• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4.1 Fungsi dan Makna Afiks terhadap Kata Bahasa Indonesia dari Bahasa

4.1.2 Afiks Pembentuk Nomina

Afiks pembentuk nomina seperti afiks {se-}, {-in}, {-at}, {peN-an}, {ke-an} termasuk ke dalam afiks derivasional apabila afiks tersebut dilekatkan pada morfem dasar yang berkelas kata adjektiva dan verba, sedangkan afiks {se-}, {-in}, {-at}, {peN-an} dan {per-an} juga termasuk ke dalam afiks infleksional apabila afiks tersebut dilekatkan pada morfem dasar yang berkelas kata nomina. Makna yang ditimbulkan oleh morfem afiks {se-} sebagai pembentuk nomina menyatakan makna ‘sama’; gabungan sufiks {-at} dengan morfem dasarnya menyatakan makna ‘pelaku jamak (feminine)’ dan ‘tempat’; dan makna yang ditimbulkan oleh sufiks {-in} dengan morfem dasarnya menyatakan makna ‘pelaku maskulin’; makna yang ditimbulkan oleh {peN-an} dengan morfem dasarnya menyatakan makna ‘cara ‘ dan ‘proses’.; sementara makna yang ditimbulkan oleh {ke-an} dengan morfem dasarnya menyatakan makna ‘derajat’, ‘tidak sengaja’, ‘hal’; dan makna yang ditimbulkan oleh {per-an} dengan bentuk dasarnya menyatakan makna ‘hal’. Contohnya sebagai berikut:

[ se- + [kufu]N Æ [sekufu]N ‘sederajat’

[[mukmin]N + -in] Æ [mukminin]N ‘orang-orang mukmin’ [[fasih]Adj + -at] Æ [fasihat]N ‘bersangkutan dengan fasih’ [[mukmin]N + at] Æ [mukminat]N ‘pelaku feminin’

[[peN-an] + [tahir]Adj Æ [penahiran]N ‘pembersihan’ [[ke-an] + [jumud]Adj Æ [kejumudan]N ‘kebekuan’ [[per-an] + [tabib]N Æ [pertabiban]N ‘perihal tabib’ [[safar]N + -i] Æ [safari]N ‘perjalanan’

Prefiks {se-} tergolong ke dalam prefiks infleksif. Artinya afiks tersebut tidak dapat mengubah kategori kelas kata dasar tertentu dan pelekatan afiks {se-} tidak menimbulkan perubahan kelas kata morfem dasar yang dilekatinya. Contohnya dalam kalimat sebagai berikut:

1. Ia menerima sejumlah uang dari mereka.

2. Pria itu kawin dengan wanita yang tidak sekufu dengannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 2005).

3. Meminjamkan sesuatu haruslah seizin pemiliknya.

Kata-kata di atas seperti kata /sejumlah/ ‘sebanyak-banyaknya’ (contoh 1) /sekufu/ ‘sederajat’ (tentang martabat) (contoh 2) dan /seizin/ ‘dengan izin, atas izin’ (contoh 3) dibentuk dari morfem dasar nomina dengan prefiks {se-}. Kelekatan prefiks {se-} dengan morfem dasar nomina tidak mengubah kelas kata dari morfem dasar nomina itu, dengan demikian prefiks {se-} dalam hal ini dapat dikatakan bersifat inflektif. Gabungan prefiks {se-} dengan kedua morfem di atas menimbulkan makna ‘satu’ (contoh 1), ‘sama’ (contoh 2), dan ‘sungguh-sungguh’ (contoh 3).

Morfem dasar /jumlah/ ‘banyaknya’ (contoh 1) merupakan kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab /jumlah/ [jumlah] (

ﺔ ) ‘jumlah’. Penyerapan yang terjadi pada contoh ini merupakan penyerapan penuh yang meliputi penyerapan fonem secara utuh.

Morfem dasar /kufu/ ‘kesamaan derajat (martabat) ‘(contoh 2) merupakan kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab /kufu:’/ [kufu:’] ( ءﻮ آ ) ‘yang sama’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonem /u:/ menjadi /u/ dan penghilangan fonem

/ ’ / (ء) di akhir kata (apokope).

Morfem dasar /izin/ ‘pernyataan mengabulkan, persetujuan, membolehkan’ (contoh 3) merupakan kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab /iżn/ [iżn] ( نذإ ) ‘izin, permisi’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonem / ż / menjadi / z / dan penambahan fonem /i/ di antara fonem /z/ dan fonem /n/.

Tabel 7: Contoh kata bentukan infleksi prefiks {se-} No. Transkripsi Fonemik Kata Jadian MD + {se-} Transkripsi

Fonetik Makna Morfem Dasar

Perubahan Bentuk

1. /sejumlah/ [səjumlah] ‘sebanyak-banyanya

/jumlah/

‘banyaknya’ N – N 2. /sekufu/ [səkufu] ‘sederajat’ /kufu/ ‘kesamaan

derajat’ N – N

3. /seizing/ [səizin] ‘seizin’

/izin/ ‘pernyataan mengabulkan, membolehkan’

N –N

Berdasarkan uraian yang ada kelihatan bahwa pembentukan kata BI dari BA banyak melibatkan afiks-afiks. Hal ini dapat dikenali dari bentuk dasar dan morfem pembentuk kata itu.

4.1.2.2 Sufiks {-in}

Sufiks {-in} memiliki fungsi derivatif ketika sufiks ini dilekatkan pada morfem dasar yang berkelas kata adjektiva dan verba, akan tetapi sufiks {-in} ini juga dapat berfungsi inflektif jika morfem dasar yang dilekatkan pada sufiks {-in} ini berkelas kata nomina.

1. Mukimin di tempat itu akan dipindahkan ke tempat lain.

2. Dengan adanya muhajirin yang menikahi wanita Ansor maka tali silaturahim di antara mereka semakin erat.

3. Hadirin dipersilahkan berdiri.

4. Orang munafikin tidak disukai orang lain.

Pada contoh 1 dan 2 tampak bahwa sufiks {-in} berfungsi inflektif karena kelekatannya dengan morfem dasar berkelas kata nomina /mukim/ ‘penduduk tetap’ dan /muhajir/ ‘orang yang pindah’ tidak mengubah kelas kata morfem dasar tersebut. Kelekatan sufiks {-in} dengan morfem dasar /hadir/ ‘ada, datang’ (contoh 3) mengubah kelas kata morfem dasar tersebut dari kelas kata verba menjadi nomina, sementara kelekatan sufiks {-in} dengan morfem dasar /munafik/ ‘berpura-pura percaya atau setia dsb. kepada agama, tetapi sebenarnya dihatinya tidak’ (contoh 4) mengubah kelas kata morfem dasar dari adjektiva ke

nomina.Gabungan sufiks {-in} dengan morfem dasarnya dapat menimbulkan makna ‘pelaku jamak maskulin’ (contoh 1, 2, 3 dan 4).

Morfem dasar /mukim/ (contoh 1) di dalam bahasa Indonesia termasuk kata tunggal yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab /muqi:m/ [muqi:m] ( ) ‘orang yang tinggal tetap’. Proses penyerapannya terjadi dengan penggantian /q/ menjadi /k/ dan penyesuaian fonologis /i:/ menjadi /i/ diantara fonem /k/ dan /m/.

Morfem dasar /muhajir/ (contoh 2) di dalam bahasa Indonesia termasuk kata tunggal yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab /muha:jir/ [muha:jir] (

ﺮ ﺎﻬ ) ‘yang berpindah’. Proses penyerapannya terjadi dengan menyesuaikan /a:/ menjadi /a/ diantara fonem /h/ dan /j/.

Morfem dasar /hadir/ ‘hadir’ (contoh 3) termasuk kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab / a:dir/ [ a:dir] (ﺮ ﺎ ) ‘ada, datang’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonologis / / menjadi /h/ di awal kata, /a:/ menjadi /a/ di antara fonem /h/ dan /d/ dan penyesuaian fonologis / / menjadi /d/ di antara fonem /a/ dan /i/.

Terakhir morfem dasar /munafik/ ‘munafik’ (contoh 4) merupakan bentuk tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab /muna:fiq/ [muna:fiq] ( ﺎ ) ‘orang yang berpura-pura, munafik’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonologis /a:/ menjadi /a/ di antara fonem /n/ dan /f/ serta penggantian fonem /q/ menjadi /k/ di akhir kata.

Tabel 8: Contoh kata bentukan derivasi dan infleksi sufiks {-in} :

No. Transkripsi Fonemik kata jadian MD + sufiks {-in} Transkripsi Fonetik Kata Jadian

Makna Morfem Dasar Perubahan Bentuk

1. /mukimin/ [mukimin] ‘yang bermukim’ /mukim/ ‘penduduk tetap, tempat tinggal’ N – N

2. /muhajirin/ [muhajirin] ‘pengikut nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Mekah ke Madinah; orang-orang yang pindah’ /muhajir/ ‘orang yang pindah’ N – N

3. /hadirin/ [hadirin] ‘semua yang hadir’ /hadir/ ‘ada, datang’ V – N 4. /munafikin/ [munafikin ] ‘orang-orang munafik’ /munafik/ ‘berpura-pura percaya atau setia dsb kepada agama, tetapi sebenarnya di hatinya tidak’ Adj – N 4.1.2.3 Sufiks {-at}

Sufiks {-at} selain tergolong ke dalam sufiks derivasi ia juga termasuk sufiks inflektif. Artinya, sufiks tersebut dapat mengubah kategori kelas kata dasar tertentu dan pelekatan sufiks {-at} dengan morfem dasar kadang-kadang tidak menyebabkan perubahan kelas kata morfem dasar yang dilekatinya. Untuk lebih jelasnya kapan sufiks {-at} berfungsi derivatif dan inflektif dapat dilihat contoh-contoh di bawah ini:

1. Kita harus berusaha meningkatkan perbuatan khairat. 2. Fadilat puasa banyak diuraikan di dalam hadis. 3. Fasihatnya sudah dikenal oleh orang banyak. 4. Semua hadirat boleh memasuki ruangan itu. 5. Barisan mukminat berada di sebelah kanan.

Kata jadian /khairat/, /fadilat/, /fasihat/, /hadirat/ dan /mukminat/ diserap secara utuh dari bahasa Arab. Kata /khairat/, /fadilat/ dan /fasihat/ (contoh 1, 2 dan 3) dibentuk dari morfem dasar adjektiva /khair/ ‘elok, baik’; /fadi:l/ ‘mulia dan yang utama’ dan /fasi:h/ ‘berkata lancar’ dengan pembubuhan sufiks {-at}.

Kelihatan di sini bahwa sufiks {-at} berfungsi derivatif karena kelekatannya dengan morfem dasar tersebut mengubah kategori kata dari adjektiva ke nomina.

Kata jadian /hadirat/ (contoh 4) dibentuk dari morfem dasar verba /ha:dir/ ‘yang datang’ dengan pembubuhan sufiks {-at}. Contoh sufiks {-at} ini juga berfungsi derivatif karena dapat mengubah kelas kata dari verba ke nomina. Selanjutnya di dalam data ditemukan kata /akhirat/ ‘tempat’, namun kata ini tidak dapat dimasukkan ke dalam gabungan sufiks {-at} dengan morfem dasar /akhir/ karena memiliki makna yang berbeda. Kata /akhirat/ diserap secara utuh dari bahasa Arab.

Kelekatan sufiks {-at} pada morfem dasar /mukmin/ ‘orang yang beriman kepada Allah’ pada kata jadian mukminat (contoh 5) juga tidak mengubah kelas kata morfem dasar itu, oleh karena itu sufiks {-at} pada contoh ini berfungsi inflektif karena kelekatannya dengan morfem dasar tidak mengubah kelas kata morfem tersebut. Gabungan morfem dasar dengan sufiks {-at} menimbulkan makna ‘pelaku jamak feminin’ dan ‘bersangkutan dengan’.

Morfem dasar /khair/ ‘elok, baik’ (contoh 1) diserap dari bahasa sumbernya kata tunggal /khair/ [xair] ( ﺮ ﺧ ) ‘yang baik’. Penyerapan yang terjadi pada contoh ini adalah penyerapan penuh karena semua fonem yang ada di bahasa sumber diserap secara utuh tanpa ada perubahan.

Morfem dasar /fadil/ (contoh 2) dipungut dari bahasa sumbernya kata kompleks /fa i:l/ [fa i:l] ( ) ‘yang utama, yang mempunyai kelebihan’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonologis menjadi / / menjadi /d/ dan /i:/ menjadi /i/ di antara fonem / / dan /l/.

Morfem dasar /fasih/ (contoh 3) merupakan kata tunggal yang dipungut dari bahasa sumbernya kata kompleks /fa i:h/ [fa i:h] ( ) ‘yang fasih lidah’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian / / menjadi /s/, /i:/ menjadi /i/ dan / / menjadi /h/.

Morfem dasar /hadir/ (contoh 4) merupakan kata tunggal yang dipungut dari bahasa sumbernya kata kompleks / a: ir/ [ a: ir] ( ﺮ ﺎ ) ‘yang datang, hadir’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonologis / /

menjadi /h/ di awal kata dan /a:/ menjadi /a/ dan / / menjadi /d/ di antara /a/ dan /i/.

Morfem dasar /mukmin/ (contoh 5) merupakan kata tunggal bahasa Indonesia yang dipungut dari bahasa sumbernya kata kompleks /mukmin/ [mukmin] ( ﺆ ) ‘yang beriman, yang percaya’. Proses penyerapannya terjadi dengan mengganti fonem / ’ / (ء) menjadi fonem /k/. Pendistribusian sufiks {-at} dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 9:Contoh kata bentukan derivasi dan infleksi sufiks {-at}:

No. Transkrips i Fonemik kata jadian MD + sufiks {-at} Transkripsi Fonetik Kata Jadian Makna Morfem Dasar Perubah an Bentuk 1. /khairat/ [Xairat] ‘perbuatan baik, kemakmuran’ /khair/ ‘elok, baik’ Adj – N 2. /fadilat/ [fadilat] ‘kemuliaan,

keluhuran’

/fadil/ ‘mulia,

luhur’ Adj – N 3. /fasihat/ [fasihat] ‘kebaikan tutur

kata, lafal’ /fasih/ ‘lancar, bersih dan baik lafalnya’ Adj – N

4. /hadirat/ [hadirat] ‘semua yang hadir (Pr)’ /hadir/ ‘ada, datang’ V – N 5. /mukminat / [mukminat] ‘perempuan mukmin’ /mukmin/ ‘orang yang beriman kepada Allah’ N – N 4.1.2.4 Konfiks {peN-an}

Konfiks {peN-an} di dalam kata BI dari BA termasuk ke dalam afiks derivasional. Dikatakan demikian karena morfem afiks tersebut dalam proses morfologis melekati morfem dasar dan dapat menyebabkan perubahan kelas kata atau (identitas leksikal). Konfiks ini berfungsi membentuk nomina dari bentuk

dasar nomina, adjektiva dan verba. Berikut ini contoh kalimat dengan menggunakan {peN-an}:

1. Sapi yang disembelih itu merupakan pentahiran nama kepala desa. 2. Penyahihan kesaksiannya diterima karena dikuatkan oleh sumpah. 3. Pemakzulannya dari jabatan itu tidak wajar.

4. Pemurtadan yang dilakukannya kepada anak-anak di desa itu dikecam oleh warga.

Contoh–contoh di atas ini seperti kata /penahiran/ ‘pembersihan atau penyucian’ dan /penyahihan/ ‘pernyataan sahih terhadap sesuatu’ (contoh 1 dan 2), /pemakzulan/ ‘proses atau cara, perbuatan memakzulkan’ (contoh 3) dan /pemurtadan/ ‘proses atau cara memurtadkan’ (contoh 4) dibentuk dari morfem dasar yang dilekatkan pada konfiks {peN-an}. Kelekatan konfiks {peN-an} pada keempat contoh yang berkelas kata adjektiva dan verba ini mengubah kelas kata morfem dasar tersebut dari adjektiva dan verba menjadi nomina. Konfiks {peN-an} dalam kasus ini dapat dikatakan berfungsi derivatif karena ia dapat mengubah kata demi kata. Gabungan konfiks {peN-an} dengan morfem dasar ini menimbulkan makna ‘cara’ (contoh 1 dan 2) dan ‘proses’ (contoh 3 dan 4).

Morfem dasar /tahir/ ‘bersih, suci’ dalam bahasa Indonesia termasuk kata tunggal yang berasal dari kata kompleks / a:hir/ [ a:hir] ( ﺮهﺎﻃ ) ‘yang suci, yang bersih’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonem / / menjadi /t/ di awal kata dan penyesuaian fonologis /a:/ menjadi /a/ di antara fonem /t/ dan /h/.

Morfem dasar /sahih/ (contoh 2) ‘sah, sempurna’ termasuk kata tunggal yang berasal dari kata konfleks / a i: / [ a i: ] ( ) ‘yang sehat, yang benar’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian / / menjadi /s/ di awal kata / / menjadi /h/ dan penyesuaian fonologis /i:/ menjadi /i/.

Morfem dasar /makzul/ ‘berhenti memegang jabatan’ (contoh 3) termasuk kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab /ma‘zu:l/ [ma‘zu:l] ( لوﺰ ) ‘yang dipisahkan’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonem / ‘ / (ع) menjadi fonem /k/ dan penyesuaian fonologis /u:/ menjadi /u/.

Morfem dasar /murtad/ ‘berbalik belakang, berbalik kafir’; (contoh 4) termasuk kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab /murtadd/ [murtadd] ( ﺪ ﺮ ) ‘yang ke luar dari agama’. Penyerapan yang terjadi pada contoh ini berupa pelesapan fonem /d/ di akhir kata (apokope).

Tabel 10: Contoh kata bentukan derivasi konfiks {peN-an}:

No . Transkripsi Fonemik Kata Jadian MD + {peN-an} Transkripsi Fonetik Makna Morfem Dasar Perubah an Bentuk 1.. /penahiran/ [pənahiran] ‘pembersihan atau penyucian’ /tahir/ ‘yang suci, yang bersih’ Adj – N 2.. /penyahihan/ [pəñahihan] ‘pernyataan sahih terhadap sesuatu’ /sahih/ ‘sah, sempurna’ Adj – N 3.. /pemakzulan/ [pəmakzula n] ‘perbuatan memakzulkan’ /makzul/ ‘berhenti memegang jabatan’ V –N 4. /pemurtadan/ [pəmurtada n] ‘perbuatan memurtadkan’ /murtad/ ‘berbalik belakang, berbalik kafir’ N – V 4.1.2.5 Konfiks {ke-an}

Sama halnya dengan konfiks {peN-an}, konfiks {ke-an} di dalam BI dari BA juga termasuk ke dalam afiks derivasional. Dikatakan demikian karena morfem afiks tersebut dalam proses morfologis melekati bentuk dasar yang dapat menyebabkan perubahan pada kelas kata (identitas leksikal) dari adjektif ke nomina, dengan demikian konfiks {ke-an} dikatakan bersifat derivasional. Contohnya dalam kalimat sebagai berikut.

1. Kejumudaniman seseorang dapat mengurangi motivasi untuk beribadah. 2. Keawaman penduduk desa itu dibidang agama semakin berkurang dengan

adanya pemuka-pemuka agama yang datang ke tempat itu. 3. Kemelaratanmenjadi salah satu sebab timbulnya kefasikan.

4. Kefanaan manusia membuatnya berhati-hati di dalam mengerjakan sesuatu.

Keempat kata jadian yang terdapat pada contoh-contoh di atas ini yakni kata /kejumudan/ ‘perihal jumud, kebekuan’, /keawaman/ ‘perihal awam’, /kefasikan/ ‘perihal fasik’, dan /kefanaan/ ‘perihal fana’ (contoh 1 s.d 4) dibentuk dari morfem dasar yang dilekati konfiks {ke-an}. Kelekatan konfiks {ke-an} pada keempat morfem dasar di atas menyebabkan perubahan kelas kata dari adjektif ke nomina. Perubahan kelas kata dari adjektiva ke nomina menunjukkan bahwa konfiks {ke-an} ini berfungsi derivatif. Gabungan konfiks {ke-an} dengan morfem dasarnya menimbulkan makna ‘derajat’ (contoh 1 dan 2), ‘hal’ (contoh 3) dan ‘hal fana’ (contoh 4).

Morfem dasar / jumud / (contoh 1) ‘beku’, ‘statis’di dalam BI dari BA termasuk kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks /jumu:d/ [jumu:d] ( دﻮ ) ‘tiada bergerak’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian /u:/ menjadi /u /. Morfem dasar /fanatik/ (contoh 2) ‘teramat kuat kepercayaan (keyakinan terhadap ajaran)’ termasuk kata tunggal BI yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab /‘a wa:m/ [‘awa:m] ( ماﻮ ) ‘orang awam, orang banyak’. Proses penyerapannya terjadi dengan penghilangan fonem /‘/ (ain) di awal kata (aferesis) dan penyesuaian fonologis /a:/ menjadi /a /.

Morfem dasar /fasik/ (contoh 3) ‘tidak perduli terhadap perintah Tuhan’ termasuk kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab /fa : siq/ [fa : siq] ( ﺎ ) ‘yang fasik’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian /a:/ menjadi /a/ dan pengalihurufan / q / menjadi / k /. Morfem dasar / fana / ‘dapat rusak, tidak kekal’ termasuk kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks /fana:’/ [fana:’] ( ءﺎ ) ‘hal fana, tiada kekal’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonologis / a : / menjadi / a / dan penghilangan fonem / ‘/ (hamzah) di akhir kata (apokope).

Tabel 11: Contoh Kata Bentukan Derivasi Konfiks {ke-an}:

Transkripsi Fonemik Kata Jadian MD + Transkripsi Fonetik Kata Jadian Makna Morfem Dasar Perubahan Kategori

{ke-an}

/ kejumudan / [kəjumudan] ‘perihal jumud’

jumud ‘beku’ Adj – N / keawaman / [kəawaman] ‘perihal

awam’

awam ‘umum’

Adj – N / kefasikan / [kəfasikan] ‘perihal fasik’ fasik ‘tidak

perduli terhadap perintah agama’

Adj – N

/ kefanaan / [kəfanaan] ‘perihal fana’ fana ‘dapat rusak, tidak kekal’

Adj – N

4.1.2.6 Konfiks {per-an}

Konfiks {per-an} dalam BI dari BA termasuk ke dalam afiks infleksional. Dikatakan demikian karena morfem afiks tersebut dalam proses morfologis sewaktu melekati morfem dasar tidak menyebabkan perubahan pada kelas kata (identitas leksikal). Distribusi konfiks {per-an} tersebut dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.

1. Pertabiban itu dibuka pada pukul 5 sore.

2. Semua yang berkaitan dengan perhajian orang tua itu akan diselesaikannya. 3. Setiap umat beragama harus menghormati peribadahan umat agama lain.

Kata /pertabiban/ ‘perihal tabib’ (contoh 1) ; /perhajian/ ‘segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan haji’ (contoh 2) dan /peribadahan/ ‘cara (hal) beribadah’ (contoh 3) dibentuk dari morfem dasar nomina yang dilekatkan dengan konfiks{per-an}. Kelekatan konfiks {per-an} dengan morfem dasar nomina itu tidak mengubah kelas kata dari morfem dasar nomina itu, dengan demikian konfiks {per-an} ini dapat dikatakan bersifat infleksif. Gabungan- gabungan konfiks {per-an} dengan ketiga morfem dasar di atas menimbulkan makna ‘hal’ (contoh 1 dan 2) serta ‘cara’ (contoh 3).

Morfem dasar /tabib/ ‘orang yang pekerjaannya mengobati orang sakit’ (contoh 1) dalam BI dari BA merupakan kata tunggal yang berasal dari kata

kompleks bahasa Arab / ab i:b/ [ ab i:b ] ( ﻃ ) ’dokter, dukun, orang pintar’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonologis / / menjadi /t/ di awal kata dan /i:/ menjadi /i/ di antara dua fonem / b/.

Morfem dasar /haji/ ‘rukun Islam ke lima yang harus dilakukan oleh orang Islam yang mampu dengan mengunjungi Ka’bah pada bulan haji dan mengerjakan amalan haji’ (contoh 2) merupakan kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab / a:jj/ [ a: jj] ( جﺎ ) ‘orang naik haji’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonologis / / menjadi /h/, /a:/ menjadi /a/ dan penghilangan salah satu konsonan ganda di akhir kata (apokope).

Adapun morfem dasar /ibadah/ ‘ibadat (perbuatan untuk menyatakan bakti ke pada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya) ’merupakan kata tunggal bahasa Indonesia yang berasal dari kata kompleks bahasa Arab /‘iba:dah/ [‘iba:dah] ( ةدﺎ ) ‘amal yang diridoi Allah’. Proses penyerapannya terjadi dengan menghilangkan fonem /‘/ (ain) di awal kata (aferesis) dan penyesuaian fonologis /a :/ menjadi /a/ di antara fonem /b/ dan /d/.

Tabel 12: Contoh kata bentukan infleksi konfiks {per – an} :

Transkripsi Fonemik Kata Jadian MD + {per-an} Transkripsi Fonetik Kata Jadian Makna Morfem Dasar Perubahan Kategori /pertabiban/ [pərtabiban] ‘perihal

bertabib’ /tabib/ ‘orang yang pekerjaannya mengobati orang sakit’ N – N

/perhajian/ [pərhajian] ‘segala

sesuatu yang berkaitan dengan urusan haji’ /haji/ ‘rukun islam ke lima’ N – N

/peribadahan/ /pəribadahan/ ‘cara beribadah’

/ibadah/ ‘ibadat’

N – N