• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRISIS BELA NEGARA

E. ALTERNATIF MENINGKATKAN BELA NEGARA

Melihat gambaran umum bela negara di Indonesia , maka sangat pen-ting dan menjadi prioritas untuk melakukan upaya peningkatan bela negara di tengah masyarakat agar supaya tidak mudah tersulut konflik dan terprovokasi untuk melakukan aksi separatisme, radikalisme dan terorisme. Setiap berbicara bela negara di Indonesia, maka akan ter-ingat kita terhadap aksi separatisme, gejala disintegrasi, konflik agama, terorisme, dan konsep jihad. Ingatan yang buruk ini sudah saatnya dihapus dalam benak setiap masyarakat Indonesia. Wilayah Indoensia yang sangat rawan terjadinya konflik harus dibebaskan dari stigma, citra, dan bayangan separatisme dan terorisme, yang tentunya meng-ganggu proses pembangunan di semua wilayah Indonesia.

Tingkat bela negara di masyarakat Indonesia harus ditingkatkan. Caranya dengan membuat kebijakan yang komprehensif, holistik, dan integralistik. Mekanisme koordinasi, komunikasi, dan diskusi antar pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, Polri, pelaku usaha, dan berbagai elemen masyarakat harus ditingkatkan sehingga akan men-ciptakan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan yang ada di te ngah masyarakat. Pendekatan keamanan dan kesejahteraan merupakan senyawa yang harus dipegang teguh bagi para pengambil kebijakan

dalam mengelola bela negara di tengah masyarakat. Bela negara yang rendah harus diupayakan untuk ditingkatkan sehingga akan menjadi modal dasar dalam membentengi diri dari pusaran konflik dan meng-akselerasi proses pembangunan daerah.

Oleh karena itu, alternatif meningkatkan kesadaran bela negara di tengah masyarakat Indonesia dapat dipetakan sebagai berikut:

No Aspek Alternatif Upaya Meningkatkan Bela Negara

1 Ideologi • Meningkatkan sosialisasi empat pilar kebangsaan di tengah masyarakat, khususnya kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh intelektual, dll.

• Meningkatkan sosialisasi empat pilar kebangsaan di berbagai lembaga pendidikan agama, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi melalui revisi kurikulum atau muatan mata pelajaran Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. • Membuat leaflet, brosur, pamflet, baliho, dan

spanduk tentang empat pilar kebangsaan yang disebarkan dan dipasang di berbagai tempat umum sehingga dapat diakses oleh setiap masyarakat. • Melakukan pelatihan TOT Pendidikan Pancasila

dan Pendidikan Bela Negara kepada tokoh adat dan tokoh agama sebagai alat yang ampuh untuk mensosialisasikan empat pilar kebangsaan di tengah masyarakat.

• Melakukan sosialisasi dan pelatihan empat pilar kebangsaan, wawasan kebangsaan, bela negara dan cinta tanah air kepada para caleg Pemilu 2014 di tengah masyarakat.

2 Politik • Meninjau kembali berbagai perda, seperti Perdasus dan Perdasi yang tidak sesuai dengan aturan perundang-undangan serta mendorong perda, Perdasus dan Perdasi yang bernuansa NKRI. • Membuat brosur, leaflet, dan berbagai media lain

yang isinya tentang penulisan sejarah Indonesia dalam bingkai NKRI untuk dibagikan kepada

No Aspek Alternatif Upaya Meningkatkan Bela Negara

seluruh siswa di lembaga pendidikan sehingga dapat memahami sejarah Indonesia secara benar. • Melakukan pengawasan yang ketat, transparan

dan akuntabel terhadap proses penyaluran dana otonomi daerah dan otonomi khusus sehingga sesuai dengan peruntukannya.

• Mendorong Pemda dan DPRD untuk selalu turun ke tengah masyarakat melakukan dialog dan diskusi dengan elemen masyarakat tentang pentingnya nasionalisme, patriotisme dan bahaya terorisme.

• Memberdayakan resolusi konflik dengan menggali kearifan lokal, adat istiadat dan nilai-nilai lokal di tengah masyarakat dalam memfilter potensi konflik sosial.

3 Ekonomi • Menciptakan lapangan kerja yang layak kepada masyarakat sehingga tidak ada lagi pengangguran. • Mendorong masuknya investasi di di berbagai

daerah, khususnya daerah konflik dan daerah perbatasan sehingga akan menyerap tenaga kerja dan mengentaskan kemiskinan.

• Memberdayakan UMKM dan Koperasi di berbagai daerah sehingga akan terwujud pemberdayaan ekonomi masyarakat.

• Meningkatkan pembangunan infrastruktur fisik dan sarana prasarana jalan, jembatan dan lain-lain dalam menunjang kegiatan dunia usaha dalam rangka pembangunan di daerah.

• Menumbuhkan semangat enterprenurship

(kewi-rausahaan) di kalangan masyarakat sehingga akan melahirkan industri kreatif berbasis kearifan lokal. • Menggali sumber kekayaan alam, potensi pariwi-sata dan potensi ekonomi lainnya guna menun-jang pembangunan daerah.

• Meyakinkan kepada masyarakat bahwa sumber kekayaan alam yang melimpah di Indonesia untuk kemakmuran masyarakat Indonesia.

No Aspek Alternatif Upaya Meningkatkan Bela Negara

• Memberikan bantuan dana yang mencukupi untuk pembangunan daerah sehingga masyarakatnya maju dan tidak mudah diprovokasi oleh para pelaku teror dan lain-lain.

4 Sosial

Bu-daya Memberdayakan forum keagamaan, forum adat, dan forum budaya antar masyarakat guna mence-gah potensi konflik sosial.

• Meningkatkan akses masyarakat dalam sektor pen-didikan dan kesehatan sehingga terwujud kehidu-pan sosial masyarakat yang layak.

• Melakukan sosialisasi kerukunan antar umat be-ragama, solidaritas sosial, bhineka tunggal ika, dan kesetiakawanan sosial di tengah elemen ma-syarakat.

• Melakukan sosialisasi deradikalisasi melalui ustadz dan dai di setiap pesantren di tengah masyarakat dan sosialisasi wawasan kebangsaan dan pro NKRI melalui pastur dan pendeta.

• Melakukan advokasi dan pendampingan terhadap masyarakat korban konflik sehingga tidak timbul rasa dendam dan tidak terprovokasi kelompok tertentu untuk melakukan pembalasan dendam. 5

Pertahanan-Keamanan Menjamin kepastian rasa aman masyarakat yang dilakukan oleh TNI-Polri sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman.

• Menggerakan siskamling, poskamling dan roda keliling di lingkungannya, dan kewajiban tamu wajib lapor RT setempat untuk mendeteksi aksi separatisme dan terorisme di tengah masyarakat. • Menggerakkan gerakan pramuka, menwa, karang

taruna, serta berbagai kegiatan lainnya di tengah masyarakat, khususnya generasi muda untuk meningkatkan bela negara.

• Memberdayakan berbagai ormas, LSM, dan tokoh masyarakat sebagai garda terdepan dan perisai hidup dalam memerangi separatisme dan teror-isme.

No Aspek Alternatif Upaya Meningkatkan Bela Negara

• Melakukan penegakan hukum yang transparan, akuntabel, tegas dan cepat terhadap berbagai aksi separatisme dan terorisme.

• Melakukan pengetatan dan pengawasan terhadap orang asing yang masuk di wilayah Indonesia guna mendeteksi pergerakan para provokator gerakan separatisme dan terorisme.

• Melakukan operasi gabungan TNI-Polri melalui patroli terkoordinasi secara rutin untuk mencegah aksi dan gerakan terorisme dan separatisme.

Masalah bela negara merupakan masalah seluruh warga negara Indonesia karena bela negara merupakan amanat dalam konstitusi ne gara yang harus dipahami, dihayati, diamalkan dan diaplikasikan dalam kehidupan riel sehari-hari. Bela negara memang tidak iden-tik dengan wajib militer. Wajib militer adalah salah satu dari sekian banyak perwujudan bela negara. Bela negara harus diwujudkan oleh semua komponen bangsa dengan mencintai tanah air Indonesia, meyakin Pancasila sebagai ideologi negara, mendukung empat pilar kebangsaan, dan bekerja sesuai dengan profesinya masing-masing.

Bela negara di berbagai daerah, khususnya daerah konflik, dae-rah perbatasan, dan daedae-rah terpencil serta pulau terluar/terdepan me-mang harus mendapatkan perhatian yang sangat serius. Adanya aksi terorisme, separatisme, radikalisme, dan konflik sosial yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia merupakan dampak dari rendahnya bela negara. Untuk mencegah aksi terorisme, separatisme, radikalisme, dan konflik sosial di wilayah Indonesia agar supaya tidak mengarah pada ancaman terhadap NKRI, maka harus dilakukan upaya meningkatkan bela negara di tengah masyarakatnya. Konflik, kekerasan, dan keru-suhan yang mengarah pada separatisme, terorisme, radikalisme dan anarkisme tidak akan terjadi apabila kesadaran bela negara masyarakat kuat dan kokoh. Untuk meningkatkan kesadaran bela negara, maka diperlukan kebijakan komprehensif baik secara ideologi, politik, eko-nomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Pemerintah harus mampu memberikan perhatian yang lebih ter-hadap berbagai daerah di Indonesia, khususnya daerah perbatasan, daerah pulau terdepan, daerah terpencil maupun daerah konflik, baik perhatian masalah ekonomi maupun sosial sehingga akan dapat menjadi filter dalam menghadapi berbagai gempuran yang berbahaya dari pentrasi asing yang akan merobohkan semangat bela negara ma-syarakat Indonesia. Mama-syarakat harus sejak dini dikenalkan dengan ber bagai atribut dan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme sehing-ga akan mampu mensehing-garah pada terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka keutuhan NKRI.

Dalam kaitan ini, sangat tepat kiranya apabila mengutip pendapat dari seorang mahaguru bela negara, Presiden AS Jonh F. Kennedy, yang salah satu ajarannya banyak diingat, dikenang, dan di-hayati oleh setiap orang sampai saat ini, yaitu: ”Jangan tanyakan apa yang dapat negara berikan kepadamu, tetapi tanyalah apa yang sudah Anda berikan kepada negara.” Kita semua harus mampu merenungi bahwa salah satu faktor yang utama yang menyebabkan bangsa Ameri-ka menjadi bangsa yang besar, maju, super power dan adidaya Ameri-karena mereka telah memiliki semangat bela negara yang tinggi dimana jiwa patriotisme dan nasionalisme tertanam dalam hati sanubari setiap warga negaranya. Berkaca pada pengalaman Amerika Serikat, maka Indonesia harus mampu bangkit dengan modal bela negara sehingga akan mampu menjadi “macan” Asia dan bahkan “macan” dunia di masa yang akan datang.

1 Wawasan kebangsaan bukanlah sesuatu yang bersifat statis dan tak berubah dari waktu ke waktu, sebaliknya ia bersifat dinamis. Namun bukan berarti juga wawasan kebangsaan tersebut dapat diubah-ubah sekehendaknya. Seperti halnya bangun suatu rumah tangga, ada bagian yang tak mudah untuk diubah dan ada bagian yang relatif mudah berubah”, Susilo Bambang Yudhoyono, Menuju Negara Kebangsaan Modern, Jakarta, 2004, hlm. 25 2 Anderson mengatakan bahwa lahirnya sebuah negara bangsa, termasuk Indonesia, meru-pakan hasil dari proses penjajahan dimana masyarakat yang multietnik, multiagama, multi-budaya, dan multsuku, mengikrarkan diri untuk mengikat tali persatuan dan kesatuan kare-na sama-sama merasa satu kare-nasib, satu penderitaan, dan satu perjuangan, dalam melawan kolonialisme. Dengan demikian, berdirinya Indonesia tidak didasarkan pada persamaan agama, persamaan suku, dan persamaan budaya, melainkan persamaan sejarah yang

sama-sama dijajah oleh bangsa penjajah. Dirangkum dalam buku Benedict Anderson, Imagined Communities: Komunitas-Komunitas Terbayang, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001, hal. 67.

3 Agus Subagyo, “Revitalisasi Wawasan Kebangsaan”, Jurnal Karya Vira Jati Seskoad, Edisi IV, No. 1, Tahun 2005, hal. 7

4 Proses terbentuknya nilai-nilai kebangsaan banyak dipengaruhi oleh jati diri dan nilai-nilai yang disepakati oleh komunitas dalam nation state. Masyarakat dalam sebuah bangsa di-tuntut untuk meneguhkan diri dalam semangat patriotisme, heroisme, dan nasionalisme sehingga ikatan kebangsaan akan kuat dan tidak goyah diterpa isu disintegrasi bangsa. Di-kutip dari Martin Griffith, Lima Puluh Pemikir Studi Hubungan Internasional, Jakarta, Murai Kencana, 2001, hal. 63.

5 Dikalangan generasi muda, Pancasila sebagai ideologi negara dianggap sebagai sesuatu yang membosankan, menjenuhkan, dan monoton. Berbicara tentang Pancasila dinilai se-bagai hal yang klasik, kuno dan tidak nge-trend. Lihat dalam Agus Subagyo, “Revitalisasi Pancasila Di Era Reformasi dan Globalisasi”, Jurnal Jipolis FISIP UNJANI, Vol. X, No. 35, Tahun 2009, hal. 13.

6 Dalam perkembangan akhir, globalisasi akan melahirkan pemerintahan dunia (world gov-ernment) dimana batas-batas antar negara menjadi hilang dan kedaulatan negara menjadi sirna. Globalisasi sangat mengancam kedaulatan negara bangsa sehingga setiap negara yang akan mengikuti globalisasi harus siap menerima tekanan deras kekuatan pasar bebas dan perdagangan bebas sehingga melenyapkan organisasi “nation state” yang dibangun se-jak Perjanjian Westphalia 1648. Lihat dalam Kenichi Ohmae, The End of The Nation State: The Rise of The Regional Economies, New York: The Free Press, 1995, hal. 65.

7 Lihat dalam Benedict Anderson,”Kebutuhan Indonesia: Nasionalisme Dan Menumpas Ke-serakahan”, dalam Joesoef Ishak, 100 Tahun Bung Karno, Jakarta: Hasta Mitra, 2001, hal. 26.

8 Lihat dalam Richard Asley, State, Revolutions and Anarchy, New York: The Free Press, 1992, hal. 78.

9 Lebih jauh dapat dibaca dalam Kenny Erlington, Nationalisme Etnic and National Interest, Oxford: Oxford Univesity Press, 1996, hal. 53.

10 Baca dalam John Mc Kinsey, The Idea of Nationalism, Toronto: Cillier Books, 1986, hal. 81 11 Lihat dalam Agus Subagyo, “Bela Negara atau Negara Di Bela: Mengapa Negara Perlu

Di-bela?”, dalam Jurnal Jipolis FISIP UNJANI, Vol. V, No. 14, Tahun 2006, hal. 24.

12 Lebih lanjut baca dalam Wiryono Amin, Pendidikan Kewarganegaraan: Bab X Bela Negara, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001, halm. 62.

13 Baca dalam Irwan Maulana, Nasionalisme, Patriotisme dan Bela Negara: Sketsa Pemikiran Untuk Indonesia Abad 21, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2005, hal. 42.

-oo0oo-A. KARAKTERISTIK MASYARAKAT PERBATASAN