i
PENGARUH LABELISASI HALAL, KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP TINGKAT PENJUALAN PRODUK UMKM
(USAHA MIKRO KECIL MENENGAH) KOPI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA
Oleh
MUHAMMAD MAHFUZ NIM. 200404031
Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister Ekonomi Syariah
PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
iii
PENGARUH LABELISASI HALAL, KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP TINGKAT PENJUALAN PRODUK UMKM
(USAHA MIKRO KECIL MENENGAH) KOPI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA
Pembimbing:
1. Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag.
2. Dr. Pongky Arie Wijaya, M.M.
Oleh
MUHAMMAD MAHFUZ NIM. 200404031
Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister Ekonomi Syariah PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
iv
v
vii
viii
PENGARUH LABELISASI HALAL, KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP TINGKAT PENJUALAN PRODUK UMKM
(USAHA MIKRO KECIL MENENGAH) KOPI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA.
MUHAMMAD MAHFUZ NIM. 200404031
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal, kualitas produk, dan harga terhadap tingkat penjualan produk UMKM Kopi di Kabupaten Lombok Utara. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi adalah konsumen dan produsen UMKM Kopi di Kabupaten Lombok Utara.
Pemilihan sampel menggunakan sampel random sampling dengan jumlah responden sebanyak 80 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis data primer. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Uji kualitas data menggunakan uji validitas dan realibilitas. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana, regresi linier berganda, uji koefisien determinasi, ujia parsial, dan uji simultan. Hasil analisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0 menunjukkan bahwa variabel sertifikat halal, kualitas produk, dan harga berpengaruh signifikan terhadap tingkat penjualan. Hal ini terbukti dari nilai F hitung 123,884 > F tabel 2,72 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil pengujian Koefisien Determinasi (R2) diperoleh hasil Adjusted R2 sebesar 0,830. Hal itu berarti bahwa pengaruh variable X1, X2 dan X3 secara simultan terhadap variable Y adalah sebesar 83% dari sekala 100%
sedangkan sisanya 100% - 83% sebesar 33.1% Dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh secara simultan dari variabel label halal, kualitas produk, dan harga terhadap tingkat penjualan produk UMKM Kopi di Kabupaten Lombok Utara.
Kata Kunci : Labelisasi Halal, Kualitas Produk, Harga, Tingkat Penjualan.
ix
جتنم تاعيبم ىوتسم ىلع هرعسو جتنملا ةدوجو للاحلا ةملاعلا عضو ريثأت ةيلامشلا كوبمول ةقطنميفةوهقلا ةطسوتملاو ةريغصلا تاكرشلا
ظوفحم دمحم مقر :ليجستلا 200404031
ثحبلا صلختسم
ىلع رعسلاو جتنملا ةدوجو للاحلا ةملاعلا عضوريثأت ديدحت ىلإ ثحبلا اذه فدهي كوبمول ةقطنم يف ةوهقلا ةطسوتملاو ةريغصلا تاكرشلاجتنم تاعيبم ىوتسم كلهتسملا مه ناكسلا .ايمك اجهنم مدختسي يناديملا ثحب وه ثحبلا اذه .ةيلامشلا جتنملاو رايتخا .ةيلامشلا كوبمول ةقطنم يف ةوهقلا ةطسوتملاو ةريغصلا تاكرشلا
تانيع مادختساب تانيعلا
ةيئاوشع
يلامجإب 80
اذه يف ةمدختسملا ةقيرطلا.ابيجتسم
عون عم ةيمك ثحبلا .تانايبتسلاا تانايبلا عمج تاينقت مدختست .ةيلولأا تانايبلا
تارابتخا تانايبلا ةدوج تارابتخا مدختست ةيليلحتلا تاينقتلا .ةيقوثوملاو ةيحلاصلا
يه ةمدختسملا يطخلا رادحنلاا
يطخلارادحنلااو،طيسبلا لماعم رابتخاو ،ددعتملا
مادختساب ليلحتلا جئاتن ترهظأ .نمازتملا رابتخلااو ،يئزجلا رابتخلااو ،ديدحتلا
SPSS
رادصلإا16.0 ل ناك رعسلاو جتنملا ةدوجو للاحلا ةداهش تاريغتم نأ اه
نم كلذ حضتيو .تاعيبملا تايوتسم ىلع ريبك ريثأت ةميق
F
ددعلا
123.884 >
F
لودجلا
2.72 ةللاد عم 0.000
<
0.05 . ( ديدحتلا لماعم رابتخا جئاتن تلصح R2
)
ةجيتن ىلع R2
اهردق ةلدعم 0.830
تاريغتملا ريثأت نأ ينعي اذهو . X1
و X2 و
X3 ريغتملا ىلع دحاو تقو يف Y
وه 83 ٪ نم 100 نأ نيح يف ٪ 100
ةيقبتملا ٪
- 83 ةبسنب رثأتت ٪ 33.1
.ثحبلا اذه يف اهتسارد متت مل ىرخأ لماوعب ٪ يلاتلابو
، مت
0ضفر H لوبق متو H1
تاقصلملا تاريغتمل نمازتم ريثأت كانه ناك هنأ ينعي امم ،
ةريغصلا تاكرشلا جتنم تاعيبم ىوتسم ىلعرعسلاو جتنملا ةدوجو للاحلا ةطسوتملاو .ةيلامشلا كوبمول ةقطنم يف ةوهقلا
.تاعيبملا ىوتسم ،رعسلا ،جتنملا ةدوج ،للاحلا ةملاعلا عضو : ةيحاتفملا تاملكلا
x
THE EFFECT OF HALAL LABELLING, PRODUCT QUALITY, AND PRICES ON THE SALES LEVEL OF MSME (SMALL MEDIUM MICRO ENTERPRISES) COFFEE PRODUCTS IN THE
NORTH LOMBOK DISTRICT
By:
MUHAMMAD MAHFUZ ID: 200404031
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of halal labeling, product quality, and price on the sales level of MSME coffee products in the North Lombok Regency. The population consisted of consumers and producers of the products in the Regency. The sample selection used random sampling with a total of 80 respondents. Moreover, this quantitative research employed primary data type and collected data through questionnaire techniques. Data validity and reliability tests are utilized to examine the data quality. In addition, the data analysis techniques applied included simple linear regression, multiple linear regression, coefficient of determination test, partial test, and simultaneous test. Thus, the analysis results using SPSS version 16.0 depicted that the variables of the halal certificate, product quality, and price significantly affected the sales level, which is evident from the calculated F value of 123.884 > F table 2.72 with a significance of 0.000 <0.05. The Coefficient of Determination (R2) test results obtained an Adjusted R2 of 0.830, meaning that the impact of variables X1, X2, and X3 simultaneously on variable Y is 83% on a scale of 100%, while the remaining 100% - 83% is 33.1% influenced by other factors not examined in this study. Hence, H0 is rejected, and H1 is accepted, meaning that there is a simultaneous effect of the halal label variable, product quality, and price on the level of sales of MSME Coffee products in the North Lombok Regency.
Keywords: Halal Labeling, Product Quality, Price, Sales Level
xi MOTTO
َلَص َو ِب ْرَّدلا َىلَع َراَس ْنَم
“ Barang siapa berjalan pada jalannya Niscaya sampailah ia pada tujuannya ” ( Kitab Al-Muntakhobat Fil Mahfudzot )
xii
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan tesis ini kepada ibunda Baiq Yasni dan Bapak H.
Zulkifli yang dengan penuh kasih sayang, tiada pernah lelah mendoakan demi tercapainya cita-cita anaknya. Untuk Nenekku tercinta Baiq Amnah, semoga tetap diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Dan untuk adik kandungku Muazzam Khairi (Ketua IMDS) calon Sarjana Hukum, yang selalu memberikan support agar penulis bisa secepatnya menyelesaikan studi Magister Ekonomi Syariah ini.
xiii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis haturkan kepada Allah SWT., Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah- Nya. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SWT., keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang bertaqwa. Amin.
Penulis menyadari dalam proses penyelesaian penyusunan tesis ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan terlibat, mereka diantaranya:
1. Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu.
2. Prof. Dr. H. Fahrurrozi, MA selaku Direktur Pascasarjana UIN Mataram.
3. Prof Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag. sebagai pembimbing I dan Dr.
Pongky Arie Wijaya, M.M. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, koreksi yang detail dan memotivasi tanpa bosan ditengah kesibukan beliau membimbing dengan suasana yang akrab sehingga menjadikan tesis ini lebih matang dan selesai tepat waktu.
4. Dr. Baiq Ratna Mulhimah, M.H dan Dr. Muh Azkar, M. PdI sebagai Ketua dan Sekretaris Prodi Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Mataram.
5. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik pada Program Pascasarjana UIN Mataram.
6. Segenap pegawai Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Utara serta Konsumen dan Produsen
UMKM Kopi yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan data penelitian guna melengkapi keabsahan tesis.
7. Lembaga BUMDesa Santong Jaya sebagai tempat bekerja dan mengabdikan ilmu pengetahuan.
8. Teman-teman seperjuangan grup kelas Guyonan MESBE sebagai tempat diskusi dan hiburan dalam proses pengerjaan tesis ini.
9. Sahabat-sahabat organisasi masyarakat, mahasiswa dan pemuda
xiv
(Lakpesdam-NU KLU, Himpunan UMKM Kayangan, PMII Rayon Al-Farabi, KOPMA UIN Mataram, IMDS, Karang Taruna Desa Santong, IPTS dan organisasi lainnya), terimakasih atas ilmu dan pengalaman yang didapatkan.
10. Adikku Riadatul Jannah terimakasih sudah menjadi support system perjuanganku, bisa saling melengkapi seperti kata bijak yang mengatakan “Dibalik lelaki sukses ada wanita hebat dibelakangnya, sehebat-hebatnya wanita ada lelaki yang membimbingnya”.
11. Almamaterku tercinta yang telah mengajarkan suka duka menuntut ilmu didunia kampus.
Semoga amal kebaikan berbagai pihak tersebut mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga tesis ini bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama. Amin.
Mataram, 26 Mei 2022 Penulis,
Muhammad Mahfuz
xv
xvi
xvii DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR ...i
LEMBAR LOGO ... ii
SAMPUL DALAM ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN PENGUJI ... v
PERNYATAAN ASLI KARYA ... vi
LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME ...vii
ABSTRAK (Indonesia, Arab, dan Inggris) ... viii
MOTTO. .. ... xi
PERSEMBAHAN ...xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... xiii
KATA PENGANTAR ... xv
DAFTAR ISI ... xvii
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Definisi Operasional ... 9
1. Labelisasi Halal ... 9
2. Kualitas Produk ... 12
3. Harga ... 15
4. Tingkat Penjualan ... 19
5. UMKM ... 24
BAB II PENELITIAN TERDAHULU DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 27
A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 27
B. Kerangka Berpikir ... 32
C. Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 34
B. Populasi dan Sampel ... 34
xviii
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35
D. Variabel Penelitian ... 36
E. Desain Penelitian ... 36
F. Instrumen Penelitian dan Bahan Penelitian ... 36
G. Teknik Pengumpulan Data ... 37
H. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Hasil Penelitian ... 44
1. Karakteistik Responden ... 44
2. Hasil Pernyataan Responden... 47
3. Uji Kualitas Data ... 54
4. Uji Asumsi Klasik ... 57
5. Uji Koefisien Determinasi ... 61
6. Uji Regresi ... 61
7. Uji Hipotesis ... 66
B. Pembahasan ... 69
1. Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM Kopi ... 69
2. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM Kopi ... 72
3. Pengaruh Harga Terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM Kopi ... 74
4. Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk dan Harga terhadap Tingkat Penjualan ... 76
BAB V PENUTUP ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Implikasi Teoritik ... 78
C. Saran... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN ... 86
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 109
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, 45 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, 45
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan, 45
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Data UMKM Kopi, 46 Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan, 47 Tabel 4.6 Indikator Variabel Labelisasi Halal, 47
Tabel 4.7 Indikator Variabel Kualitas Produk, 50 Tabel 4.8 Indikator Variabel Harga, 50
Tabel 4.9 Indikator Variabel Tingkat Penjualan, 52 Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas, 55
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas, 57 Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas, 59 Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi, 61
Tabel 4.14 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana (X1 terhadap Y), 62 Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana (X2 terhadap Y), 63 Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana (X3 terhadap Y), 63 Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi Linier Berganda, 64
Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan, 68 Tabel 4.19 Determinan Labelisasi Halal, 70 Tabel 4.20 Determinan Kualitas Produk, 73 Tabel 4.21 Determinan Harga, 75
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas, 58
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokadastisitas, 60
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian, 85
Lampiran 2 Tabulasi Uji Coba Instrumen, 89 Lampiran 3 Uji Kualitas Data, 91
Lampiran 4 Tabulasi Kuesioner, 93 Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik, 96
Lampiran 6 Uji Koefisien Determinasi, 98 Lampiran 7 Uji Regresi, 99
Lampiran 8 Uji F, 101
Lampiran 9 Tablet T hitung,102 Lampiran 10 Tabel F hitung, 104 Lampiran 11 Lembar Konsultasi,105 Lampiran 12 Surat Izin Penelitian, 108
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dewasa ini, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan besar dalam pengembangan dan pembangunan ekonomi nasional. Selain itu, UMKM berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan penyerapan tenaga kerja yang sangat besar yang tumbuh dari 96,99% menjadi 97,22% dalam kurun beberapa tahun terakhir.1
Krisis ekonomi saat ini akibat pandemi Covid-19 telah menyebabkan banyak perusahaan besar mengalami masalah, akan tetapi UMKM terbukti mampu bertahan mengikuti perkembangan zaman. Namun tidak dapat dipungkiri banyak permasalahan yang dihadapi UMKM, seperti keterbatasan modal, kurangnya sumber daya manusia, serta kurangnya pengetahuan dan keterampilan.
Di Indonesia, UMKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian tingkat nasional ataupun daerah. Oleh karenanya pengembangan sektor usaha kecil dan menengah memberikan makna tersendiri pada usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional serta dalam usaha menekan angka kemiskinan suatu negara.
Pertumbuhan dan pengembangan sector UMKM sering diartikan sebagai indikator keberhasilan pembangunan, khususnya bagi negara- negara yang memiliki income perkapita yang rendah.2
Atas peranan UMKM yang sangat besar, memberikan penjelasan bahwa UMKM harus dapat dikembangkan dan ditingkatkan lebih baik lagi. UMKM akan bertahan dan mampu bersaing apabila menerapkan pengelolaan manajemen dengan baik.
Pengelolaan manajemen tersebut mencakup bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia (SDM), dan keuangan serta konsep
1 Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 10 November 2021pada pukul 20.00 Wita
2 Dimas Hendika Wibowo, Zainul Arifin, Sunarti, “Analisis Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM,” Jurnal Administrasi Bisnis Vol.29 No.1, (Desember 2015): 60.
2
dan perancangan tertentu ditingkat strategi merupakan faktor kunci untuk keberhasilan.3
Dengan arus globalisasi dan persaingan yang semakin ketat, UMKM harus menghadapi tantangan dalam skala global. Oleh karena itu, UMKM perlu mendorong inovasi dan kreativitas produk, mengembangkan bakat dan teknologi, serta memperluas wilayah pemasarannya. Dikarenakan UMKM dikenal sebagai sektor ekonomi, para pelaku UMKM dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan penjualan sehingga mampu bersaing secara besar-besaran dengan produk sejenis yang berskala besar maupun produk impor yang masuk ke industri manufaktur Indonesia serta perlu diketahui bahwa UMKM sebagai salah satu penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia.4
UMKM Indonesia sebagian besar merupakan usaha mikro informal, biasanya menggunakan bahan baku tradisional dan pemasarannya lebih banyak di pasar lokal. Akibatnya, UMKM tidak berdampak langsung pada krisis lingkup global. Menurut World Economic Forum (WEF) 2010, pasar Indonesia berada di peringkat ke-15. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perkembangannya Indonesia memiliki pasar yang potensial namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku UMKM. Dalam perkembangannya saat ini UMKM masih menghadapi berbagai permasalahan sehingga kalah bersaing dengan produk impor. Oleh karenanya Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus dan berkala kepada UMKM terkait isu yang berkembang, perubahan teknologi, pengaturan perizinan, dan perkembangan akses informasi, khususnya informasi pasar.5
Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UMKM memiliki data UMKM yang beroperasi lebih dari 57.900 unit pada tahun 2014-2016 tersebar di provinsi, dan diperkirakan UMKM akan tumbuh menjadi lebih dari 59.000 unit pada tahun 2017. Dengan demikian, UMKM mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga UMKM diharapkan dapat lebih berdaya saing
3 Dimas Hendika Wibowo, Zainul Arifin dan Sunarti, “Analisis Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM,” 60.
4 Sudaryanto, Ragimun, Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas ASEAN (Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat, 2011), 24.
5 Arfan Ikhsan dan Muhammad Ishak, Akuntansi Keprilakuan (Jakarta: Salemba Empat, 2005), 23.
3
melalui inovasi.6 Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan keunggulan bagi UMKM dalam bersaing dengan inovasi dan kreativitasnya sendiri. Secara umum UMKM Indonesia yang beragam memberikan kebebasan kepada konsumen atau pembeli untuk memilih produk yang diinginkan.
Salah satu UMKM unggulan yang dimiliki Indonesia adalah UMKM Kopi. Kopi merupakan komoditas tropis utama yang diperdagangkan di seluruh dunia dengan kontribusi setengah dari total ekspor komoditas tropis. Popularitas dan daya tarik dunia terhadap kopi, utamanya dikarenakan rasanya yang unik serta didukung oleh faktor sejarah, tradisi, sosial dan kepentingan ekonomi. Selain itu, kopi adalah salah satu sumber alami zat kafein yang dapat meningkatkan kewaspadaan dan mengurangi kelelahan. Minuman kopi adalah minuman dengan bahan dasar ekstrak biji kopi, dikonsumsi sekitar 2,25 milyar gelas setiap hari diseluruh dunia.7
Menurut FAO, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Namun, ekspor kopi dari Indonesia diperkirakan lebih kecil dari Brazil, Kolombia, dan Vietnam. Jenis kopi yang paling banyak dijual meliputi, pertama, 75 persen produksi Arab di seluruh dunia, di mana 10 persennya ada di Indonesia. Kedua jenis robusta 25 persen produksi diseluruh dunia, di mana Indonesia menyumbang 10 persen dari total persentase tersebut
Menurut Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), konsumsi kopi dalam negeri berkisar antara 100.000 hingga 125.000 ton per tahun.atau 27 persen dari produksi kopi nasional normal yang 450.000 ton pertahun. Sementara itu ekspor mencapai 265.000 ton per tahun.
Data tersebut menunjukkan bahwa konsumsi kopi kini menjadi bagian dari gaya hidup yang dinamis di berbagai daerah di Indonesia.
Kabupaten Lombok Utara (KLU) merupakan kabupaten yang ada diprovinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan UMKM kopi yang cukup banyak. Hal ini dikarenakan adanya ladang kopi yang
6 Darwanto, “Peningkatan Daya Saing UMKM Berbasis Inovasi dan Kreativitas,” Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) Vol.20.No (2), (Desember 2013):142- 149.
7 Ponte, S, “The ‘Latte Revolution’? Rekopution, Markets and Consumption in the Global Coffe Chain,” World Development. 30(7): 1099-1122.
4
membentang di wilayah Kabupaten Lombok Utara. Biji kopi yang dihasilkan di wilayah tersebut juga memiliki kualitas yang cukup baik, sehingga telah merambah pasar domestik dan global dan terus berkembang sampai saat ini. Kebiasaan minum kopi sejatinya diawali oleh budaya Barat, yang kemudian menjadi fashionable dan sangat digemari oleh masyarakat umum, termasuk para pemuda KLU memiliki motif hedonis yang berarti kenikmatan produk berdasarkan perilaku dan tren berbelanja, emosi, kenyamanan, dan kegembiraan.8
Kabupaten Lombok Utara memiliki beberapa UMKM Produsen kopi yang kini sudah berkembang, karena mempuyai kualitas produk yang bagus dan harga yang terjangkau. Selain itu juga dari segi izin sudah tercukupi, mulai dari Izin Usaha Mikro Kecil Mengengah (IUMKM), Nomor Induk Berusaha (NIB), izin Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) dan Labelisasi Halal. Hal ini memungkinkan untuk meningkatkan penjualan produk UMKM Kopi di Kabupaten Lombok Utara.
Penjualan merupakan ujung tombak suatu perusahaan, dikarenakan dari penjualan dapat memperoleh laba atau keuntungan.
Dalam kegiatan penjualan, pemasaran menjadi hal yang sangat komplek dan saling berkaitan anatra satu dengan yang lainnya, seperti promosi dan penjualan hendaknya dikelola dengan baik untuk mencapai laba perusahaan. Promosi berfungsi untuk meningkatkan tingat penjualan juga sebagai strategi untuk menjangkau pembeli untuk melakukan pemebelian produk. Sedangkan penjualan adalah pemindahan barang dan jasa yang dilakukan oleh penjual. Pada umumnya perusahaan yang ingin mempercepat proses peningkatan penjualan akan melakukan kegiatan promosi melalui iklan, personal selling, dan publisitas lainnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penjualan, dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang dikendalikan oleh pihak-pihak perusahaanpada umumnya seperti kemampuan perusahaan dalam mengelola produk yang akan dipasarkan, kebijakan harga dan
8 Kasnaeny, K, Achmad, D. & Fatchur.. “Patronage Buying Motives of Coffee shop’s Consumers,” IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM), 8(3) (2013): 19-22.
5
promosi yang perusahaan serta kebijakan untuk memilih perantara yang digunakan. Selanjutnya faktor eksternal yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan seperti perkembangan ekonomi perdagangan baik nasional maupun moneter, kebijakan pemerintah dibidang ekonomi, perdagangan dan moneter serta suasana persaingan pasar.9
Indonesia sebagai negara mayoritas Islam tidak diperbolehkan untuk menjual, membeli atau mengkonsumsi makanan non halal. Hal ini menuntut masyarakat muslim untuk mencari informasi tentang produk yang akan dikonsumsi dengan melihat label halal produk terebut.10 Dengan demikian, konsumen muslim memiliki potensi besar untuk pasar halal. Oleh karena itu, banyak produsen berlomba- lomba memberi label produknya dengan label halal. Pada tahun 1996, pengusaha membutuhkan label halal tersebut karena diwajibkan dengan adanya aturan yang berlaku. Keputusan itu muncul setelah kesadaran akan pentingnya label halal untuk melindungi kepentingan umat Islam di Indonesia. Produk impor dari luar negeri juga harus diseleksi dan mencantumkan label halal.11
Melihat fenomena yang muncul, Indonesia mulai banyak menggunakan label halal. Dari berbagai produk makanan dan minuman hingga berbagai produk lainnya seperti produk farmasi dan berbagai kosmetik. Tidak hanya itu, segala jenis produk yang dikonsumsi, baik konsumsi dalam negeri maupun impor, selalu diperhatikan dan harus diberi label halal untuk meningkatkan kualitas produk yang diperdagangkan.
Kualitas adalah suatu kondisi yang memenuhi atau melebihi harapan yang berkaitan dengan produk, jasa, orang, proses, dan lingkungan. Jika suatu produk dapat menjalankan fungsinya maka
9 Swastha B., Manajemen Pemasaran (Yogyakarta: Liberty, 1998), 197.
10 Sari D. K., & Sudardjat, I.. “Analisis Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Impor dalam Kemasan pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Sumatera Utara,” Jurnal Ekonomidan Keuangan, 1(4). (2013):
50.
11 Afroniyati L., “Analisis Ekonomi Politik Sertifikasi Halal Oleh Majelis Ulama Indonesia,” JKAP (Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik), 18(1): 37-52. (2014):37.
6
produk tersebut berkualitas baik. Kualitas adalah faktor terpenting yang mempengaruhi kinerja bisnis. Oleh karena itu, kualitas memiliki keunggulan dalam pemasaran produk. kualitas produk itu sendiri tidak dapat dipisahkan dengan masalah kepuasan pelanggan yang menjadi tujuan dari kegiatan pemasaran perusahaan, maka perlu menjadi perhatian utama perusahaan/produsen.12 Dengan kualitas produk yang baik, dimungkinkan untuk menaikkan harga suatu produk.
Harga merupakan aspek terpenting dari kegiatan bauran pemasaran. Penetapan harga sangat penting untuk diperhatikan karena harga merupakan penentu utama apakah suatu produk akan laku atau tidak. Penetapan harga yang salah berakibat fatal bagi produk yang ditawarkan dan mengakibatkan produk tidak laku di pasaran.13
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ahda Segati Pada Jurnal JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam) pada tahun 2018 yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan persepsi sertifikasi halal, kualitas produk, dan harga terhadap persepsi peningkatan penjualan”
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Pengaruh Pengetahuan persepsi sertifikasi halal, kualitas produk, dan harga terhadap persepsi peningkatan penjualan (studi kasus pada Catering Aqiqah Nurul Hayat Yogyakarta) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan penjualan sedangkan variable independen terdiri dari sertifikasi halal, kualitas produk, dan harga. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa persepsi sertifikasi halal, kualitas produk, dan harga mempengaruhi persepsi peningkatan penjualan pada Catering Aqiqah Nurul Hayat Yogyakarta.
Dari beberapa paparan tersebut peneliti akan meneliti tentang apakah pengaruh labelisasi halal, kualitas produk, dan harga dapat meningkatkan tingkat penjualan UMKM Kopi di Kabupaten Lombok Utara. Oleh karenanya peneliti membuat judul penelitian tentang
“Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk, dan Harga Terhadap
12 Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 211.
13 Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), 227.
7
Tingkat Penjualan Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Labelisasi Halal Berpengaruh terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara?
2. Apakah Kualitas Produk Berpengaruh terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara?
3. Apakah Harga Berpengaruh terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara?
4. Apakah Labelisasi Halal, Kualitas Produk dan Harga bersama- sama Berpengaruh terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara?
Supaya dalam penelitian ini tidak terlalu meluas dalam pembahasannya, masalah akan dibatasi dalam hal berikut:
1. Penelitian ini berfokus kepada pelaku UMKM Kopi yang mempunyai izin dan terdata di Dinas Koperasi UKM, Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Lombok Utara.
2. Hanya variabel-variabel yang telah disebutkan di atas yang dibahas dalam penelitian ini.
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penelitian ini tentunya tidak akan terlepas dari rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yakni sebagai berikut :
8
1. Untuk Menguji Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara.
2. Untuk Menguji Pengaruh Kualitas Produk terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara.
3. Untuk Menguji Pengaruh Harga terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara.
4. Untuk Menguji Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk dan Harga terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi secara teoritis dan empiris. Secara teoritis dapat memberikan manfaat bagi:
1. Akademisi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi kegiatan akademik dalam mendalami dan memahami pembahasan yang berkaitan dengan judul dan pembahasan yang diangkat pada penelitian ini yakni tentang pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk, dan Terhadap Tingkat Penjualan Produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara. Terutama variabel paling dominan yang mempengaruhi tingkat penjualan produk di suatu perusahaan.
2. UMKM Kopi Kabupaten Lombok Utara
Semoga penelitian ini bisa menjadi bahan kajian Pemerintah Daerah KLU melalui Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan yang membidangi UMKM Kopi dalam peningkatan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar yang mampu dijangkau.
3. Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan atas pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk, dan Terhadap Tingkat Penjualan Produk
9
UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kopi di Kabupaten Lombok Utara.
D. Definisi Operasional 1. Labelisasi Halal
a. Pengertian Halal
Kata halal (halal, halaal) adalah istilah bahasa Arab dalam agama Islam yang berarti "diizinkan" atau "boleh".
Secara etimologi, halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan ketentuan yang melarangnya. Menurut Syariat Islam, landasan hukum produk halal sesuai Syariat Islam antara lain terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 168:
َح ِض ْرَ ْلْا ىِف اَّمِم ا ْوُلُك ُساَّنلا اَهُّيَآٰ ي ل
َط الً
ۖ اابِ ي ْوُعِبَّتَت َلْ َّو ا
ٗهَّنِا ِِۗن طْيَّشلا ِت وُطُخ ْيِبُّم ٌّوُدَع ْمُكَل
ن .
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.14 (Q.S. Al Baqarah ayat 168).
Halal adalah produk yang memenuhi syarat-syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam, antara lain sebagai berikut:15
1) Tidak mengandung hewan yang diharamkan.
2) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti : darah, alkohol, kotoran-kotoran dan lain sebagainya.
3) Semua bahan yang berasal dari hewan yang disembelih menurut tata cara syariat Islam tergolong halal.
14 Yayasan Penyelengara Penerjemah al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya:
Edisi Ilmu Pengetahuan (Bandung: PT. Mizan Bunaya Kreativa, 2011), QS. al-Baqarah (2) : 167
15 Arinda Widiantika Putri, Pengaruh Strategi Pemasaran MLM Syariah dan Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen., 31.
10
4) Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengelolaan dan tempat transportasi, jika pernah digunakan untuk barang yang tidak halal maka terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syariat Islam.
b. Pengertian Labelisasi Halal
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Label berarti sepotong kertasa (kain, logam, kayu dan sebagainya) yang ditempelkan pada barang dan menjelaskan tentang nama barang, nama pemilik, tujuan, alamat dan sebagainya.16 Sedangkan labelisasi berarti pelabelan, labelisasi memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga labelisasi dapat menyatakan nama, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Label yang tercantum pada produk adalah label halal. Label halal adalah jaminan yang diberikan oleh suatu lembaga yang berwenang seperti Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) untuk memastikan bahwa produk tersebut sudah lolos pengujian kehalalan sesuai dengan syariat Islam. Label adalah suatu bagian dari suatu produk yang membawa informasi verbal dan merupakan bagian dari kemasan tentang produk.
Tujuan dicantumkan label halal agar konsumen mendapatkan perlindungan kehalalan dan kenyamanan atas pemakaian produk tersebut. LPPOM MUI adalah lembaga yang bertugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah produk-produk baik pangandan turunannya, obat obatan dan kosmetik apakah aman dikonsumsi baik dari sisi kesehatan dan dari sisi agama Islam yakni halal atau boleh dan baik untuk dikonsumsi bagi umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia, selain itu memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan bimbingan kepada masyarakat.
16 Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di kbbi.kemdikbud.go.id/entri/label. Diakses 12 April 2022.
11
Sertifikat produk halal adalah surat keputusan fatwa halal yang dikeluarkan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam bentuk sertifikat. Sertifikat produk halal ini merupakan syarat untuk mencantum label halal.17 Dengan demikian sebelum perusahaan memperoleh izin untuk mencantumkan label halal atas produk pangannya, terlebih dahulu mengantongi sertifikat produk halal yang diperoleh dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI).
Labelisasi halal merupakan rangkaian persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha yang bergerak dibidang produk pengolahan makanan dan minuman atau dikenal dengan istilah pangan. Pangan yang halal dan baik merupakan syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal maupun impor sehingga dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di luar negeri. Demi ketenangan dan kenyamanan konsumen, pelaku usaha harus menampilkan label halal yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui badan yang berwenang. Halal ini berkaitan dengan jaminan kehalalan, yang ditunjukkan dengan adanya sertifikasi halal oleh LPPOM MUI. Selain jaminan pangan yang baik, pemberian jaminan halal akan meningkatkan daya saing produk pangan lokal Indonesia terhadap produk impor yang tidak bersertifikat halal. Jika konsumen Muslim lebih mengikuti aturan konsumsi, ia akan lebih dekat ke jalur konsumsi yang benar. Di era globalisasi ini, sifat kehalalan makanan menjadi kompleks dan perlu ditangani secara serius. Pekerjaan pemeriksaan kehalalan makanan tidak bisa dilakukan sembarangan, membutuhkan ketelitian yang tinggi, perlu memahami asal usul bahan dan pengolahan makanan itu sendiri serta analisis laboratorium tidak bisa dijadikan sebagai andalan dalam menentukan makanan halal.
17 Yuli Mutiah Rambe dan Syaad Afifuddin, “Pengaruh Pencantuman Label Halal pada Kemasan Mie Instan terhadap Minat Pembelian Masyarakat Muslim (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Al-Washliyah, Medan),” Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No. 1, (Desember 2012): 38.
12
Ketentuan yang terpenting terkait dengan bahan yang digunakan adalah pengetahuan yang mendalam tentang bahan itu sendiri. Selain itu perlu untuk menetapkan metode pemeriksaan dan sistem jaminan halal yang sangat handal.
Konsumen akan tertarik dengan produk halal karena indikator label halal menjadi penentu strategi produk dalam pemasaran, sesuai dengan PP No. 69 tahun 1999 .
1) Gambar, hasil peniruan berupa bentuk atau pola dibuat dengan coretan alat tulis.
2) Tulisan, hasil dari menulis diharapkan bisa untuk dibaca 3) Kombinasi gambar dan tulisan merupakan gabungan
yang dijadikan satu bagian.
Namun, berbeda dengan sebelumnya, yang mengeluarkan sertifikat Halal bukan lagi MUI, melainkan BPJPH di bawah Kementerian Agama berdasarkan Pasal 67 Ayat 1 UU JPH 2014.
2. Kualitas Produk
Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi, termasuk daya tahan, kehandalan, presisi, kenyamanan, operasi, perbaikan, dan atribut lainnya. Kualitas adalah kondisi yang terkait dengan produk, layanan, bakat, proses, atau lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Jika suatu produk dapat menjalankan fungsinya maka produk tersebut berkualitas baik. Kualitas adalah faktor terpenting yang mempengaruhi kinerja bisnis. Oleh karena itu, kualitas memiliki keunggulan dalam pemasaran produk. Mengingat kualitas suatu produk sangat erat kaitannya dengan masalah kepuasan pelanggan yang menjadi tujuan dari kegiatan pemasaran perusahaan, maka kualitas produk itu sendiri perlu menjadi perhatian utama perusahaan.18
Dalam perspektif Islam pengambilan keputusan mengenai jenis produk dan bagaimana kualitas produk harus disesuaikan
18 Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), 211.
13
dengan aturan islam. Dalam islam dianjuran untuk melakukan produksi dan relasinya sebagai bagian dari ibadah. Islam menganjurkan dan mendorong proses produksi mengingat pentingnya produksi dalam mempermudah orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Merupakan pengetahuan dasar bahwa pemilik bisnis harus tahu tentang aspek produksi dalam etika bisnis islam. Dijelaskan dalam Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 267.
اَهُّيَآٰ ي ِ يَط ْنِم ا ْوُقِفْنَا ا ْٰٓوُنَم ا َنْيِذَّلا َم ِت ب
ُتْبَسَك ا َرْخَا ٰٓاَّمِم َو ْم ْمُكَل اَنْج
ُهْن ِم َثْيِبَخْلا اوُمَّمَيَت َلْ َو ِۗ ِض ْرَ ْلْا َنِ م
ُت ُقِفْن َل َو َن ْو ِهْيِذ ِخ اِب ْمُتْس ْنَا ٰٓ َّلِْا
ٌّيِنَغ َ هاللّٰ َّنَا ا ْٰٓوُمَلْعا َو ِۗ ِهْيِف ا ْوُضِمْغُت َح
ْيِم د .
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk- buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”19
Ayat di atas menjelaskan bahwa agama Islam Mengajarkan bahwa apabila kita ingin memberikan hasil usaha yang baik berupa barag atau jasa hendaknya kita memberikan yang berkualitas kepada pelanggan dan jangan memberikan suatu yang buruk, karena hal yang buruk mengakibatkan kemudharatan atau tidak memberikan kemaslahatan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Upaya produsen untuk memperoleh maslahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam dalam melakukan pengembangan produknya.
Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terkait pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami. Nilai-nilai Islam yang
19 QS. al- Baqarah [2]: 267. Al-„Aliyy, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2006), hlm. 35.
14
relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalam ekonomi islam yaitu: Khalifah, Adil, Takaful, secara lebih rinci nilai-nilai Islam dalam produksi meliputi :20 a. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan
akhirat.
b. Menepati janji dan kontrak.
c. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran.
d. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis.
e. Memuliakan prestasi atau produktifitas.
f. Mendorong ukhuwah antar sesama pelaku ekonomi.
g. Menghormati hak milik individu.
h. Mengikuti syarat sah dan rukun akad atau transaksi.
i. Berwawasan sosial atau maslahah.
j. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam islam.
Menurut Adianto Indikator Kualitas Produk mempunyai tiga (3) indikator, antara lain sebagai berikut:
a. Performance (Kinerja).
b. Features (Ciri/Keistimewaan Tambahan)
c. Conformance to Specification (Kesesuaian dengan Spesifikasi).
Kualitas produk juga memiliki 8 dimensi pengukuran, yang terdiri dari aspek berikut ini:
a. Kinerja (performance) b. Keragaman produk (features) c. Keandalan (reliability)
20 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan. (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), hlm. 164.
15 d. Kesesuaian (comformance) e. Daya tahan/ketahanan (durability) f. Kemampuan pelayanan (serviceability) g. Estetika (aesthetics)
h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) 3. Harga
a. Pengertian harga
Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Harga merupakan sejumlah nilai (dalam mata uang) yang harus dibayar konsumen untuk membeli atau menikmati barang atau jasa yang ditawarkan.21. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya produk. Jika salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan dan berakibat tidak lakunya produk tersebut di pasar.22
Dalam Perspektif Islam konsep harga menurut Ibnu Taimiyah yaitu harga yang adil pada hakikatnya telah ada digunakan sejak awal kehadiran agama Islam. Di dalam Al- Quran dijelaskan mengenai keadilan dan sangat ditekankan untuk berlaku adil dalam setiap aspek kehidupan umat manusia. Oleh karena itu adalah hal wajar jika keahlian juga diwujudkan dalam aktivitas pasar khususnya harga, dengan ini Rasulullah menggolongkan riba sebagai penjualan yang terlalu mahal yang melebihi kepercayaan konsumen.
Dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Al-baqarah: 278 yang berbunyi:
اَهُّيَآٰ ي َو َ هاللّٰ اوُقَّتا اوُنَم ا َنْيِذَّلا ُرَذ
َم ا ْو َيِقَب ا ِا ا ٰٓو ب ِ رلا َنِم ْمُتْنُك ْن
َنْيِنِمْؤُّم
21 Algamar Putra, Pengaruh Iklan dan Kepercayaan Merek, 4.
22 Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), 227.
16
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”(Al- baqarah: 278).23
Ayat di atas menjelaskan bahwa pengeruh mekanisme pasar dalam islam, memeberikan kebebasan bagi masyarakat untuk ambil bagian dalam menentukan harga, sehingga harga ditentukan oleh kemampuan rill masyarakat dalam memenuhi kebutuahan- kebutuhannya. Islam mengatur keberadan suatu pasar agar tidak merugikan antara pedagang dengan penbeli.
Oleh karena itu diperlukan adanya keterlibatan antara produsan, konsumen dan pemerintah di pasar guna menyamakan persepsinya tentang keberadaan suatu harga.
Bila hal itu tercapai maka mekanisme pasar yang sesuai dengan syari‟ah islam akan berdampak pada :
1) Harga lebih ditenukan oleh mekanisme pasar, dimana mekanisme ini dibentuk masyarakat dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. Bila masyarakat bisa memenuhi kebutuhan dan bukan keinginan semata maka harga pasar cenderung stabil.
2) Bila pasar tidak dapat menjamin kestabilan harga dan harga menjadi merugikan bagi salah satu pihak dalam pasar tersebut (produsan atau konsumen) maka pemerintah harus ikut campur tangan dengan cara mengeluarkan kebijakan- kebijakan langsung yang mempengaruh pasar dengan tujan menjaga keseimbangan perniagaan dalam kehidupan masyarakat.
3) Pemerintah bertanggung jawa dalam menidak pelaku pasar yang cenderung merusak mekanisme pasar dengan membuat ketidak stabilan harga.
b. Tujuan penentuan harga
Penentuan harga yang akan ditetapkan harus
23 QS. al- Baqarah [2]: 278. Al-„Aliyy, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2006), hlm. 37.
17
disesuaikan dengan tujuan perusahaan.24 Di mana tujuan penentuan harga oleh suatu perusahaan secara umum adalah sebagai berikut:
1) Untuk bertahan hidup
Jika tujuan penetapan harga suatu perusahaan adalah untuk bertahan hidup, maka penetapan harga akan semurah mungkin. Tujuannya adalah untuk menawarkan produk atau jasa dengan harga rendah di pasar dan tetap dalam kondisi yang menguntungkan.
2) Untuk memaksimalkan laba
Penentuan harga bertujuan agar penjualan meningkat, sehingga laba menjadi maksimal. Penentuan harga biasanya dapat dilakukan dengan harga murah atau tinggi.
3) Untuk memperbesar atau memperluas marketshare Meningkatkan pangsa pasar berarti meningkatkan jumlah pelanggan. Penetapan harga yang rendah diharapkan dapat meningkatkan jumlah pembeli, dan pembeli pesaing dapat beralih ke produk yang ditawarkan.
4) Mutu produk
Penetapan harga pada kualitas produk adalah untuk memberikan kesan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan berkualitas tinggi atau lebih tinggi dari pesaing. Harga biasanya ditetapkan setinggi mungkin, karena masih dianggap bahwa produk premium adalah produk yang dihargai lebih tinggi dari pesaing.
5) Karena pesaing
Penetapan harga dengan harga pesaing bertujuan agar harga yang ditawarkan lebih kompetitif dibandingkan dengan harga yang ditawarkan pesaing.
Artinya harga suatu produk tertentu dapat melebihi harga pesaing, atau sebaliknya.25
24 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm.191.
25 Kasmir, Kewirausahaan, 192.
18
c. Strategi penetapan harga produk
Besar kecilnya nilai harga yang akan ditetapkan tentunya disesuaikan dengan penentuan harga. Di bawah ini adalah beberapa metode untuk menentukan harga suatu produk.
1) Modifikasi harga dapat dilakukan dengan hal-hal berikut: 26
a) Menurut bentuk produk
Harga ditentukan berdasarkan bentuk atau ukuran produk atau kelebihan yang dimiliki oleh suatu produk.
b) Menurut pelanggan
Harga dibedakan berdasarkan pelanggan utama (primer) dan pelanggan biasa (sekunder).
Pelanggan utama adalah konsumen yang loyal dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Penentuan harga untuk pelanggan utama biasanya relatif lebih murah.
c) Menurut waktu
Harga ditentukan berdasarkan jangka waktu atau periode tertentu. Harga dapat berubah pada waktu tertentu, hari tertentu dan Minggu atau bulan tertentu (musiman).
d) Menurut tempat
Penetapan harga ditentukan berdasarkan lokasi atau wilayah tempat produk atau layanan ditawarkan. Hal ini terjadi karena setiap daerah memiliki daya beli dan tingkat persaingan masing- masing.
2) Strategi penetapan harga produk baru
Strategi penetapan harga produk baru terdiri atas: 27
26 Kasmir, Kewirausahaan, 192-193.
27 Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Strategi Pemasaran (Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2018), 117.
19
a) Penetapan harga dengan penetrasi pasar (market penetration pricing) adalah menetapkan harga rendah bagi produk baru untuk sejumlah besar pembeli dan pangsa pasar yang besar.
b) Penetapan harga memerah pasar, berarti penetapan harga yang tinggi untuk meraup pendapatan maksimum demi lapisan segmen yang bersedia membayar tinggi, perusahaan menghasilkan penjualan yang lebih sedikit, tetapi lebih menguntungkan.
3) Strategi penetapan harga bauran produk
Strategi penetapan harga bauran produk anatara lain, yaitu: 28
a) Penetapan harga line produk (product line pricing) adalah Menetapkan tingkat harga antara produk yang berbeda dalam lini produk berdasarkan perbedaan biaya antara produk, penilaian pelanggan dari berbagai fitur, dan harga pesaing.
b) Penetapan harga paket produk (product bundle pricing) adalah menggabungkan beberapa produk penawaran paket produk dengan harga yang lebih murah.
c) Penetapan harga produk terikat (caplive product pricing) adalah harga produk yang akan digunakan, beserta produk utama seperti film fotografi.
d) Penetapan harga produk sampingan (by product pricing) adalah Penetapan harga produk sampingan untuk membuat produk utama lebih kompetitif e) Penetapan harga produk tambahan (optimal
productpricing) adalah penetapan harga produk tambahan atau pelengkap beserta produk utama.
4. Tingkat Penjualan
a. Pengertian Tingkat atau Volume Penjualan
Volume penjualan adalah hasil penjualan yang
28 Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Strategi Pemasaran, 119.
20
berhasil dicapai oleh suatu perusahaan melalui jumlah produk atau merek suatu perusahaan yang terjual dalam jangka waktu tertentu. Volume penjualan juga merupakan hasil akhir yang dicapai perusahaan dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Volume penjualan tidak memisahkan secara tunai maupun kredit tetapi dihitung secara keseluruhan dari total yang dicapai.
Seandainya volume penjualan meningkat dan biaya distribusi menurun maka tingkat pencapaian laba perusahaan meningkat tetapi sebaliknya jika volume penjualan menurun maka pencapaian laba perusahaan juga menurun.29 Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan menanamkan dapat sebagian dari dananya dalam modal kerja karena modal kerja diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional yang bertumpu pada penjualan.
Aktivitas penjualan memegang peranan yang sangat penting, karena jika penjualan berhasil maka tujuan perusahaan untuk mencapai penjualan yang maksimal juga otomatis tercapai..30 Dalam kegiatan pemasaran yang sangat komplek dan saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya, seperti promosi dan penjualan hendaknya dikelola dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu laba.
Promosi berfungsi untuk meningkatkan volume penjualan juga sebagai strategi untuk menjangkau pembeli untuk melakukan pertukaran. Sedangkan penjualan adalah pemindahan barang dan jasa yang dilakukan oleh penjual.
Pada umumnya perusahaan yang ingin mempercepat proses peningkatan volume penjualan akan melakukan untuk mengadakan kegiatan promosi melalui iklan, personal selling, dan publisitas. Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba
29 Swastha B., Azas-azas Marketing (Yogyakarta: Liberty, 2004), 157.
30 Daryono, Manajemen Pemasaran (Bandung : CV. Yrama Widya, 2011), 153.
21
serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik konsumen sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasikan.
Dalam islam Allah SWT menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba‟. Karena manusia diciptakan untuk saling menbutuhkan satu sama lain, agar mereka dapat saling tolong menolong dalam kebaikan atau untuk kemaslahatan umum. Termasuk dalam kegiatan jual beli.
Seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 275 sebagai berikut:
َن ْوُم ْوُقَي َلْ او ب ِ رلا َن ْوُلُكْأَي َنْيِذَّلَا ِا
َّلْ
ُقَي اَم َك ْيِذَّلا ُم ْو َخَتَي
ُهُطَّب
ُلاَق ْمُهَّنَاِب َكِل ذ ِِۗ سَمْلا َنِم ُن طْيَّشلا ْٰٓو
َّنِا ا ْلا اَم ِ رلا ُلْثِم ُعْيَب ۘاو ب
َف ِۗاو ب ِ رلا َمَّرَح َو َعْيَبْلا ُ هاللّٰ َّلَحَا َو ْنَم
اَج ْوَم ٗهَء ِ بَّر ْنِ م ةَظِع ٖه
ِهاللّٰ ىَلِا ٰٓٗهُرْمَا َو َِۗفَلَس اَم ٗهَلَف ى هَتْناَف َو ِۗ
َداَع ْنَم َا َكِٕى لوُاَف
ُب حْص
َن ْوُدِل خ اَهْيِف ْمُه ۚ ِراَّنلا
Artinya: “orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang- orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”31
Ayat di atas menjelakan bahwa perniagaan atau jual beli merupakan kegiatan yang di ridhai Allah SWT. dan mengambil riba merupakan hal yang diharamkan untuk dimakan. Mengambil riba dalam jual beli tidak hanya merugikan diri sendiri namun juga merugikan orang lain.
31 QS. Al-Baqarah [2]:275.Al-„Aliyy, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2006), hlm. 299.
22
merugikan bagi diri sendiri. Dan dengan perniagaan atau jual beli manusia dapat saling tolong- menolong.
Menurut Kotler dan Kevin Keller (2012) volume penjualan adalah barang yang terjual dalam bentuk uang untuk jangka waktu tertentu dan didalamnya mempunyai strategi pelayanan yang baik. Ada beberapa usaha untuk meningkatkan volume penjualan, diantaranya adalah:
1) Kualitas produk
Kualitas produk sering sekali diperhatikan oleh para konsumen, tidak jarang konsumen lebih memilih mengeluarkan uang lebih demi mendapatkan barang dengan kualitas baik.
2) Harga
Harga merupakan hal pertama yang diperhatikan konsumen selain kualitas produk. Harga sangat berperan dalam meningkatkan volume penjualan.
3) Promosi
Adanya promosi seperti memberikan potongan harga seringkali mengundang para konsumen untuk membeli produk yang member promo tersebut. Tidak bisa dipungkiri barang yang memberikan promosi seperti pemotongan harga atau promo yang gencar lainnya lebih menarik perhatian pembeli.
4) Distribusi
Distribsi atau memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen tentu sangat mempengaruhi peningkatan volume penjualan, dibutuhkan distribusi yang cepat dan tepat agar konsumen bisa membeli barang yang diinginkannya dari produsen.
5) Kualitas Sumber Daya Manusia (Pendidikan dan Pelatihan)
Dalam rekruitmen pegawai, harus ditetapkan criteria khusus seperti kemauan untuk bekerja keras, memiliki komitmen untuk memajukan usaha dan menjunjung tinggi professional kerja. Dalam
23
meningkatkan kualitas sumber daya manusia tentunya membutuhkan pendidikan dan pelatihan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan 1) Kondisi dan kemampuan penjual
Penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua melakukan ransaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas barang jasa yang pada prinsipnya melihatkan dua belah pihak.
2) Kondisi pasar
Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu di perhatikan yaitu jenis pasarnya, segmen pasarnya, daya belinya, frekuensi pembelian, keinginan dan kebutuhan.
3) Modal
Apabila barang yang dijual tersebut belum dikenal oleh calon pembeli, atau apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Semua ini hanya dapat dilakukan apabila penjualan memiliki sejumlah modal yang diperlukan untuk itu.
4) Kondisi perusahaan
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan di tangani oleh bagian tersendiri (bagian penjualan) yang di pegang orang-orang tertentu/ahli di bidang penjualan.
5) Faktor lain
Faktor-faktor lain, seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, sering mempengaruhi penjualan.
c. Indikator Volume atau Tingkat Penjualan
Menurut Philip Kotler ada tiga indikator penjualan dari volume penjualan yaitu mencapai volume penjualan, mendapatkan laba, menunjang pertumbuhan;32
1) Mencapai volume penjualan maksudnya adalah kemampuan peusahaan dalam memperoleh besarnya
32 Ridha Alhalim, Pengaruh Strategi Pemasaran terhadap Tujuan Penjualan pada PT. Danbi Internasional di Kabupaten Garut, (Skripsi, Universitas Pasunda, Bandung, 2015), hlm. 28.
24
jumlah unit produk yang dijual dan sesuai dengan target pencapaian penjualan produk.
2) Mendapat laba maksudnya adalah memperoleh keuntungan dari operasinya atau produk yang terjual.
3) Menunjang pertumbuhan maksudnya dalah menjaga atau mempertahankan volume penjualan, aktiva dan laba.
5. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) a. Pengertian Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Perkembangan sektor usaha kecil dan menengah (UMKM) memberikan arti penting yang melekat pada upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan suatu negara. UMKM merupakan bagian penting dari perekonomian suatu negara atau daerah, tidak terkecuali Indonesia. Pertumbuhan dan perkembangan sektor UMKM ditetapkan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan, terutama bagi negara-negara dengan pendapatan per kapita yang rendah.33
UMKM juga berperan penting dalam perekonomian di Indonesia. UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99%
dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit. Pada saat krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998 UMKM lah yang relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar, karena sebagian usaha berskala kecil tidak terlalu tergantung pada modal besar atau pinjaman dari luar dalam mata uang asing., suatu perusahaan berskala besar secara umum selalu berurusan dengan mata uang asing sehingga ada fluktuasi nilai tukar dan paling berpotensi mengalami imbas krisis.34
b. Ciri-Ciri UMKM
Ciri-ciri usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
33 Dimas Hendika Wibowo, Zainul Arifin, Sunarti, “Analisis Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM,” Jurnal Administrasi Bisnis Vol.29 No.1 (Desember 2015): 60.
34 Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), (Jakarta: Kerja Sama LPPI Dengan Bank Indonesia, 2015), 5.
25 antara lain sebagai berikut:
1) Ciri-ciri Usaha Mikro
a) Jenis komoditi atau barang usahanya tidak selalu tetap yang sewaktu waktu dapat berganti.
b) Tempat usahanya tidak menetap yang sewaktu- waktu dapat pindah tempat.
c) Tidak menerapkan pengelolaan keuangan yang sederhana dan tidak memisahkan keuangan rumah tangga dan perusahaan.
d) Tingkat pendidikan relatif rendah.
e) Biasanya tidak ada izin usaha atau persyaratan hukum lainnya, termasuk NPWP
f) Biasanya tidak dapat mengakses bank, tetapi beberapa lembaga keuangan selain bank dapat diakses.35
2) Ciri-ciri Usaha Kecil
a) Produk/jenis produk yang dibudidayakan umumnya bersifat tetap dan tidak mudah berubah.
b) Tempat usaha/tempat usaha umumnya tetap dan tidak berpindah-pindah.
c) Pada umumnya salah dalam melakukan pengelolaan administrasi keuangan walaupuni masih sederhana, tetapi keuangan perusahaan mulai terpisah dari keuangan keluarga.
d) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan hukum lainnya. Termasuk NPWP.
e) Wirausahawan sudah memiliki pengalaman dalam berwirausaha
f) Beberapa orang memiliki akses ke bank dalam hal kebutuhan modal.
g) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen
35 Siska Maya, “Strategik Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Guna Menghadapi Tantangan di Era Mea,” Jurnal: Ekonomika dan Manajemen Vol.6 No.2 (Oktober 2017): 160.