MEWUJUDKAN INSAN BERBAHASA DAN BERSASTRA
MELALUI SEMANGAT KEPAHLAWANAAN
Rosliani, Ryka Azzahra Lubis, Tri Putri Mustika, dkk.
CV FATIH DIGITAMA INDONESIA
Mewujudkan Insan Berbahasa dan Bersastra Melalui Semangat Kepahlawanan
Copyright ©2024 by CV Fatih Digitama Indonesia (Buku ini tidak dapat dicetak, hanya sebagai e-book)
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang All Right Reserved
Penulis : Rosliani, Ryka Azzahra Lubis, Tri Putri Mustika, dkk.
Editor : Dr. Elly Prihasti Wuriyani, S.S., M.Pd.
Dr. Muharrina Lestarina Harahap, M.Hum.
Perancang Sampul : Hera Chairunnisa, S.Sos., M.Si.
Penata Letak : Salmah Naelfaria, S.Pd., M.Pd.
Frinawaty Lestarina, S.Pd., M.Pd.
Penerbit:
CV FATIH DIGITAMA INDONESIA
Anggota IKAPI no. 060/SUT/2021
Jl. Bejomuna no. 172, Kota Binjai, Sumatera Utara, 20734 Telp : +62 813 2929 5800
Instagram : @fadigya
e-Mail : [email protected]
E-ISBN:
v + 139 hal; 18 cm x 25 cm
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
1.
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan dan barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait, sebagaimana dimaksud ayat (1) dipidana dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
KATA PENGANTAR
Perguruan tinggi dan sekolah memikul tanggung jawab yang cukup besar untuk meningkat kecerdasan anak bangsa. Perguruan tinggi dan sekolah sebagai representasi atmosfer akademik harus bersama-sama bergandengan tangan meningkatkan literasi peserta didik secara sistemik agar tercipta bangsa yang cerdas, unggul, beradab, dan bermartabat. Atas latar belakang itulah buku kumpulan artikel ini dengan judul ―Mewujudkan Insan Berbahasa Dan Bersastra
Melalui Semangat Kepahlawanan’’ yang terlahir melalui kesadaran akademik untuk saling berbagi gagasan dan pengetahuan tentang literasi.
Berbagai tulisan mulai dari kalangan mahasiswa, guru, dan dosen dari penjuru daerah yang dirangkum ke dalam buku ini. Perbincangan akademik ini merupakan langkah awal untuk mengetuk kesadaran hati para akademisi dan pegiat literasi untuk bersama-sama melakukan penggalian pemikiran secara mendalam sebagai upaya meningkatkan gerakan literasi bangsa.
Tulisan yang terekam di dalam buku ini memberikan kita berbagai pengetahuan serta gagasan kreatif tentang literasi.
Akhirnya, selamat membaca dan melakukan perbincangan akademik dengan berbagai gagasan edukatif yang termuat dalam buku ini. Kehadiran buku ini hanyalah sekadar pemantik untuk terus berupaya membangun kesadaran akademik untuk memperkaya khazanah pengetahuan bangsa, terutama tentang literasi.
Medan, 10 November 2023
Tim Editor
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 3 DAFTAR ISI ... 4
MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Ryka Azzahra Lubis... 1
SANUSI PANE PAHLAWAN PENGGERAK BAHASA PERSATUAN INDONESIA Rosliani, Zufri Hidayat, Lela Erwany ... 9
PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BERUPA KOMIK BERBASIS KEPAHLAWANAN Siti A.P Hutajulu... 22
NILAI INTEGRITAS PANTUN MELAYU TRADISI MAKAN HADAP- HADAPAN Shalman Al Farisy Lubis, Suyitno Raheni Suhita ... 32
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER TEKS BIOGRAFI KI HAJAR DEWANTARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA
Salsabillah Indah Ananta ... 52
PENGGUNAAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KURIKULUM MERDEKA DI SMA N 6
MADIUN Anita Galih Ifana, Teguh Suharto, Agus Suryatmoko... 62
INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN
PROSES Dwi Indiani, Daro Jatun C.M Husnia, Imelia Salsabila, Kristiani Purba, Budi Suprayogo ... 73
PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN FITUR
―REELS INSTAGRAM‖ PADA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Elisa Sekar Ayu Sirait1, Widia Sari, Andini Khairani ... 82
PEMANFAATAN YOUTUBE UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI TEKS EKSPLANASI DI SMP Nurul Fitri Adrianti .... 90
PEMETAAN SIKAP MEMBACA SISWA SMA: STRATEGI PENGUASAAN INFORMASI Tria Putri Mustika ... 102
INOVASI MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
YANG INOVATIF Lukman Daso ... 113
DAMPAK PENGGUNAAN BAHASA GAUL TERHADAP PENULISAN NOVEL-DIKTA DAN HUKUM‖ KARYA DHIA’AN FARAH Richita Adinda Kinanti Batubara ... 127
NILAI INTEGRITAS PANTUN MELAYU TRADISI MAKAN HADAP- HADAPAN
Shalman Al Farisy Lubis, Suyitno, & Raheni Suhita Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Indonesia
Pos-el: [email protected]
Abstract
This research aims to determine the integrity value of Malay Pantun in the Makan Nasi Hadap-Hadapan tradition ini Malay community weddings. The research method used in this research is descriptive qualitative with a literary antrophology approach. The data source in this research is the Pantun in Makan Nasi HadapHadapan Tradition. Data collection techniques encompass recording, observation, note-taking, and interviews. The data were subsequently analyzed using an interactive analysis model. The findings of this research regarding the integrity value of Malay Pantun in Makan Nasi Hadap-Hadapan tradition are that the integrity value that the researchers took is part of P5 of the Merdeka Belajar Curriculum of the Ministry of Education, Culture, Research and Technology. The Strengthening Pancasila Student Profile Project is one of the innovations in the independent curriculum which aims to give students real experience in realizing the noble values of Pancasila through a series of learning project activities both inside and outside the classroom. The P5 are, Faith, devotion to God Almighty, and noble character, Global diversity, Mutual cooperation, Creativity, Critical reasoning, Independence which will then be discussed further in this research.
Keywords: Malay Pantun (rhyming quatrains); Integrity Value; Nasi HadapHadapan;
Wedding Traditions
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai integritas pantun Melayu yang digunakan dalam tradisi makan hadap-hadapan pada pernikahan masyarakat Melayu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan antropologi sastra. Sumber data dalam penelitian ini adalah pantun yang digunakan dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik rekam, simak, catat, observasi dan wawancara. Data kemudian dianalisis dengan model analisis interaktif. Hasil temuan dalam penelitian ini terkait nilai integritas pantun Melayu dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan adalah Nilai integritas yang peneliti ambil merupakan bagian dari P5 Kurikulum Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan salah satu inovasi dalam kurikulum merdeka yang bertujuan untuk memberikan siswa pengalaman nyata dalam mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila melalui serangkaian aktivitas projek pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Adapun P5 tersebut adalah, Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, Berkebhinekaan global, Bergotong royong, Kreatif, Bernalar kritis, Mandiri yang kemudian akan dibahas lebih lanjut di dalam penelitian ini.
Keywords: Pantun Melayu; Nilai Integritas; Nasi Hadap-Hadapan; Tradisi Pernikahan
PENDAHULUAN
Setiap daerah di Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam. Keragaman budaya itu tercipta karena faktor geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan. Setiap pulau memiliki bahasa serta adat istiadat atau tradisi yang berbeda-beda. Tradisi merupakan
kegiatan yang dilakukan secara turun-temurun oleh kelompok masyarakat tertentu dan menjadi warisan nenek moyang yang patut dijaga kelestariannya. Hal yang menarik dari tradisi di masyarakat adalah adanya pencampuran antara budaya dan kehidupan manusia (Juliati, dkk., 2021). Salah satu tradisi yang masih rutin dilaksanakan hingga saat ini adalah tradisi pantun. Tradisi ini biasa dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Sumatera. Uli (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam kehidupan mayarakat Melayu pun pantun sudah melekat dan dijadikan sebagai penyampai nasehat yang berbentuk petuah-petuah.
Tradisi pantun merupakan salah satu wadah dalam menyampaikan nasihat kepada masyarakat banyak. Suku Melayu identik dengan agama Islam dan sangat erat dengan tradisi pantun. Sumatera Utara merupakan bagian wilayah Indonesia yang masih memiliki ragam adat pernikahan beragam, salah satunya yaitu adat melayu. Adat pernikahan dalam masyarakat tersebut merupakan upaya pelestarian tradisi yang sudah berlangsung secara turun menurun (Franscy, 2021). Dalam pelaksanaannya, tradisi pernikahan tersebut terdapat karya sastra sebagai media tatanan acaranya. Mereka meyakini bahwa penggunaan karya sastra tersebut dapat menambah pengetahuan tentang nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.
Menurut (Wongsopatty, 2020) karya sastra seperti cerita rakyat, nyanyian, dan pantunpantun tradisional merupakan bentuk-bentuk karya sastra yang masa dahulunya telah dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dan pewarisan cerita sejarah.
Keterkaitan antara karya sastra dengan tradisi pernikahan masyarakat Melayu tergambar dari hal-hal yang diungkapkan dalam sastranya, baik sastra lisan maupun sastra tulisan. Menurut (Astuti, 2020) pantun merupakan puisi Melayu lama asli Indonesia yang terdiri dari sampiran dan isi ab-a-b. Sedangkan menurut (Oktaviana, 2018) pantun merupakan salah satu puisi lama yang terikat dan bersajak. Bahkan dapat juga pantun dapat dikatakan puisi lama Indonesia yang dikenal dengan puisi Melayu. Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) Hilmar Farid mengatakan pantun penting untuk penguatan karakter siswa. UNESCO menetapkan pantun sebagai Warisan Budaya Tak benda pada tanggal 17 Desember 2020, tepatnya saat sesi ke15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible
Cultural Heritage. Pantun menjadi tradisi budaya Indonesia ke-11 yang diakui oleh UNESCO.
Pada suku Melayu kegiatan berpantun sudah menjadi sebuah tradisi pada acara pesta perkawinan. Oktaviana (2018) pantun merupakan salah satu puisi lama yang terikat dan bersajak. Bahkan dapat juga pantun dapat dikatakan puisi lama Indonesia yang dikenal dengan puisi Melayu. Bentuk pantun juga terikat, bentuk terikat yang dimaksud adalah mempunyai persajakan ab-ab dan terdiri dari dua sampiran dan isi. Selanjutnya. Prayitno (2018) ―pantun merupakan salah satu puisi lama Indonesia yang melekat dalam budaya Indonesia‖ khususnya yang berbudaya Melayu. Secara sosial, pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang (Oktaviana, 2018). Kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berpikir dan bermainmain dengan kata. Namun, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan. Pantun merupakan sesuatu yang luas, di dalam dunia yang sempit. Pantun biasanya mengandung makna yang lebih luas dalam keringkasan kata-katanya (Man, 2013).
Pada umumnya kegiatan berpantun selalu dipakai suku Melayu pada banyak kegiatan seperti pernikahan, penjamuan, dan lainnya. Kata istilah berpantunya sering disebut dengan
"Berbalas Pantun". Pantun tersebut digunakan misal dalam serangkaian acara perkawinan mulai dari merisik, meminang, dan akad nikah. Selain itu, masyarakat meminang, dan akad nikah. Selain itu, masyarakat Melayu menggunakan pantun sebagai sarana dalam menyampaikan maksud dan tujuan. Dalam tata cara pesta perkawinan suku Melayu mempunyai kebiasaan berpantun sebagai ciri khas dalam menyampaikan ungkapan untuk mencapai maksud dan tujuan.
Maksud dan tujuan yang dimaksud seperti: uang mahar dan tanggal pernikahan.
Pantun selain menjadi salah satu adat kebudayaan suku Melayu dalam acara perkawinan, tetapi isi pantun juga mengandung nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi mempelai pengantin. Pernikahan masyarakat Melayu terdapat berbagai tradisi yang membersamainya, seperti tradisi tepung tawar, merisik, sampai makan hadap-hadapan.
Tradisi yang terdapat dalam pernikahan masyarakat Melayu ini masih sering digunakan khususnya di Sumatera Utara.
Selain itu, pengenalan budaya kepada pelajar tentu sangat penting agar pelajar juga mengetahui dan memahami budaya, khususnya di Sumatera Utara. Penelitian terkait pantun Melayu sebelumnya pernah dilakukan oleh Sulissusiawan (2015) mengenai makna simbolik pantun dalam tradisi mulang-mulangkan pada masyarakat Melayu Sambas. Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Suprayetno (2018) yang melakukan penelitian terkait makna estetik pantun pernikahan Melayu Deli. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Hutahaean (2022) mengenai analisis bentuk fungsi dan makna pantun Melayu dalam sambutan seremoni resmi. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut menjelaskan bahwa pantun Melayu memiliki banyak hal untuk dikaji. Namun, penelitian yang pernah dilakukan belum pernah menyentuh dalam ranah makna filosofis pantun Melayu pada tradisi makan nasi hadaphadapan.
Nilai integritas pantun Melayu pada tradisi makan nasi hadap-hadapan tentunya sangat menarik untuk diteliti. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti berfokus mengkaji makna filosofis yang terdapat pada pantun Melayu dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan.
LANDASAN TEORI
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau halhal yang penting dan berguna bagi kehidupan manusia. Nilai adalah sesuatu yang berkaitan dengan kognitif dan afektif (Najib, 2015). Nilai juga dapat dikatakan sebagai suatu norma atau sebuah standar yang sudah ditentukan dan diyakini secara psikologis telah menyatu dalam diri individu. Dalam nilai- nilai terdapat pembakuan mengenai sesuatu yang dinilai baik dan buruk serta pengaturan perilaku (Majid, 2015). Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas, rujukan, dan keyakian yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, ketertarikan maupun perilaku Integritas adalah perilaku yang konsisten dengan prinsip etika dan moral, yang dapat dibenarkan, mengandung nilai-nilai kejujuran, dan penuh tanggung jawab atas amanah yang diberikan kepadanya (Sagala, 2013).
Manusia yang beretika adalah yang memiliki pedoman moral dalam setiap tindakan yang dilakukan, moral tersebut adalah bagian dari wujud integritas yang berpegang prinsip keadilan. Orang-orang yang memiliki integritas tinggi dan menjunjung tinggi etika senantiasa mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan berbagai masalah dirinya maupun masalah yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Low (2012) juga mengemukakan bahwa
“Integrity is a concept of consistency of actions, values, methods, measures, principles, expectations, and outcomes. In ethics, integrity is considered as the honesty and truthfulness or accuracy of one’s actions”.
Berdasarkan kutipan mengenai definisi integritas tersebut, dapat dipahami bahwa integritas adalah konsep konsistensi tindakan, nilai, metode, ukuran, prinsip, harapan, dan hasil. Integritas dalam konteks etika, dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran atau keakuratan tindakan seseorang. Nilai integritas menurut Mayasari (2012) merupakan nilai yang dianggap sebagai aspek dasar yang melandasi perilaku seseorang pada jalur etika, yang sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai definisi nilai integritas tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai integritas merupakan suatu nilai karakter yang mendasari perilaku dalam kebajikan, kejujuran,
kepercayaan, dan tanggung jawab melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Nilai integritas yang peneliti ambil merupakan bagian dari P5 Kurikulum Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan salah satu inovasi dalam kurikulum merdeka yang bertujuan untuk memberikan siswa pengalaman nyata dalam mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila melalui serangkaian aktivitas projek pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Adapun P5 tersebut adalah,
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, 2. Berkebhinekaan global,
3. Bergotong royong, 4. Kreatif,
5. Bernalar kritis,
Nilai-nilai yang tertuang pada P5 ini lah kemudian peneliti temukan dalam penggunaan pantun Melayu dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan yang kemudian peneliti satukan menjadi nilai integritas. Setiap daerah di Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam.
Keragaman budaya itu tercipta karena faktor geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan.
Setiap pulau memiliki bahasa serta adat istiadat atau tradisi yang berbedabeda. Tradisi merupakan kegiatan yang dilakukan secara turun-temurun oleh kelompok masyarakat tertentu dan menjadi warisan nenek moyang yang patut dijaga kelestariannya. Salah satu tradisi yang masih rutin dilaksanakan hingga saat ini adalah tradisi pantun. Tradisi ini biasa dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Sumatera, salah satunya dalam pernikahan. Uli (2017) dalam penelitiannya bahwa dalam kehidupan mayarakat Melayu pun pantun sudah melekat dan dijadikan sebagai penyampai nasehat yang berbentuk petuah-petuah. Tradisi pantun merupakan salah satu wadah dalam menyampaikan nasihat kepada masyarakat banyak. Suku Melayu identik dengan agama Islam dan sangat erat dengan tradisi pantun.
Sebagai seni sosial, pantun sangat terlibat dengan tuntutan untuk mendidik, dan membudayakan masyarakatnya (Man, 2013). Pantun seumpama sebuah ensiklopedia atau
―buku‖ adab dan tradisi yang tiada bandingannya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa pantun sebagai identitas budaya Melayu yang sudah melekat sebagai jati diri masyarakatnya. Pantun berfungsi sebagai identitas budaya Melayu, khususnya di Sumatera Utara. Pantun juga berfungsi sebagai jati diri masyarakat Melayu. Sebagai identitas budaya, kehadiran pantun menjelaskan kepribadian orang Melayu yang santun (Isariyawat, Yenphech, & Intanoo, 2020). Pantun merupakan kebudayaan yang tidak bisa dilepaskan.
Pantun sudah menjadi tradisi di lingkungan masyarakat Melayu. Pantun melambangkan kelembutan dan kesantunan masyarakat Melayu (Mubarak, 2020).
Pantun berfungsi sebagai penyambung kata atau penyambung lidah. Fungsi pantun sebagai penyambung kata atau lidah dari kedua belah pihak calon pengantin yang diwakilkan oleh juru bicara yang dipercayai oleh kedua keluarga (Trisnawati, 2019). Pantun-pantun yang dituturkan merupakan pertanyaan dan jawaban yang ingin disampaikan melalui penyampaian yang lebih halus dan sopan (Candria, 2019). Yulianti (2014) bahwa Pantun has a role as guardian of word functions and also increases the ability of the flow of thinking. Hal ini berarti bahwa Pantun dapat membudayakan manusia melalui proses apresiasi dan kepengarangan. Pantun melatih seseorang untuk mengolah kata dan berpikir asosiatif. Pantun memiliki peran sebagai penjaga fungsi kata dan juga meningkatkan kemampuan aliran berpikir.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa pantun sebagai identitas budaya Melayu yang sudah melekat sebagai jati diri masyarakatnya. Pantun sebagai identitas jati diri bangsa Melayu karena pantun merupakan karya sastra asli bangsa Melayu (Andriani, 2012). Pantun sangat berperan dalan kehidupan masyarakat Melayu karena di dalam pantun banyak mengandung nilainilai kehidupan sesuai dengan Islam berlandaskan Al- Qur’an dan
Sunnah. Pantun berperan sangat vital dalam kehidupan bangsa Melayu. Melalui pantun, tunjuk ajar disebarluaskan, diwariskan dan dikembangkan (Andari & Suharto, 2020).
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pantun satu jenis puisi lama yang mengungkapkan perasaan seseorang yang ia tuliskan dengan kata-kata yang indah dan memiliki makna yang begitu dalam. Pantun memiliki peran besar untuk mendidik yang mengandung nilai-nilai kehidupan. Pantun pada umumnya bersifat untuk memberikan nasihat kepada orang banyak. Sumatera Utara memiliki peran yang besar dalam peradaban Melayu di Indonesia karena memiliki berbagai kesultanan Melayu seperti Melayu Deli, Melayu Langkat dan Melayu Asahan. Melayu Deli masih memiliki eksistensi yang terjaga sampai saat ini. Maka dari itu pantun yang digunakan oleh suku Melayu di Sumatera Utara masih memiliki nilai budaya dan nilai integritas yang sangat banyak.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moelong, 2017).
Jenis penelitian deskripsi dengan pendekatan antropologi sastra merupakan penelitian terhadap fenomena yang dialami subjek penelitian dengan menyajikan temuannya berbentuk deskripsi keadaan secara naratif. Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi terpancang. Strategi terpancang adalah strategi yang digunakan peneliti dalam menyusun proposalnya sudah memilih dan menentukan variable yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan studinya. Pada penelitian ini peneliti berperan sebagai perencana pelaksana pengumpulan data, penganalisis, penafsir, dan pelapor hasil penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.
Jadi, peneliti juga berperan sebagai instrumen penelitian Data dalam penelitian ini berupa pantun yang digunakan dalam tradisi makan hadaphadapan pernikahan masyarakat Melayu. Pantun yang diteliti dalam penelitian ini akan didapatkan dari prosesi pernikahan masyarakat Melayu. Pantun kemudian ditelaah dan pantun yang ditelaah tersebut merupakan pantun yang digunakan dalam tradisi makan hadap-hadapan pada pernikahan masyarakat Melayu. Peneliti juga akan mengadakan wawancara terhadap informan, baik informan kunci ataupun pendukung sebagai memperkuat kualitas hasil telaah data penelitian. informan berupa praktisi adat Melayu dalam tradisi pernikahan masyarakat Melayu di Sumatera Utara.
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring informasi dari responden sesuai dengan lingkup penelitian Asmani (dalam Sujarweni 2014). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi dan wawancara. Teknik analisis data bersifat kualitatif dan memerlukan penjelasan secara deskriptif. Teknik pendeskripsian dipergunakan untuk mengetahui penerapan pendekatan antropologi sastra pada kompleksitas ide, kompleksitas aktivitas, kompleksitas hasil budaya yang melatarbelakangi kebudayaan yang terdapat dalam pantun pada tradisi Makan HadapHadapan pernikahan Masyarakat Melayu. Teknik analisis data terdiri dari tiga unsur kegiatan yang terjadi secara bersama-sama, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi..
PEMBAHASAN
Pernikahan masyarakat Melayu khususnya dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan terdapat nilai integritas. Nilai integritas yang peneliti ambil merupakan bagian dari P5 Kurikulum Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan salah satu inovasi dalam kurikulum merdeka yang bertujuan untuk memberikan siswa pengalaman nyata dalam mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila melalui serangkaian aktivitas projek pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Adapun P5 tersebut adalah,
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, 2. Berkebhinekaan global,
3. Bergotong royong, 4. Kreatif,
5. Bernalar kritis, 6. Mandiri.
Nilai-nilai yang tertuang pada P5 ini lah kemudian peneliti temukan dalam penggunaan pantun Melayu dalam tradisi makan nasi hadaphadapan yang kemudian peneliti satukan menjadi nilai integritas.Datuk Muhammad Yamin menjelaskan bahwa terdapat banyak sekali nilai integritas yang terdapat dalam pantun Melayu secara umum, terutama jika ditarik dalam penggunaan projek penguatan profil pelajar Pancasila ini.
Secara umum, para peneliti sering sekali meneliti pantun Melayu dalam sudut pandang nilai religiusnya saja, padahal terdapat banyak nilai-nilai ataupun maknamakna yang terdapat dalam pantun Melayu. Itu masih penggunaan pantun Melayu secara umum, belum penggunaan pantun Melayu dalam sudut pandang lebih spesifik seperti dalam tradisi tepung tawar, makan nasi hadap-hadapan dan lain sebagainya. Datuk Muhammad Yamin menegaskan bahwa pantun Melayu menjadi bahan yang layak untuk terus diteliti, apalagi bahaa Melayu merupakan cikal bakal dari bahasa Indonesia. Pantun juga saat ini sudah menjadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tahun 2020. Artinya, pantun Melayu memiliki potensi garapan yang sangat besar, dan ini masih berbicara tentang nilai-nilai yang terkandung dalam pantun Melayu.
Pernikahan masyarakat Melayu yang identik dengan Islam menjadikan tahap-tahap dalam pernikahan sebagai tempat perkenalan, berkomunikasi dan silaturahmi antara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan beserta keluarga besar masing-masing mempelai. Setiap hal yang baru dilakukan pertama kali tentu harus memakai cara yang baik dan istimewa sehingga suasana yang tercipta akan menjadi hangat dan harmonis.
Penggunaan pantun Melayu memiliki posisi penting dalam menciptakan suasana ini.
Masyarakat Melayu yang meyakini bahwa penggunaan pantun merupakan cara yang elegan dan cerdas dalam menyampaikan sesuatu kepada individu maupun kepada orang banyak.
Masyarakat Melayu juga menyadari bahwa tidak semua manusia dapat berpantun dengan baik dan benar, sebab dalam berpantun sampiran dan isi menjadi tantangan tersendiri bagi orang-orang yang berpantun. Tantangan yang dimaksud adalah penyesuaian lingkungan, pemilihan kata yang akan digunakan sampai pesan yang terkandung dalam pantun tersebut dapat tersampaikan kepada individu atau orang banyak tersebut atau tidak.maka dengan itu, Datuk Muhammad Yamin yang bergelar Datuk Pujangga Nitimantra Kejuruan Metar Bilat Deli mengatakan bahwa setiap baris pantun Melayu terutama yang digunakan dalam tradisi makan nasi hadaphadapan memiliki nilai integritas di dalamnya. Datuk Muhammad Yamin yang juga merupakan praktisi adat Melayu menyampaikan bahwa penggunaan pantun merupakan opsi yang terbaik dalam memberikan nasihat kepada pengantin, baik pengantin laki-laki maupun pengantin perempuan. Tidak hanya pengantin saja, nasihatnasihat yang tertuang dalam pantun tersebut juga ditujukan kepada pihak keluarga masing-masing pengantin dan juga orang-orang yang berada di situ.
Nasihat-nasihat tentang kehidupan, cobaan yang akan dihadapi dalam mengarungi rumah tangga akan disampaikan dengan penyusunan kata-kata yang sarat akan makna dan pesan. Inilah yang kemudian menjadikan pantun sebagai opsi menyampaikan pesan-pesan.
Penyampaian pesanpesan menggunakan pantun saat ini tidak hanya digunakan oleh
masyarakat Melayu saja, tetapi juga dipakai oleh suku lain seperti suku Minang, suku Betawi sampai suku Jawa. Hal ini menjadi bukti bahwa penggunaan pantun menjadi opsi terbaik dalam menyampaikan pesan. Adapun beberapa contoh pantun Melayu yang digunakan dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan adalah sebagai berikut.
Di atas sufrah terhidang makanan Tidak ketinggalan halua dengan manisan Rapi disusun indah bagaikan taman
Beginilah adat Melayu dari zaman ke zaman
Pantun yang digunakan dalam pembuka tradisi makan nasi hadap-hadapan.
Pantun ini memiliki beberapa nilai yang terdapat dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Pertama adalah nilai kreatif. Kemudian dalam pantun tersebut juga terdapat nilai bernalar kritis. Selanjutnya dalam pantun Melayu tersebut juga memiliki nilai berkebinekaan global. Pantun beberapa kosa kata yang jarang diketahui dan didengar orang banyak khususnya pelajar akan menimbulkan proses kreatif untuk mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna dan bermanfaat. Adanya kosa kata baru akan menambah perbendaharaan kata yang dimiliki oleh para pelajar. Kemudian dalam pantun tersebut juga terdapat nilai bernalar kritis. Nilai bernalar kritis yang dimaksudkan adalah karena dalam pantun yang digunakan tersebut selain menggunakan beberapa kosa kata yang jarang dipakai seperti sufrah dan halwa, pelajar nantinya akan memikirkan bagaimana korelasi atau kesinambungan sampiran satu dengan sampiran dua, isi satu dan isi dua. Inilah yang kemudian menjadi titik nalar kritis yang akan dipantik oleh pantun Melayu ini untuk tumbuh dan berkembangnya pola pemikiran pelajar.
Selanjutnya dalam pantun Melayu tersebut juga memiliki nilai berkebinekaan global.
Hal ini terdapat pada bagian isi pantun yang menjelaskan bagaimana tata letak dalam proses makan nasi hadap-hadapan. Isi pantun yang selanjutnya juga menegaskan bahwa makan nasi hadap-hadapan merupakan adat Melayu yang masih dipertahankan dan dilaksanakan dari zaman ke zaman.
Terdapat tiga nilai utama yang ada dalam pantun Melayu tersebut yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Adanya nilai-nilai utama di dalam pantun tersebut, maka pantun Melayu tersebut terdapat nilai integritas. Nilai integritas yang akan menambah kecermatan pelajar dalam pembuatan pantun dan memaknai pesan-pesan yang terkandung di dalam pantun tersebut.
Ibu-Ibu orang Budiman Kini juadah boleh dimakan Semoga membawa sehat badan Lestari adat sepanjang zaman
Pantun yang digunakan selanjutnya masih dalam tahap makan nasi hadaphadapan.
Pantun yang digunakan tersebut terdapat nilai integritas karena pada pantun Melayu ada nilai utama yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama tersebut adalah nilai kebinekaan global. Nilai utama kebinekaan global yang dimaksud adalah pada isi pantun terdapat penegasan bahwa adat senantiasa dilestarikan sepanjang zaman. Ini merupakan pesan kepada para pembaca atau pendengar pantun khususnya para pelajar untuk senantiasa melestarikan adat dan budaya.
Nilai utama selanjutnya yang terdapat dalam pantun Melayu ini adalah nilai kreatif.
Nilai kreatif yang dimaksudkan adalah penggunaan kata dalam pantun Melayu yang jarang didengar dan diketahui orang akan menambah kosa kata banyak orang. Penambahan perbendaharaan kata itu tentu akan memunculkan kekreatifan orang-orang dalam memodifikasi pantun yang akan dibuat. Namun pantun yang dibuat tidak menyalahaturan kaidah dalam pembuatan pantun. Pantun yang digunakan tersebut juga terdapat kalimat
pujian. Ini merupakan salah satu ciri khas dari pantun Melayu yang sering memuji lawan tuturnya ketika berpantun ataupun hanya sekadar berkomunikasi.
Terdapat dua nilai utama yang ada dalam pantun yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai utama kebinekaan global dan nilai utama kreatif. Berdasarkan dua nilai utama tersebut maka pantun Melayu di atas memiliki nilai integritas. Nilai integritas yang dimaksud adalah ketika bertutur kata haruslah memakai etika dan adab yang baik. Selain itu juga harus memiliki konsep dan pola pikir yang kreatif.
Inilah yang dinamakan resam Adat Melayu tersimpan di dalam
Setelah selesai makan nasi hadap-hadapan Seluruh keluarga pun memberi salam
Pantun Melayu di atas merupakan pantun yang digunakan selanjutnya dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan. Pantun Melayu di atas merupakan pantun yang juga digunakan dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan. Pantun tersebut digunakan ketika tahapan tradisi sudah selesai secara keseluruhan. Pantun yang digunakan juga menjadi penanda bahwa kegiatan telah berakhir dan para peserta makan nasi hadap-hadapan dapat meninggalkan lokasi kegiatan.
Pantun yang digunakan setelah selesainya pengantin laki-laki dan pengantin perempuan beserta masing-masing keluarga selesai makan. Pantun yang digunakan tersebut dianalisis oleh peneliti dan ditemukan nilai integritas di dalamnya. Pantun Melayu di atas memiliki nilai integritas karena terdapat nilai utama yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang terdapat pada pantun Melayu tersebut adalah nilai utama berkebinekaan global. Sampiran dan isi pantun yang digunakan dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan di atas memperkenalkan bahwa adat Melayu senantiasa dibudayakan. Salah satu budaya masyarakat Melayu adalah makan nasi hadap-hadapan. Ini tentu memperkenalkan orang banyak khususnya para pelajar terhadap budaya yang ada.
Nilai utama selanjutnya yang terdapat dalam pantun Melayu di atas adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Pemberian salam merupakan anjuran dalam beragama. Selain untuk mengeratkan silaturahmi juga terdapat doa-doa yang baik kepada lawan tuturnya. Ini kemudian menjadi nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia yang terdapat pada pantun Melayu di atas.
Terdapat dua nilai utama yang terdapat dalam pantun Melayu di atas yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama pada pantun Melayu tersebut adalah nilai utama berkebinekaan global. Nilai utama lainnya yang terdapat pada pantun Melayu di atas adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Berdasarkan dua nilai utama tersebut maka pantun Melayu di atas memiliki nilai integritas. Nilai integritas yang dimaksud adalah bahwa sebagai warga negara Indonesia, janganlah kita melupakan adanya adat dan budaya. Adat dan budaya harus senantiasa dipahami dan dikenali. Selain itu, pada pantun Melayu di atas juga mengajak agar orangorang senantiasa bertindak baik dan beradab kepada lawan tuturnya. Bukan hanya sekadar komunikasi, tetapi juga memberikan doa dan harapan.
Tak ada Nangka yang tidak bergetah Kecuali birah dengan keladi Tak ada manusia yang tak bersalah
Kecuali Rasulullah penghulunya nabi
Pantun yang digunakan selanjutnya adalah pantun yang dipakai ketika makan nasi hadaphadapan sudah selesai. Tahap ini adalah pemberian pesan dan nasihat kepada pengantin
laki-laki dan pengantin perempuan. Pantun Melayu yang digunakan tersebut setelah dianalisis terdapat nilai integritas karena pada pantun ada nilai utama yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang terdapat dalam pantun ini adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Seperti pantun sebelumnya, pantun yang digunakan ini memiliki salah satu ciri khas dari masyarakat Melayu yaitu keterikatan antara adat budaya dengan agama Islam.
Terdapat nilai utama yang ada dalam pantun Melayu yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang terdapat dalam pantun Melayu ini adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
Berdasarkan hal tersebut maka pada pantun Melayu tersebut terdapat nilai integritas. Nilai integritas yang dimaksud adalah bahwa manusia harus saling memaafkan. Kemudian juga mengingatkan bahwa dalam ajaran Islam, manusia yang terlepas dari dosa adalah Rasul.
Kalau ada jarum yang patah Jangan disimpan dipeti berkarat Kalau ada kata yang salah Minta maaf dunia akhirat
Pantun Melayu yang digunakan selanjutnya merupakan pantun yang digunakan setelah tradisi makan nasi hadap-hadapan selesai dilakukan. Pantun Melayu yang digunakan setelah dianalisis terdapat nilai integritas karena dalam pantun Melayu ada nilai utama yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai utama yang dimaksud adalah pengaplikasian akhlak kepada sesama manusia. Pesan yang disampaikan dalam pantun tersebut adalah untuk senantiasa meminta maaf dan senantiasa memaafkan.
Nilai utama selanjutnya adalah nilai utama mandiri. Nilai utama mandiri yang dimaksud adalah agar manusia senantiasa bertanggung jawab terhadap perlakuan dan adab kepada sesama manusia. Ini merupakan nasihat yang tersampaikan dari pantun Melayu tersebut. Pantun ini juga menjadi titik lanjut dari nilai utama yang telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya.
Terdapat dua nilai utama yang ada pada pantun Melayu yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang terdapat pada pantun Melayu tersebut adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai utama selanjutnya adalah nilai utama mandiri. Berdasarkan nilai utama tersebut maka pantun Melayu tersebut memiliki nilai integritas. Nilai integritas yang dimaksud adalah manusia untuk berakhlak mulia dengan sesama manusia. Senantiasa meminta maaf dan senantiasa memaafkan sesama manusia.
Setelah tangan dibasuh bersih Menunggu aba-aba bidan pengantin Dengan nama Tuhan Maha Pengasih Perebutan dimulai lahir dan batin
Pantun yang digunakan selanjutnya masih dalam proses makan nasi hadaphadapan.
Pantun ini menjadi penegas ciri khas masyarakat Melayu yang identik dengan agama Islam.
Setiap kemeriahan ataupun duka harus senantiasa dikaitkan dengan Ketuhanan. Oleh karena itu masyarakat Melayu sangat dikenal dengan nilai religiusitasnya. Pantun yang digunakan tersebut terdapat nilai integritas karena dalam pantun Melayu ada nilai utama yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai pertama yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
Seperti yang sudah dijelaskan pada kalimat sebelumnya bahwa antara adat dan budaya Melayu dengan Islam memiliki keterikatan yang cukup erat. Datuk Muhammad Yamin menjelaskan bahwa kalau tidak ada pengklasifikasian yang dilakukan oleh Sultan, pemangku
adat, dan petinggi yang disebut datuk maka akan sangat susah membedakan mana ajaran Islam dan mana adat istiadat Melayu. Pantun yang digunakan tersebut menjelaskan bagaimanapun meriahnya kegiatan atau dalam kondisi apapun harus tetap memulai dengan menyebut nama Tuhan dan mengharapkan keberkahan dari Tuhan.
Nilai utama selanjutnya yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai mandiri. Nilai mandiri yang dimaksud adalah dalam memulai makan nasi hadap-hadapan, pengantin harus bertanggung jawab terhadap makanan yang disediakan. Kompetisi yang dilakukan bukan hanya formalitas saja, tetapi memiliki makna sendiri dalam masyarakat Melayu. Oleh karena itu nilai utama mandiri yang tertuang pada pantun Melayu tersebut mengajarkan untuk senantiasa bertanggung jawab terhadap sesuatu.Terdapat dua nilai utama dalam pantun Melayu yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Nilai utama yang terdapat pada pantun Melayu tersebut adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai utama lainnya yang terdapat pada pantun Melayu tersebut adalah nilai utama mandiri. Berdasarkan nilai utama yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut maka pantun Melayu tersebut memiliki nilai integritas. Nilai integritas yang dimaksudkan adalah ketika menjalankan sesuatu harus senantiasa mengingat Tuhan. Kegiatan yang dijalankan baik itu senang ataupun sedih merupakan ketentuan dari Tuhan yang harus senantiasa kita minta pertolongan dan keberkahan dari Tuhan.
Dimana bumi dipijak Di situ langit dijunjung Di tanah Melayu kita berpijak Adat Melayu harus disanjung
Pantun selanjutnya yang digunakan pada tradisi makan nasi hadap-hadapan juga sama digunakan di pantun pembuka. Pantun yang digunakan tersebut terdapat nilai integritas karena memiliki nilai utama yang ada pada pantun sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai pertama yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai kebinekaan global. Sama seperti pantun sebelumnya yang di dalam isi pantun terdapat pengenalan daerah Deli yang merupakan daerah Melayu di Sumatera Utara. Pantun ini lebih menjelaskan tentang adat Melayu yang selalu disanjung. Hal ini sangatlah penting untuk menumbuhkan rasa peduli kepada budaya dan mengenal budaya yang ada di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.
Nilai utama selanjutnya yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Pantun Melayu ini mengajarkan kepada pembaca maupun pendengar pantun untuk berakhlak dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Ketika berada di suatu tempat haruslah menghargai dan beradab mengikuti aturan yang ada di daerah tersebut.
Terdapat dua nilai utama yang ada pada pantun Melayu yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai berkebinekaan global dan nilai beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Adanya dua nilai utama ini menjelaskan bahwa dalam pantun Melayu ini terdapat nilai integritas. Nilai integritas yang dimaksud adalah ketika berada di suatu daerah harus saling menghargai dan menjalankan aturan yang berlaku di daerah tersebut.
Tarik perahu keseberang Tiba di tengah dilepaskan Kalau engkau tinggi melayang Ingat daratan lupakan jangan
Pantun Melayu selanjutnya yang digunakan merupakan pantun ketika tradisi makan nasi hadaphadapan telah selesai dilakukan. Pantun Melayu ini lebih bertujuan memberikan nasihat kepada pengantin laki-laki dan pengantin perempuan beserta masing-masing
keluarga. Pantun Melayu tersebut setelah dianalisis terdapat nilai integritas karena pada pantun Melayu utama pertama adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai yang dimaksudkan adalah menyeru agar suami-istri memahami tugas masing-masing dalam berkeluarga. Ini merupakan nilai yang menyeru agar akhlak sesama manusia senantiasa untuk ditingkatkan.
Nilai utama selanjutnya yang terdapat dalam pantun Melayu di atas adalah nilai mandiri. Nilai mandiri yang dimaksud di sini bukan suamiistri berjalan sendiri dalam menjalankan tugas. Namun lebih agar suami memahami tugas menjadi suami dan istri juga memahami tugas sebagai seorang istri. Nantinya ketika suami istri memahami masing-masing tugasnya barulah suami-istri akan berkolaborasi dalam membangun rumah tangga.
Terdapat dua nilai utama yang terdapat pada pantun Melayu di atas yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang terdapat pada pantun Melayu tersebut adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Kemudian pada pantun Melayu tersebut juga terdapat nilai utama mandiri.
Berdasarkan dua nilai utama tersebut, pantun Melayu di atas memiliki nilai integritas. Nilai integritas yang dimaksud adalah agar manusia memahami dan mampu bertanggung jawab atas hak dan kewajibannya dalam kehidupan sehari-hari.
Anak ayam turun Sembilan Mati lima tinggal empat
Mana yang salah minta maafkan Dari dunia sampai akhir
Pantun Melayu selanjutnya digunakan setelah seluruh prosesi makan nasi hadap- hadapan selesai. Pantun Melayu di atas setelah dianalisis terdapat nilai integritas di dalamnya.
Hal ini karena pada pantun tersebut terdapat nilai utama yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang pertama pada pantun Melayu tersebut adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Pantun yang digunakan pada pertengahan prosesi yaitu penyampaian nasihat kepada pengantin sampai akhir prosesi menunjukkan ciri khas dari masyarakat Melayu yaitu keterikatan dengan agama Islam. Pantun yang digunakan di atas mengandung makna untuk senantiasa saling memaafkan satu sama lain.
Tidak hanya sekadar ucapan maaf secara lisan saja, masyarakat Melayu memasukkan unsur akhirat agar rasa saling memaafkan sesama benar-benar dari lubuk hati terdalam. Nilai utama selanjutnya yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai bernalar kritis.
Nilai bernalar kritis yang dimaksud adalah tersebut ada nilai utama yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama pertama adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai yang dimaksudkan adalah menyeru agar suami-istri senantiasa rendah hati untuk melaksanakan berbagai kegiatan, khususnya dalam berumah tangga.
Nilai utama selanjutnya yang terdapat dalam pantun Melayu di atas adalah nilai utama kreatif. Pantun yang digunakan di atas memakai pemilihan dan penyusunan kata dan kalimat yang jarang ditemukan orang banyak. Meskipun begitu, kandungan makna dalam pantun Melayu tersebut tidak hilang. Seperti yang disampaikan oleh Datuk Muhammad Yamin bahwa pantun Melayu merupakan wadah komunikasi yang efesien untuk menyampaikan pesan dan nasihat kepada orang banyak. Penyampaian nasihat tentu sangat dibutuhkan khususnya untuk pengantin baru yang akan mengarungi rumah tangga.
Terdapat dua nilai utama dalam pantun Melayu di atas yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai utama selanjutnya yang terdapat dalam pantun Melayu di atas adalah nilai utama
kreatif. Berdasarkan nilai-nilai utama dalam pantun Melayu di atas menjelaskan adanya nilai integritas dalam pantun Melayu di atas. Nilai integritas yang dimaksud adalah agar manusia senantiasa rendah hati dalam melaksanakan berbagai kegiatan.
Lancang kuning berlayar malam Haluan menuju ke laut dalam Kalau nahkoda kuranglah faham Alamat kapal akan tenggelam
Pantun Melayu selanjutnya yang digunakan juga merupakan pantun ketika tradisi makan nasi hadap-hadapan telah selesai dilakukan. Pantun Melayu ini lebih bertujuan memberikan nasihat kepada pengantin laki-laki dan pengantin perempuan beserta masing- masing keluarga. Pantun Melayu tersebut setelah dianalisis terdapat nilai integritas karena pada pantun Melayu tersebut ada nilai utama yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai penyusunan pantun terutama dalam sampiran terkesan sederhana. Namun jika diperhatikan, jika tidak dipikirkan dengan nalar yang kritis maka penyusunan sampiran sederhana tersebut tidak akan mencapai korelasi yang tepat. Maka pada pantun Melayu tersebut membutuhkan nilai utama bernalar kritis dalam mencermati dan untuk membuat pantun tersebut, dan pantun tersebut merupakan sastra lisan yang harus dipikirkan dengan cepat.
Terdapat dua nilai utama yang terdapat dalam tradisi makan nasi hadaphadapan yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai utama selanjutnya yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai utama bernalar kritis. Berdasarkan dua nilai utama yang terdapat pada pantun di atas, pantun Melayu tersebut terdapat nilai integritas. Nilai integritas yang dimaksud adalah senantiasa memaafkan satu sama lain, senantiasa mengingat dan menyertakan akhirat ketika hendak bertindak dan mengajak orang-orang untuk menggunakan nalar kritis dalam penyusunan pantun.
Dari Sumatera membawa markisah Markisah ditanam di Berastagi
Untuk sementara kita berpisah Di lain masa kita berjumpa lagi.
Pantun selanjutnya yang digunakan dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan merupakan pantun yang dipakai ketika seluruh prosesi telah selesai. Pantun Melayu yang digunakan ini kemudian dianalisis dan ditemuka nilai integritas. Adanya nilai integritas ini karena pada pantun tersebut terdapat nilai utama yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama pada pantun Melayu di atas adalah nilai beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai keimanan yang dimaksud adalah harapan dan doa untuk bertemu kembali. Ini merupakan bagian dari nilai akhlak kepada sesama manusia.Nilai utama selanjutnya yang terdapat pada pantun Melayu di atas adalah nilai kreatif. Nilai kreatif yang dimaksud adalah pada sampiran pantun Melayu di atas menggunakan buah khas yang ada di wilayah semenanjung Himalaya khususnya Sumatera Utara. Seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa salah satu ciri khas dari masyarakat Melayu dalam membuat pantun adalah memakai benda-benda yang ada disekitaran masyarakat Melayu. Terdapat dua nilai utama yang ada pada Pantun Melayu di atas yang sesuai dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai utama yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai utama beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai utama selanjutnya yang terdapat dalam pantun Melayu tersebut adalah nilai kreatif. Berdasarkan dua nilai utama tersebut maka pantun di atas memiliki nilai integritas. Nilai integritas yang dimaksud adalah senantiasa memberikan
doa dan harapan yang baik kepada orang lain. Selain itu agar manusia senantiasa menambah, memilah dan memola kosa kata sehingga mmenjadi ornagorang yang cerdas..
PENUTUP
Pernikahan masyarakat Melayu khususnya dalam tradisi makan nasi hadaphadapan terdapat nilai integritas. Nilai integritas yang peneliti ambil merupakan bagian dari P5 Kurikulum Merdeka Belajar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan salah satu inovasi dalam kurikulum merdeka yang bertujuan untuk memberikan siswa pengalaman nyata dalam mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila melalui serangkaian aktivitas projek pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Adapun P5 tersebut adalah, Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, Berkebhinekaan global, Bergotong royong, Kreatif, Bernalar kritis, Mandiri.nilai-nilai yang tertuang pada P5 ini lah kemudian peneliti temukan dalam penggunaan pantun Melayu dalam tradisi makan nasi hadaphadapan yang kemudian peneliti satukan menjadi nilai integritas.
DAFTAR PUSTAKA .
Astuti, D. P. J. (2020). Semiotika Pantun Minang pada Masyarakat
Minangkabau Kota Bengkulu. DISASTRA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. https://doi.org./10.29300/disastra.v2il.27.0 8.
Hutahaean, Sorta dan Edward. 2022. Analisis Bentuk Fungsi dan Makna Pantun Melay dalam SambutanSeremoniResmi.JurnalIlmuBudaya,19(1),16- 23.DOI: https://doi.org/10.31849/jib.v19i1.10871
Man, S. H. C. (2013). Kelestarian Pantun: Rencah dan Leluhur Bangsa Dulu, Kini dan Selamanya. International Journal of the Malay World and Civilisation. Retrieved f .
Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mubarak, Z. H. (2020). Struktur dan Fungsi Pantun Pembuka dan Penutup Majlis dalam Adat Melayu. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Sosial dan Teknologi (SNISTEK), Batam, 25 September 2020, 169-174.