PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN INSTITUT ILMU AL-QUR'AN (IIQ) JAKARTA. Apabila ternyata penulisan skripsi ini kemudian menjiplak atau menjiplak karya orang lain, maka saya bersedia bertanggung jawab dan bersedia menerima sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Institut Ilmu Al-Qur'an Jakarta. . MA dan Ka Mamlu'atun Nafisah, S.Th.I, MA, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT) Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta, yang selalu menggelorakan semangat siswa untuk menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan selalu bersedia memberikan nasehat untuk menjadi siswa yang lebih baik.
Arbiyah Mahfudz, S.Th.I, Kak Rifdah Farnidah, S.Ag dan seluruh pengajar tahfiz yang selalu sabar mengukuhkan ayat demi ayat ketika lidah mulai kesulitan melantunkan ayat-ayat Alquran. Pak. dan Ibu dosen Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada seluruh mahasiswa dan menyaksikan keberhasilan mahasiswa dalam meraih gelarnya. Sahabat seperjuangan yang selalu mengingatkanmu ketika kamu lupa dan memberikan motivasi ketika api semangat mulai padam;
Kepada saudara-saudaraku yang selalu memberikan semangat dan doa kepadaku agar semua yang aku hadapi berjalan lancar; Transliterasi Arab-Latin mengikuti pedoman yang digunakan dalam petunjuk praktikum penulisan skripsi di Institut Ilmu Al-Qur'an Jakarta (IIQ).
Konsonan
Vokal
Kata Sandang
Namun pada dasarnya Qirâ'ât berkaitan dengan tata cara membaca Al-Qur'an. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah peneliti mencoba menjelaskan penafsiran Ath-Thabarî terhadap Qirâ'ât „Âshim dalam cerita Hafsh dan Qirâ'ât Nâfi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Ath-Thabarî memaknai Qirâ'ât „Âshim Ath-Tabarî dalam cerita Hafsh dan Qirâ'ât Nâfi dalam cerita Warsy dalam surat An-Nisâ‟ dan Al-Mâidah.
Al-Qur'an ini menempati posisi sentral, tidak hanya dalam perkembangan dan evolusi ilmu-ilmu keislaman, namun juga menjadi inspirasi dan panduan gerakan umat Islam sepanjang seribu lima ratus tahun sejarah gerakan umat ini. Mengingat kedudukan dan peran Al-Qur'an1, maka pemahaman dan penafsiran memegang peranan yang sangat penting dalam kelangsungan hidup umat Islam. Ilmu yang dicakup dalam bahasa Arab cukup banyak dan luas, salah satunya adalah ilmu Qirâ‟ât.3 Ilmu Qirâ‟ât yang tidak lepas dari tafsir Al-Qur'an.
Imam As-Suyuthi mengatakan bahwa syarat ke 8 bagi seseorang yang ingin menafsirkan Al-Qur'an adalah harus mengetahui ilmu Qirâ'ât.4. Perlu diketahui bahwa perbedaan versi Qirâ'ât Al-Qur'an tersebut terkadang berkaitan dengan isi lafaznya dan terkadang berkaitan dengan bahasa atau dialek bahasa. Perbedaan Qirâ'ât yang berkaitan dengan substansi pengucapannya dapat menimbulkan perbedaan makna, sedangkan perbedaan Qirâ'ât yang berkaitan dengan dialek kebahasaan tidak menimbulkan perbedaan makna seperti bacaan tashîl, imâlah, taqlîl, tarqîq, tafkhîm dan seterusnya.7.
Al-Qur'an diturunkan melalui bacaan yang berbeda-beda, sebagian besar umat Islam menggunakan riwayat Hafsha Qirât Imam 'Âshim sebagai kriteria dalam menafsirkan Al-Qur'an, sehingga jarang sekali mereka menafsirkan Al-Qur'an yang bergerak. ke Qirat Kedua. Disini menurut penulis perlu dikaji qira'at lain selain qira'at sejarah Hafsh “Ȃsima”, dimana qira’at sejarah ini merupakan kira’at yang diketahui masyarakat awam, sedangkan banyak Qira’at lainnya. Masih belum menyadarinya. . Di antara jenis-jenis Qirâ‟ât tersebut, penulis fokus pada sejarah Qirâ‟ât „Ȃshim Hafsh, yang mana Qirâ‟ât ini sangat banyak digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia, dan untuk Qirâ‟ât lainnya penulis mengambil Qirâ‟ât Nâfi` sejarah Warsy, karena Qirâ‟ât di. Hal ini masih terjadi di kalangan umat Islam di Aljazair, Maroko, Sudan, Mauritania, 9 Kamerun, Senegal, Niger, dan lain-lain. 10.
Seperti kata Ibn Taimiyyah, perbezaan Qirâ‟ât mempengaruhi makna dan tafsiran dalam Al-Qur`an. 9 Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-Qur`an Penyeji Kehidupan, (Jakarta: PT Qaf Media Kreativa, 2017), Cet. 4 Ath-Thabari adalah salah seorang imam dan pemimpin umat, kata-katanya boleh dijadikan hukum dan pendapatnya sebagai rujukan11 dan juga Ath-Thabari dalam peranannya sebagai mufassir, yang menjadikan Qirât sebagai alat penting dalam penafsiran. Al-Qur'an.12 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik dengan tajuk "Pentafsiran Ath-Thabarî tentang Riwayat Qirât `Âshim Hafsh dan Riwayat Qirât Nâfi` Warsy dalam Surah An-Nisâ dan Al-Mâidah".
Identifikasi Masalah
Pembatasan dan Perumusan Masalah
5, disini peneliti akan mengambil dua orang imam Qirâ'ât saja dengan mengambil narator dari masing-masing imam Qirâ'ât yaitu Imam “Âshim dalam riwayat Hafsh dan Imam Nafi” dalam riwayat Warsy dalam ilmu Qirâ‟ât ada dua aturan, yaitu aturan umum (ُْةَّيِلْوُصُْلْاْ ْتاَدِعاَقلا) dan aturan khusus (ِْفْوُرُْلْاْ َُشْر tidak akan membahas dua aturan umum), ّيِلْوُصُ ْلْاْ ْتاَدِعاَقلا). Dari batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu: “Bagaimana penafsiran Ath-Thabarî terhadap Qirâât `Âshim Riwayat Hafsh dan Qirâât Nâfi` Riwayat Warsy dalam Surat An - Nisâ dan Al-Mâidah?”.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Skripsi yang disusun oleh Ririn Zakia IIQ Jakarta dengan judul “Implikasi Qirâ'ât Sab„ah Terhadap Tafsir. Dalam skripsi ini dapat disimpulkan bahwa Asy-Syinqithî menganggap Qirâ'ât Sab„ sebagai instrumen dalam penafsirannya. beberapa ayat Asy-Syinqithî yang mencantumkan perbedaan Qirâ'ât.
Dalam tesis ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya beberapa Qirâ‟ât tidak berarti seluruh bacaan Al-Quran dipengaruhi oleh keberagaman bacaan yang ada. Tafsir al-Qurthubî terkadang juga mendukung kedua Qirâ'ât, terkadang hanya mendukung salah satunya. Qirâ'ât yang dijelaskan oleh tafsir al-Qurthubî tidak hanya Qirâ'ât mutawatir tetapi juga Qirâ'ât Syâdzdzah.
Namun terkadang beliau hanya menjelaskan dan tidak menjelaskan Qirât mana yang dipilihnya dalam penafsirannya. Persamaan pernyataan Asna Fitriya Ningsih dengan pernyataan yang akan diteliti berkaitan dengan pengaruh Qirâ‟ât terhadap penafsiran Al-Qur'an. Kemiripan pernyataan Maria Ulpah Ningsih sama dengan pembahasan pengaruh Qirâ‟ât terhadap penafsiran Al-Qur'an.
9 terdapat penelitian tentang Qirâ‟ât yang digunakan dalam tafsir Tarjumân Al-Mustafîd dan kitab tafsir yang dikaji dalam skripsi ini berbeda dengan skripsi yang akan kita pelajari. Skripsi yang disusun oleh Siti Khadijah IIQ Jakarta dengan judul “Dampak Perbedaan Qirâ‟ât Terhadap Tafsir Ayat Ahkam (Studi Banding Tafsir Surah al-Baqarah pada Kitab Jâmi` al-Bayân fi Ta`wîl Al- Al-Qur’an karya Muhammad bin Jarîr ath-Thabarî dengan kitab al-Bahr al-Muhîth karya Abû Hayyân al-Andalûsî)” pada tahun 2015. Terdapat perbedaan Qirâ‟ât mutawatirâh pada ayat-ayat hukum yang terdapat pada surah al-Baqarah.
10 keseluruhan Qirâ‟t mutawatirâh, manakala dalam tesis yang akan diteliti hanya diambil dua riwayat Qirâ‟t mutawatirâh.
Teknik dan Sistematika Penulisan
Bab Kedua, Gambaran Umum Qirâ‟ât, Sejarah Qirâ‟ât, Profil Imam Qirâ‟ât „Âshim Sejarah Hafsh dan Qirâ‟ât Imam Nâfi „ Sejarah Warsy dan. Pada bab ketiga, diuraikan profil singkat Ath-Thabarî, sejarah hidup dan karyanya, profil kitab tafsir Ath-Thabarî, ciri-ciri dan metode penulisan kitab, serta pandangan Ath-Thabarî tentang Qirâ‟. pada. Pada bab keempat, penulis membahas bagian terpenting dari pembahasan tulisan ini, yaitu akan membahas tafsir Ath-Thabarî terhadap Sejarah Qirâat `Âshim Hafsh dan Sejarah Qirâât Nâfi` Warsy dalam Surah An-Nisâ dan Al-Mâidah.
Warsy) artinya “saling bertanya”. memiliki arti “landasan hidupmu”. mempunyai arti yang sama dengan bertawakal kepada Allah, yaitu. mempunyai arti yang sama dengan bertawakal kepada Allah, yaitu. mempunyai arti “kalau ada skala amalnya atau ada kebaikannya”. mempunyai arti “Orang-orang mukmin berkata dengan heran kepada mereka atas kebohongan, kemunafikan dan kesombongan yang mereka lakukan di hadapan Allah.” Jika kalian melakukan perdagangan antara kalian dengan persetujuan bersama, maka cara ini halal bagi kalian.” لََخْدَّم (Warsy) artinya “..dan kita memasuki tempat yang mulia (surga)”, maksudnya adalah “mereka memasukinya dengan kemuliaan”.
Surat Al-Mâidah ayat 95 dalam lafaz ُْلْثِّمٌْءآَزَجَف (Hafsh) mempunyai arti “harus mengeluarkan denda dengan membayar hewan ternak sebanding dengan hewan yang dibunuh”. لْثِّم mempunyai arti “yang wajib bagi orang yang membunuh hewan buruan adalah membayar denda dengan hewan ternak yang sama dengan hewan buruan yang dibunuhnya”. Adapun 98 ketentuan yang diterangkan Allah dalam ayat ini adalah bertaubat berupa hadyu dengan hewan sejenis yang kemudian dibawa ke Ka'bah, makanan kaffarat atas amalnya, atau puasa sesuai dengan makanan yang akan diberikan.
SARAN
Al-Qur`ân Al-Karîm bi Arasmi Al-Utsmâni Bi Riwayati Hafsh „an-„Âshim, Dar As-Salâm, t.t. Al-Qur`an dalam pra-vod berikutnya, sebelum ini digunakan kajian dalam teks, Bandung: PT Sygm Examedia Arkanlema, 2011. al-Qurthubî, tahaqîq.
أمر الدين، "الكشف عن التفسير الجامع" البيان في تفسير القرآن كاريا الطبري"، في مجلة الشهادة، المجلد الأول. 2 أكتوبر 2014 جاكرتا: مكتبة عزام، 2007.
Ath-Thabarî, Abu Ja„far, Jâmi„ al-Bayân fi Ta‟wîli Al-Koranen, muhahiq. Ath-Thabarî, Abu Ja„far, Jâmi„ al-Bayân fi Ta‟wîli Al-Koranen, muhaqiq. At-Tamîmî, Ibnu Mundzir, Tafsir Al-Qur`an Al-„Adzîm li Ibnu Abî Hâtim, muhaqiq.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Tafsir, Jakarta: Lentera Abadi, 2010 Didik Suharyo, Keajaiban Surat Al-Quran, Ciputat: CV Sapta. Muhammad, Ahsin Sakho, Buku 1 Modul Pembelajaran Sains Qirâ‟ât, Tangerang: Lembaga Sains Al-Qur'an Jakarta Press, t.t. Hafalan dan Terjemahan Al-Qur'an, Jakarta: Almahira, 2016 Romlah Wdayati, dkk, Ilmu Qirâ'ât, Ciputat: IIQ Press, 2015.
Suratmaputera, Ahmad Munif, Nida` Al-Qur`an Studiejoernaal Wanita Al-Qur`an, Tangerang: Instituut vir Al-Koran-studies Jakarta, 2013.