 bulan, masa batita (toddler) usia 1-2 tahun, masa prasekolah usia 306 tahun, dan masa kelas awal usia 6-8 tahun, dengan demikian anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6/0-8 tahun yang memiliki perkembangan tersendiri. 26

f. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan orang dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda pula ada yang perkembangannya cepat dan ada juga yang lambat. Oleh karena itu kita harus memahami berbagai macam karakter anak usia dini, disebabkan karakter-karakter itulah yang menjadi pusat perhatian yang dikembangan menjadi karakter positif. Pendidik dan orangtua perlu memahami karakteristik anak untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran sehari-hari tanpa harus membandingkan

26 La Hadisi., “Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini”, Al-Ta’dib, Vol. 8, Nomor. 2, 2015, hlm. 57.

(37)

21

dengan anak lainnya. Berikut ini beberapa karakteristik anak usia dini sebagai berikut:

1) Bekal kebaikan, setiap anak sudah dibekali oleh Tuhan yang Maha Esa sejak masih didalam Rahim ibu nya dan selanjutnya lingkunganlah yang peran dalam aktif dalam mengarahkan dan mengembangkan bekal kebaikan itu.

2) Suka meniru, anak suka meniru gerakan atau prilaku dari orangtua serta lingkungan sekitarnya dan sebagai orangtua atau pendidik harus memperlihatkan prilaku-prilaku positif kepada anak.

3) Suka bermain, bermain merupakan suatu kegiatan yang paling disukai oleh anak-anak dan sebagian besar anak-anak banyak menghabiskan waktu untuk bermain.

4) Rasa ingin tahu, anak usia dini pada dasarnya mempunyai karakter rasa ingin tahu yang sangat tinggi, hal ini ditandai dengan anak selalu bertanya kepada orang yang mereka anggep kenal. 27

2. Permainan Tradisional Ceprak

a. Pengertian Permainan Tradisional Ceprak

Permainan berasal dari kata main yang berarti bersenang- senang baik menggunakan alat-alat atau tidak, tradisional berasal dari kata tradisi atau kebiasaan yang sudah dilakukan pada pada

27 Ibid., hlm. 58.

(38)

22

zaman dahulu dan menjadi kebiasaan pada suatu masyarakat.

Permainan tradisional merupakan permainan yang turut temurun dari nenek moyang sampai saya ini yang menggunakan unsur- unsur nilai khas sendiri dan penyebarannya dilakukan secara lisan.28

Permainan tradisional adalah proses melakukan kegiatan yang menyenangkan hati anak dengan menggunakan alat sederhana sesuai dengan keadaan dan merupakan hasil penggalian budaya setempat menurut gagasan dan ajaran turun temurun dari nenek moyang. Sedangkan Depdikbud mengemukakan bahwa permainan tradisional mempunyai makna sesuai permainan yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi si pelaku. Permainan tradisional itu diciptakan oleh manusia untuk manusia lain dengan menggunakan waktu dan bahan-bahan dari lingkungannya sebagai alat permainan. 29

Bishop & Curtis mendefiniskan permainan tradisional sebagai permainan yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan permainan tersebut mengandung nilai baik, positif, bernilai. Ada consensus bahwa permainan tradisional merujuk pada aktivitas-aktivitas seperti hopscotch (engklek),

28 Nisa Ulviana., Identifikasi Permainan Tradisional Di Kecamatan Praya Kabupaten

Lombok Tengah Untuk Anak Usia Dini Tahun Pelajaran 2012-2013, (Skripsi, FKIP Universitas Mataram, Mataram 2013), hlm. 20.

29 Ibid., hlm. 20.

(39)

23

permainan kelereng, lompat tali, permainan karet, dan sebagainya.

Demikian juga beberapa permainan seperti lelucon praktis, ritus iniasi, pemberian nama julukan, dan sebagainya juga merupakan permainan tradisional selama permainan tersebut memiliki sejarah yang panjang dan terdokumentasi.

Elchberg mengemukakan tentang persamaan dan perbedaan antara permainan tradisional dengan olahraga. Perbedaan yang mendasar adalah bahwa pada permainan tradisional aturan yang lebih fleksibel atau bisa berubah sesuai dengan kebutuhan zaman, sedangkan pada olahraga meskipun aturan bisa berubah tetapi membutuhkan kesepakatan yang luas dalam penerapannya.

Persamaan permainan tradisional dan olahraga adalah adanya manfaat untuk pendidikan dan perkembangan anak. Elchberg dan Chileshe, merekomendasikan permainan tradisional dan olahraga dapat diberikan bersama-sama untuk memberi intervensi terhadap perkembangan anak. 30

Permainan Ceprak dikenal sebagai permainan rakyat yang sangat dekat dengan dunia anak-anak. Istilah Ceprak berasal dari bahasa Desa Sukarara dan merupakan permainan tradisional, lompat-lompat pada bidang-bidang datar yang digambarkan di atas tanah dengan membuat gambar kotak-kotak, kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu dengan kotak berikutnya.

30 Iswinarti., Permainan Tradisional: Prosedur dan Analisis Manfaat Psikolog, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2017, hlm. 6.

(40)

24

Permainan tradisional Ceprak biasanya dimainkan oleh anak perempuan tapi bisa juga dimainkan oleh anak laki-laki, permainan tradisional ini lebih identik dimainkan oleh anak perempuan. Ceprak bisa dimainkan dengan 1 orang saja, bisa juga dimainkan secara beregu. Biasanya untuk permainan beregu akan dimainkan oleh 2 regu yang masing-masing terdiri dari beberapa anak. permainan Ceprak adalah permainan dengan cara melompat menggunakan 1 kaki yang biasa nya dilakukan oleh 2 orang bahkan lebih secara bergantian. Permainan ini dilakukan menurut keinginan para pemainnya, dapat dilakukan pada waktu kapan saja dan dimana saja. 31

Permainan Ceprak ini bersifat kompetitif tetapi tidak ada hukuman bagi yang kalah. Permainan Ceprak mengandung unstur melatih keterampilan dan ketangkasan, para pemainnya bermain secara individu bukan secara kelompok. Permainan ini biasa nya dilakukan oleh anak yang berusia 6 tahun ke atas, anak yang kurang dari 6 tahun biasa nya di anggap bukan pemain tetap.

Perlengkapannya menggunakan sebidang tanah atau lantai untuk bermain kemudian menggunakan gacuk yang dibuat dari pecahan genting dan harus memiliki bentuk bulat, segiempat atau ukuran

31 Salman Rozana, Ampun Bantali, Stimulasi Perkembangan Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional Engklek, (Jawa Barat, Edu Publiser, 2020), hlm. 54.

(41)

25

yang berbeda-beda antara satu anak dengan anak yang lainnya agar tidak keliru siapa yang memiliki gacuk tersebut. 32

b. Manfaat permainan tradisional

Permainan tradisional Ceprak memiliki manfaat bagi perkembangan anak usia dini:

1. Pada permainan tradisional Ceprak terdapat manfaat aspek perkembangan nilai Agama dan moral bagi anak yaitu: a) Anak mampu mentaati peraturan

2. Permainan tradisional Ceprak memiliki manfaat pada aspek perkembangan fisik motorik anak, yaitu: a) Kemampuan fisik anak menjadi kuat karena permainan engklek ini anak diharuskan untuk melompat- melompat. b) Melatih keseimbangan dalam permainan engklek ini anak dapat meloncat-loncat dengan menggunakan satu kaki dari kotak satu ke kotak lainnya. c) Melatih keterampilan pada motorik halus yaitu pada motorik tangan anak karena anak harus melempar keramik atau genting.

3. Permainan tradisional Ceprak memiliki manfaat pada aspek perkembangan kognitif anak, yaitu: a) Melatih anak untuk berfikir dalam membuat gacuk

32 Ibid, 55.

(42)

26

4. Permainan tradisional Ceprak memiliki manfaat pada aspek perkembangan bahasa anak, yaitu: a) Pada saat anak mulai bermain harus melakukan diskusi terlebih dahulu dengan teman sebaya

5. Permainan tradisional Ceprak memiliki manfaat pada aspek perkembangan sosial emosional anak, yaitu: a) Pada saat bermain anak bisa menerima kekalahan, b) mampu mengontrol emosi

6. Permainan tradisional Ceprak memiliki manfaat pada aspek perkembangan seni anak, yaitu: a) pada saat anak membuat pola-pola permainan Ceprak. 33

Banyak nilai yang terdapat dalam permainan tradisional ini, permainan tradisional memiliki unsur-unsur nilai budaya yang mengandung rasa senang, gembira, rasa ingin tahu, dan hal ini akan membantu perkembangan anak akan menjadi lebih baik dikemudian hari. Permainan tradisional ini juga membantu anak dalam menjalin sosial dengan teman sebaya maupun dengan teman yang usia nya lebih muda atau lebih tua. Permainan ini juga bisa melatih anak untuk menyelesaikan atau mencari solusi terhadap masalah yang akan di hadapi.34

33 Dini Indriyani, dkk, “ Manfaat Permainan Tradisional Engklek dalam Aspek Motorik

Kasar Anak”, Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, Vol. 9, Nomor 3, Tahun 2021, hlm. 351.

34 Ibid, hlm. 3.

(43)

27

c. Pola Permainan Tradisional Ceprak

Permainan Ceprak adalah permainan tradisional dimana anak bermain pada bidang datar dengan melompat-melompat menggunakan satu kaki dari kotak satu ke kotak berikutnya. 35 Pola Permainan tradisional Ceprak yaitu: a) Bentuk Pesawat, b) Bentuk Gunung, c) Bentuk Kupu-kupu. Adapun jenis permainan tradisional Ceprak yang sering di mainkan di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara yaitu Ceprak berbentuk kupu-kupu.

d. Penerapan dalam permainan tradisional Ceprak

Penerapan permainan tradisional Ceprak sebagai berikut:

1. Membuat petak-petak di atas tanah.

2. Membuat gacuk atau kereweng yang biasanya berupa pecahan genting, keramik lantai ataupun batu yang datar.

3. Kereweng atau gacuk dilempar kesalah satu petak yang tergambar di atas tanah.

4. Petak yang ada gacuknya tidak boleh di injak atau di tempati oleh setiap pemain.

5. Para pemain harus melompat kepetak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.

35 Ahmad Farid Utsman, dkk., “Peran Permainan Tradisional Dalam Meningkatkan

Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Di RA Al Fattah Pacing Parengan Tuban”, Al Ulya, Vol. 3 Nomor 2 Juli 2018. Hlm. 137

(44)

28

6. Saat melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang telah disediakan jika melebihi maka dinyatakan gugur dan diganti dengan pemain selanjutnya.

7. Pemain yang menyelesaikan satu putaran lebih dahulu melemparkan gacok dengan cara membelakangi engkleknya, jika pas pada petak yang dikehendaki maka petak itu akan menjadi “sawahnya”, artinya petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak tersebut dengan dua kaki, sementara pemain yang lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan.

8. Peserta yang memiliki “sawah” paling banyak adalah pemenangnya.

Jadi, permainan ini sangat seru karna biasanya paling sering kesalahan yang dilakukan adalah saat kita melempar gacok tetapi tidak pas dikotaknya atau meleset dari tempatnya. 36

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, karena data-data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat deskriptif berdasarkan kasus yang diteliti, yakni tentang aspek-aspek perkembangan anak usia dini dalam permainan tradisional Ceprak.

36 Komang Trisna Mardayani., dkk, “ Penerapan Permainan Tradisional Engklek Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Kelompok B Di PAUD Widhya Laksmi”, Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha, Vol 4, Nomor 2, 2016, hlm. 5.

(45)

29

Metode kualitatif sering disebut dengan metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah/natural.37

Pendekatan ini ditujukan agar peneliti menemukan jawaban atau informasi yang valid terkait masalah yang diteliti. Pendekatan kualitatif ini memang hakikatnya bertujuan untuk mengungkapkan fakta yang terjadi secara real atau apa adanya berdasarkan kondisi dan situasi atau keadaan yang sesungguhnya tanpa rekayasa, serta tanpa melakukan perhitungan dengan rumus statistik.

2. Kehadiran Peneliti

Untuk mendapatkan informasi yang lebih valid, peneliti datang langsung ke lokasi penelitian untuk dapat mengetahui lebih dekat dengan subyek, sehingga peneliti dengan subyek menjadi lebih terbuka dalam menyampaikan beberapa persoalan yang berkaitan dengan langsung dengan data yang di teliti. Kehadiran peneliti di lokasi sangat berpengaruh dalam mengumpulkan data dan informasi yang lebih valid serta mendapatkan hasil penelitian yang ilmiah (murni).

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian sebagai instrument, yaitu secara langsung sebagai penanya atau pewawancara. Dalam penelitian kualitatif, tehnik pengumpulan data yang utama adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan secara bersamaan, yang dapat diartikan bahwa ketika melakukan wawancara, peneliti juga bisa

37 M.Sobry,Prosmala Hadisaputra., Penelitian Kualitatif, (Lombok: Holistica, 2020), hlm.

4.

(46)

30

melakukan observasi atau pengamatan. 38 Oleh karena itu saat penelitian, peneliti bisa berhubungan langsung dengan pihak orangtua, tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Karena jarak lokasi tersebut dengan rumah peneliti sangat dekat, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Selain itu, peneliti tertarik melakukan penelitian di lokasi tersebut karena melihat problematika aspek-aspek perkembangan anak usia dini, seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah di atas dengan tujuan untuk mencaritahu lebih dalam terkait masalah dan solusi yang bisa di tawarkan kelak.

4. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua sumber data primer dan sumber data skunder yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Sandu Siyono dan Ali Sodik mengungkapkan bahwa data primer adalah data dalam bentuk verbal atau secara lisan, gerak- gerik atau tingkah laku yang dilakukan oleh subjek yang dapat

38 Sugiyono., Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 332

(47)

31

dipercaya, yakni subjek penelitian (informan) yang berkaitan dengan variable yang di teliti. 39

Adapun yang menjadi sumber data primer atau informasi dalam penelitian ini adalah orangtua dan saudara dari anak usia dini dengan rentang usia 5-6 tahun di Desa Sukarara. Data primer dari penelitian ini adalah hasil pengamatan dan wawancara secara langsung dengan informan.

b. Sumber data skunder

Sumber data skunder merupakan sumber informasi yang secara tidak langsung diperoleh dari lapangan atau yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang ada atau sumber data tambahan yang menurut peneliti dapat menunjang data pokok. 40 atau dapat diartikan bahwa kegunaan dari sumber pengumpulan data ini adalah peneliti dapat lebih menguatkan hasil penelitiannya dengan refrensi yang telah ada sebelumnya, juga dapat pula dijadikan sebagai barang bukti apabila suatu saat nanti diperlukan.

Adapun sumber data skunder dari penelitian ini diperoleh dari hasil dokumentasi tertulis (seperti catatan hasil observasi dan dan wawancara) serta berupa foto-foto yang terkait dengan permainan tradisional engklek dan aspek-aspek perkembangan anak usia dini.

39 Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogjakarta: Literasi Media Publishing, 2015), hlm. 28.

40 Ibid , hlm. 29.

(48)

32 5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, ada beberapa prosedur yang peneliti gunakan dalam mengumpulkan data, diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non-partisipan. Dalam observasi non-partisipan ini peneliti tidak ikut berperan secara langsung dalam kegiatan keseharian informan yang diobservasi, hanya berkedudukan sebagai pengamat dan mencatat fakta-fakta yang ditemukan di lokasi peneliti, yakni di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara, yang kemudian disesuaikan dengan keterangan yang diperoleh dari sumber data.

Melalui metode observasi non-partisipan ini peneliti memperoleh informasi dan data yang lebih detail terkait dengan apa yang peneliti teliti, yakni aspek-aspek perkembangan anak usia dini dalam permainan tradisional Ceprak di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara. Oleh karena itu, yang menjadi instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

b. Wawancara

Wawancara dalam penelitian kualitatif sangat mudah di pahami sebagai tehnik pengumpulan data dengan cara melakukan serangkaian tanya jawab dengan narasumber yang telah

(49)

33

ditentukan.41 Dilihat dari sisi keformalannya bahwa wawancara dibagi menjadi dua tipe yaitu:

1) Wawancara formal

Pewawancara atau peneliti sudah mengetahui mengenai data, informasi yang hendak diperoleh dari narasumber.

Sehingga ia lebih dahulu menyusun dan memahami pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber secara sistematis untuk mendapatkan jawaban yang spesifik.

2) Wawancara informal

Pewawancara tidak menggunakan instrument sebagai pedoman wawancara. Hubungan antara pewawancara dan narasumber dalam suasana biasa, wajar dan pertanyaan beserta jawabannya berjalan sebagaimana pembicaraan biasa. 42

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur yakni wawancara yang bebas tanpa menggunakan pedoman wawancara yang tersusun sistematis agar peneliti lebih leluasa dan bebas dalam mengajukan pertanyaan kepada informan sehingga informasi yang didapatkan lebih dalam dan valid terkait masalah yang diteliti, yakni tentang aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan fisik motorik, aspek perkembangan sosial emosional, aspek perkembangan nilai Agama dan moral, aspek

41 M.Sobry Sutikno, Prosmala Hadisaputra, Penelitian…,hlm. 116.

42 Ibid., hlm. 117.

(50)

34

perkembangan seni, dan aspek perkembangan bahasa. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah orangtua atau keluarga. Adapaun instrument yang perlu dipersiapkan dalam wawancara ini adalah buku tulis dan pulpen untuk mencatat semua hasil percakapan, handphone sebagai alat perekam suara atau video dari wawancara yang peneliti lakukan dengan informan.

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, dokumentasi itu merupakan data-data yang berupa catatan-catatan dari hasil observasi dan wawancara yang pernah dilakukan oleh peneliti terhadap sumber data dalam mendapatkan data atau informasi. Adapun dokumentasi yang peneliti gunakan dalam mengumpulkan data ketika melakukan penelitian berupa foto-foto, rekaman audio, video, dan catatan hasil wawancara dan observasi yang berkaitan dengan aspek-aspek perkembangan anak usia dini dalam permainan tradisional Ceprak di Dusun Blong Lauq Desa Sukarara.

6. Tehnik Analisis Data

a. Data reducation (reduksi data)

Reduksi data merupakan salah satu proses pemilihan, klasifikasi, penyederhanaan, dan transformasi data „mentah‟ yang muncul dari catatan-catatan yang diperoleh di lapangan. Jadi, reduksi data berfungsi sebagai pembentukan data-data mentah yang

(51)

35

banyak menjadi data kecil dan sederhana sambil menjaga struktur tujuan penelitian. Data yang diperoleh dalam sebuah penelitian tidak terbatas jumlahnya, sehingga data-data tersebut tercatat.

Dalam penelitian ini peneliti merangkum data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara, kemudian memilih data yang sesuai dengan fokus penelitian.

b. Data display (penyajian data)

Penyajian data merupakan tahap kedua setelah reduksu data, untuk memperoleh data analisis kualitatif yang valid peneliti berusaha melakukan dengan sebaik-baiknya. Peneliti akan menyajikan data yang diperoleh kedalam bentuk uraian singkat yang tersusun dalam kalimat-kalimat yang sederhana yang saling berhubungan satu sama lain secara naratif.

c. Conclusion, Drawing/verifying

Analisis ketiga adalah conclusion yaitu, menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi data. Tujuan dari verifikasi data ini adalah untuk menghindari unsur subjektifitas yang dapat mempengaruhi dan mengurangi bobot kualitas skripsi ini. Yang artinya, peneliti harus melakukan verifikasi data terus menerus hingga memperoleh kesimpulan „jenuh‟. Hal ini dilakukan karena peneliti ilmiah adalah peneliti yang dilakukan secara kritis.

(52)

36 7. Keabsahan data

Untuk memperoleh data yang valid, ada beberapa upaya yang dilakukan oleh peneliti dalam proses pemeriksaan keabsahan data, yaitu sebagai berikut:

a. Observasi mendalam

Observasi/pengamatan mendalam yang dilakukan peneliti disini adalah dengan memberikan kegiatan kepada anak-anak berupa kegiatan permainan tradisional Ceprak. Hal ini dilakukan guna memperoleh data yang lebih akurat. Dengan demikian, peneliti dapat memberikan kepastian bahwa data yang diperoleh dapat diyakini untuk keabsahannya.

b. Triangulasi data

Peneliti menggunakan triangulasi data sebagai teknik pengumpulan data yang sebenarnya secara langsung dan bersamaan dalam menguji kredibilitas data yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan wawancara dan dokumentasi. Sehingga, dapat diartikan peneliti mengumpulkan data dan sumber data yang sama dengan teknik yang berbeda-beda. Triangulasi data bertujuan untuk menyelaraskan antara data yang diberikan seorang informan dengan data informan lainnya. Sehingga data-data tersebut tidak saling bertentangan dan menuju titik jawaban yang sama. Dengan demikian peneliti dapat menemukan jawaban dari fokus penelitian yang diteliti.

(53)

37 H. Sistematika Pembahasan

Pada bagian sistematika pembahasan ini berisi tentang gambaran dari isi keseluruhan skripsi peneliti.

1. Bab I Pendahuluan, pada bagian ini termuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

2. Bab II Paparan data dan temuan, di bagian ini berisi tentang ungkapan seluruh data dan hasil temuan penelitian. Dalam hal ini peneliti harus sebisa mungkin untuk lebih menahan diri dan menjaga jarak untuk tidak mencampuri atau membandingkan fakta terlebih dahulu. Pada bagian ini untuk judul paparan data dan temuan dibuat juduk bab tersendiri yang merefleksikan isi bab dan tidak harus menurunkan kembali kata “paparan data dan temuan” sebagai judul bab.

3. Bab III Pembahasan, adapun pada bagian ini memuat tentang ungkapan proses analisis terhadap temuan penelitian sebagaimana yang dipaparkan di bab II berdasarkan pada perspektif penelitian atau kerangka teori seperti yang telah dijabarkan di bagian pendahuluan.

Jadi dalam hal ini, bukan berarti peneliti menulis ulang keseluruhan data atau temuan yang telah diungkapkan pada bab II.

4. Bab IV Penutup, bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

Adapun kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian sebagaimana tertuang dalam

(54)

38

bab pendahuluan. Sedangkan saran yang dibuat harus berdasarkan hasil penelitian, baik bersifat teoritis maupun praktis.

5. Daftar pustaka, tentunya memuat daftar rujukan atau refrensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang bisa berupa buku, jurnal, majalah, karya tulis ilmiah dan lain sebagainya.

(55)

39 BAB II

PAPARAN DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Sukarara merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat.

Adapun ruang lingkup yang termasuk dalam Desa Sukarara terdiri dari 15 dusun. Luas wilayah Desa Sukarara ± 722 Ha/Km2 , jarak dari Kecamatan Jonggat ke Desa Sukarara berjarak 3 km atau 15 menit perjalanan bila ditempuh dengan kendaraan bermotor. Desa Sukarara mempunyai ketinggian 0,50 meter dari permukaan laut. Secara geografis pemerintahan Desa Sukarara Kecamatan Jonggat terletat di sebelah selatan Kecamatan Jonggat dengan batas-batas wilayah seabagai berikut: a). Sebelah Utara : Desa Batu Tulis dan Desa Nyerot, b). Sebelah Selatan : Desa Batu Jai, c). Sebelah Timur : Desa Puyung, d). Sebelah Barat : Desa Labulia dan Desa Ungga.

2. Penduduk

Masyarakat Desa Sukarara memiliki beberapa jumlah penduduk yang terdiri dari: a). laki – laki : 4, 879 Orang, b). Perempuan : 5,189 Orang, c). Jumlah KK : 3,561 KK. Masyarakat Sasak adalah penduduk asli dan kelompok etnik mayoritas Lombok Tengah. Mereka meliputi lebih dari 90% dari keseluruhan penduduk Lombok, kelompok- kelompok etnik lain seperti Bali, Jawa, Sumbawa, Arab, dan Cina

(56)

40

adalah para pendatang. Di antara mereka, orang Bali merupakan kelompok etnik terbesar yang meliputi sekitar 3% dari keseluruhan penduduk Lombok. Dari luas Desa Sukarara ± 722 Ha/Km2 mampu menampung penduduk dengan jumlah penduduk 10.068 jiwa, laki-laki 4.879 jiwa dan perempuan 5.189 jiwa, sedangkan jumlah kepala keluarga 3.561 KK. Data ini berdasarkan data yang telah dibuat terakhir tahun 2019.

3. Kondisi Keberagamaan Desa

Sekian jumlah penduduk yang berada di Desa Sukarara adalah beragama Islam, masyarakat daerah ini masih memegang teguh ajaran agama seperti shalat lima waktu. Hal ini menunjukkan bahwa memang secara keseluruhan masyarakat yang tinggal di daerah ini sangat memegang teguh ajaran agamanya. Untuk mengetahui jumlah pemeluk agama di Desa Sukarara dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama dan Kepercayaannya Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

No Agama Jumlah Umat

1. Agama Islam 10.047 Jiwa 2. Agama Kristen -

3. Agama Khatolik - 4. Agama Hindu - 5. Agama Budha -

Jumlah 10.047 Jiwa

(57)

41

Dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Sukarara seluruhnya memeluk agama Islam, sehingga suasana kemasyarakatan sangat kental dipengaruhi oleh ajaran Islam. Selain itu sarana untuk tempat melakukan ibadah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Jumlah Sarana Peribadatan di Desa Sukarara Kecamtan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah

No Tempat Ibadah Jumlah

1. Masjid 11 buah

2. Musholla 26 buah

3. Gereja -

4. Pura -

Jumlah 37 buah

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jenis sarana ibadah yang ada di Desa Sukarara adalah jenis ibadah umat Islam seperti masjid dan mushala. Oleh karena itu mayoritas penduduk Desa Sukarara memang konsisten dengan kepercayaan yang dianutnya. 43

Gambar 2.1

43 Monografi Desa Sukarara Tahun 2022

(58)

42

Program Struktur Organisasi Desa Sukarara B. Penerapan Permainan Tradisional Ceprak

Permainan ceprak merupakan permainan rakyat yang dapat dimainkan di lapangan dan di halaman rumah, jalan serta teras rumah. Permainan ini bisa dilakukan dua orang, ataupun lebih dari dua orang, apabila permainan ini dilakukan lebih dari dua orang maka permainan ceprak ini dimainkan secara bergantian, sebelum bermain terlebih dahulu menggambarkan bentuk Ceprak nya setelah sudah di gambarkan masing-masing peserta mencari gacuk atau batu yang akan di lempar pada kolom-kolom kosong digambarkan tersebut. Lalu menentukan siapa yang akan main terlebih dahulu dilakukan undian dengan cara suit, yang menang suit itulah yang akan main duluan.44

Berdasarkan hasil observasi terkait dengan penerapan permainan tradisional Ceprak yaitu, pertama, anak melakukan hompimpa terlebih dahulu. Kedua, yang main terlebih dahulu langsung berdiri didepan garis- garis permainan. Ketiga, masing-masing regu melemparkan gacok/katuk pada kotak yang pertama, apabila gacuk/katuk nya berada di tengah kotak permainan dilanjutkan dengan melompat kotak pertama dengan cara ceprak (satu kaki), kemudian lanjut ke kotak-kotak selanjutnya lalu balik lagi ke tempat yang awal. Permainan ini dilakukan secara bergantian tapi

44 Obsevasi., Sukarara, 11 April 2022

Gambar

Tabel 2.2   Data Sarana dan Prasarana Desa, 41.
Gambar 2.1  Program Struktur Organisasi Desa Sukarara, 41.
gambar gacuk atau katuk

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang positif penggunaan metode permainan tradisional congklak terhadap perkembangan kognitif (berhitung) anak usia dini di TK

Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang positif penggunaan metode permainan tradisional congklak terhadap perkembangan kognitif (berhitung) anak usia dini di TK

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL JAWA “ JAMURAN ” TERHADAP PERKEMBANGAN KETRAMPILAN SOSIAL ANAK USIA.. DINI DI TK PERTIWI 1 TARUBASAN KARANGANOM KLATEN TAHUN

PENDALAMAN MATERI BIDANG STUDI BAB I PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI BAB II STRUKTUR KURIKULUM PAUD BAB III BERMAIN DAN PERMAINAN. BAB IV TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK AUD BAB

Penelitian yang dilakukan oleh Rakhmati Ellya (2011) tentang Permainan Tradisional sebagai Media Stimulasi Aspek Perkembangan Anak Usia Dini TK Tunas Rimba Semarang,

aspek perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini salah satunya fisik motorik (kasar dan halusnya). Sesungguhnya Permainan tradisional memiliki banyak manfaat bagi

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari BAB I sampai dengan BAB III mengenai efektivitas guru akidah akhlak yang telah disertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, setelah

dini, karakteristik dan permasalahan perkembangan anak usia dini, kendala dalam proses pembelajaran anak usia dini, dan prinsip perkembangan anak usia dini; bab 5 membahas tentang