• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENARAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN ILMU pdf

N/A
N/A
AYIN LAILASARI AISYAH

Academic year: 2024

Membagikan "PEMBENARAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN ILMU pdf"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBENARAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN ILMU

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Didin Wahidin, M.Pd Dr. Eka Firmansyah, M.Pd

Disusun oleh:

Ayin Lailasari Aisyah 238060013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2024

(2)

PEMBENARAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN ILMU

Pemahaman tentang “Pembenaran dan Prinsip-Prinsip Pengembangan Ilmu terkait Matematika dan Pendidikan Matematika” secara mendalam tidak hanya didasarkan pada konsep- konsep internal dalam matematika itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai teori kebenaran.

Pembenaran pendidikan matematika memusatkan perhatian pada pemahaman konseptual yang mendalam, keterampilan komputasional, dan penerapan matematika dalam konteks dunia nyata.

Prinsip-prinsipnya menekankan pada keterlibatan aktif siswa, penyajian materi yang relevan, dan penggunaan metode pembelajaran yang beragam untuk memfasilitasi pemahaman yang mendalam.

Sementara itu, prinsip-prinsip pengembangan pendidikan matematika mencakup penelitian tentang efektivitas metode pembelajaran, desain kurikulum yang terstruktur, dan evaluasi berkelanjutan terhadap proses dan hasil belajar. Ini juga mencakup penyesuaian pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa serta memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran matematika secara keseluruhan.

Dalam mencari ilmu pengetahuan, manusia melakukan telaah yang mencakup 3 hal, antara lain 1) objek yang dikaji; 2) proses menemukan ilmu; dan 3) manfaat atau kegunaan ilmu tersebut.

Untuk itu, manusia akan selalu berpikir, dengan berpikir akan muncul pertanyaan, dan dengan bertanya maka akan ditemukan jawaban yang mana jawaban tersebut adalah suatu kebenaran.

Menurut Ford (2006), kebenaran atau truth dapat dibedakan atas 4 macam.

1. Kebenaran metafisik (T1). Sesungguhnya kebenaran ini tidak bisa diuji kebenarannya (baik melalui justifikasi maupun falsifikasi/kritik) berdasarkan norma eksternal seperti kesesuaian dengan alam, logika deduktif, atau standar-standar perilaku profesional. Kebenaran metafisik merupakan kebenaran yang paling mendasar dan puncak dari seluruh kebenaran (basic, ultimate truth) karena itu harus diterima apa adanya (given for granted). Misalnya, kebenaran iman dan doktrin-doktrin absolut agama.

2. Kebenaran etik (T2). Kebenaran etik merujuk pada perangkat standar moral atau profesional tentang perilaku yang pantas dilakukan. Seseorang dikatakan benar secara etik bila ia berperilaku sesuai dengan standar perilaku itu. Sumber kebenaran etik bisa berasal dari kebenaran metafisik atau dari norma sosial-budaya suatu kelompok masyarakat atau komunitas profesi tertentu.

Kebenaran ini ada yang mutlak (memenuhi standar etika universal) dan ada pula yang relatif.

3. Kebenaran logika (T3). Sesuatu dianggap benar apabila secara logik atau matematis konsisten dan koheren dengan apa yang telah diakui sebagai benar atau sesuai dengan apa yang benar menurut kepercayaan metafisik. Aksioma metafisik yang menyatakan bahwa 1+1= 2 maka secara logika dapat dianggap benar. Namun demikian, di dalam kebenaran ini juga tidak terlepas dari konsensus orang-orang yang terlibat di dalamnya. Misalnya, 1+1 ≠ 3, karena secara konsensus telah diterima demikian.

(3)

4. Kebenaran empirik (T4). Kebenaran ini yang lazimnya dipercayai melandasi pekerjaan ilmuwan dalam melakukan penelitian. Sesuai (kepercayaan asumsi, dalil, hipotesis, proposisi) dianggap benar apabila konsisten dengan kenyataan alam, dalam arti dapat diverifikasi, dijustifikasi, atau kritik.

Dari uraian tersebut, dalam kajian filsafat imu yang menjadi fokus utama adalah kebenaran empirik (T4). Kebenaran empirik sering disebut sebagai kebenaran imiah. Namun, tentu saja dengan tidak mengesampingkan kebenaran lainnya.

Pembenaran Pengembangan Ilmu terkait Matematika dan Pendidikan Matematika merupakan konsep penting yang melibatkan berbagai teori kebenaran. Dalam konteks ini, integrasi teori korespondensi, koherensi, pragmatisme, pandangan performatif, dan pandangan agama memainkan peran kunci.

1. Teori Korespondensi

Teori korespondensi menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara pikiran dan kenyataan teori. Adapun moto teori ini adalah “truth is fidelity to objective reality” (kebenaran setia/tunduk pada realitas objektif). Implikasi dari teori ini ialah hakikat pencarian kebenaran ilmiah, bermuara kepada usaha yang sungguh-sungguh untuk mencari relasi yang senantiasa konsisten. Teori ini erat hubungannya dengan kebenaran empirik (T4).

Menekankan kesesuaian antara proposisi matematika dengan realitas objektif. Dalam konteks ini, matematika dianggap benar jika apa yang dinyatakan dalam proposisi tersebut sesuai dengan fakta atau realitas yang dapat diamati atau dibuktikan.

2. Teori Koherensi/Konsistensi

Teori ini berpendapat bahwa suatu kebenaran adalah apabila ada koherensi dari arti tidak kontradiktif pada saat bersamaan antara dua atau lebih logika. Kebenaran terjadi jika ada kesesuaian antara pernyataan saat ini dan pernyataan terdahulu. Sumber kebenaran menurut teori ini adalah logika (manusia) yang secara inheren memiliki koherensi. Teori koheren bermuara pada kebenaran logis (T3).

Menyoroti konsistensi internal dalam proposisi matematika. Artinya, proposisi dalam matematika dianggap benar jika mereka konsisten dengan prinsip-prinsip dan definisi yang sudah ada dalam kerangka teori matematika itu sendiri.

3. Pragmatisme

Teori ini berpandangan bahwa kebenaran diukur dari kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), dan pengaruhnya memuaskan (satisfactory consequences). Kebenaran mengacu pada sejauh manakah sesuatu itu berfungsi dalam kehidupan manusia.

Mengedepankan kegunaan pemahaman matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perspektif ini, matematika dianggap berguna dan benar jika dapat diterapkan secara efektif dalam

(4)

konteks praktis, seperti dalam menyelesaikan masalah nyata.

4. Pandangan Performatif

Menyoroti bagaimana penggunaan matematika menciptakan realitas baru. Ini mengacu pada gagasan bahwa matematika tidak hanya merefleksikan realitas yang ada, tetapi juga dapat membentuk realitas baru melalui aplikasinya dalam berbagai konteks.

5. Agama sebagai Teori Kebenaran

Memberikan kerangka nilai dan keyakinan yang membimbing interpretasi dan penggunaan matematika dalam konteks kehidupan yang lebih luas. Dalam pandangan ini, matematika dipandang sebagai bagian dari kerangka nilai yang diberikan oleh agama, dan kebenaran matematika diukur dalam konteks nilai-nilai dan keyakinan agama.

Bila menurut Ford kebenaran ilmiah berhubungan dengan asas korespondensi, menurut Keraf dan Mikael (2011) menyatakan bahwa kebenaran ilmiah mempunyai sekurang-kurangnya tiga sifat dasar, yaitu rasional logis, isi empiris, dan dapat diterapkan (pragmatis). Suriasumantri (2003) menyatakan bahwa kebenaran adalah pernyataan tidak ragu. Hanya ada dua asas yang digunakan untuk berpikir secara ilmiah (kebenaran ilmiah) yaitu teori koherensi dan korespondensi. Sementara pragmatisme digunakan untuk pengetahuan alam yang berguna untuk menafsirkan gejala-gejala alam.

Integrasi teori-teori ini memperkaya pemahaman konsep matematika dan memperluas relevansi aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengajaran matematika, pendekatan pragmatis dapat mengaitkan konsep dengan situasi dunia nyata, sementara teori korespondensi dan koherensi membangun dasar yang kuat. Pandangan performatif mendorong eksplorasi kreatif, dan pandangan agama memberikan konteks nilai.

Penguatan pemahaman teori-teori kebenaran ini dapat dioptimalkan dalam strategi pengajaran. Teori korespondensi dan koherensi membantu siswa melihat relevansi konsep, sementara pendekatan pragmatis mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Pandangan performatif merangsang kreativitas siswa, dan pandangan agama memberikan kerangka nilai.

Dengan demikian, integrasi teori-teori kebenaran menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan pendidikan matematika yang holistik dan efektif. Pemahaman konsep matematika dipadukan dengan pemahaman nilai, kreativitas, dan aplikasi praktis, mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia nyata dengan keterampilan yang relevan.

Selanjutnya, prinsip-prinsip pengembangan ilmu terkait matematika dan pendidikan matematika memainkan peran penting dalam menyusun landasan pembelajaran yang kokoh. Prinsip- prinsip tersebut mencakup berbagai aspek, termasuk pengembangan pemahaman konsep matematika, penerapan dalam konteks kehidupan sehari-hari, dan pengembangan keterampilan berpikir kritis serta kreativitas.

Salah satu prinsip utama adalah memastikan bahwa pembelajaran matematika relevan dengan kehidupan nyata siswa. Ini melibatkan penggunaan pendekatan pragmatis yang mengaitkan konsep

(5)

matematika dengan situasi dunia nyata, sehingga siswa dapat melihat nilai praktis dari apa yang mereka pelajari.

Prinsip lainnya adalah membangun pemahaman yang kokoh tentang struktur matematika secara menyeluruh. Ini mencakup integrasi teori korespondensi dan koherensi untuk memastikan bahwa siswa tidak hanya memahami konsep secara terisolasi, tetapi juga hubungan antar konsep dan konsistensi internal dalam pembelajaran matematika.

Selain itu, penting untuk mendorong eksplorasi kreatif dan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. Prinsip-prinsip ini dapat diwujudkan melalui pendekatan performatif, di mana siswa didorong untuk menggunakan matematika untuk menciptakan solusi baru dan mengatasi masalah kompleks.

Secara keseluruhan, prinsip-prinsip pengembangan ilmu terkait matematika dan pendidikan matematika bertujuan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang holistik, relevan, dan merangsang perkembangan keterampilan yang diperlukan siswa dalam menghadapi tantangan dunia nyata. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini secara konsisten, kita dapat mengoptimalkan pengalaman belajar siswa dan mempersiapkan mereka untuk sukses di masa depan.

Prinsip-prinsip pengembangan ilmu terkait matematika dan pendidikan matematika memiliki fokus pada beberapa aspek penting. Pertama, keterhubungan konsep matematika sangat ditekankan untuk memahami struktur matematika secara menyeluruh. Selain itu, penerapan matematika dalam konteks nyata juga penting agar siswa dapat melihat relevansi dan aplikasi konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas berbasis masalah juga menjadi salah satu pendekatan yang efektif, karena hal ini mendorong siswa untuk menggunakan pemikiran kritis dan kreativitas dalam memecahkan masalah. Selanjutnya, pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa menjadi kunci, di mana perhatian diberikan pada gaya belajar dan kebutuhan individual siswa. Penggunaan teknologi juga tidak dapat dihindari, karena integrasi teknologi dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika. Pendidikan matematika juga harus diarahkan pada pembelajaran seumur hidup, bukan hanya pemahaman sementara. Penilaian formatif juga penting dalam memantau kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Terakhir, pengembangan profesional guru sangat penting agar mereka dapat memberikan pengajaran matematika yang efektif. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar matematika dan pemahaman siswa secara keseluruhan.

KESIMPULAN

Dalam mengembangkan ilmu dan pendidikan matematika, integrasi berbagai teori kebenaran, seperti teori korespondensi, koherensi, pragmatisme, pandangan performatif, dan pandangan agama, sangat penting. Teori-teori ini memberikan landasan yang kuat untuk memahami, menerapkan, dan mengajarkan matematika dengan cara yang bermakna dan relevan.

Prinsip-prinsip pengembangan ilmu terkait matematika dan pendidikan matematika

(6)

membentuk fondasi penting dalam pengajaran dan pembelajaran matematika. Mereka menekankan keterhubungan konsep, penerapan kontekstual, aktivitas berbasis masalah, pembelajaran berpusat pada siswa, penggunaan teknologi, pembelajaran seumur hidup, penilaian formatif, dan pengembangan profesional guru. Prinsip-prinsip ini mengarah pada pendekatan yang holistik dan berkelanjutan dalam mengembangkan literasi matematika siswa.

Dengan memahami peran masing-masing teori kebenaran dan prinsip-prinsip pengembangan ilmu, pendekatan dalam pengajaran dan pembelajaran matematika dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan lebih efektif. Integrasi teori-teori ini memungkinkan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendalam, relevan, dan holistik bagi siswa, memberikan mereka keterampilan dan pemahaman yang diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang kompleks.

Oleh karena itu, pengembangan ilmu dan pendidikan matematika tidak hanya memerlukan pemahaman konsep-konsep matematika, tetapi juga pengakuan akan berbagai teori kebenaran yang memengaruhi cara kita memandang dan menggunakan matematika. Dengan mengintegrasikan teori- teori kebenaran ini, kita dapat mengoptimalkan strategi pengajaran dan menciptakan lingkungan pendidikan yang efektif untuk mempersiapkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup yang kompeten dan kreatif.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menujukan pada pengertian tentang berbagai patokan dalam menentukan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum (

merujuk pada prisip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara khusus (tujuan, isi, metode dan evaluasi) yang mencakup; prinsip

Secara umum prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tersebut yaitu prinsip relevansi yaitu dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntutan

Kajian perkuliahan meliputi: (1) Persoalan-persoalan Pokok dalam Pengembangan Ilmu (Matematika dan Pendidikan Matematika), (2) Karakteristik Ilmu (Matematika dan

Prinsip khusus antara lain: Prinsip penentuan tujuan pendidikan, Prinsip pemilihan isi pendidikan, Prinsip pemilihan proses belajar mengajar, Prinsip pemilihan media dan

Menurut Sukmadinata (2000:150-151) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum pengembangan kurikulum, pertama prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian, kedua prinsip

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menurut Subandijah meliputi: (1) prinsip relevansi, (2) prinsip efektifitas dan efisiensi, (3) prinsip kesinambungan, (4)