• Tidak ada hasil yang ditemukan

Weekly Market Overview

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Weekly Market Overview"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

19 December 2022

5.10

4.10

3.10 4.60

3.90

2.50 2.90 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50

2023 2024 2025

Dec-22 Sep-22

0 20 40 60 80 100 120 140 160

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000

Jan-20 Apr-20 Jul-20 Oct-20 Jan-21 Apr-21 Jul-21 Oct-21 Jan-22 Apr-22 Jul-22 Oct-22

New Cases (L) New Deaths (R)

Kekhawatiran mengenai resesi mulai kembali membayangi pergerakan pasar. Pasalnya, bank sentral dunia masih kompak mempertahankan kebijakan moneter ketat dan kasus COVID-19 di Tiongkok kembali mengalami kenaikan sehingga dapat memperlambat atau bahkan membatalkan proses pelonggaran restriksi sosial ketat. Di Indonesia, probabilitas resesi memang lebih kecil dibandingkan mayoritas negara maju & berkembang lainnya. Namun, potensi resesi global secara tidak langsung turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi & pergerakan pasar finansial Indonesia.

Recession Worry Lingers

Exhibit 2: China COVID-19 (7 day average) Exhibit 1: Perubahan Pada The Fed’s Dot Plot

Key Drivers:

1. Monetary Policy: Slower Hike, But Higher Terminal Rate. Pada minggu lalu, The Fed dan ECB sama- sama menaikkan suku bunga sebesar 50 bps ke 4,50% untuk The Fed dan 2,00% untuk ECB. Dalam beberapa pertemuan terakhir The Fed dan ECB langsung menaikkan 75 bps. Walaupun tingkat kenaikan suku bunga lebih kecil, keduanya menyatakan bahwa perang terhadap inflasi masih panjang. Mereka tidak akan segan untuk menaikkan suku bunga lebih agresif dari perkiraaan jika inflasi kembali naik di tahun 2023. The Fed juga merilis dot plot yang lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya (Exhibit 1). Dot plot yang baru mengindikasikan bahwa tidak akan terjadi penurunan suku bunga di tahun 2023 seperti apa yang diprediksikan oleh pasar sebelumnya.

2. A Great Test To China’s Relaxed Zero-COVID Policy. Tidak lama setelah pemerintah Tiongkok akhirnya melakukan pelonggaran terhadap zero-COVID policy, kasus COVID langsung naik ke level tertinggi sejak awal pandemi dimulai (Exhibit 2). Untungnya, naiknya kasus baru tidak diikuti dengan kasus kematian seperti pada saat varian Alpha dan Delta menyerang. Namun, pelaku pasar dan ekonom khawatir Tiongkok akan kembali memperketat kebijakannya yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan resesi di banyak negara maju di tahun 2023.

Alpha

Delta

Omicron

(2)

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

19 December 2022

Apa Dampak Terhadap Indonesia?

1. Trade Balance. Harga komoditas dunia sudah memasuki tren pelemahan setidaknya untuk 3 bulan terakhir karena ekspektasi resesi di tahun 2023. Permintaan akan komoditas energi terutama batu bara akan semakin berkurang jika Tiongkok kembali melakukan lockdown. Alhasil, trade balance Indonesia berpotensi turun, disebabkan oleh nilai ekspor yang lebih rendah. Hal ini dapat menyebabkan IDR melemah secara terbatas.

2. Higher BI Rate. Suku bunga The Fed yang ditahan di level yang tinggi untuk waktu yang lebih lama membuat bank sentral dunia termasuk Indonesia juga harus mempertahankan suku bunganya demi menjaga stabilitas nilai tukarnya. Bank Indonesia mungkin harus tetap menaikkan suku bunga atau setidaknya mempertahankan suku bunga di level yang tinggi walaupun inflasi sudah turun di tahun 2023. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan imbal hasil obligasi IDR (harga turun), apalagi jika likuiditas di sistem perbankan semakin ketat di tahun 2023 sebagai akibat dari penyaluran kredit yang kuat dan normalisasi likuiditas yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Dampak Terhadap:

1. USD/IDR. Dalam sepekan, USD Index dan USD/IDR melemah -0,10%. Harga komoditas yang mulai turun dan outflow di pasar saham (IDR 3,91 triliun dalam sepekan) membuat IDR melemah. Ketika resesi terjadi, investor cenderung kembali mencari USD sehingga USD dapat kembali kuat (IDR lemah).

2. INDON (Indonesia Government USD Bonds). Dalam sepekan, yield INDON 10YR turun terbatas (1 bps) dan ditutup di 4,58% per 16 Desember 2022. Rilis CPI AS yang lebih rendah dibanding konsensus serta The Fed yang memperlambat laju kenaikan suku bunga membuat yield UST 10YR dan CDS 5YR Indonesia turun. Alhasil, yield INDON 10YR ikut turun. Apabila resesi terjadi, investor akan kembali akumulasi obligasi sehingga yield UST & INDON berpotensi turun lebih lanjut.

3. FR (Indonesia Government IDR Bonds). Dalam sepekan, yield FR 10YR turun terbatas (5 bps) dan ditutup di 6,89% per 16 Desember 2022. Turunnya yield FR disebabkan oleh turunnya UST 10YR, CDS 5YR Indonesia, dan foreign inflow yang masih berlanjut ke pasar obligasi Indonesia (IDR 2,44 triliun dalam sepekan). Secara teori, ketika resesi terjadi investor akan kembali akumulasi obligasi. Namun, yield dan valuasi FR yang kurang menarik dapat membatasi turunnya yield FR.

4. DJIA, S&P500, dan Nasdaq (Pasar Saham AS). Dalam sepekan, DJIA -1,66%, S&P500 -2,08%, dan Nasdaq -2,72%. Walaupun The Fed mulai memperlambat laju kenaikan suku bunga, The Fed masih akan menaikkan suku bunga apabila inflasi naik di 2023. Hal ini membuat pasar khawatir akan resesi sehingga pasar saham terkoreksi. Namun, kekhawatiran mengenai resesi sebagian sudah di price in pasar sehingga volatilitas diharapkan lebih minim ketika resesi benar terjadi.

5. IHSG (Pasar Saham Indonesia). Dalam sepekan, IHSG naik 1,45% dan ditutup di level 6.812 per 16 Desember 2022. Koreksi yang terjadi dari awal Desember 2022 membuat investor kembali melakukan akumulasi melihat valuasi yang semakin menarik. Resesi global sedikit banyak akan mempengaruhi

(3)

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

19 December 2022

World Commodities Currencies

Foreign Trading Activity

Fixed Income Equity

Per 16 Desember 2022

Currencies Last Close % 1D % 5D % YTD US Dollar Index 104.70 0.14 (0.10) 9.44

GBP/USD 1.2148 (0.25) (0.91) (10.23)

EUR/USD 1.0586 (0.40) 0.44 (6.90)

AUD/USD 0.6685 (0.27) (1.62) (7.96)

NZD/USD 0.6373 0.46 (0.58) (6.64)

USD/JPY 137 (0.86) 0.03 18.70

USD/HKD 7.7840 0.09 (0.03) (0.16)

USD/KRW 1,307 0.28 0.42 9.94

USD/CNY 6.9740 0.00 0.22 9.72

USD/SGD 1.3590 (0.15) 0.38 0.74

USD/IDR 15,598 (0.13) 0.10 (8.62)

JCI Sectoral Last Close % 1D % 5D % YTD

Financial 1,451.34 0.92 1.48 (4.95)

Consumer Non Cyclical 727.71 0.29 1.17 9.57 Infrastructure 845.42 0.05 (1.12) (11.87) Basic Material 1,267.52 1.53 1.50 2.68

Energy 2,159.47 0.88 2.14 89.51

Consumer Cyclical 841.61 (0.96) (1.35) (6.53) Technology 5,222.58 (0.06) 0.57 (41.94)

Healthcare 1,557.43 0.69 1.85 9.67

Property 701.22 (0.54) (1.02) (9.29)

Industrial 1,177.78 (0.02) 0.88 13.61 Transportation 1,703.00 (0.50) 0.53 6.48

Equity Indices Last Close % 1D % 5D % YTD Dow Jones 32,920.46 (0.85) (1.66) (9.41) S&P 500 3,852.36 (1.11) (2.08) (19.17) Nasdaq 10,705.41 (0.97) (2.72) (31.57) FTSE 100 Index 7,332.12 (1.27) (1.93) (0.71) Euro STOXX 600 424.74 (1.20) (3.28) (12.93) SSE Composite Index 3,167.86 (0.02) (1.22) (12.97) Nikkei 225 27,527.12 (1.87) (1.34) (4.39) Hang Seng 19,450.67 0.42 (2.26) (16.87)

Kospi 2,360.02 (0.04) (1.21) (20.74)

IDX Composite 6,812.19 0.89 1.45 3.51 Indonesia (LQ45) 951.19 0.94 1.95 2.12 Indonesia (IDXSMC) 358.00 0.07 0.54 2.41 Government Bond Yield Last Yield (%) 1D (bps) 5D (bps) YTD (bps)

IndoGB 5Y (IDR) 6.15 (0.90) (4.70) 104.60 IndoGB 10Y (IDR) 6.89 (0.20) (4.80) 50.80 IndoGB 20Y (IDR) 7.13 (1.70) (0.10) 4.30 IndoGB 5Y (USD) 4.50 0.50 (1.90) 245.00

IndoGB 10Y (USD) 4.58 - (1.00) 241.20

IndoGB 30Y (USD) 5.19 (0.70) 2.50 186.50 US Treasury 5Y 3.62 0.64 (14.44) 236.12 US Treasury 10Y 3.48 3.59 (9.61) 197.21 US Treasury 30Y 3.55 5.04 (1.39) 164.19 Indo CDS (USD) 5Y 99.01 3.69 (2.57) 23.72

Commodities Last Price % 1D % 5D % YTD

WTI Oil 74.29 (2.39) 4.60 (0.21)

Brent Oil 79.04 (2.67) 3.86 2.78

Gold 1,793.08 0.91 (0.24) (1.97)

Natural Gas 6.60 (5.31) 5.68 76.94

Coal 403.00 0.27 0.12 137.62

Nickel 28,134.00 0.10 (3.72) 34.78

Copper 376.15 (0.04) (2.95) (15.73)

CPO 3,863.00 (0.57) (1.55) (25.12)

Asset Class 1D WTD MTD YTD

Equity (0.18) (3.91) (15.33) 72.28

Fixed Income 0.12 2.44 21.86 (114.22)

(4)

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

19 December 2022

Country Data Previous Forecast Release Date*

US

Initial Jobless Claim 211K 225K 22-Dec-22

PCE Prices Q3-2022 4,30% 22-Dec-22

GDP Q3-2022 (QoQ) 2,90% 2,90% 22-Dec-22

Core PCE Prices Q3-2022 1,70% 22-Dec-22

EU Current Account October 2022 -EUR 8,10 Bn 20-Dec-22

Consumer Confidence October 2022 -23,90 -22,00 20-Dec-22

China PBoC Loan Prime Rate 3,65% 20-Dec-22

Foreign Direct Investment 14,40% 20-Dec-22

Japan

Foreign Investment in Stocks JPY 1.154 Bn 22-Dec-22

Foreign Investment in Bonds -JPY 605 Bn 22-Dec-22

National Core CPI November 2022 (YoY) 3,60% 3,70% 23-Dec-22

National CPI November 2022 (YoY) 3,70% 23-Dec-22

Indonesia

Loan October 2022 (YoY) 11,95% 20-Dec-22

Lending Facility Rate December 2022 6,00% 6,25% 22-Dec-22

Deposit Facility Rate December 2022 4,50% 4,75% 22-Dec-22

M2 Money Supply November 2022 (YoY) 9,80% 23-Dec-22

Proyeksi Data Ekonomi

Data Rilis Minggu Ini

Macro Indicator 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022E

Gross Domestic Product (% YoY) 5,0 5,1 5,2 5,0 -2,1 3,7 5,2

GDP per capita (US$) 3.605 3.877 3.927 4.175 3.912 4.350 4.646

Consumer Price Index Inflation (% YoY) 3,0 3,6 3,1 2,7 1,7 1,9 5,6

BI 7 day Repo Rate (%) 4,75 4,25 6,00 5,00 3,75 3,50 5,5

USD/IDR Exchange Rate (end of year)** 13.473 13.433 14.390 13.866 14.050 14.262 15.576

Trade Balance (US$ billion) 8,8 11,8 -8,5 -3,2 21,7 35,3 52,8

Current Account Balance (% GDP) -1,8 -1,6 -3,0 -2,7 -0,4 0,3 0,9

** estimation of Rupiah's fundamental exchange rate

*telah disesuaikan dengan waktu Indonesia

(5)

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

19 December 2022

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

EDITOR: Wealth Management Division DISCLAIMER: This report is for information only, and is not intended as an offer or solicitation with respect to the purchase or sale of any commodities, securities, or currencies. We deem that the information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. However, we do not guarantee their accuracy, and any such information may be incomplete or condensed. None of PT. Bank Central Asia Tbk (“BCA”), and/or its affiliated companies, and/or their respective employees and/or agents makes any representation or warranty (express or implied) or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the issue thereof. BCA, or any of its related companies or any individuals connected with BCA or BCA group accepts no liability for any direct, special, indirect, consequential, incidental damages or any other loss or damages of any kind arising from any use of the information herein (including any error, omission or misstatement herein, negligent or otherwise) or further communication thereof, even if the BCA or any other person has been advised of the possibility thereof. Opinion expressed is the analysts’ current personal views as of the date appearing on this material only, and subject to change without notice. It is intended for the use by recipient only and may not be reproduced or copied/photocopied or duplicated or made available in any form, by any means, or redistributed to others without written permission of PT Bank Central Asia Tbk.

All opinions and estimates included in this report are based on certain assumptions. Actual results may differ materially. In considering any investments you should make your own independent assessment and seek your own professional financial and legal advice.

SOURCE: Economic Banking & Industry Research of BCA Group, Bloomberg, Reuters, Bisnis Indonesia, Kontan, CME Group

Glossary

• AS: Amerika Serikat.

Consumer Price Index (CPI): Inflasi dari sisi produsen.

Credit Default Swap (CDS): Instrumen derivatif yang mencerminkan persepsi risiko investor asing terhadap investasinya di suatu negara.

Dot plot: Ekspektasi para pejabat The Fed mengenai tingkat suku bunga.

• ECB: Bank sentral Eropa.

Inflow: Aliran dana masuk.

Outflow: Aliran dana keluar.

• Resesi: Perlambatan Ekonomi.

• The Fed: Bank sentral AS.

Trade balance: Neraca dagang, mencatat transaksi ekspor & impor suatu negara.

US Treasury (UST): Obligasi AS.

Yield: Imbal hasil.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan inflasi yang masih tinggi, pasar memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga 75bps per November dan juga Desember, sehingga suku bunga pada akhir tahun

Di tengah tekanan terhadap rupiah, Bank Indonesia diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga acuan setelah pada Mei BI menaikkan suku bunga 2x dengan total

Bahkan BI mengisyaratkan akan menaikkan lagi suku bunga acuan tahun ini apabila Bank Sentral Amerika menaikkan suku bunga acuan lebih dari 3x pada 20183. Source: Bloomberg, NH

Weekly Market Overview Wealth Management Division 5 June 2023 Data ketenagakerjaan AS di bulan Mei 2023 menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat.. Namun, penambahan tenaga kerja

Weekly Market Overview Wealth Management Division 17 July 2023 Turunnya inflasi AS ditengah data ketenagakerjaan yang kuat serta rilis earnings beberapa perbankan besar yang lebih

Kenaikan yield dipicu oleh kenaikan yield US Treasury, adanya foreign outflow sebesar IDR 1,41 triliun di pasar obligasi Indonesia, inflasi Indonesia yang kembali naik di bulan Februari

Weekly Market Overview Wealth Management Division 31 October 2023 Exhibit 1: Megacap Tech Earnings Q3-2023 Source: Bloomberg 27 October 2023 Exhibit 2: ETF Cumulative Flow USD Bn

Narasi suku bunga higher for longer serta risiko fiskal AS yang meningkat membuat yield UST kembali naik ke level tertinggi sejak 2007.. FR Indonesia Government IDR