• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah 6 Model Pengembangan Kurikulum

N/A
N/A
Asdianur Hadi

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah 6 Model Pengembangan Kurikulum"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

i

MODEL TYLER, HYLDA TABA, HAROLD B. ALBERTY, DAVID WARWICK, BEAUCHAMP, ROGER

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum

Disusun oleh:

Sopia Aprilia N Tita Setiawati

23.06.0060 23.06.0056

Dosen Pengampu:

Dr. Achmad Muharram Basyari

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG 2024

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah Swt, yang telah memberikan Rahman Rahimnya yang Maha Mengatur segala sesuatu sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dengan bahasan Model- model Pengembangan Kurikulum.

Penyusun ucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada dosen pengampu Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum, Dr. Achmad Muharram Basyari. yang selalu membimbing perkuliahan dengan penuh keikhlasan, kesabaran, berusaha agar para mahasiswa yang dibimbingnya dapat memahami mata kuliah Pengembangan Kurikulum sehingga bisa menambah wawasan kami para mahasiswanya untuk memahami seluk beluk tentang Pendidikan Agama Islam yang pada akhirnya bisa menjadi ilmu yang bermanfaat untuk para pribadinya sendiri, maupun lingkungan atau masyarakat sekitarnya. Tak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada teman- teman Pascasarjana PAI 2024 yang saling menyemangati dalam perkuliahan ini.

Penyusun menyadari makalah sederhana ini banyak kekurangan baik dari isi maupun literatur yang penyusun dapatkan. Keterbatasan waktu, ilmu dan pengalaman menjadi salahsatu alasan mengapa makalah ini banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Sehingga masukan atau saran yang membangun sangat penyusun harapkan. Akhirnya, semoga makalah sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun maupun siapapun yang membacanya.

Bandung, Juni 2024

Penyusun

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum ... 3

B. Model Pengembangan Kurikulum Ralph W Tyler ... 4

C. Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba ... 6

D. Model Pengembangan Kurikulum Harold B Alberty... 9

E. Model Pengembangan Kurikulum David Warwick... 10

F. Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp... 11

G. Model Pengembangan Kurikulum Roger... 13

BAB III PENUTUP ... 16

A. Kesimpulan ... 16

B. Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 17

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi ketetapan yang absolut bahwa sejatinya apapun yang ada di dunia ini bersifat fana atau tidak kekal. Jika tidak hancur, maka rusak, mati binasa, lepas, kandas, kadaluarsa, kuno, jadul, ataupun tidak relevan dengan zaman kekinian. Kefanaan ini berlaku untuk segala organisme maupun biosfer yang ada dalam kehidupan. Entah itu manusia, lingkungan, alam, ataupun perangkat- perangkat kehidupan yang ada di dalamnya. Contoh, manusia berevolusi, alam berubah, peradaban pun berpindah bersesuaian dengan kualitas serta kuantitas manusia yang hidup di zamannya.

Dalam dunia Pendidikan, hal ini juga berlaku pada kurikulum. Kurikulum yang merupakan acuan atau peta dari sebuah proses pembelajaran tidak bisa luput dari perubahan yang disebabkan oleh perubahan keadaan, kebijakan, atau perkembangan sains dan teknologi.

Merujuk pada hal ini, maka sudah seyogyanya kurikulum dikembangkan atau bahkan dirubah agar senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman, tidak monoton, Kembangangan kurikulum merupakan proses siklus yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut terdiri dari empat unsur, yaitu tujuan, metode dan material, penialain atau evaluasi.

Sama hal nya dengan kurikulum. Pengembangan kurikulum tidak lepas dari pembelajaran. Keduanya berkaitan, lepas dari hubungannya yang terpisah (dualism model), berkaitan (the interlocking model), model konsentris (the concentric model), ataupun model siklus (the ciclical model).

Bicara tentang model, jika ditinjau dari proses pengembangan kurikulum, maka ada banyak model pola yang digunakan untuk melakukan pengembangan kurikulum. Dalam makalah ini, akan dibahas secara singkat, enam model pengembangan kurikulum yang bisa dipakai dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan pola yang tepat, yang sesuai dengan keadaan di Lembaga sekolahnya sehingga dapat diimplementasi secara benar, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Model- model pengembangan kurikulum tersebut adalah Model Tyler, Taba, Alberty, Warwick, Beauchamp, dan Roger.

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas, penulis menemukan beberapa point permasalahan yang akan dibahas kurang lebih sebagai berikut:

1. Apa itu Model Pengembangan Kurikulum?

2. Bagaimana Model Pengembangan Kurikulum Tyler, Hilda Taba, Harold B.

Alberty, David Warwick, Beauchamp, dan Roger?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian model pengembangan kurikulum.

2. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum Tyler, Hilda Taba, Harold B.

Alberty, David Warwick, Beauchamp, dan Roger.

D. Manfaat Penulisan

Setelah dilakukannya penelitian diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran, menambah pengetahuan dalam permasalahan pendidikan keberagaam didalam keluarga.

2. Dapat memperkaya khazanah perpustakaan di perguruan tinggi serta dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.

3. Sebagai pengalaman dalam mengembangkan suatu karya ilmiah juga mengasah kemampuan peneliti dalam menyusun karya ilmiah.

b. Secara Praktis

1. Bagi pendidik, diharapkan dapat memberikan informasi dan membantu pendidik dalam mengembangkan kurikulum.

2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan rujukan dan referensi untuk penelitian sejenis.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum

Ditilik dari arti perkata, model pengembangan kurikulum terdiri dari tiga kata.

Yaitu Model, Pengembangan, dan kurikulum. Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, system, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket), model citra (gambar rancangan), atau rumusan matematis. Pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. Kurikulum adalah segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam situasi di dalam ataupun di luar sekolah.1

Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses system perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam Pendidikan.2

Dewasa ini telah banyak dikembangkan model- model pengembangan kurikulum.

Setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi, dan tidak lanjut dalam pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.3

1 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (Depok, PT. Raja Grafindo

Persada, 2019) Hlm 8

2 Ibid, Hlm 78

3 Ibid.

(7)

B. Model Pengembangan Kurikulum Ralph W Tyler Model Ralph W. Tyler

Gambar 1.1. Model Pengembangan Kurikulum Tyler.

Menurut Tyler (1949), langkah- langkah pengembangan kurikulum pendidikan di berbagai negara sangat dipengaruhi oleh empat pertanyaan. Empat pertanyaan ini merupakan parameter penyusunan kurikulum.4 Empat pertanyaan tersebut adalah,:

1. Tujuan Pendidikan apa yang harus dicapai sekolah?

2. Pengalaman- pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencapai tujuan Pendidikan?

3. Bagaimanakah pengalaman- pengalaman Pendidikan sebaiknya diorganisasikan?

4. Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah dicapai?

Oleh karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Menentukan tujuan Pendidikan.

2. Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan.

3. Menentukan organisasi pengalaman belajar.

4. Menentukan evaluasi pembelajaran.

4 Harry Widyastono, Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah: Dari Kurikulum 2004, 2006, ke 2013, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm 2.

(8)

a. Menentukan Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan Pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tujuan tersebut.5

Menurut Tyler, ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan, yaitu:

1. hakikat peserta didik

2. kehidupan masyarakat masa kini 3. pandangan para ahli bidang studi

ketiga aspek tersebut harus dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan umum. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut, selanjutnya difilter oleh nilai- nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologi belajar.

Ada lima faktor yang menjadi arah penentuan tujuan Pendidikan, yaitu pengembangan kemampuan berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.6

b. Menentukan Proses Pembelajaran yang harus dilakukan

Setelah menentukan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salahsatu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik

5 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (Depok, PT. Raja Grafindo Persada, 2019), Hlm 79.

6 Ibid, Hlm 80.

(9)

dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh karena itu, ketepatan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

c. Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar

Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan- tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan, diorganisasi sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta urutan- urutan, akan mempermudah untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan.

Pengorganisasian pengalaman belajar bisa dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal, serta memperhatikan aspek kesinambungan.

d. Menentukan Evaluasi Pembelajaran

Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan Pendidikan atau pembelajaran., materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum di samping harus memerhatikan komponen- komponen kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip- prinsip evaluasi yang ada.7

C. Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba Model Hilda Taba

7 Ibid, hlm 81.

(10)

Gambar 02. Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba

Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba mempercayai bahwa guru merupakan factor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai innovator dalam pengembangan kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba. Dalam pengembangannya, model ini lebih bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif. Langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan unit- unit eksperimen Bersama dengan guru

Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan perencanaan berdasarkan pada teori- teori yang kuat, serta eksperimen harus dilakukan di dalam kelas agar menghasilkan data empirik dan teruji. Unit eksperimen ini harus dirancang melalui tahapan sebagai berikut:

a. Mendiagnosis kebutuhan.

b. Merumuskan tujuan- tujuan khusus.

c. Memilih isi.

d. Mengorganisasi isi.

e. Memilih pengalaman belajar.

f. Mengorganisasi pengalaman belajar.

g. Mengevaluasi.

h. Melihat sekuens dan keseimbangan.

(11)

2. Menguji unit eksperimen

Unit yang sudah dihasilkan pada langkah pertama diujicobakan di kelas- kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data untuk penyempurnaan.

3. Mengadakan revisi dan konsolidasi

Setelah Langkah pengujian, maka langkah selanjutnya adalah melakukan revisi dan konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada data yang dihimpun sebelumnya. Selain perbaikan dan penyempurnaan, dilaukan juga konsolidasi, yaitu penarikan kesimpulan pada hal- hal yang bersifat umum dan konsisten teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersama- sama dengan kordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. Produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah teruji di lapangan.

4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum

Jika dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum.

Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam Langkah ini:

a. Apakah lingkup isi telah memadai?

b. Apakah isi telah tersusun secara logis?

c. Apakah pembelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan intelektual, keterampilan, dan sikap?

d. Apakah konsep dasar sudah terakomodasi?

5. Implementasi dan desiminasi

Dalam Langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah- sekolah, dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru- guru di lapangan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan tentang persiapan di lapangan yang berkaitan dengan aspek – aspek penerapan kurikulum.

(12)

D. Model Pengembangan Kurikulum Harold B. Alberty

Model pengembangan kurikulum menurut Harold B. Alberty bahwasannya teori pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah pengembangan saja.

Langkah-langkah pengembangan kurikulum dalam model Alberty adalah sebagai berikut:

a. Menentukan falsafah dan tujuan.

b. Menentukan ruang lingkup.

c. Menentukan kegiatan pembelajaran.

d. Menentukan sumber belajar.

e. Menentukan evaluasi.

f. Menyusun panduan atau petunjuk tentang cara menggunakan cara unit sumber.

Harold B Alberty memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the student by the school). Kurikulum tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas saja, tetapi mencakup juga kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas.

Berbeda dengan Tyler dan Taba yang mengemukakan model pengembangan kurikulum dalam bentuk Langkah- Langkah pengembangannya saja, Alberty menambahkan dengan beberapa unsur penunjangnya. Yang ditekankan oleh Alberty sebagai unsur penting dalam pengembangan kurikulum adalah unit sumber belajar, yang disebutnya dengan istilah resource- unit. Pengertian resource unit dapat disamakan dengan pendekatan pembelajaran dalam bentuk unit.

Harold B. Alberty menganjurkan Langkah dalam pengembangan suatu unit sumber:

1. Falsafah dan tujuan 2. Scope

3. Bibliografi dan alat belajar 4. Evaluasi

5. Saran- saran tentang cara menggunakan unit sumber

(13)

E. Model Pengembangan Kurikulum David Warwick

David Warwick mengemukakan suatu model pengembangan kurikulum dengan fase- fase sebagai berikut:

1. Menyusun suatu kurikulum ideal secara umum tentang apa yang ingin dicapai oleh Lembaga.

2. Mempertimbangkan segala sumber yang tersedia yang dapat mendukung berhasilnya program tersebut baik pada tingkat local maupun pada tingkat nasional.

3. Memahami dan mempelajari setiap hambatan atau kendala dalam internal Lembaga.

4. Mengadakan modifikasi kurikulum yang ideal tersebut.

5. Membuat desain dengan memperhatikan berbagai aspek seperti struktur kurikulum, ruang lingkup (score), urutan (sequence), serta keseimbangan (balance) bahan ajar.

F. Model Pengembangan Kurikulum Beauchamp

Gambar 03. Model Perkembangan Kurikulum Beauchamp.

Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima hal di dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah

Menentukan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum. Atau pada wilayah manakah kurikulum itu akan diterapkan, satu sekolah, satu kecamatan, satu

(14)

kabupaten, satu provinsi atau secara nasional. Penentuan tahapan ini ditentukan pemegang wewenang yang dimiliki pengambil kebijakan di bidang kurikulum.

2. Menetapkan personalia

Tahap ini menentukan siapa saja orang yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang sebaiknya dilibatkan, yaitu:

a. Para ahli pendidikan/ kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan ahli bidang studi.

b. Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru- guru terpilih.

c. Para professional dalam bidang Pendidikan.

d. Professional lain dan tokoh masyarakat.

Dalam penentuan keterlibatan orang- orang dalam pengembangan kurikulum, Beauchamp menyarankan tiga pertanyaan yang harus dijawab, yaitu:

a. Haruskah ahli/ professional tersebut dilibatkan?

b. Apa peran mereka?

c. Apakah ada cara dan alat yang paling efektif untuk melaksanakan peran tersebut?

3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum

Langkah ini berkenaan dengan prosedur dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, juga dalam menentukan design kurikulum secara keseluruhan. Kegiatan ini terdiri dari lima tahap, yaitu:

a. Membentuk tim pengembang kurikulum

b. Mengadakan penelitian dan penilaian terhadap kurikulum yang ada yang sedang berlaku.

c. Studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum yang baru.

d. Menentukan kriteria- kriteria bagi penentuan kurikulum baru.

e. Penyusunan dan penulisan kurikulum baru.

(15)

4. Implementasi kurikulum

Tahap ini, yaitu pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan oleh tim pengembang. Dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial, dan kepemimpinan di sekolah.

5. Evaluasi kurikulum

Hal- hal yang penting dievaluasi yaitu:

a. Pelaksanaan kurikulum oleh guru- guru b. Desain kurikulum

c. Hasil belajar siswa

d. Keseluruhan dari system kurikulum

G. Model Pengembangan Kurikulum Roger Model Rogers

Gambar 04. Model Pengembangan Kurikulum Rogers

Menurut Rogers, manusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing, changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan- hambatan tertentu, manusia memerlukan oranglain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat

(16)

perubahan tersebut. Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, melainkan sebagai pendorong perkembangan anak.

Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Roger, yaitu:

1. Pemilihan target dari system Pendidikan

Di dalam penentuan target ini, satu- satunya kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat Pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu minggu, para pejabat Pendidikan/

administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal.

2. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.

Sama seperti yang dilakukan oleh para pejabat Pendidikan, guru juga turut serta dalam kegiatan kelompok. Keikutsertaan guru dalam kelompok tersebut sebaiknya bersifat sukarela,

3. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.

Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan kelompok, dengan fasilitator para guru atau administrator atau fasilitator dari luar.

4. Partisipasi orang dalam kegiatan kelompok.

Kegiatan ini dapat dikordinasi oleh BP3 di masing- masing sekolah. Lama kegiatan kelompok bisa tiga jam tiap sore hari selama seminggu atau lebih. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang- orang dalam hubungannya dengan sesama orangtua, dengan anak maupun dengan guru.8

Model pengembangan kurikulum Rogers ini berbeda dengan model pengembangan kurikulum lainnya. Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis.

Yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok. Inilah ciri khas Rogers sebagai eksistensialis humanis. Roger sebenarnya bukan ahli Pendidikan, melainkan

8 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,

2019), Hlm 169.

(17)

seorang ahli psikologi/ psikotheraphy. Namun konsep- konsepnya tentang psikotheraphi khususnya bagaimana membimbing individu juga dapat diterapkan dalam bidang Pendidikan dan pengembangan kurikulum. Ia tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan sebagainya. Bagi Rogers, yang penting adalah aktivitas dan interaksi. Metode Pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter group, dan training group.

(18)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

1. Model Pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses system perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam Pendidikan.

2. Model Ralph W Tyler dikatakan bahwa ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yaitu Menentukan tujuan Pendidikan, Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan, Menentukan organisasi pengalaman belajar, dan Menentukan evaluasi pembelajaran.

3. Model Hilda Taba mengemukakan Langkah- Langkah berikut, yaitu:

Mengadakan unit- unit eksperimen Bersama dengan guru, Menguji unit eksperimen, Mengadakan revisi dan konsolidasi, Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum, Implementasi dan desiminasi

4. Model Harold B Alberty mengemukakan Langkah- Langkah berikut yaitu, Menentukan falsafah dan tujuan, Menentukan ruang lingkup, Menentukan kegiatan pembelajaran, Menentukan sumber belajar, Menentukan evaluasi, dan Menyusun panduan atau petunjuk tentang cara menggunakan cara unit sumber.

5. Model David Warwick mengemukakan Langkah- Langkah diantaranya, Menyusun suatu kurikulum ideal secara umum tentang apa yang ingin dicapai oleh Lembaga.

6. Model Beauchamp mengemukakan diantaranya Menetapkan arena atau lingkup wilayah.

7. Model Roger mengemukakan bahwa Ia tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dan sebagainya. Bagi Rogers, yang penting adalah aktivitas dan interaksi. Metode Pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter group, dan training group.

(19)

B. SARAN

Makalah mengenai Model Pengembangan Kurikulum ini diharapkan menambah wawasan tentang kajian Pengembangan Kurikulum yang diharapkan dapat dikembangkan oleh peneliti lainnya agar lebih lengkap dan sempurna.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Pembelajaran, Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan. 2019. Kurikulum dan Pembelajaran. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2019. Pengembangan Kurikulum Teori dan praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana

Tujuan pendidikan merupakan suatu arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dari tujuan yang sudah ditetapkan dalam program pendidikan dan pembelajaran.. Menurut

Ada beberapa model pengembangan kurikulum, (1) Model Ralph Tyler; (2) Model Administratif; (3) Model Grass Roots; (4) Model Demonstrasi; (5) Model Miller-Seller;

pengembangan kurikulum berfokus pada empat aspek yaitu tujuan pendidikan, pengalaman pendidikan, struktur kurikulum yang menyediakan organisasi pengalaman belajar, serta Penilaian

Dewasa ini telah banyak dikemukakan model-model pengembangan kurikulum, diantaranya: Model Ralph Tyler, Model Administratif, Model Grass Roots,

Tujuan dari penulis makalah ini untuk mengetahui tentang bagaimana proses dalam pengembangan suatu kurikulum pendidikan, dimana kurikulum itu sendiri dapat

)ekurangpahaman guru dan penyelenggara pendidikan terhadap kurikulum dapat  erakiat atal terhadap proses dan hasil pendidikan. 1leh karena itu se!ak tahun

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MULTIKULTURAL Pengembangan kurikulum pendidikan multikultural mendasarkan prinsip bahwa keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat, teori,