• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Self Efficacy Mahasantri Terhadap ... - repository iiq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Tingkat Self Efficacy Mahasantri Terhadap ... - repository iiq"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

Kemampuan Tahfizh Al-Qur`an

(Studi Kasus di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta) Skripsi Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Laila Mufidah NIM. 14311371

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA TAHUN 2018 M/ 1439 H

(2)

Kemampuan Tahfizh Al-Qur`an

(Studi Kasus di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta) Skripsi Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Laila Mufidah NIM. 14311371 Pembimbing:

Siti Shopiyah, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA TAHUN 2018 M/ 1439 H

(3)

i

Skripsi dengan judul judul “Tingkat Self Efficacy Mahasantri Terhadap Kemampuan Tahfizh Al-Qur`an” (Studi Kasus di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang disusun oleh Laila Mufidah Nomor Induk Mahasiswa 14311371 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, 08 November 2018 Pembimbing,

Siti Shopiyah, MA

(4)

ii

Kemampuan Tahfizh Al-Qur`an” (Studi Kasus di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

Yang disusun oleh Laila Mufidah dengan NIM 14311371 telah diajukan pada sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd) pada program studi Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 08 November 2018 Dekan Fakultas Tarbiyah

Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag Wasmini

Penguji I Penguji II

Sri Tuti Rahmawati, MA Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag Pembimbing

Siti Shopiyah, MA

(5)

iii Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Laila Mufidah

NIM : 14311371

Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 16 April 1995

Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Tingkat Self Efficacy Mahasantri Terhadap Kemampuan Tahfizh Al-Qur`an” (Studi Kasus di Institut Ilmu Al- Qur`an (IIQ) Jakarta adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan- kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 08 November 2018

Laila Mufidah NIM. 14311371

(6)

iv





















karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan,Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(7)

v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.

Yang Maha Pengasih tak pilih kasih, Maha penyayang yang tak pandang sayang, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan ummat, juru syafaat, Nabi besar Muhammad SAW, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada manusia ke jalan yang diridhoi oleh Dzat yang Maha Agung.

Sehubung dengan selesainya skripsi ini penulis dengan rasa hormat menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta beserta civitas akademika yang telah memberikan dan membantu selama proses pembelajaran.

2. Ibu Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, MA. Dekan Fakultas Tarbiyah,Yang sudah mengajarkan banyak hal tentang dunia pendidikan di IIQ Jakarta dan selalu memberikan contoh serta motivasi dalam membentuk Murobbiyah sukses.

3. Ibu Dr. Esi Hairani, M.Pd. Ketua prodi PAI Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta

4. Ibu Siti Shopiyah, MA. Dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberi bimbingan dan petunjuk dalam menyusun skripsi ini.

(8)

vi

kegiatan pembelajaran selama di IIQ Jakarta.

6. Seluruh Dewan Dosen di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, berkat jasa dan didikan mereka lah penulis bisa mengamalkan ilmu yang telah diberikan dan sanggup menyelesaikan tugas akhir kuliah sampai saat ini.

7. Kepala dan Staf perpustakaan IIQ Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam melengkapi referensi.

8. Bapak dan Ibu Instruktur tahfizh di IIQ Jakarta (Ibu Iin, Bu Afidah, Bu Isti‟anah dan Intruktur lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu), berkat luangan waktu nya dan siap siaga mendengarkan setoran hafalan dengan kesabaran dan bimbingannya.

9. Kedua Orang Tua tercinta, H. M. Su‟ud dan Hj. Fatechah yang tak pernah kenal lelah memberikan asupan lewat nasehat beliau, serta kakak-kakak, keponakan, sepupu dan saudara-saudara yang selalu memberi dukungan, Do‟a dan setia mendengarkan keluh kesah penulis.

10. Teman-teman Fakultas Tarbiyah angkatan 2014 IIQ Jakarta khususnya kelas 8B, yang telah membagikan pengalaman, canda tawa dan ilmu nya kepada penulis. Serta seluruh teman-teman di IIQ Jakarta, semoga selalu dalam lindungan Allh SWT. dan sukses dalam mengajarkan ilmu Al- Qur`an di masyarakat nanti. Aamiin

11. Organisasi yang telah mempercayai penulis, Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IIQ Jakarta, Organisasi daerah Jawa timur Jam‟iyyah Mudarasah Al-Qur`an (JMQ), Himpunan Alumni Mamba‟us Sholihin (HIMAM Jabodetabek).

12. Sahabat-sahabat terbaik (Wong Jowo, Fajrin, ummah, icha, Obie, Ilma, Vira), yang selalu kompak dalam memberikan motivasi dan setia

(9)

vii membawa hingga ke surga.

13. Rekan-rekan dan semua pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu dengan ikhlas dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, karena terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan ini dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak

Akhirul kalam, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan semoga dengan iringan do‟a mudah-mudahan semua amal baik beliau tersebut diterima dan dibalas Allah SWT. dengan balasan yang setimpal.

Aamiin yaa Robbal „Alamiin.

Penulis

Laila Mufidah NIM. 14311371

(10)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN PENULIS ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv

ABSTRAKSI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Tinjauan Pustaka ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KERANGKA TEORI A. Efikasi Diri ... 15

1. Pengertian Efikasi Diri Menurut Bahasa dan Istilah ... 15

2. Dimensi-Dimensi Efikasi Diri ... 17

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Efikasi Diri .. 19

B. Pengertian Pendidikan ... 21 1. Pengertian Pendidikan Menurut Bahasa dan

(11)

ix

C. Tahfizh Al-Qur`an ... 24

1. Pengertian Al-Qur`an Menurut Bahasa dan Istilah ... 24

2. Pengertian Tahfizh Menurut Bahasa dan Istilah ... 27

3. Pengertian Tahfizh Al-Qur`an ... 29

4. Dalil-Dalil Tentang Menghafal Al-Qur`an ... 31

5. Aspek-Aspek Terkait dalam Menghafal Al-Qur`an ... 34

6. Keutamaan Menghafal Al-Qur`an ... 36

D. Mahasantri ... 39

1. Pengertian Mahasantri Menurut Bahasa dan Istilah ... 39

2. Visi dan Misi Mahasantri ... 40

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Kesuksesan Mahasantri ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 46

1. Populasi ... 46

2. Sampel ... 47

D. Variabel Penelitian ... 49

E. Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 49

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

G. Teknik Analisa Data ... 53 BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

(12)

x

1. Sejarah Berdirinya ... 57

2. Visi, Misi dan Tujuan ... 59

3. Susunan Pembina dan Pengurus Yayasan IIQ Jakarta ... 59

4. Sarana dan Prasarana ... 61

B. Deskrisi Data ... 63

1. Karakteristik Reponden ... 63

2. Data Variabel ... 67

3. Uji Persyaratan Analisa Data ... 75

C. Uji Hipotesis Penelitian ... 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xi

Tabel 2 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y ... 47

Tabel 3 : Skor Positif Jawaban Pada Kuesioner ... 49

Tabel 4 : Skor Negatif Jawaban Pada Kuesioner ... 49

Tabel 5 : Interpretasi Data ... 52

Tabel 6 : Karakteristik Berdasarkan Fakultas ... 61

Tabel 7 : Nama-Nama Responden ... Tabel 8 : Karakteristik Berdasarkan Semester ... 61

Tabel 9 : Data Skor Variabel X... 62

Tabel 10 : Distribusi Frekuensi Variabel X ... 64

Tabel 11 : Distribusi Frekuensi untuk Pembuatan Grafik Histogram dan Poligon Variabel X ... 65

Tabel 12: Data skor Variabel Y ... 66

Tabel 13: Distribusi Frekuensi Variabel Y ... 68

Tabel 14: Distribusi Frekuensi untuk Pembuatan Grafik Histogram dan Poligon Variabel Y ... 69

Tabel 15: Tes Normalitas Variabel X ... 71

Tabel 16: Tes Normalitas Variabel Y ... 73

Tabel 17: ANOVA Regrasi Linier Variabel X dan Y ... 75

Tabel 18: Persamaan Garis Linier Variabel X dan Y ... 75

Tabel 19: Persamaan Garis Linier Variabel X dan Y ... 75

(14)

xii

Daftar Gambar 2 : Grafik Histogram dan Poligon Variabel Y ... 70

Daftar Gambar 3 : Diagram Normal QQ Plot Variabel X ... 72

Daftar Gambar 4 : Detrend Normal QQ Plot Variabel X ... 72

Daftar Gambar 5 : Diagram Normal QQ Plot Variabel Y ... 73

Daftar Gambar 6 : Detrend Normal QQ Plot Variabel Y ... 74

(15)

xiii

Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Wawancara Lampiran 3 : Tabel Kuesioner Tingkat Self Efficacy

Lampiran 4 : Wawancara dengan Ketua Lembaga Tahfizh Dan Qira‟at Al- Qur`An (LTQQ) IIQ Jakarta

Lampiran 5 : Wawancara dengan Mahasantri Semester 3 Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta

Lampiran 6 : Wawancara dengan Mahasantri Semester 7 Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta

Lampiran 7 : Wawancara dengan Mahasantri Semester 9 Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta

Lampiran 8 : Tabel Perhitungan Korelasi Product Moment Lampiran 9 : Tabel Nilai-Nilai r Product Moment

(16)

xiv

kepada buku “Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Skripsi” yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta (Edisi Revisi) pada 25 Mei 2017.

1. Konsonan

ARAB LATIN ARAB LATIN

ا A ط Th

ة B ظ Zh

ث T ع „

ث Ts غ Gh

ج J ف F

ح H ق Q

خ Kh ك K

د D ل L

ذ Dz م M

ز R ن N

ش Z و W

س S ه H

ش Sy ء ,

ص Sh ي Y

ض Dh

2. Vokal

Vokaltunggal vocal panjang vocal rangkap

Fathah : a ا : a ْي….: ai

Kasrah : i ي: I ْو….: au

(17)

xv 3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang di ikuti alif lam (لا) al-qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyi nya. Contoh:

ةسقبلا:Al-Baqarah تنيدملا : al-Madînah

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (لا) as-syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

لجّسلا : Ar-Rajul ةدّيّسلا: As-Sayyidah سمشلا: Asy-Syams يمزاّدلا: Ad-Dârimî

c. Syaddah (Tasydid)

Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah kata, diakhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

ِللهبِب بَنَمآ: Âmanna billâhi

ُءبَهَفُسلا َهَمآ : Âman as-Sufahâ‟u

َهْيِرَلا َنِا: Inna al-Ladzîna

d. Ta Marbuthah

Apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialih aksara kan menjadi huruf “h”.

Contoh:

(18)

xvi

Sistem penulisan huruf arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksara kan maka berlaku ketentuan Ejaan yang di sempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain- lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandang. Contoh: Ali Hasan al-Aridh Khusus untuk penulisan kata Al-Qur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital.

Contoh:

Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.

(19)

xvii

mahasantri terhadap kemampuan tahfizh Al-Qur`an (Studi Kasus di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta), Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta, tahun 1439 H/2018 M.

Tingkat efikasi diri merupakan keyakinan diri seseorang akan kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan agar menghasilkan suatu tujuan yang ingin dicapai.

Terbentuknya efikasi diri akan menumbuhkan rasa percaya diri terhadap kemampuan yang ia miliki dan mereka lebih giat dan tekun dalam berusaha.

Seorang Hafizhah Al-Qur`an yang memiliki tingkat efikasi tinggi diyakini sebagai orang yang mampu berperilaku untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Dengan berbagai pengalaman dan penghambat dalam proses menghafal Al-Qur`an pun membutuhkan waktu yang lama dan kesabaran yang tinggi. Meningkatkan efikasi diri seorang bergantung pada motivasi dan visi misi kehidupan sebagai suatu dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan Tahfizh Al-Qur`an 30 juz. Penelitian ini dilakukan dan bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh tingkat efikasi diri mahasantri terhadap kemampuan tahfizh Al-Qur`an dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi yang dijadikan objek adalah mahasantri Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta sebanyak 127 Mahasantri dengan sampel sebanyak 63 Mahasantri IIQ Jakarta program 30 juz. Pengambilan sampel tersebut berdasarkan pada teori convenience sampling dan quota sampling. Sedangkan, metode analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dengan bantuan softwere SPSS versi 23. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menggambarkan hubungan antara variabel X dan Y adalah: Y = 53,579 + 0,191 X. Artinya adalah setiap kenaikan ataupun penurunan nilai variabel X sebesar 1 satuan akan menaikkan ataupun menurunkan nilai variabel Y sebesar 0,191 dengan konstanta 53,579. Hasil uji penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efikasi diri mahasantri terhadap kemampuan tahfizh Al-Qur`an di IIQ Jakarta, dengan nilai signifikansi korelasi sebesar 0,425 dan kofisien determinasi sebesar 18,06%. Sehingga sisanya 81,94% merupakan karena adanya pengaruh faktor lain.

Kata kunci: Tingkat Self Efficacy mahasantri dan kemampuan Tahfizh Al-Qur`an

(20)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah kunci utama terbentuknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dalam membangun bangsa.

Pendidikan mempunyai peran sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa.

Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai pembimbing, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membuka serta membentuk disiplin hidup1. Pendidikan yang mewariskan nilai-nilai budaya oleh generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai tersebut tetap hidup dan berkembang di Masyarakat. Hal demikian memiliki pengertian bahwa bagaimanapun se-sederhananya suatu komunitas manusia pasti memerlukan pendidikan.

Sebagai pedoman hidup manusia yang paling utama adalah Al-Qur`an. Al-Qur`an adalah sumber utama ajaran Islam. Al-Qur`an bukan hanya memuat petunjuk mengenai hubungan manusia dengan tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya2

Di dalam sebuah pendidikan adakalanya seseorang mempunyai kemampuan dalam mencapai suatu tujuannya. Yakni dengan keyakinan pada dirinya sendiri, yang disebut dengan self efficacy. Self efficacy adalah keyakinan akan seluruh kemampuan

1Ridjaluddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI Uhamka, 2008), h. 22

2Choiruddin Hadhini, Klarifikasi Kandungan Al-Qur`an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h.25

(21)

yang meliputi kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, evaluasi terhadap kompetensi untuk melakukan tugas, mencapai tujuan dan menghadapi masalah atau hambatan yang ada pada diri seseorang.

Efikasi diri adalah penilaian terhadap kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas khusus dalam konteks yang spesifik.

Selanjutnya efikasi diri diartikan dengan fokus pada kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan sejumlah tugas dengan sukses.

Efikasi diri adalah perasaan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya kompeten dan efektif dalam melakukan suatu tugas3.

Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:





































































































“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakan dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (mereka berdo’a), “ya Tuhan kami, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah

3Miftahun Ni’mah Suseno, Pengaruh Pelatihan Komunikasi Interpersonal Terhadap Efikasi Diri Sebagai Pelatih Pada Mahasiswa”, dalam Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2009, h. 93

(22)

kami, dan rahmatilah kami. Engkau lah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir”. (QS. Al-Baqarah [2]: 286)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT begitu memahami apa yang ada di dalam kemampuan kita sesuai dengan kesanggupannya. Dengan adanya keyakinan pada diri sendiri atau bisa disebut dengan efikasi diri seorang penghafal akan berusaha sesuai dengan kepercayaannya. Tak ada usaha yang sia-sia karena Allah telah menjanjikan hamba Nya yang ingin berusaha dalam mencapai ridho-Nya. Allah SWT berfirman:







































“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl [16]: 97)

Dalam hal ini langkah pertama untuk dapat menghafal Al- Qur`an adalah keyakinan. Keyakinan akan berkembang menjadi berbagai macam usaha untuk menghafal Al-Qur`an. Sesungguhnya hasil dari usaha itu pasti, tapi tidak berhak untuk menentukan kapan hasil itu terjadi.

Siapapun yang berkecimpung dengan kalamullah dipastikan akan mendapatkan keberkahan dan kebaikannya. Tergantung bagaimana kita memperlakukan Al-Qur`an. Jika Al-Qur`an diperlakukan sebagai sahabat setia, bergaul dengannya secara intensif, maka ia akan memberikan keberkahannya lebih banyak lagi.

(23)

Orang yang bersahabat dengan Al-Qur`an akan mendapatkan predikat yang baik di mata Allah dan di mata manusia. Sebaliknya, mereka yang memusuhinya akan terjungkal sendiri, dan nasibnya akan jelek di dunia maupun di akhirat.4 Latar belakang ini diambil dari fenomena yang dialami oleh mahasantri di Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta.

Dengan menghafal Al-Qur`an, ia tidak hanya sekedar menghafal kata-katanya, namun sesungguhnya ia sedangmenghafal sesuatu yang memberi pada jiwa, akal, bahkan jasadnya.5

Aktifitas menghafal Al-Qur`an ini bukan lagi hal yang mudah dikerjakan, terlebih di zaman sekarang, banyak manusia yang mementingkan duniawi maupun bisnis, namun seseorang yang mempunyai tekad keyakinan diri sendiri dalam menghafal sangatlah memiliki nilai tersendiri dibanding dengan paksaan maupun hanya sebagai ingin mendapatkan gelar Hafizhah.

Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta adalah sebuah kampus yang didirikan oleh Yayasan Affan atas prakarsa Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML. (Almarhum) yang beberapa tahun sebelumnya telah memprakarsai berdirinya Pendidikan Tinggi Al-Qur`an (PTIQ) khusus pria melalui Yayasan Ihya Ulumuddin bersama-sama mantanMenteri Agama KH. Muchammad Dahlan (Almarhum) dan KH. Zaini Miftah (Almarhum)6.

Institut Ilmu Al-Qur`an yang didirikan pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1397 Hijriyah atau bertepatan pada tanggal 1 April

4Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Qur`an, (PT. QAF Media Kreativa, 2017), h. 19

5Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur`an Daiyah, (Bandung, PT. Syamil Cipta Media, 2002), h. 6

6Ahmad Munif, Mengibarkan Panji-Panji Al-Qur`an (25 Tahun IIQ Jakarta), (Jakarta: IIQ Jakarta, 2002) h. 8

(24)

1997oleh Yayasan Affan, diketuai H. Sulaiman Affan. Kemudian sejak tahun 1983 hingga sekarang IIQ Jakarta diselenggarakan oleh Yayasan IIQ, diketuai Ibu Hj. Harwini Joesoef sampai tahun 2018, namun pada saat periode 2018-2023 pembina dan pengurus yayasan IIQ Jakarta diketuai oleh Ir. H. Rully Chairil Azwar, M.Si,. System pendidikan pesantren dan perguruan tinggi ini mempunyai cita-cita mencetak ulama wanita yang hafal Al-Qur`an, intelek, berwawasan luas dan ahli di bidang Ulumul Qur`an. Keberadaan IIQ Jakarta telah melahirkan Qari’ah dan Hafizhah yang semakin tahun semakin meningkat.7

Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti dengan mengambil penelitian yang berjudul “Tingkat Self Efficacy Mahasantri Terhadap Kemampuan Tahfizh Al-Qur`an”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang akan didentifikasi adalah:

1. Bagaimana peran mahasantri IIQ Jakarta dalam mengembangkan Self Efficacy terhadap menghafal Al-Qur`an.

2. Bagaimana tingkat Self Efficacy mahasantri terhadap kemampuan tahfizh Al-Qur`an di IIQ Jakarta.

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi Self Efficacy mahasantri dalam menghafal Al-Qur`an di IIQ Jakarta.

4. Apa saja upaya yang dilakukan mahasantri untuk meningkatkan Self Efficacy dalam menghafal Al-Qur`an di IIQ Jakarta.

7Profil IIQ Jakarta, https:// iiq.ac.id, diakses tanggal 2 mei 2018

(25)

5. Apa saja harapan yang akan diraih dari seorang mahasantri yang mempunyai Self Efficacy dalam menghafal Al-Qur`an.

6. Bagaimana proses Self Efficacy dalam pencapaian hasil tahfizh Al-Qur`an.

C. Pembatasan Masalah

Berbagai faktor yang dilihat dari identifikasi masalah, penulis membatasi permasalahan yang akan dikaji yaitu:

1. Bagaimana tingkat Self Efficacy mahasantriterhadap kemampuan tahfizh Al-Qur`an di IIQ Jakarta

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi Self Efficacy mahasantri dalam menghafal Al-Qur`an di IIQ Jakarta.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana tingkat Self Efficacy mahasantri terhadap kemampuan tahfizh Al-Qur`an di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Peneliti ini bertujuan untuk:

1. Tujuan Penelitian

UntukmengetahuiBagaimana tingkat Self Efficacy mahasantri terhadap kemampuan tahfizh Al-Qur`an di IIQ Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

Dilihat dari manfaat penelitian ada 2 macam, yaitu:

a. Teoritis

(26)

Kajian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam meningkatkan kemampuan Self Efficacy mahasantri IIQ Jakarta, sehingga mereka dapat melakukan pencapaian hasil kemampuan menghafal sesuai dengan tingkat Self Efficacy yang ada pada diri mahasantri.

b. Praktisi

1. Menjadi bahan acuan pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam di berbagai pesantren atau perguruan tinggi yang menerapkan kewajiban menghafal Al-Qur`an 30 juz.

2. Untuk menambah wawasan para pendidik Agama Islam dan masyarakat pada umumnya, dalam meningkatkan kemampuan tahfizh Al-Qur`an.

F. Tinjauan Pustaka

Dari berbagai hasil tinjauan pustaka yang telah penulis teliti, terdapat kesinambungan dengan masalah yang akan dikaji, adalah sebagai berikut:

1. Ima Maulani Arba’ah dalam skripsinya yang berjudul “Tingkat Religiusitas Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta”.

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta pada tahun 2005.

peneliti menggunakan penelitian bersifat deskriptif eksploratif untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat religiusitas mahasiswi IIQ Jakarta. Responded penelitian ini sebanyak 60 orang mahasiswi IIQ yang masih aktif mengikuti perkuliahan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling.

(27)

Dari hasil analisis deskriptif diketahui bahwa mahasiswi IIQ Jakarta mempunyai tingkat religiusitas yang tinggi. Hasil uji t- test memperlihatkan tidak adanya tingkat religiusitas antara mahasiswi IIQ Jakarta yang memilih program tahfizh penuh dan terbatas, dan ada perbedaan tingkat religiusitas antara mahasiswi IIQ yang tinggal di asrama dan di rumah. Sedangkan berdasarkan uji ANAVA yaitu suatu metode analisis statistik yang termasuk kedalam cabang statistik inferensi, diketahui tidak terdapat perbedaan tingkat religiusitas antara mahasiswi IIQ Jakarta yang berasal dari SMU, MA, dan Pesantren.

Persamaan dari skripsi Ima Maulani Arba’ah dengan penulis adalah sama-sama membahas tentang kemampuan dalam menghafal Al-Qur`an. Adapun perbedaannya adalah Ima Maulani Arba’ah membahas Religiusitas Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur`an, sedangkan penulis membahas tentang Tingkat Self Efficacy Santri Terhadap Kemampuan Tahfizh Al-Qur`an.

2. Munfa’atin dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Tahfizh Al-Qur`an Terhadap Indeks Prestasi Komulatif (IPK) Mahasiswa Institut ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta”. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IIQ Jakarta pada tahun 2008.

Peneliti menggunakan penelitian pendekatan kuantitaif dengan metode deskriptif analisis melalui penelitian lapangan dan kepustakaan. Populasi yang digunakan peneliti adalah mahasiswa yang sudah dinyatakan lulus atau para wisudawan pada periode 2007-2008 sebanyak 100 orang. Sedangkan sampel yang diambil sebanyak 25% dari 100 mahasiswa.

Dapat disimpulkan, bahwa hasil dari analisa terdapat korelasi yang signifikan antara tahfizh Al-Qur`an dengan Indeks Prestasi

(28)

Komulatif (IPK) Mahasiswa IIQ Jakarta. Hal ini berarti bahwa hipotesa alternatif diterima dan hipotesa nihil ditolak.

Persamaan dari judul Munfa’atin dengan penulis adalah sama- sama membahas keterkaitannya dengan Al-Qur`an yang ditujukan mahasiswa IIQ Jakarta. Adapun perbedaannya adalah Munfa’atin membahas Pengaruh Tahfizh Al-Qur`an terhadap IPK, sedangkan penulis membahas tentang tingkat kemampuan Self Efficacy terhadap tahfizh Al-Qur`an.

3. Bambang Gunawan dalam skripsinya yang berjudul “Peranan Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan menghafal Surat-Surat Pendek”, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013.

Peneliti melakukan studi kasus pada siswa kelas 3 SMP Negeri 20 Jakarta.Adapun penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Desember 2010 sampai selesai. Mengatasi kesulitan menghafal surat-surat pendek yang dialami oleh siswa kelas 3 SMP Negeri 20 Jakarta adalah sebuah kasus yang sangat penting didalam pembelajaran, selain itu juga dapat menjadikan penghambatan bagi siswa tersendiri untuk fokus terhadap pelajaran yang lain nya.

Dapat disimpulkan, bahwa faktor-faktor kesulitan siswa dalam menghafal surat-surat pendek adalah belum lancar dalam membaca Al-Qur`an, kurangnya motivasi, kejenuhan atau bosan, cepat lupa, sulit menghafal terjemah atau arti kata, tidak memiliki waktu luang dan tidak adanya dukungan dari orang tua.Adapun peranan guru PAI dalam mengatasi masalah ini adalah mengadakan remedial tahsin Al-Qur`an, mengadakan bimbingan, menguji hafalan siswa dengan baik, memberi

(29)

motivasi, menciptakan suasana ruang belajar yang kondusif, mengatur waktu belajar.

Persamaan dari judul skripsi Bambang Gunawan dengan penulis adalah membahas tentang cara meningkatkan kualitas menghafal Al-Qur`an. Perbedaannya yaitu pada skripsi Bambang Gunawan dengan penulis adalah pembahasannya tentang mengatasi kesulitan dalam menghafal Al-Qur`an, sedangkan penulis membahas tentang kemampuan Self Efficacy terhadap tahfizh Al- Qur`an.

4. Devi Kurniawati dalam jurnal nya yang berjudul “Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kemandirian Belajar Siswa kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Srandakan”. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Se-Kecamatan Srandakan Bantul Yogyakarta pada tahun 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis ex post facto. Adapun Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Proportional Random Sampling yang berjumlah 170 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara efikasi diri dengan kemandirian belajar siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Srandakan Bantul Yogyakarta TA 2015/2016. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai Person Correlation pada SPSS sebesar 0,706 dan nilai p 0,000 <0,05 sehingga hubungan dapat dinyatakan positif dan signifikan.

Persamaan dari jurnal Devi Kurniawati dengan penulis adalah sama-sama membahas tentang sikap efikasi diri. Adapun perbedaannya adalah Devi Kurniawati membahas Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kemandirian Belajar Siswa,

(30)

sedangkan penulis membahas tentang tingkat kemampuan Self Efficacy terhadap tahfizh Al-Qur`an.

5. Mohammad Intanshurillah Habibie jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin (STAIS) Pasuruan tahun 2017 menulis Skripsi yang berjudul “Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Minat Membaca Al- Qur`an”. (Studi kasus di MA Unggulan desa Tlasih Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo). Ia menyimpulkan bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah terdapat beberapa peran yaitu sebagai edukator, manager, administrator, supervisor, pemimpin, innovator, motivator, dan fasilitator.

Penelitian ini menggunakan metode jenis penelitian kualitatif dengan menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata, tertulis, atau lisan dari orang- orang, dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini dilakukan di MA unggulan Tlasih Tulangan Sidoarjo, Jawa timur. Penelitian ini juga menggunakan metode wawancara.

Persamaan dari judul skripsi Mohammad Intanshurillah Habibie dengan penulis adalah sama-sama membahas tentang kemampuan dalam menghafal Al-Qur`an. Adapun perbedaannya adalah Mohammad Intanshurillah Habibie membahas tentang minat membaca Al-Qur`an, sedangkan penulis membahas tentang kemampuan Self Efficacy terhadap tahfizh Al-Qur`an.

G. Sistematika Penulisan

Teknik penulisan laporan dalam penelitian ini akan merujuk pada buku yang disusun oleh Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo.

(31)

MA, et al. Yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, cetakan kedua, tahun 2017.8

Sistematika penulisan adalah penjelasan tentang bagian- bagian yang akan ditulis di dalam penelitian secara sistematis. Bagian ini berisi logika struktur bab yang berisi nama judul bab dan sub bab.

BAB I PENDAHULUAN, Bab ini meliputi sejumlah pembahasan, yaitu: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI, Bab ini meliputi beberapa pembahasan, yaitu: Pengertan Pendidikan, pengertian efikasi diri menurut bahasa dan istilah, dimensi-dimensi efikasi diri, faktor pendukung dan penghambat efikasi diri, pengertian Al-Qur`an, pengertian tahfizh Al-Qur`an, dalil-dalil tentang menghafal Al- Qur`an, aspek-aspek terkait dalam menghafal Al-Qur`an, keutamaan menghafal Al-Qur`an, pengertian mahasantri, visi misi mahasantri dan faktor pendukung dan penghambat kesuksesan mahasantri.

BAB III METODOLODI PENELITIAN, Bab ini meliputi sejumlah pembahasan, yaitu: Jenis dan pendekatan penelitian kuantitatif, Tempat dan waktu penelitian, Populasi dan Sampel, variabel Penelitian, kisi-kisi instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

8Huzaemah T. Yanggo, et al, Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Skripsi, (Tangerang: LPPI IIQ Jakarta, 2017)

(32)

BAB IV HASIL PENELITIAN, Bab ini meliputi gambaran umum Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, sejarah berdirinya, visi- misi dan tujuan, Susunan Pembina dan Pengurus Yayasan IIQ Jakarta, sarana dan prasarana, deskripsi data, karakteristik responded, data variabel, uji persyaratan analisis data, dan uji hipotesis penelitian.

BAB V PENUTUP, Bab ini merupakan pembahasan terakhir yang mencakup dua hal, yaitu: kesimpulan yang mencakup tentang Tingkat Efikasi Diri Santri Terhadap Kemampuan Tahfizh Al-Qur`an di Insitut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta dan saran-sarannya.

(33)
(34)

15 BAB II

LANDASAN TEORI A. Efikasi Diri

1. Pengertian efikasi diri menurut bahasa dan istilah

Dalam Kamus Inggris-Indonesia kata self berarti diri sendiri dan kata efficacy diartikan sebagai kemujaraban atau kemanjuran. Maka secara harfiah Self Efficacy dapat diartikan sebagai kemujaraban diri.1

Efikasi diri atau bisa disebut dengan self efficacy adalah keyakinan diri seseorang akan kemampuan-kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu hal. Efikasi diri merupakan penilaian terhadap kemampuan diri seseorang. Disebutkan bahwa efikasi diri mengacu pada harapan yang dipelajari seseorang bahwa dirinya mampu melakukan suatu perilaku ataupun menghasilkan sesuatu yang diharapkan dalam suatu situasi.

Bandura juga menyatakan bahwa efikasi diri merupakan perasaan, penilaian seseorang mengenai kemampuan dan kompetensi yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.

Efikasi diri adalah penilaian terhadap kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas khusus dalam konteks yang spesifik. Selanjutnya efikasi diri diartikan dengan fokus pada kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan sejumlah tugas dengan sukses. Efikasi diri adalah perasaan yang dimiliki

1John M. Echols and Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1976), h.207-511

(35)

seseorang bahwa dirinya kompeten dan efektif dalam melakukan suatu tugas.

Efikasi diri yang tinggi akan menumbuhkan rasa percaya diri akan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas. Efikasi diri ini menjelaskan bahwa keyakinan akan seluruh kemampuan ini meliputi kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh dengan tekanan. Orang yang ekspektasi efikasinya tinggi dan harapan hasilnya realistik maka orang tersebut akan bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai. Percaya terhadap keyakinan diri atau efikasi diri merupakan faktor kunci dalam kesuksesan hidup. Jika seseorang percaya bahwa ia tidak memiliki kekuatan untuk memproduksi suatu hasil, maka orang tersebut tidak akan berusaha untuk membuktikan sesuatu yang terjadi. Sebaliknya orang yang memiliki efikasi diri tinggi diyakini sebagai orang yang mampu berperilaku tertentu untuk dapat mencapai suatu hasil yang diinginkan, dan mereka juga lebih giat dan lebih tekun dalam berusaha.2

Self efficacy sebagai judgment individu atas kemampuan mereka untuk mengorganisasikan dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mencapai tingkat kinerja yang ditentukan. Self efiicacy ini dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat sumber yaitu kinerja atau pengalaman masa lalu, model perilaku (mengamati orang lain yang melakukan tindakan yang sama), persuasi dari orang lain dan keadaan faktor fisik dan

2Miftahun Ni‟mah Suseno, “Pengaruh Pelatihan Komunikasi Interpersonal Terhadap Efikasi Diri Sebagai Pelatih Pada Mahasiswa”, dalam Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 1 No. 1 Juni 2009, h. 95

(36)

emosional. Pencapaian keberhasilan merupakan sumber pengharapan efficacy yang terbesar karena didasarkan pada pengalaman-pengalaman pribadi individu berupa keberhasilan atau kegagalan.3

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa self efficacy adalah keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dan tujuan yang diharapkan, dalam hal ini yaitu tujuan dalam menyelesaikan hafalan Al-Qur`an 30 Juz dan menjadi seorang Hafizhah yang mutqin.

2. Dimensi-Dimensi Efikasi Diri

Dimensi self efficacy ini terbagi menjadi tiga, yaitu magnitude, generality, dan strenght:

a. Tingkat kesulitan tugas (magnitude) yaitu berhubungan dengan tingkat kesulitan suatu tugas. Ekspetasi seseorang akan kemampuannya. Ekspetasi seseorang akan berbeda dengan satu dan yang lainnya dengan menghadapicara yang berbeda pula. Ada yang membatasi pada target-target yang lebih sederhana, dilanjut dengan target dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Maka efikasi diri dapat diarahkan pada tugas yang mudah, sedang atau sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan dan target nya masing-masing.

Seseorang dikatakan tinggi dalam dimensi ini jika ia memiliki kayakinan bahwa ia mampu menyelesaikan target hafalan

3Cecilia Engko, “Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Individual dengan Self efficacy sebagai Variabel Intervening”, dalam jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10 No. 1 April 2008, h. 3

(37)

dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Sedangkan Individu yang memiliki magnitude rendah memiliki keyakinan bahwa dirinya hanya mampu mengerjakan yang mudah.

b. Luas bidang perilaku (generality) yaitu sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas yang dikerjakan, mulai dari saat melakukan suatu aktivitas atau situasi tertentu, hingga dalam serangkaian tugas atau situasi yang bervariasi.

Generality mengindikasikan banyaknya bidang yang dikuasai, di mana orang lain menilai diri mereka sendiri untuk menjadi berhasil dan mengalihkan penilaiannya itu pada target atau aktivitas yang bervariasi.

c. Kemantapan keyakinan (strength) yaitu derajat kemampuan individu terhadap keyakinan atau pengharapannya. Seseorang dengan efikasi diri yang lemah akan mudah menyerah pada pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang. Sedangkan seseorang dengan efikasi diri tinggi akan mendorong individu untuk tetap bertahan dalam usahanya walaupun ditemukan pengalaman yang tidak menunjang atau menghambat.

Strength merupakan seberapa kuat seseorang yakin bahwa mereka mampu menyelesaikan target hafalan dengan tingkat kesulitan tertentu. Strength merujuk pada seberapa pasti keyakinan seseorang bahwa mereka mampu mencapai hasil dengan tingkat kesulitan tertentu, dari yang sangat tidak pasti hingga sangat pasti.4

4Miftahun Ni‟mah Suseno, Pengaruh Pelatihan Komunikasi Interpersonal Terhadap Efikasi Diri Sebagai Pelatih Pada Mahasiswa”,..., h.96

(38)

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Efikasi Diri

Perubahan tingkah laku, menurut Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi self efficacy Yang menyediakan pedoman eksplisit mengenai cara untuk mengembangkan dan meningkatkan keberhasilan seseorang Self efficacy mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, merasakan, memotivasi diri mereka dan tindakan.5

Maka dari itu tingkat efikasi diri seorang bergantung pada motivasi dan visi misi kehidupan guna untuk menjadikan suatu pendukung dan dorongan dalam meningkatkan target menghafal Al-Qur`an 30 Juz.

Adapun faktor yang mempengaruhi efikasi diri ini dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu kombinasi empat sumber:

a. Pengalaman Performansi, yaitu prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda tergantung proses pencapaiannya:

1) Semakin sulit tugasnya, maka keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi

2) Lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok atau individual

5Woro Pinasti, “Pengaruh Self Efficacy, Locus Of Control, dan Faktor Demografis Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa UIN Jakarta”, Skripsi, 2011, h. 32

(39)

3) Kegagalan akan menurunkan efikasi jika seseorang sudah merasa berusaha sebaik mungkin

4) Kegagalan dalan situasi stres atau emosional maka dampaknya tidak seburuk dibanding dengan usaha yang optimal

5) Orang yang sudah terbiasa berhasil, sekalipun ia gagal tidak akan mempengaruhi efikasi

b. Pengalaman Vikarius, yaitu diperoleh melalui model sosial.

Efikasi akan meningkat ketika mengalami keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya, ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.

c. Persuasi Sosial, ini menginformasikan secara verbal kepada orang lain bahwa mereka memiliki kemampuan yang akan memungkinkan mereka untuk mampu melakukan suatu tugas. Keyakinan akan kemampuan diri seseorang juga dibentuk dari pesan-pesan yang disampaikan orang lain dalam lingkungan sosialnya. Kritik yang menjatuhkan dapat menghambat keyakinan self efficacy seseorang. Self efficacy seseorang bisa saja diturunkan dengan ungkapan kekecewaan terhadap hasil usaha yang telah dilakukan seseorang.

(40)

d. Keadaan Emosi, mereka mengartikan reaksi stress dengan ketegangan sebagai tanda ancaman akan prestasi yang buruk.

Dalam kegiatan yang melibatkan stamina dan kekuatan fisik baik itu cemas, stress, takut, kelelahan, pegal, dan rasa sakit di tubuh sebagai tanda-tanda kelemahan. Suasana hati (mood) juga berpengaruh pada penilaian seseorang akan self efficacy yang dimilikinya. Suasana hati yang baik dapat meningkatkan self efficacy sementara suasana hati yang sedih akan membuat self efficacy menurun.6

B. Pengertian Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan Menurut Bahasa dan Istilah

Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab I mengatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.7

Secara etimologi kata “Pendidikan” berasal dari kata “didik”.

Dalam bahasa inggris kita dapatkan kata “to educate” dan dalam bahasa arab kita dapatkan istilah (Tarbiyah) ةَيِبرَت (ta‟lim) ميلعت, (ta‟dib) , بيدأت, dan (riyadhah) ةضاير. Sarana pendidikan agar dapat dijadikan

6http://aldorian0507.files.wordpress.com/2010/04/kepribadian.doc.diakses tanggal 29 Juni 2018.

7Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h.32

(41)

pendidikan bagi pengembangan jiwa8, dalam hal ini telah disebutkan dalam firman Allah:



























Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihinilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Q.S Al-Isra [17]: 24)

Sedangkan menurut terminologi secara umum, definisi yang dikemukakan itu mempunyai esensi yang sama, walaupun dalam rumusan redaksinya berbeda. Titik persamaannya secara esensial adalah “ pendidikan itu merupakan suatu usaha”.

Agus Basri menjelaskan dalam bukunya “Pendidikan Islami Sebagai Penggerak Pembaharuan”, bahwa pendidikan adalah usaha mendorong dan membantu seseorang mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri sendiri, dari satu kualitas kepada kualitas lain yang lebih tinggi.9

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Secara umum fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi sebagai memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang bermanfaat dan Insan Kamil.

8Heri Gunawan, Pendidikan Islam kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: Rosdakarya, 2014), h. 1

9Iskandar Engku, Sejarah Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.2-4

(42)

Banyak orang yang mengartikan pendidikan sama dengan pengajaran, yang tujuannya hanya ingin memberi pelajaran atau pengetahuan semata. Pengetahuan akan menjadi lebih baik jika dipergunakan untuk kebaikan. Pengetahuan ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang terdidik dan memiliki roh pengetahuan. Oleh karna itu, perlunya memperbanyak pengetahuan dan menjadi orang-orang Yang terdidik untuk meraih keselamatan hidup didunia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. dalam hadisnya,“Sesungguhnya aku diutus Allah di dunia supaya memimpin) ini untuk menyempurnakan akhlak dengan sebaik-baiknya”.10

Tujuan dalam pendidikan juga mampu menyempurnakan pribadi dan terbentuknya kepribadian muslim yang meliputi integritas jasmaniah, intelektual, emosional dan etis dari individu kedalam diri manusia yang bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum.

Adapun tujuan umum pendidikan menurut pandangan Islam harus sejajar dengan pandangan Islam pada manusia, yaitu makhluk Allah yang mulia dengan akalnya, perasaannya, ilmunya, dan kebudayaannya, pantas menjadi khalifah Allah di bumi. Serta yang meliputi aspek kemanusiaan seperti sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Sehingga manusia mulia membentuk Insan Kamil dengan pola takwa kepada Allah.

Dalam melakukan proses pendidikan pasti mengalami perubahan naik turun, ini disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan, perasaan dan pengalaman. Karena itulah, pendidikan Islam berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,

10Zainuddin Fananie, Pedoman Pendidikan Modern, (PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: 2011), h.6-7

(43)

mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Meskipun sudah terbentuknya Insan Kamil yang bertakwa pun masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka mengembangkan dan penyempurnaan, sekurang- kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang sampai akhir hayat. Uraian di atas dapat dipahami dari Firman Allah SWT:



























Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.”(QS. Al-Imran [03]: 102

Ayat di atas menjelaskan bahwa hingga sampai mati pun proses pendidikan yang dianggap sebagai tujuan akhir. Insan Kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan akhir pendidikan Islam.11

C. Tahfizh Al-Qur`an

1. Pengertian Al-Qur`an Menurut Bahasa dan Istilah

Al-Qur`an adalah bentuk masdar dan fi‟il dari qara‟a – yaqra‟u, qur‟anan yaitu membaca12. Hal itu didasarkan pada firman Allah:











11Hamdan Ihsan, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), h. 61-64

12Atabik Ali dkk, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta:

Multi Karya Grafika), h.1441

(44)

Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkan (di dada) mu dan (membuatmu pandai) membacanya.” (QS. Al-Qiyamah [75]:17)

Ada dua pendapat mengenai cara penulisan lafazh Al- Qur`an. Pendapat pertama menyatakan bahwa penulisan Al- Qur`an dibumbui huruf hamzah. Pendapat lainnya menyatakan bahwa penulisan lafazh Al-Qur`an tanpa huruf hamzah.

Al-Qur`an memiliki nama-nama atau sebutan lain, diantaranya Al Kitab, dari bahasa aramia yang bermakna gambaran huruf; Al Furqan, berasal dari bahasa Aramia yang berarti memisahkan atau membedakan (QS. 25:1); Adz Dzikr, murni bahasa arab yang berarti peringatan (QS. 3:56); Tanzil, murni dari bahasa arab; maksudnya wahyu yang diturunkan Allah dalam hati Rasul-Nya, Muhammad SAW. (QS. 26:129).13

Beberapa Ulama‟ memberi rumusan definisi yang beragam tentang Al-Qur`an, sepertihalnya menurut as-Sabuni:

“Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT. yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir melalui malaikat Jibril AS yang tertulis dalam mushaf dan sampai kepada kita dengan jalan tawatir (Mutawatir), membacanya merupakan ibadah yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas”.

Menurut Al-Jurjani menjelaskan bahwa Al-Qur`an secara istilahi adalah:

13Muhammad Chirzin , Al-Qur`an dan Ulumul Qur`an, (Yogyakarta: PT.

Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), h. 1-2

(45)

Artinya: “Yang diturunkan kepada Rasulullah saw., yang ditulis di dalam mushaf dan yang diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.”

Dilihat dari dua rumusan di atas memberikan gambaran bahwa Al-Qur`an mempunyai karakteristik, yaitu: Kalam Allah, mengandung Mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., melalui malaikat Jibril, tertulis dalam mushaf, disampaikan dengan jalan mutawatir, membacanya merupakan ibadah, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.15

Selain kitab suci terakhir, Al-Qur`an merupakan miniature alam raya yang memuat segala disiplin ilmu dan penyelesaian permasalahan sepanjang hidup manusia. Al-Qur`an merupakan wahyu Allah yang agung dan bacaan mulia serta dapat dituntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih.16

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Al-Qur`an secara lughowi berarti saling berkaitan, berhubungan antara satu ayat dengan ayat lain, dan berarti pula bacaan. Pengertian ini memperlihatkan kedudukan Al-Qur`an adalah sebagai Kitabullah yang ayat-ayat dan surat

14Al-Jurjani, At Ta‟rifat, Ath-Thaba‟ah wa An-Nasyr wa At-Tauzi‟, (Jeddah: t.t), h. 174

15Ahmad Zuhdi dkk, Studi Al-Qur`an, (Surabaya: UIN SA Press, 2016), h.

5-6

16Inu Kencana Syafiie, Al-Qur`an adalah Filsafat, (Jakarta: PT. Perca, 2008), h. 53

(46)

nya saling berhubungan. Sedangkan dari segi istilahnya menurut Manna‟ al-Qaththan, Al-Qur`an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan membacanya adalah ibadah.17

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT:































































Artinya: “Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. dan Sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang. dan Dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib”.(Q.S At-Takwiir: [81]: 19-24)

2. Pengertian Tahfizh Menurut Bahasa dan Istilah

Menurut kamus bahasa Arab kata Hafazha-yahfazhu- hafizha adalah menjaga, mengamankan, atau memelihara.18 Tahfizh juga termasuk suatu kegiatan menghafal sedikit demi sedikit ayat Al-Qur`an yang telah dibaca berulang-ulang secara bi an-Nazhar. Sangat banyak sekali hampir puluhan bahkan ribuan umat muslim yang menghafal Al-Qur`an, dan mayoritas mereka

17Abuddin Nata, Al-Qur`an dan Hadits, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 54.

18Atabik Ali dkk, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta:

Multi Karya Grafika), h. 724

(47)

adalah anak-anak yang belum menginjak usia baligh. Meski dalam usianya yang masih kanak-kanak dan belum mengenal nilai kitab suci Al-Qur`an tapi jiwa mereka sudah terpanggil untuk menghafal Al-Qur`an.

Menurut Abdul Azis Abdul Rauf, definisi tahfizh atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang pasti menjadi hafal. Kemudian Al-Qur`an yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.19

Istilah dalam tahfizh yang disepakati oleh jumhur Ulama‟

untuk penghafal Al-Qur`an atau sebutan bagi orang-orang yang hafal Al-Qur`an, atau yang sekarang lebih dikenal dengan Hafizh- Hafizhah Al-Qur`an atau Hamil-Hamilah Al-Qur`an.20 Sebagaimana dalam perwujudan firman Allah SWT:

















Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al- Hijr [15]: 9).

Adapun apabila dinisbatkan pada makhluk, maka maksudnya adalah menampakkan yang dihafal, mengamalkan semaksimal mungkin, dan berkecimpung dengan Al-Qur`an, baik

19Juju Saepudin dkk, Membumikan Peradaban Tahfidz Al-Qur`an, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015), h. 23

20Supian, Ilmu-Ilmu Al-Qur`an (Tajwid, Tahfizh, dan Adab Tilawah Al- Qur`an Al-Karim), (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), h.190

(48)

dengan merenungkan, memikirkan, menyimpulkan, mengajarkan, dan mempelajarinya.21

3. Pengertian Tahfizh Al-Qur`an

Menghafal Al-Qur`an adalah salah satu usaha untuk memelihara kesucian dan kemurnian Al-Qur`an, yang merupakan bukti kecintaan terhadap Al-Qur`an, orang-orang menghafalnya sejak usia dini, dari satu generasi ke generasi lainnya.

Pemeliharaan Al-Qur`an tak hanya dihafal begitu saja, namun memelihara Al-Qur`an dengan hati (bi al-Qalb).22

Mengimani Al-Qur`an pun termasuk dalam posisi tertinggi sebagaimana dalam Al-Qur`an disebut “Fa Minhum Sabiqun bil-Khairat”. Diantaranya mereka yang mengimani Al- Qur`an dengan meraih kebaikan. Atas izin Allah SWT. mereka akan mendapatkan surga yang telah dinanti kehadirannya sebagai penghuni terhormat. Namun sebaliknya, celakalah bagi mereka yang mengingkari Al-Qur`an atau hanya berpura-pura mengimani nya. Balasan yang layak atas mereka adalah neraka dan penyesalan yang abadi.23

Berbicara tentang Iman atau percaya terhadap Kitab suci Al-Qur`an tidaklah cukup dengan mengatakan “Aku beriman kepada Al-Qur`an”, akan tetapi seorang yang beriman pasti mengetahui bagaimana cara ia mengagungkan Al-Qur`an dengan baik, seperti mengamalkan, belajar mempelajari bacaannya, memahami isi kandungannya, berjuang menjaga Al-Qur`an.

21Abdurab Nuwabuddin, Kaifa Tuhfazul Qur`an, (Bandung: Sinar bari Algesindo, 1996), h. 29

22Supian, Ilmu-Ilmu Al-Qur`an (Tajwid, Tahfidz dan Adab Tilawah Al- Qur`an Al-Karim,..., h. 190

23Ahmad Munif Suratmaputra, dkk., Indahnya Hidup dan Berjuang Bersama Al-Qur`an, (Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur`an, 2007), h. 198

(49)

Kegiatan Tahfizh Al-Qur`an yang dilakukan di Pesantren Takhassus IIQ Jakarta adalah salah satu cara mahasantri memuliakan, menjaga, dan memelihara kemurnian ayat-ayat Al- Qur`an. Karena hukum daripada menghafal Al-Qur`an itu adalah Fardhu kifayah dan mempelajari bacaan Al-Qur`an termasuk kewajiban bagi seorang umat Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Dari Abu Mu‟adz Al-Juhanny, Sesungguhnya Rasulullah SAW.

bersabda: “Barangsaiapa membaca Al-Qur‟an dan mengamalkan isinya, maka kedua orang tuanya pada hari Kiamat nanti Allah akan memakaikan mahkota. Cahaya mahkota itu lebih bagus dari pada sinar matahari di dunia.Kalau demikian halnya, maka pahala apakah gerangan yang dianugerahkan kepada yang mengamalkan Al-Qur‟an itu sendiri.” (HR. At-Tirmidzi no.hadis 3541)

Hadits diatas menerangkan bahwa bentuk amar/perintah.

Oleh karna itu dari hadis ini dapat difahami bahwa kita bukan saja berkewajiban belajar mengaji Al-Qur`an, tetapi juga berkewajiban membacanya. Al-Qur`an diturunkan sebagai Rahmatan Lil „Alamiin. Untuk itu kita selaku umat muslim

24Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy‟ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad bin

„Amr Al-Azdy As-Sijistani, Sunan Abi Daud, (Beirut: Maktabah Al-„Ashriyyah, tt.), h. 07

(50)

berkewajiban mengajarkannya, menyebarluaskannya, mendakwahkannya, dan memperjuangkannya.25

Maka dari itu mahasantri IIQ Jakarta selain menjadi Hafizhah juga mencetak sebagai Khalifah di muka bumi ini dan sarjana muslimah yang ahli Al-Qur`an serta dapat mengupayakan agar kaum muslimin pandai membaca kitab Suci Al-Qur

Gambar

Tabel 5  Interpretasi Data
Tabel 5  Interpretasi Data

Referensi

Dokumen terkait

Seberapa besar pengaruh pembelajaran Tahfidzul Qur‟an dan minat menghafal al- Qur‟an terhadap hasil belajar al - Qur‟an Hadits di Pondok Pesantren Daarul

Biasanya saya meminta bantuan orang lain dalam mengerjakan tugas karena tidak yakin dengan kemampuan

Dari hasil penelusuran peneliti, menunjukkan bahwa sekalipun di SMP IT Insan Harapan telah melaksanakan program menghafal bagi seluruh peserta didik untuk hafalan

para santri untuk menghafal Al- Qur‟an, yang kedua motivasi yang tinggi dari ustadz dan pimpinan Pondok yaitu santri yang telah hafal satu juz denga baik dan

Al – Qur‟an, 15:9... 3) Lancar dan baik dalam membaca Al- Qur‟ an dengan nazar (melihat) 4) Menghafal Al- Qur‟ an adalah pekerjaan yang mulia di sisi Allah. 5) Menghafal harus

Terkait mengenai hukum menerjemahkan Al-Qur`an dengan metode harfiah, seluruh ulama sepakat bahwa mustahil untuk menerjemahkan Al-Qur`an dengan metode tersebut14 sebagaimana menurut

ii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul “Efektivitas Penggunaan Metode Turki Usmani Dalam Menghafal Al-Qur`an Di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur`an Al-Qodr Tangerang” oleh Nila

Saya memberikan motivasi untuk mereka “ hafal Al-Qur`an itu tidak harus cepat, karena membaca Al- Qur`an dan mengulang-ngulang itu sampai mati yaitu sampai akhir hayat” akhirnya mereka