• Tidak ada hasil yang ditemukan

Weekly Market Overview

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Weekly Market Overview"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

6 February 2023

Pada FOMC Februari 2023, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps ke level 4,75% melihat disinflasi sudah mulai terjadi. Menanggapi hal tersebut, pasar sempat rally dengan ekspektasi bahwa The Fed akan pivot di 2023. Namun, dua hari setelahnya, pasar justru dikejutkan dengan rilis data ketenagakerjaan yang sangat kuat. Bagaimana arah kebijakan The Fed kedepannya?

Disinflation + Strong Job Data = Fed Pivot?

Exhibit 2: Market Expectation Towards FFR

Key Highlights:

1. Disinflation. Inflasi AS secara konsisten turun dalam 6 bulan terakhir (Des-22: +6,50% YoY) setelah mencapai titik tertingginya di level +9,10% YoY pada bulan Juni 2022. Jerome Powell, chairman The Fed, menyatakan bahwa mulai terjadi disinflasi pada permintaan barang seiring dengan pengetatan kondisi finansial AS serta normalisasi harga energi dan pangan. Alhasil, The Fed memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga sesuai dengan ekspektasi pasar sebesar 25 bps ke level 4,75%.

2. Dovish Hawk. Jerome Powell menyatakan akan tetap menaikkan suku bunga beberapa kali lagi dan akan mempertahankan suku bunga di level yang tinggi sampai inflasi mendekati angka 2,00%. Arah kebijakan the Fed sebetulnya masih hawkish, namun pasar malah menganggap The Fed bernada dovish karena Jerome Powell tidak banyak membahas mengenai job data yang masih sangat kuat. Pasca hasil FOMC, USD melemah ke 100,75, yield UST turun ke 3,39%, dan Nasdaq yang merepresentasikan saham teknologi AS menguat di perdagangan 2 Februari 2023.

3. Super Strong Job Data. Beberapa data penting yang dirilis dua hari setelah FOMC memberikan konfirmasi betapa kuatnya pasar ketenagakerjaan AS. Unemployment rate menyentuh level 3,40%

(exp. 3,60%), terendah sejak bulan Mei 1969. Ditambah lagi, rilis data non-farm payroll bulan Januari 2023 mencapai 517.000, jauh melebihi ekspektasi pasar di 185.000 dan mengalami peningkatan signifikan dari bulan sebelumnya di 260.000 (Exhibit 1). Hal ini yang membuat pasar melakukan aksi profit taking dimana USD kembali menguat ke level 102,92, yield UST naik ke 3,52%, dan pasar saham AS terkoreksi.

Exhibit 1: US Non-Farm Payroll (in Thousands)

904

414 254

364 370 568

352 350 324

290 260

517 5.00% 5.00%

4.75%

4.50%

5.00%

5.25%

5.00%

4.75%

Mar-23 May-23 to Sep-23 Nov-23 Dec-23

2-Feb-23 3-Feb-23

(2)

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

6 February 2023

Will The Fed Pivot in 2023?

Kuatnya data ketenagakerjaan dapat berdampak pada penguatan daya beli masyarakat AS sehingga inflasi dikhawatirkan akan tetap tinggi. Ditambah lagi, perekonomian AS masih cukup kuat dengan ISM Services naik signifikan ke 55,20 pada Januari 2023 setelah sebelumnya menyentuh level 49,20 di bulan Desember 2022. Secara teori ekonomi, The Fed seharusnya tidak akan menurunkan suku bunga sebelum job data di AS melemah signifikan.

Pasca dirilisnya job data di hari Jumat, pasar kemudian berpikir bahwa The Fed mungkin saja menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 25 bps di FOMC bulan Maret dan Mei 2023 ke rentang 5,00% - 5,25%

dan menahannya di level tinggi dalam waktu yang cukup lama (Exhibit 2). Meski demikian, pasar sampai saat ini masih meyakini The Fed akan menurukan suku bunga di bulan November dan Desember 2023 masing-masing sebesar 25 bps walaupun The Fed pernah menyatakan belum ada rencana untuk menurunkan suku bunga di tahun 2023.

Dampak Terhadap:

1. USD/IDR. Dalam sepekan, USD Index menguat +0,97% ke level 102,92 disebabkan oleh rilis data ketenagakerjaan yang sangat kuat meskipun The Fed telah memperlambat laju kenaikan suku bunga ke 25 bps. Sementara itu, IDR kembali menguat terhadap USD dan ditutup di 14.893. Hal tersebut disebabkan oleh adanya foreign inflow ke pasar saham dan obligasi Indonesia seiring dengan sentimen risk on yang masih terus berlanjut.

2. INDON (Indonesia Government USD Bonds). Yield US Treasury 10YR sempat turun ke 3,39% di perdagangan 2 Februari 2023 kemudian naik ke 3,52% pada akhir pekan lalu karena rilis data ketenagakerjaan AS yang kuat. Sementara itu, yield INDON 10YR turun -20 bps ke 4,49% seiring dengan turunnya CDS 5YR ke level 78,91 bps.

3. FR (Indonesia Government IDR Bonds). Yield FR 10YR turun -20 bps ke level 6,55% pada pekan lalu karena investor asing masih konsisten mencatatkan inflow (IDR 89 miliar dalam sepekan) ditengah penguatan IDR. Pergerakan FR sangat diuntungkan oleh sentimen positif dari pasar obligasi dunia walaupun secara valuasi sudah tidak murah.

4. Pasar saham AS (DJIA, S&P500, dan Nasdaq). Pergerakan DJIA, S&P500, dan Nasdaq cukup mixed - 0,15, +1,62%, dan +3,31% di pekan lalu. Indeks Nasdaq yang merepresentasikan saham teknologi AS mengalami kenaikan yang signifikan ditengah ekspektasi perlambatan laju kenaikan suku bunga.

Kenaikan harga saham teknologi turut didorong oleh upaya layoff yang dilakukan oleh perusahaan - perusahaan big tech. Namun, Nasdaq juga yang terkoreksi paling signifikan di hari Jumat lalu akibat kekhawatiran pasar mengenai kuatnya data ketenagakerjaan.

5. IHSG (Pasar Saham Indonesia). IHSG menguat +0,18% ke 6.912 di pekan lalu. Investor asing kembali

mencatatkan inflow sebesar IDR 79 miliar dalam sepekan. Kedepannya, pertumbuhan laba emiten

terutama big banks yang baik, fundamental yang kuat, dan valuasi yang masih cukup menarik dapat

(3)

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

6 February 2023

World Commodities Currencies

Foreign Trading Activity

Fixed Income Equity

Per 3 Februari 2023

Currencies Last Close % 1D % 5D % YTD US Dollar Index 102.92 1.14 0.97 (0.59)

GBP/USD 1.2056 (1.38) (2.63) (0.22)

EUR/USD 1.0795 (1.05) (0.67) 0.84

AUD/USD 0.6923 (2.18) (2.49) 1.61

NZD/USD 0.6331 (2.24) (2.49) (0.30)

USD/CNY 6.7980 0.99 0.20 (1.46)

USD/HKD 7.8464 0.03 0.21 0.57

USD/KRW 1,229.35 0.74 (0.16) (2.86)

USD/JPY 131.19 1.95 1.01 0.05

USD/SGD 1.3235 1.05 0.75 (1.19)

USD/IDR 14,893.00 0.09 (0.61) (4.34)

JCI Sectoral Last Close % 1D % 5D % YTD

Financial 1,433.57 0.85 0.37 1.32

Consumer Non Cyclical 756.48 0.60 2.85 5.57 Infrastructure 863.67 0.97 0.78 (0.57) Basic Material 1,266.36 (0.54) 0.30 4.13

Energy 2,093.84 (3.27) (3.60) (8.15)

Consumer Cyclical 840.99 0.60 1.62 (1.16)

Technology 5,829.10 1.62 5.25 12.92

Healthcare 1,576.83 (0.14) 3.11 0.76

Property 721.22 1.23 1.52 1.40

Industrial 1,163.40 (0.58) (1.31) (0.93) Transportation 1,783.05 (0.37) (0.25) 7.29

Equity Indices Last Close % 1D % 5D % YTD Dow Jones 33,926.01 (0.38) (0.15) 2.35 S&P 500 4,136.48 (1.04) 1.62 7.73

Nasdaq 12,006.96 (1.59) 3.31 14.72

FTSE 100 Index 7,901.80 1.04 1.76 6.04

Euro STOXX 600 460.77 0.34 1.23 8.44

SSE Composite Index 3,263.41 (0.68) (0.04) 5.64

Nikkei 225 27,509.46 0.39 0.46 5.42

Hang Seng 21,660.47 (1.36) (4.53) 9.50

Kospi 2,480.40 0.47 (0.15) 10.91

IDX Composite 6,911.73 0.31 0.18 0.89 Indonesia (LQ45) 952.80 1.04 0.32 1.67 Indonesia (IDXSMC) 353.54 (0.18) 0.84 0.68 Government Bond Yield Last Yield (%) 1D (bps) 5D (bps) YTD (bps)

IndoGB 5Y (IDR) 6.26 (2.90) (19.70) 5.20 IndoGB 10Y (IDR) 6.55 (4.40) (19.90) (39.50) IndoGB 20Y (IDR) 6.88 (0.70) (3.40) (23.50) IndoGB 5Y (USD) 4.38 (4.50) (10.10) (30.50) IndoGB 10Y (USD) 4.49 (6.00) (20.30) (30.80) IndoGB 30Y (USD) 5.03 (3.90) (22.20) (33.40) US Treasury 5Y 3.66 17.11 4.88 (34.49) US Treasury 10Y 3.52 13.19 2.11 (35.02) US Treasury 30Y 3.61 6.93 (0.50) (34.90) Indo CDS (USD) 5Y 78.91 (0.07) (5.29) (20.67)

Commodities Last Price % 1D % 5D % YTD

WTI Oil 73.39 (3.28) (7.89) (8.56)

Brent Oil 79.94 (2.71) (7.48) (6.95)

Gold 1,864.97 (2.50) (3.27) 2.25

Natural Gas 2.41 (1.87) (15.41) (46.15)

Coal 236.00 (3.54) (34.10) (41.61)

Nickel 28,447.00 (3.99) (0.95) (4.86)

Copper 405.65 (0.84) (3.93) 6.46

CPO 3,725.00 2.00 (3.85) (10.69)

Asset Class 1D WTD MTD YTD

Equity 1.25 0.79 1.18 (1.88)

Fixed Income (0.29) 0.89 (0.29) 48.65

(4)

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

6 February 2023

Country Data Previous Forecast Release Date*

US

Trade Balance December 2022 -USD 61,50 Bn -USD 68,50 Bn 07-Feb-23

Initial Jobless Claims 183K 194K 09-Feb-23

Continuing Jobless Claims 1.655L 09-Feb-23

EU Retail Sales December 2022 (YoY) -2,80% -2,70% 06-Feb-23

Sentix Investor Confidence February 2023 -17,50 -12,80 06-Feb-23

China

FX Reserves January 2023 USD 3.128 Tn USD 3.152 Tn 08-Feb-23

PPI January 2023 (YoY) -0,70% -0,50% 10-Feb-23

CPI January 2023 (YoY) 1,80% 2,10% 10-Feb-23

Japan

Household Spending December 2022 (YoY) -1,20% -0,20% 07-Feb-23

Foreign Reserves January 2023 USD 1.227,60 Bn 07-Feb-23

Current Account December 2022 JPY 1.804 Tn JPY 0,098 Tn 08-Feb-23

PPI January 2023 (YoY) 10,20% 9,60% 10-Feb-23

Indonesia

GDP Q4-2022 (YoY) 5,72% 4,84% 06-Feb-23

FX Reserves January 2023 USD 137,20 Bn 07-Feb-23

Consumer Confidence January 2023 119,90 08-Feb-23

Retail Sales (YoY) 1,30% 09-Feb-23

Proyeksi Data Ekonomi

Data Rilis Minggu Ini

Macro Indicator 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023E

Gross Domestic Product (% YoY) 5,1 5,2 5,0 -2,1 3,7 5,3* 4,6

GDP per capita (US$) 3.877 3.927 4.175 3.912 4.350 4.564* 4.525

Consumer Price Index Inflation (% YoY) 3,6 3,1 2,7 1,7 1,9 5,5 4,4

BI 7 day Repo Rate (%) 4,25 6,00 5,00 3,75 3,50 5,50 6,00

USD/IDR Exchange Rate (end of year)** 13.433 14.390 13.866 14.050 14.262 15.568 16.292

Trade Balance (US$ billion) 11,8 -8,5 -3,2 21,7 35,3 55,8* 43,2

Current Account Balance (% GDP) -1,6 -3,0 -2,7 -0,4 0,3 0,9* -0,2

* Estimated number.

** Estimation of Rupiah's fundamental exchange rate.

*Telah disesuaikan dengan waktu Indonesia

(5)

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

6 February 2023

Weekly

Market Overview

Wealth Management Division

EDITOR: Wealth Management Division DISCLAIMER: This report is for information only, and is not intended as an offer or solicitation with respect to the purchase or sale of any commodities, securities, or currencies. We deem that the information contained in this report has been taken from sources which we deem reliable. However, we do not guarantee their accuracy, and any such information may be incomplete or condensed. None of PT. Bank Central Asia Tbk (“BCA”), and/or its affiliated companies, and/or their respective employees and/or agents makes any representation or warranty (express or implied) or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the accuracy or completeness of the information and opinions contained in this report or as to any information contained in this report or any other such information or opinions remaining unchanged after the issue thereof. BCA, or any of its related companies or any individuals connected with BCA or BCA group accepts no liability for any direct, special, indirect, consequential, incidental damages or any other loss or damages of any kind arising from any use of the information herein (including any error, omission or misstatement herein, negligent or otherwise) or further communication thereof, even if the BCA or any other person has been advised of the possibility thereof. Opinion expressed is the analysts’ current personal views as of the date appearing on this material only, and subject to change without notice. It is intended for the use by recipient only and may not be reproduced or copied/photocopied or duplicated or made available in any form, by any means, or redistributed to others without written permission of PT Bank Central Asia Tbk.

All opinions and estimates included in this report are based on certain assumptions. Actual results may differ materially. In considering any investments you should make your own independent assessment and seek your own professional financial and legal advice.

SOURCE: Economic Banking & Industry Research of BCA Group, Bloomberg, Reuters, Bisnis Indonesia, Kontan, CME Group

Glossary

• AS: Amerika Serikat.

• Bps: basis point. 100 bps sama dengan 1%.

Credit Default Swap (CDS): instrumen derivatif yang menggambarkan persepsi risiko investor asing terhadap investasinya di suatu negara.

Dovish: istilah yang digunakan untuk menjelaskan kebijakan moneter longgar.

• Fed pivot: suatu kondisi dimana The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat mengubah arah kebijakan moneter dari yang sebelumnya kontraktif (ketat) menjadi ekspansif (longgar), atau sebaliknya.

• FOMC meeting: pertemuan para pejabat The Fed untuk membahas kebijakan moneter.

Foreign inflow: aliran dana masuk.

Hawkish: istilah yang digunakan untuk menjelaskan kebijakan moneter ketat.

Non-farm payroll: pengukuran jumlah pekerja di Amerika Serikat yang tidak termasuk pekerja di bidang pertanian dan pekerja di beberapa klasifikasi pekerjaan lainnya.

Terminal rate: titik puncak dimana suku bunga The Fed akan berhenti dinaikkan.

• The Fed: bank sentral AS.

Unemployment rate: tingkat pengangguran di suatu negara.

US Treasury (UST): obligasi pemerintah AS.

Yield: imbal hasil.

Referensi

Dokumen terkait

*Includes SWAP Holders, Foreign Residents & Others, QFIs, Foreign DPMs and Foreign Strategic Investors Foreign Investor Ownership* - Q2 2023 Overview 375.89 Billion +8.35% Main

Karena UST yang dianggap sebagai safe haven mampu memberikan real yield yang tinggi, investor mulai beralih ke pasar obligasi AS sehingga inflow selama YTD 2023 tercatat hampir setara

Kenaikan yield dipicu oleh kenaikan yield US Treasury, adanya foreign outflow sebesar IDR 1,41 triliun di pasar obligasi Indonesia, inflasi Indonesia yang kembali naik di bulan Februari

Alasannya, USD melemah seiring dengan narasi dovish Fed yang semakin diyakini pasar, kondisi makroekonomi Indonesia yang kuat, serta investor asing yang membukukan inflow di pasar saham

Berikut gambaran mengenai arah kebijakan moneter bank sentral dunia kedepannya: • The Fed: diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk terakhir kali ke 5,50% di FOMC Juli 2023.. • BoE

Weekly Market Overview Wealth Management Division 26 September 2023 4.44% 2.74% 6.76% 0.74% US Germany Indonesia Japan Highest since Apr-23 Exhibit 2: 10YR Bond Yield Movement

Penguatan di pasar saham disebabkan oleh suku bunga The Fed yang ditahan di 5,50% pada FOMC November 2023 dan ekspektasi berakhirnya rate hike cycle oleh The Fed setelah tenaga kerja AS

Bank Indonesia mungkin harus tetap menaikkan suku bunga atau setidaknya mempertahankan suku bunga di level yang tinggi walaupun inflasi sudah turun di tahun 2023.. Hal ini dapat