• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4.3 Tipologi Morfologis Kata Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab

4.3.3 Tipologi Morfologis Kata Majemuk Bahasa Indonesia dari

4.3.3.2 Proses Pembentukan Kata Majemuk

4.3.3.2.3 Kata Majemuk Koordinatif

Berbeda halnya dengan ketiga kata majemuk di atas, kata majemuk jenis koordinatif adalah kata majemuk yang status komponennya sederajat dan urutan komponennya tetap dan tidak dapat dibalikkan atau ditukarkan posisinya. Misalnya:

1. Kedua pengantin itu didudukkan di pelaminan setelah melakukan ijab kabul Kata ijab kabul (contoh 1) ‘jual beli, kontrak mengontrak’; ‘akad nikah’ merupakan kata majemuk koordinatif yang diserap dari bahasa sumbernya /ija:b/ [ija:b] ( بﺎ إ ) ‘menjawab’ dan /qabul/ [qabul] ( لﻮ ) ‘menerima’. Kedua kata ini diserap menjadi /ijab kabul/ dalam bahasa penerima dengan penyesuaian fonologis /a:/ menjadi /a/ pada kata /ijab/, dan fonem /q/ menjadi /k/ serta /u:/ menjadi /u/ pada kata /kabul/. Kata ini di dalam bahasa penerima membentuk kata majemuk nomina yang terdiri dari kata /ijab/ (N) dan kata /kabul/ (N) dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {ber-} Æ [{ber-ijab kabul]] Æ /berijab kabul/ ‘melakukan ijab kabul ‘ dalam kalimat: Kedua pengantin itu berijab kabul di depan penghulu’. Jika dilihat dari segi makna kata majemuk /ijab kabul/ mengandung unsur-unsur yang bertipe ‘a beroposisi dengan b’ yakni kata /ijab/ beroposisi dengan kata /kabul/. Berbeda halnya dengan Kridalaksana (1989) yang memasukkan kata majemuk ini menjadi kata majemuk koordinatif yang bertipe ‘a bersinonim dengan b’.

2. Asal usul anak lelaki itu tidak jelas sehingga orang lain sulit mempercayainya.

Kata majemuk /asal usul/, ‘silsilah; urutan keturunan; asal muasal’ (contoh 2) dipungut dari bahasa sumbernya /a al/ [a al] ( أ ) ‘asal, urut, pangkal’ dan /u u:l/ [u u:l] ( لﻮ أ ) ‘asal’. Kata /asal/ merupakan bentuk tunggal dan kata /usul/ merupakan bentuk jamak dari /asal/ dalam bahasa sumbernya. Kedua kata ini diserap dan membentuk kata majemuk /asal usul/. Proses penyerapannya terjadi dengan penyesuaian / / menjadi /s/ dan penambahan vokal /a/ di antara fonem /s/ dan /l/ pada kata /asal/, sementara pada kata /usul/ fonem / ’ / (hamzah) yang berharkat dommah berubah menjadi /u/, disamping itu terjadi proses penyesuaian / / menjadi /s/ dan /u:/ menjadi /u/ di antara fonem /s/ dan /l/. Kata ini di dalam bahasa penerima membentuk kata majemuk nomina yang terdiri dari kata /asal/ (N) dan kata /usul/ (N) dan dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {ber-} Æ [{ber-} + asal usul ]] Æ /berasal usul/ ‘tempat’ dalam kalimat: Mereka berasalusul dari berbagai negara. Kata majemuk ini mengandung unsur yang bertipe C2:’a dan b saling melengkapi’.

3. Para alim ulama berkumpul membicarakan haramnya rokok.

Kata majemuk /alim ulama/ ‘orang-orang pandai dalam pengetahuan agama Islam’ (contoh 3) berasal dari bahasa sumbernya /‘a:lim/ [‘a:lim]

( ﺎ ) ‘orang yang tahu’ dan /‘ulama’:/ [‘ulama’:] ( ءﺎ ) ‘ulama’. Sama halnya kata majemuk asal usul di atas, kata /alim ulama/ merupakan bentuk serapan yang berasal dari bentuk tunggal dan jamak dalam bahasa sumber. Kata /‘a:lim/ merupakan bentuk tunggal sedangkan kata /‘ulama:’/ merupakan bentuk jamak dari kata /‘a:lim/. Kedua kata ini diserap dan membentuk kata /alim ulama/. Kata /‘a:lim/ terjadi penyesuaian fonologis /‘a:/ menjadi /a/ dan penyesuaian /u/ menjadi /u/ serta /a:’/ menjadi /a/ pada kata /ulama/. Kata ini di dalam bahasa penerima membentuk kata majemuk adjektiva yang terdiri dari kata /alim/ (Adj) dan kata /ulama/ (N) dan dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {di-kan}Æ

kalimat: Dia dialimulamakan oleh orang banyak sejak kepulangannya dari Arab Saudi. Kata majemuk ini bertipe C1 ’a sinonim b’.

4. Amal ibadah yang dilakukan dengan ikhlas akan mendapat balasan dari Allah.

Kata majemuk /amal ibadah/ ‘perbuatan yang merupakan pengabdian kepada Allah’ (contoh 4) dipungut dari bahasa sumbernya kata / ‘aml/ [‘aml] (

) ‘amalan, perbuatan, kerja’ dan kata /‘iba:dah/ [‘iba:dah]

( ةدﺎ ) ‘ibadat, amal yang diridai Allah’. Proses penyerapan yang terjadi di dalamnya adalah penyesuaian fonem /’a/ menjadi /a/ pada kata /amal/ dan penyesuaian fonem /’i/ menjadi /i/ serta penyesuaian fonem /a:/ menjadi /a/ di antara fonem /b/ dan /d/. Selanjutnya terjadi penyesuaian bunyi /ta marbutah/ (ة ) menjadi /h/ pada kata /ibadah/. Kata ini di dalam bahasa penerima merupakan kata majemuk nomina yang terdiri dari kata /amal/ (N) dan kata /ibadah/ (N) dan dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {peN-an} Æ [peN-an + amal ibadah]]

Æ /pengamalibadahan/ ‘cara’ dalam kalimat: Pengamalibadahannya selalu tidak sesuai dengan amal ibadah yang dilakukan oleh orang banyak. Kata ini memiliki tipe C1: ‘a sinonim b’.

5. Semua karib baid diundang pada acara pernikahan anaknya.

Kata /karib baid/ ‘sanak saudara’ (contoh 5) berasal dari bahasa sumbernya /qari:b/ [qari:b] ( ﺮ ) ‘dekat’ dan kata /baid/ berasal dari kata /ba‘i:d/ [ba‘i:d] ( ﺪ ) ’jauh’. Kedua kata ini dalam bahasa sumbernya berbentuk adjektiva. Proses penyerapannya berupa penyesuaian /q/ menjadi /k/ dan penyesuaian fonem /i:/ menjadi /i/ pada kata /karib/, sedangkan pada kata /baid/ terjadi penyesuaian /’i:/ menjadi /i/. Kata ini di dalam bahasa penerima membentuk kata majemuk adjektiva yang terdiri dari kata /karib/ (Adj) dan kata /baid/ (Adj). Kata majemuk ini dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {ke-an} Æ [{ke-an} + karib baid]] Æ /kekaribaidan/ ‘hal’ dalam kalimat: Dia diterima bekerja di perusahaan itu karena kekaribaidannya dengan pimpinan perusahaan itu. Sama halnya dengan kata majemuk /ijab qabul/, kata majemuk /karib baid/ ini juga memiliki tipe C3 ‘a beroposisi dengan b’. Hal ini sesuai

dengan pendapat Ruskhan (2007) yang mengatakan bahwa kedua kata ini merupakan leksem yang beroposisi. Berbeda halnya dengan Kridalaksana (1996:141) yang mengatakan bahwa kata majemuk ini ditulis dengan /karib bait/, dalam hal ini konsonan akhir pada kata /baid/ ditulis dengan fonem /t/ dan ia memasukkannya ke dalam kelompok tipe paduan koordinatif yang bersinonim.

6. Kita dianjurkan memberi sedekah kepada fakir miskin terutama di bulan Ramadan.

Kata majemuk /fakir miskin/ ‘sangat kekurangan’ (contoh 6) dipungut dari bahasa sumbernya kata /faqi:r/ [faqi:r] ( ﺮ ) ‘yang berhajat, yang miskin’ dan kata /miski:n/ [miski:n] ( ﻜ ) ‘orang miskin’. Proses penyerapannya terjadi dengan menyesuaikan fonologis /q/ menjadi /k/ dan /i:/ menjadi /i/ pada kata /miskin/. Kata ini dalam bahasa Indonesia merupakan kata majemuk nomina yang terdiri dari kata /fakir/ (N) dan kata /miskin/ (N) dan dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {me-kan} Æ [{me-kan}+fakir miskin]] Æ

/memfakirmiskinkan/ ‘membuat jadi fakir miskin’ dalam kalimat: Mereka memfakirmiskinkan anak-anak yang masih di bawah umur itu dan menyuruhnya meminta-minta. Kata majemuk ini bertipe C1:’a sinonimb’.

7. Ia tidak dapat menahan hawa nafsunya.

Kata /hawa nafsu/ ‘desakan hati dan keinginan keras (untuk menurutkan hati, melepaskan marah)’ berasal dari bahasa sumbernya /hawa:/ [hawa:] ( ىﻮه ) ‘kehendak, cinta sangat’, dan /nafs/ [nafs] ( ) ‘diri seorang, niat, kehendak’. Proses penyerapan yang terjadi penghilangan fonem /y/ di akhir (apokope) pada kata /hawa/ dan penambahan fonem /u/ sesudah fonem /s/ pada kata /nafsu/.

Kata ini di dalam bahasa penerima termasuk kata majemuk nomina yang terdiri dari bentuk /hawa/ (N) dan bentuk /nafsu/ (N) dan dapat dibentuk dengan menggunakan prefiks {ber-} Æ [{ber-} + hawa nafsu]] Æ /berhawa nafsu/ ‘memiliki hawa nafsu’ dalam kalimat: Kelihatannya dia berhawa nafsu sekali untuk menikmati hidangan itu. Kata majemuk jenis ini memiliki tipe C1 ‘a sinonim b’.

8. Anak itu telah akil baliq tetapi kelakuannya masih seperti anak kecil saja. Kata majemuk /akil balig/ ‘tahu membedakan baik dan buruk’ (laki-laki berumur 15 tahun ke atas); cukup umur; dewasa’ dipungut dari bahasa sumbernya kata /‘a:qil/ [‘a:qil] ( ﺎ ) ‘yang berakal’ dan kata /ba:lig/ [ba:lig] ( ﺎ ) ‘yang balig, dewasa’. Proses penyerapan yang terjadi di dalamnya berupa penyesuaian /’a:/ menjadi /a/ dan /q/ menjadi /k/ pada kata /akil/ serta penyesuaian fonem /a:/ menjadi /a/ pada kata /balig/. Kata ini di dalam bahasa penerima termasuk kata majemuk adjektiva yang tersusun dari kata /akil/ (Adj) dan kata /balig/ (Adj) dan dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {ke-an} Æ [{ke-an} + akil balig]] Æ

/keakilbaligan/ ‘hal’ dalam kalimat: Keakilbaligan anak laki-laki itu sudah sempurna. Kata ini memiliki tipe C1: ‘a sinonim b’.

9. Tidak diketahui apa sebab musabab perceraian itu.

Kata /sebab musabab/ ‘ berbagai sebab (hal) ; asal mula yang menjadi sebab’ (contoh 9) diserap dari bahasa sumbernya /sabab/ [sabab]( )’sebab, karena’ (N) dan /musabbab/ [musabbab] ( ) ‘yang disebabkan’ (N). Proses penyerapannya terjadi dengan mengganti fonem /a/ menjadi /e/ pada kata /sebab/ dan mereduksi salah satu konsonan rangkap /b/ yang terdapat pada kata /musabbab/ (sinkope). Kata ini dalam bahasa penerima termasuk kata majemuk nomina yang terdiri dari /sebab/ (N) dan /musabab/ (N) dan dapat dibentuk dengan menggunakan afiks {di-kan} Æ [di-kan + [sebab musabab]] Æ

/disebabmusababkan/ dalam kalimat: Peristiwa pembunuhan itu terjadi disebabmusababkan dendam kesumat.

Tabel 20: Tipe KM koordinatif BI dari BA

No. Kata Majemuk BI dari BA Kategori Unsur Pembentuk Transkripsi Fonetis Makna

1. Ijab kabul N + N [ijab kabul] ‘jual beli, akad nikah’ 2. asal usul N + N [asal usul] ‘silsilah’ 3. alim ulama Adj + N [alim ulama] ‘orang pandai dalam

Islam’

4. amal ibadah N + N [amal ibadah]

‘perbuatan yang merupakan pengabdian kepada

Allah’ 5. karib baid Adj + Adj [karib baid] ‘sanak saudara’ 6. fakir miskin N + Adj [fakir miskin] ‘kaum fakir dan

miskin’

7. hawa nafsu N + N [hawa nafsu]

‘desakan hati dan keinginan keras (untuk menurutkan

hati, melepaskan marah)’ 8. akil baliq Adj + Adj [akil baliq] ‘tahu membedakan

yang baik dan buruk’ 9. sebab musabab N + N [sebab

musabab]

‘asal mula yang menjadi sebab’