• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4.3 Tipologi Morfologis Kata Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab

4.3.3 Tipologi Morfologis Kata Majemuk Bahasa Indonesia dari

4.3.3.2 Proses Pembentukan Kata Majemuk

4.3.3.2.4 Kata Majemuk Sintetis

Kata majemuk sintesis adalah kata majemuk yang secara morfologis terdiri atas bentuk terikat dan bentuk bebas, bentuk bebas dan bentuk terikat atau bentuk terikat dan bentuk terikat. Contohnya dapat dilihat di bawah ini:

1.Ia melakukan taubat nasuha setelah sembuh dari kecelakaan itu. Kata majemuk /taubat nasuha/ ‘sadar dan menyesal akan dosa

(perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan.’(contoh 1) dipungut dari bahasa sumbernya /taubat/ [taubat] ( ﺔ ﻮ ) ’tobat, kembali’ dan kata /na u: a/ [na u: a] ( حﻮ ) ’yang bersih, yang tidak bercampur’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonologis / / menjadi /s/, /u:/ menjadi /u/ dan / / menjadi /h/ pada kata /nasuha/. Kata /taubat/ di dalam bahasa penerima merupakan bentuk bebas yang berkategori verba dan

kata /nasuha/ merupakan bentuk terikat (prakategorial). Kedua kata ini membentuk kata majemuk verba (KMV). Kata ini dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {ber-} Æ [ber + [taubat nasuha]] Æ /bertaubat nasuha/ ‘melakukan taubat nasuha’ dalam kalimat : Ia bertaubat nasuha setelah berusia 50 tahun. Kata majemuk ini memiliki tipe A11: ‘b menerangkan a’.

2.Kita tidak boleh memutuskan silaturahim.

Kata /silaturahim/ ‘tali persahabatan (persaudaraan) berasal dari bahasa sumbernya kata / ilah/ [ ilah] ( ﺔ ) ‘ tali perkawinan, persaudaraan’ dan kata /ra m/ [ra m] ( ر ) ‘yang mengasihani, pengasih’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian / / menjadi /s/ pada kata /silah / dan penyesuaian / / menjadi /h/ serta penambahan fonem / i / di antara fonem / h / dan / m / pada kata /rahim/ dan penghilangan pemarkah takrif dalam kasus nominatifnya. Kedua kata ini merupakan bentuk terikat secara morfologis di dalam bahasa penerima dan termasuk kata majemuk nomina. Kata ini dapat dibentuk dengan menggunakan prefiks {ber-} Æ [ber + silaturahmi]] Æ /bersilaturahmi/ ‘melakukan silaturahmi’ dalam kalimat: Pada tanggal 1 Syawal semua umat Islam bersilaturahmi ke rumah famili dan kerabatnya. Kata majemuk ini memiliki tipe A11 ‘b menerangkan a’.

3.Para santri melaksanakan maulid nabi pada bulan rabiul awal.

Kata majemuk /rabiul awal /’bulan ke-3 tahun Hijriah (30 hari) ; bulan maulid’ (contoh 3) berasal dari bahasa sumbernya kata /rabi:’u/ [rabi:’u/ (

ر ) ‘musim bunga’ dan kata /al-awwal/ [awwal] ( لوﻷا ) ‘yang pertama’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonem /i:/ menjadi / i / dan fonem /’u / menjadi /u/ pada kata /rabiu/. Selain itu terjadi penghilangan /a/ pada partikel pemarkah / al/ dan reduksi salah satu konsonan rangkap /ww/ di tengah kata pada kata /awwal/ ( sinkope ). Kata ini dalam bahasa penerima termasuk kata majemuk nomina yang terdiri dari bentuk terikat ( pokok kata ) /rabiul/ dan bentuk bebas /awal/ (N). Kedua kata ini terikat secara morfologis dan dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {ber-} Æ [ {ber-}+ rabiulawal]] Æ /berabiul awal/

‘melakukan acara’ dalam kalimat: Mereka berabiul awal di gedung baru itu. Kata ini termasuk tipe A2: ’b menerangkan a’.

4.Jumhur ulama telah menyepakati bahwa merokok itu haram.

Kata majemuk /jumhur ulama/ ‘golongan terbanyak ulama’ berasal dari bahasa sumbernya kata / jumhu:r/ [jumhu:r] ( رﻮﻬ ) ‘orang banyak ‘ dan kata /‘ulama:‘/ [‘ulama: ’] ( ءﺎ ) ‘yang berilmu, alim, yang tahu’. Kata /ulama/ termasuk bentuk jamak di dalam bahasa sumber yang berubah menjadi bentuk tunggal di dalam bahasa penerima. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonem /u: / menjadi /u/ pada kata /jumhur/ dan penyesuaian fonem /‘u/ menjadi /u/ , penyesuaian fonem /a:/ menjadi /a/ dan penghilangan fonem / ‘ / (hamzah) (apokope) pada kata /ulama/. Kata ini di dalam bahasa Indonesia termasuk kata majemuk nomina yang terdiri dari kata /jumhur/ (N) dan kata /ulama/ (N). Bentuk /jumhur/ dalam /jumhur ulama/ termasuk bentuk terikat secara morfologis, dan dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {di-kan} Æ

[{di-}+ jumhur ulama]] Æ /dijumhurulamakan/ ‘dijadikan’ dalam kalimat: Besok akan dijumhurulamakan penentuan 1 Syawal. Kata majemuk /jumhur ulama/ memiliki tipe A1: ‘a bagian dari b’.

5.Perkataan jahil murakab tidak pantas dikatakan kepada anak itu.

Kata majemuk /jahil murakab/ ‘sangat bodoh’ (contoh 5) berasal dari bahasa sumber kata /ja:hil/ [ja:hil] ( هﺎ ) ‘yang jahil, yang bodoh’ (N) dan kata /murakkab/ [murakkab] ( آﺮ ) ‘yang tersusun’ (N). Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonologis /a:/ menjadi /a/ pada kata /jahil/ dan reduksi konsonan rangkap /k/ di tengah kata (sinkope). Kata ini dalam bahasa penerima termasuk kata majemuk nomina yang terdiri dari kata /jahil/ (N) dan bentuk /murakab/ yang berupa bentuk terikat, karena kata ini hanya dapat berpasangan dengan kata /jahil/. Kata majemuk ini dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {ke-an} Æ [{ke – an}+ jahil murakab]] Æ /kejahilmurakaban/ ‘sangat’ dalam kalimat : Kejahilmurakabannya sudah dikenal di mana-mana dan termasuk tipe A11 : ‘b menerangkan a’.

6.Umat Islam banyak beriktikaf di mesjid–mesjid di malam lailatul kadar.

Kata majemuk /lailatul kadar/ ‘malam turunnya wahyu Allah; malam turunnya kemuliaan’ (contoh 6) berasal dari bahasa sumbernya kata /lailah/ [lailah] ( ﺔ ) ‘malam’ (N) dan kata /qadr/ [qadr] ( رﺪ ) ‘kadar, kekuasaan, yang ditakdirkan’ (N). Proses penyerapannya terjadi dengan penambahan fonem /u/ dalam kasus norminatifnya dan menambahkan pemarkah takrif /al/ pada kata /lailah/. Kemudian terjadi penggantian fonem /q/ menjadi /k/ pada kata /kadar/. Baik bentuk /lailatul/ maupun bentuk /kadar/ dalam lailatul kadar termasuk bentuk terikat secara morfologis. Kata ini di dalam bahasa penerima termasuk kata majemuk nomina dan dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {ber-} Æ

[{ber-} + lailatul kadar]] Æ /berlailatul kadar/ ‘mengharapkan lailatul kadar’ dalam kalimat: Mereka berlailatul kadar di mesjid pada bulan Ramadhan. Kata majemuk ini memiliki tipe A16 : ‘b terjadi pada a’ (urutan waktu – kejadian).

7.Hubulwatan itu sebagian dari iman.

Kata majemuk /hubulwatan/ ‘perasaan cinta terhadap tanah air’ berasal dari bahasa sumbernya kata / ubbu/ [ ubbu] ( ) ‘kecintaan, kasih’ (N) dan kata /al-wa an/ [al-wa an] ( ﻃﻮ ا ) ‘tanah air’ (N). Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian fonologi / /menjadi /h/ dan mereduksi konsonan rangkap /b/ di tengah kata (sinkope) pada kata /hubu/ serta penyesuaian fonologis / / menjadi /t/ berikutnya pelesapan pemarkah takrif /a/ pada /al/ pada kata /watan/.

Kata majemuk ini di dalam bahasa penerima termasuk kata majemuk nomina dan bentuk /hubu/ termasuk bentuk bebas (N) serta /watan/ termasuk bentuk terikat. Kata /watan/ dikatakan bentuk terikat karena kata itu hanya terdapat dalam pasangannya dengan kata /hubu/. Kata majemuk ini dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {ber-} Æ [{ber-} + hubulwatan]] Æ /berhubulwatan/ ‘memiliki’ dalam kalimat: Sebagai warga negara yang baik kita harus berhubulwatan. Kata ini memiliki tipe A14 : ‘b berkeadaan a’.

8.Salah satu dari fardu kifayah adalah memandikan jenazah.

Kata majemuk /fardu kifayah/ ‘kewajiban bersama bagi mukalaf, yang apabila sudah dilaksanakan oleh seseorang di antara mereka, yang lain bebas dari kewajiban itu’ (contoh 8) berasal dari bahasa sumbernya kata /fardu/ [fardu] (

ضﺮ ) ‘perlu, syariat, takdir hal merupakan’ (N) dan kata /kifa:yah/ [kifa:yah] (

ﺔ ﺎ آ ) ‘cukup pada, yang cukup’. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian / / menjadi /d/ pada kata/fardu/ dan penyesuaian fonem /a:/ menjadi /a/ pada kata /kifayah/. Kedua kata ini masing-masing terdiri dari bentuk bebas /fardu/ (N) dan bentuk terikat /kifayah/. Dikatakan /kifayah/ sebagai bentuk terikat karena kata ini hanya terdapat dalam pasangannya dengan kata fardu.

Kata majemuk di dalam bahasa penerima ini membentuk kata majemuk nomina dan dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {di-kan}Æ [{di-kan} + fardu kifayah]] Æ /difardukifayahkan/ ‘dilaksanakan‘ dalam kalimat: Jenazah yang tak dikenal itu telah difardukifayahkan oleh sebagian masyarakat desa itu. Kata majemuk ini memiliki tipe A11 : ‘b menerangkan a’.

Proses pembentukan kata majemuk BI dari BA yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa pembentukan kata majemuk BI dari BA termasuk bahasa yang bertipe inkorporasi yaitu dengan kecenderungan mengambil sejumlah morfem leksikal dan menggabungkannya menjadi kata tunggal. Berdasarkan uraian yang ada sebelumnya dapat dikatakan bahwa pembentukan kata BI dari BA memiliki tipologi morfologis campuran (mixtyped). Dikatakan demikian karena perilaku pembentukan kata pada afiksasi dan reduplikasi berbeda dengan perilaku pembentukan kata majemuk.

Tabel 21: Tipe KM Sintetis

No. Kata Majemuk BI dari BA

Kategori Unsur Pembentuk

Transkripsi

Fonetis Makna

1. Taubat nasuha V + Bter. [taubat nasuha] ‘taubat yang sebenarnya’ 2. hubul watan Bter. + N [hubul watan] ‘cinta tanah air’ 3. jahil murakab N + Bter. [jahil murakab] ‘sangat bodoh’ 4. fardu kifayah N + Bter. [fardu kifayah] ‘fardu kifayah’ 5. silaturahim Bter. + Adj [silaturahim] ‘persahabatan’ 6. rabiul awal Bter. + N [rabiul awal] ‘bulan rabiul awal’

7. lailatul kadar N + Bter. [lailatul kadar] ‘malam lailatul kadar’ 8. jumhur ulama N + N [jumhur ulama] ‘golongan ulama’

4.4 Pembentukan Kata Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab :