• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN ... - repository iiq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN ... - repository iiq"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN INSTITUT ILMU AL-QUR'AN (IIQ) JAKARTA. Pak. dan Ibu dosen Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada seluruh mahasiswa dan menyaksikan keberhasilan mahasiswa dalam meraih gelarnya. Transliterasi Arab-Latin mengikuti pedoman yang digunakan dalam petunjuk praktikum penulisan skripsi di Institut Ilmu Al-Qur'an Jakarta (IIQ).

Konsonan

Vokal

Kata Sandang

Namun Qirâ‟ât pada dasarnya berkaitan dengan tata cara membaca firman Al-Quran. Imam As-Suyuthi mengatakan syarat ke 8 bagi seseorang yang akan menafsirkan Al-Qur'an adalah harus mengetahui ilmu Qirâ‟ât.4. Sebagaimana dikemukakan Ibnu Taimiyyah, perbedaan Qirâ'ât mempengaruhi makna dan penafsiran Al-Qur'an.

Identifikasi Masalah

Ath-Thabari adalah salah seorang imam dan pemimpin umat, perkataannya boleh dijadikan hukum dan pendapatnya boleh dijadikan rujukan11 dan juga Ath-Thabari dalam kapasitinya sebagai ahli tafsir, menjadikan Qirâ'ât sebagai alat penting. dalam pentafsiran Al-Quran.12 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil tajuk “Tafsiran Ath-Thabarîs terhadap Qirâât `Âshim Hafsh History and Qirât Nâfi` Warsy History in Surah An-Nisâ and Al-Mâidah” .

Pembatasan dan Perumusan Masalah

5, disini peneliti akan mengambil dua orang Imam qirâ‟ât saja dengan mengambil satu narator dari masing-masing Imam qirâ‟ât yaitu Imam “Âshima dalam riwayat Hafsh dan Imam Nafi” dalam riwayat Warsy dalam ilmu Qirâ‟ât ada dua kaidah yaitu kaidah umum (ُْةَّيِلْوُصُْلْاْ ْتاَدِعاَقلا) dan kaidah khusus (ِْفْوُرُْلْاْ ُشْرَ ف), dari kedua kaidah tersebut penulis tidak akan membahas kaidah umum (ُْة َّيِلْوُصُْلْاْ ْتاَدِعاَقلا),. Dari batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu: “Apa tafsir Ath-Thabarî terhadap Qirâât `Âshim dari riwayat Hafsh dan Qirâât Nâfi` dari riwayat Warsy dalam Surat An - Nisâ dan Al-Mâidah?".

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tinjauan Pustaka

Dalam tesis ini dapat disimpulkan bahwa Asy-Syinqithî memandang Qirâ‟ât Sab„ sebagai instrumen dalam penafsirannya. Dari beberapa ayat saja sudah jelas bahwa Asy-Syinqithî menyebutkan perbedaan Qirâ‟ât. Terdapat perbedaan Qirâ‟ât mutawatirâh pada ayat-ayat hukum yang terdapat dalam surat al-Baqarah.

Teknik dan Sistematika Penulisan

Ilmu yang membincangkan tatacara melafazkan kalimah-kalimah al-Quran dan cara penyampaiannya, kedua-duanya disepakati (ulama al-Quran) dan diperselisihkan, menisbahkan setiap aspek bacaan kepada seorang Imam. Qirâ'ât 18. Maksudnya: "Qirâ'at ialah ilmu tentang cara mengamalkan perbendaharaan kata al-Quran dan perbezaan bergantung kepada perawi." 20. Maksudnya: “Ilmu al-Quran ialah ilmu mengetahui lafaz perbendaharaan kata al-Quran, yang disepakati dan diperselisihkan perawinya, seperti hadzf, itbat, tahrik (usaha), kewajipan. , fashl, washl, ibdâl dan lain-lain yang diperoleh melalui sima."21.

Sejarah Perkembangan dan Penyebaran Ilmu Qirâ‟ât

Pada zaman ini lahirlah Qirâ‟ât Al-Qur`an sesuai dengan wahyu Al-Qur`an oleh malaikat Jibril. Maka tidak hairanlah ramai sahabat yang menghafal al-Quran secara serentak sebagai ahle Qirâ‟ât. Pada masa inilah Qirâ‟ât Al-Quran yang dibangunkan dan didirikan ialah Qirâ‟t Imam Tujuh.

Dasar-Dasar Keragaman Qirâ‟ât

Apabila Hisyam selesai solat, Umar segera menarik selendangnya dan Umar bertanya tentang bacaan yang dibaca Hisyam, Hisyam menjawab bahawa itu adalah bacaan daripada Rasulullah. Apabila Tamim melafazkan hamza pada satu perkataan dalam al-Quran yang tidak disebut oleh Quraisy, Rasulullah membenarkannya kerana itulah cara Tamim menggunakan dan menyebutnya. Kodifikasi Al-Qur'an, di mana manuskrip Al-Qur'an ditulis tanpa tanda baca dan titik.

Macam-Macam Qirâ‟ât Ditinjau Dari Segi Sanad

Penelitian dan pengujian dilakukan menurut aturan dan kriteria yang disepakati oleh para ahli Qirâ‟ât. Qirâ‟ât apa pun yang sesuai dengan kaidah nahwu (bahasa), sesuai dengan rasm (kitab suci) Mushaf Utsmani dan mempunyai sanad shahih adalah (termasuk) Al-Qur'an. Ini adalah tiga pilar (penerimaan Qiâât). Jika ada salah satu rukun yang cacat, maka Qirâ‟âtnya pasti Syadz, meskipun ada di Qiâât Sab`ah.”40.

Ketujuh Qirâ‟ât ini dipopulerkan oleh Abu Bakar Ibnu Mujahid (w tentu saja banyak sekali murid-murid yang meriwayatkan dan meneruskan Qirâ‟ât gurunya hingga sampai di kita. Namun dalam disiplin Qirâ‟ât dimulai oleh 'Amr Ad-Dânî (w. 444 H/1052 M) dan dilanjutkan oleh Imam As-Syâthibî (w. 590 H/1193 M) yang merupakan murid `Amr Ad-Dânî, hanya mengambil 2 (dua) orang perawi dari masing-masing Qirâ‟ ât Imam In Selain ketujuh Imam Qirâ‟ât tersebut, ulama memilih 3 (tiga) Imam lainnya yang Qirâ‟âtnya benar dan mutawatîr, yaitu Abû Ja’far, Ya’qub dan Khalaf.

Ketiga-tiga Imam Qirâ‟ât ini ditambah dengan Tujuh Imam Qirâ‟ât di atas biasanya disebut sebagai Sepuluh Qira‟ât atau Sepuluh Imam Qirâ‟ât (Qirâ‟ât „Asyr). Kira'ât ini masyhur dalam kalangan ulama Kira'ât dan mereka tidak melihatnya sebagai Kira'ât yang salah.49. Al-Kirâ‟ât as-Sab„ (ُْعْبَّسْلْ ُتاَءاَرِقْلا) ialah Qira‟at yang diturunkan oleh tujuh Imam Qira‟at yang dikemukakan di atas.

Asyrah ditambah empat Imam Qirâ'ât, yakni Qirâ'ât Hasan Bashri, Qirâ'ât Ibn Muhaisihin, Qirâ'ât Yahyâ al-Yazîdî og Qirâ'ât al-Syanabudz.

اللَْءاَش

Profil Singkat Imam Qirâ‟ât „Âshim Riwayat Hafsh dan Imam Qirâ‟ât Nâfi„ Riwayat Warsy

  • Riwayat Hidup Ath-Thabarî
  • Guru dan Murid Ath-Thabarî
  • Kitab-Kitab Karya Ath-Thabarî
  • Latar Belakang Penulisan Tafsir
  • Metode dan Corak Penafsiran
  • Sistemantika Penulisan Tafsir Ath-Thabarî
  • Sumber dan Referensi Penafsiran

Ibnu Jarir Ath-Thabarî, bernama lengkap Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Katsir bin Ghalib, Abu Ja`far. Ketika Al Khaqani menjadi menteri, ia mengirimkan banyak dana kepada Ath-Thabarî, namun Ath-Thabarî menolak menerimanya. Demikianlah Ath-Thabarî membekali dirinya dengan ilmu dan budi pekerti agar ia layak menjadi guru dalam berbagai disiplin ilmu.

Selain mengajar hadis, Ibnu Humaid mengajarkan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW.102 Pada tahun 241 H, Ibnu Jarir Ath-Thabari pergi ke Baghdad untuk mempelajari ilmu fiqh daripada Imam Ahmad bin Hanbal. Namun sayangnya beliau tidak sempat berjumpa kerana Imam Ahmad bin Hanbal meninggal dunia sebelum Ibn Jarir Ath-Tabarî tiba di kota tersebut. Walaupun Ibn Jarir Ath-Tabarî tidak sempat bertemu dengan Imam Ahmad bin Hanbal, ini tidak membuatnya berhenti dalam perjalanan intelektualnya, 103 semangatnya yang membara mengatasi jarak perjalanan.

Kedalaman ilmu yang dimiliki oleh Ibn Jarir Ath-Thabarî mendorong manusia untuk berlomba-lomba untuk meliputi keluasan ilmu yang dimiliki oleh Ibn Jarir Ath-Thabarî. 108 Amarudin, "Menyingkap Tafsir Jami„ al-Bayan fi Tafsir Al-Qur`an Karya Ath- Thabarî", dalam Jurnal Syahadah, Jil. Bidang Tafsir, Jami` al-Bayan fi Tafsir Al-Qur`an atau sering disebut Tafsir Ath-Thabarî.

Tafsir Ath-Thabarî merupakan kitab tafsir yang sangat terkenal, bahkan dianggap sebagai induk dari kitab tafsir lainnya. Sementara itu, kitab tafsir Ath-Thabarî melangkah lebih jauh, yakni tidak hanya menyajikan sejarah, namun juga kritik. Biasanya Ath-Thabarî mengawalinya dengan menentukan dan membatasi tema yang akan dibicarakannya, baik dalam bentuk syair.

Pandangan Ath-Thabarî Tentang Qirâ‟ât

  • Farsy al-Huruf Bacaan Qirâ‟ât Imam Nâfi„ riwayat Warsy dalam Surat An-Nisâ

Ayat pertama lafaz Qirâ'ât imam „Âshim riwayat Hafsh membaca tanpa tasydîd pada huruf sîn dan tawasuth (4 kalimah) pada gal muttashil. Sementara itu, Qirâ'ât Imam Nafi, riwayat Warsy dibaca menggunakan tasydîd pada huruf sîn dan thûl (6 gerakan) pada gal muttashil. Ayat ke-5 tentang lafaz Qirâ'ât Imam „Âshim riwayat Hafsh dibaca menggunakan alif selepas huruf ya‟.

Ayat ke-29 tentang pernyataan Qirâ‟ât Imam „Âshim kisah Hafsh membaca fathah pada huruf ta‟ mabathah. Ayat ke-31 tentang pernyataan ًْلََخْد ُّْم: Qirâ‟ât imam „Âshim Kisah Hafsh berbunyi dengan dhammah pada huruf mîm. Ayat ke-40 tentang lafaz ًْةَنَسَح: Qirâ‟ât imam „Âshim-riwayat Hafsh yang membaca fathahtain pada huruf ta‟.

Ayat 94 tentang Lafaz َْم ْ َلَّسل ﭐ : Imam Qirâ‟ât “Riwayat Âshima Hafsh menggunakan alif selepas huruf lâm. Ayat 140 tentang Lafaz َْلَّزَ ن : Riwayat Qirâ‟ât imam „Âshim tentang Hafsh membaca fathah pada huruf nun dan zai. Manakala Qirâ'ât Imam Nafi, riwayat Warsy membaca dhammah bagi huruf nun dan kasrah bagi huruf zai.

Ayat ke 145 tentang lafaz ِْكْرَّدل ﭐ: Qirâ‟ât imam „Âshim riwayat Hafsh yang membaca sukun pada huruf ra‟.

لِصَّتُمْلا

سل (ﭐ )َمَل

كَرَّدل ﭐ

Farsy al-Huruf Bacaan Qirâ‟ât Imam Nâfi„ Riwayat Warsy dalam Surat Al-Mâidah dalam Surat Al-Mâidah

Sedangkan Imam Nafi meriwayatkan bacaan Qirâ'ât Warsy tanpa menggunakan tanwin pada huruf hamzah dan thûl (6 gerakan) pada mal muttashil. Ayat ke-95 tentang lafaz ُْلْثِّم: Qirâ‟ât imam „Âshim riwayat Hafsh membaca dhammah pada huruf lâm. Ayat ke 95 tentang lafaz ٌْةَر ْ َّفَك: Qirâ‟ât imam „Âshim riwayat bacaan Hafsh dengan dhammahtain pada huruf ta‟ mabathah.

Ayat ke-95 tentang lafaz ُْماَعَط: Qirâ‟ât imam „Âshim, riwayat Hafsh membaca dengan bantuan dhammah pada huruf mîm. Ayat ke-107 tentang lafaz َّْقَحَتْس ﭐ: Qirâ‟ât imam „Âshim riwayat Hafsh yang membaca fathah pada huruf ta‟ dan membaca kasrah pada hamzah washal. Sementara itu, Qirâ'ât Imam Nafi menceritakan bahawa Warsy membaca dhammah pada huruf ta' dan membaca dhammah pada hamzah washal.

لوُقَ ي ْ(

رْسَك ْ ال

ماَعَط ْ(

لَصَوْلا

ءاَّتلا اَْو

نِإَوِْءا

Analisis Penafsiran Ath-Thabarî Terhadap Qirâ‟ât Nâfi„ Riwayat Warsy dan Qirâ‟ât Âshim Riwayat Hafsh dalam Surah An-Nisâ

Menurut Abu Ja„far: Gebruik de Qirâ„ât om te beginnen met de andere persoon die nog leeft. 123 Abu Ja'far Ath-Thabarî, Jâmi' al-Bayân fi Ta'wîli Al-Qur'an, muhaqiq. 128 Abu Ja'far Ath-Thabarî, Jâmi' al-Bayân fi Ta'wîli Al-Qur`an, terj.

Menurut para ahli Qirâ‟ât, terdapat perbedaan pembacaan ayat diatas pada pengucapan ٍْت َّنَجْ ُوْلِخْدُي yang artinya “Allah pasti akan. Nafi„ dan Ibnu „Âmir membaca dengan bantuan huruf nun sebagai ٍْوْلِخْدُن sedangkan Para Imam Qirâ‟ât ‟ât yang lain membaca dengan ya‟. Pada ayat di atas, sebagaimana pada ayat 13, para ulama Qirâ‟ât berbeda pendapat dalam membaca lafaz اًرَنَ ْ ُْوْلِخْدُي yang mempunyai makna.

Sesungguhnya Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka",136 pada lafaz ْوْلِخْدُي Imam Nafi" dan Ibnu "Âmir membaca menggunakan huruf nun menjadi ْوْلِخْدُن manakala Imam Qirâ‟â'â'â'†™ membaca menggunakan ya‟. Dalam hal ini, Ath-Thabarî meyakini bahwa dua bacaan tersebut adalah Qirâ'ât, yang masyhur di kalangan umat Islam. Sedangkan jumhur ulama Qirât di Madinah merafa'-dapat perkataan ةَنَسَلْا, kemudian maknanya. ialah, "jika ada kebaikan".

Jumhur ulama Qirâ‟ât membacanya dengan gerakan dhammah pada huruf nun dan tasydid pada huruf zai menjadi ْْمُكْيَلَعَْلِّزُ نْدَقَو. Sebahagian besar Qirâ‟ât Madinah dan Basrah membacanya dengan fathahing huruf ra. Sebahagian ulama Qirâ‟t di Iraq membacanya dengan huruf waw, menjadikan me-rafa‟-kan pada lafaz ُْلوُقَ ي.

اَزَلجا

SARAN

Al-Qur`ân Al-Karîm bi Arasmi Al-Utsmâni Bi Riwayati Hafsh „an-„Âshim, Dar As-Salâm, t.t. Al-Qur'an dan terjemahannya ditambah dengan kajian Ushul Fiqh dan ringkasan ayat, Bandung: PT Sygm Examedia Arkanlema, 2011. Al-Qurthubî, Syamsuddin, Al-Jâmi„ li Ahkami Al-Qur`ân al- Masyhur bi Tafsîr al-Kurthubî, tahkik.

Amarudin, “Mengungkap Tefsir Jami„ el-Bayan fi Tefsir Al-Kur`an Karya Eth-Thabarî”, dalam Jurnal Syahadah, vëll. Eth-Thabarî, Ebu Xha„fer, Xhami“ el-Bejan fi Ta‟wîli El-Kur`an, muhahik. Eth-Thabarî, Ebu Xha„far, Xhami“ el-Bejan fi Ta‟wîli El-Kur`an, muhakik.

At-Tamîmî, Ibnu Mundzir, Tafsir Al-Quran Al-„Adzîm li Ibnu Abî Hâtim, muhaqiq. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Tafsir, Jakarta: Lentera Abadi, 2010 Didik Suharyo, Keajaiban Surat Al-Quran, Ciputat: CV Sapta. Muhammad, Ahsin Sakho, Buku 1 Modul Pembelajaran Sains Qirâ‟ât, Tangerang: Lembaga Sains Al-Qur'an Jakarta Press, t.t.

Suratmaputera, Ahmad Munif, Majalah Pengajian Al-Qur'an Wanita Nida` Al-Qur`an, Tangerang: Institut Pengajian Al-Qur'an Jakarta, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Konsep pembinaan mental dikemukakan oleh ulama besar yang terkenal di Indonesia, yaitu Imam al-Gazali. Dengan dipengaruhi oleh pemikiran Phytagoras, Imam al-Gazali

Pertama, kekerasan seksual baik dilakukan di luar perkawinan maupun di dalam perkawinan, hukumnya haram. Kedua, perkosaan dan perzinahan adalah dua hal yang sama-sama

Tindakannya ini berdasarkan hadis Nabi yang mengatakan bahwa “Quran diturunkan dalam tujuh huruf.” Tapi, sebagian ulama menolak pilihan Ibn Mujahid dan

Beliau diuji dengan penyakit keras yang membuatnya kurus dan lemah sampai diibaratkan seperti jasad yang tergeletak di atas kursi.13 Senada dengan penjelasan dalam Shafwatut Tafâsîr,

i PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi yang berjudul “PERAN BACAAN AL-QUR’AN BI AN-NAGHÂM TERHADAP TADABBUR MAKNA AL-QUR’AN Studi Kasus di Institut Ilmu Al-Qur’an IIQ Jakarta” yang

Namun dengan begitu, buku ini sudah sedikit memberi kontribusi untuk skripsi yang akan penulis teliti.23 Selanjutnya sebuah penelitian tesis karya Lukman Hakim yang berjudul “Analisis

Namun dengan begitu, buku ini sudah sedikit memberi kontribusi untuk skripsi yang akan penulis teliti.23 Selanjutnya sebuah penelitian tesis karya Lukman Hakim yang berjudul “Analisis

Sedangkan sumber sekunder yang akan menjadi penelitian ini adalah berupa kamus-kamus bahasa Arab, antara lain Lisan al-Arab, al-Furuq al-Lug`awiyah, Mu‟jam Mufradat al-Faz al-Qur‟an,