Ruang Kolaborasi - Pemahaman Sebagai Capaian Belajar UbD
KELOMPOK 3:
-Nur Nofitasari, S.Pd.
-Nur Shobrina Arifah, S.Pd.
-Nurul Laily, S.Pd.
-Ristu Wahyu Stiawan, S.Pd.
-Rizky Wantoro, S.Pd.
UbD artinya Understanding by Design, yang merupakan sebuah kerangka kerja perancangan kurikulum yang dikembangkan Grant Wiggins dan Jay McTighe.
Penilaian dan evaluasi dalam UbD memiliki enam aspek yang masing-masing akan menjadi bahasan dalam setiap kelompok seperti yang tertuang dalam diagram aspek pemahaman peserta didik dalam UbD. Dalam UbD, terdapat enam aspek penting yang berfokus pada pemahaman peserta didik. Aspek-aspek ini dapat membantu guru dan perancang kurikulum untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.
Berikut adalah keenam aspek yang dimaksud dalam UbD:
1. Dapat menjelaskan –
peserta didik dapat menjelaskan dengan 1) melalui generalisasi atau prinsip, 2) memberikan fenomena-fenomena, fakta, dan data yang dibenarkan dan sistematis, serta 3) membuat koneksi yang mendalam dan memberikan contoh atau ilustrasi yang menerangi.
Contoh 1 : Peserta didik dapat menjelaskan prinsip ataupun konsep alur penulisan puisi. Baik mulai dari pengertian, unsur pembangun, manfaat, dan unsur luar puisi.
Selain itu dapat membedakan puisi dengan karya sastra lainnya.
2. Dapat menafsirkan
Peserta didik dapat menafsirkan melalui 1) cerita-cerita yang bermakna, 2) menawarkan terjemahan yang tepat, 3) memberikan dimensi historis atau pribadi yang terbuka untuk ide 3. dan peristiwa, serta 4) membuat objek memahami pribadi atau dapat diakses melalui gambar, anekdot, analogi, dan model.
Contoh : Peserta didik dapat menganalogikan cerita-cerita yang bermakna yang pernah ia alami ataupun berdasarkan pengalaman orang lain yang kemudian digambarkan atau ke dalam bentuk objek puisi
3. Dapat menerapkan
Peserta didik dapat menerapkan secara efektif menggunakan dan menyesuaikan apa yang diketahui dalam konteks yang beragam dan nyata.
Contoh:Peserta didik dapat mengontruksikan ide-ide kreatifnya untuk dituangkan menjadi sebuah gagasan yang indah dan dimanfaatkan sebagai alat pengungkapan diri, melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan bersastra, mengembangkan kemampuan
dan keterampilan menggunakan bahasa sebagai media komunikasi. Sebagai contoh kongkret untuk mendekor kelas/pun sekolah berbahasa indah juga dapat digunakan untuk membuat kata mutiara ataupun slogan puitis yang ditempel di mading-mading atau pojok baca kelas.
4. Memiliki perspektif
Peserta didik dapat memiliki perspektif apabila dapat 1) melihat dan mendengar dari berbagai sudut pandang yang kritis; 2) melihat gambaran umumnya.
Contoh: jika siswa sudah memiliki perspektif maka siswa sudah mampu memahami dan menyelesaikan masalah dari sudut pandang dirinya sendiri.
5. Dapat berempati
Peserta didik dapat memiliki empati apabila 1) menemukan nilai dalam apa yang orang lain mungkin temukan aneh, dan tidak masuk akal; 2) persepsi secara sensitif berdasarkan pengalaman langsung sebelumnya.
Contoh: menerima pesan dan kritikan yang bersifat terbuka terhadap pendapat dan saran dari orang lain. Siswa mampu menghindari kata-kata negatif, menatap dengan ramah, dan mampu menyampaikan gagasan dengan jelas dan sistematis.
6. Memiliki pengetahuan diri
Peserta didik memiliki pengetahuan diri apabila 1)menunjukkan kesadaran metakognitif; 2) memahami gaya pribadi, prasangka, proyeksi, dan kebiasaan pikiran yang membentuk dan menghambat pemahaman kita sendiri; 3) menyadari apa yang tidak kita mengerti; 4) Renungkan arti pembelajaran dan pengalaman. Peserta didik sudah mampu mengelola, berproses dengan aktif, dan teratur dalam menguasai menguasai kognitif mereka.
Pranala video media sosial https://youtu.be/4LC9tqFz0Uw