• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRISIS BELA NEGARA

D. MENELISIK FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELA NEGARA

Bela negara merupakan sebuah semangat yang bersifat dinamis, di-mana bela negara yang ada di tengah masyarakat bersifat lentur, bisa berubah kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi apa saja. Bela negara merupakan sebuah kesadaran diri akan negara dan bangsanya yang mana masing-masing orang ataupun masing-masing masyarakat tentu berbeda tingkat kesadaran bela negaranya, sehingga bela negara dapat dikatakan sebagai sebuah kesadaran yang bersifat dinamis, ter-gantung oleh kondisi, ruang dan waktu.

Ada kalanya bela negara di satu daerah lebih tinggi dibanding-kan dengan bela negara di masyarakat yang lain, dan ada pula bela negara orang yang satu lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang lain. Tingkat kesadaran bela negara dan tingkat kualitas pemahaman bela negara antar satu pihak dengan pihak lain tentunya berbeda-be-da, tergantung dari berbagai faktor. Memang masih menjadi perde-batan tentang bagaimana cara mengukur bela negara antar satu orang dengan orang lain atau antar masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Parameter, ukuran dan skor ataupun bobot dalam varia-bel varia-bela negara memang varia-belum ada kesepakatan universal sehingga masing-masing pihak masih berbeda dan beragam dalam mengukur bela negara sehingga kadangkala menimbulkan perdebatan antar

ber-bagai ilmuwan dan peneliti di perguruan tinggi maupun di lembaga penelitian.

Dalam konteks masih lemahnya bela negara di Indonesia, maka terdapat beberapa faktor penyebab yang harus dicermati dan diwaspa-dai oleh pemerintah dan berbagai pihak, antara lain:

Pertama, faktor ideologi. Artinya, maraknya ideologi liberalisme, kapitalisme, sosialisasme, komunisme dan berbagai ideologi lain yang berbasis pada agama telah mempengaruhi pola pikir dan mind set ber-pikir dari sekelompok masyarakat Indonesia yang pada gilirannya me-nyebabkan lemahnya bela negara. Ideologi yang bersifat ekstremisme, radikalisme, dan fundamentalisme telah mengancan ideologi Pan-casila sebagai ideologi negara, dimana terdapat keingin sekelompok orang atau sekelompok masyarakat tertentu yang ingin memerdekan diri atau mengubah dasar negara menjadi berbasis pada agam tertentu yang tentunya sangat bertentangan dengan ideologi Pancasila. Adanya kelompok ekstrem di tengah masyarakat yang kadangkala melakukan kegiatan kekerasan dan menghalalkan segala cara serta menggunakan instrumen teror sebagai upaya mencapat target sangat membahayakan keutuhan NKRI, sehingga menyebabkan bela negara lemah.

Kedua, faktor politik. Artinya, kegiatan politik praktis yang seringkali dipenuhi dengan ketegangan, konflik, kekerasan, provokasi dan mobilisasi sangat membahayakn persatuan dan kesatuan bang-sa dan menganggu solidaritas sosial di tengah masyarakat. Kegiatan politik para politisi yang hanya mengejar kepentingan pribadi dan ke-pentingan kelompok, tanpa mementingkan keke-pentingan bangsa dan negara sangat membahayakan terhadap keutuhan NKRI dan sangat menghambat terwujudnya pembangunan nasional. kegiatan politik praktis dan aktifitas para politisi yang kerapkali tidak mengindahkan berbagai nilai dan norma di tengah masyarakat telah mendorong le-mahnya bela negara yang ada di Indoensia.

Ketiga, faktor ekonomi. Artinya, kondisi kemiskinan, pengang-guran dan ketimpangan yang terjadi di tengah masyarakat sangat

men-dorong lemahnya bela negara di tengah masyarakat. Demi memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat cenderung mengabaikan kepentingan bangsa dan negara. Dalam perspektif pola pikir mereka bahwa: buat apa mementingkan kepentingan negara di saat kepentingan pribadi mereka diabaikan dan buat apa mengurusi negara dalam keadaan perut yang masih kosong dan lapar. Kondisi ekonomi masyarakat yang miskin, timpang, dan menganggur mendo-rong masyarakat untuk berpikir pragmatis dan mencoba untuk melaku-kan berbagai upaya untuk memperbaiki ekonomi keluarga tanpa me-mikirkan kepentingan bangsa dan negara.

Keempat, faktor sosial budaya. Artinya, kondisi sosial budaya masyarakat yang sekarang ini telah dihinggapi dan dijangkiti oleh virus hedonisme, konsumerisme, individualisme, dan materialisme telah menyebabkan masyarakat Indonesia tidak lagi hirau dan peduli dengan semangat bela negara. Bela negara dinilai sebagai barang yang kuno dan klasik sehingga kurang diperhatikan dan dibahas. Euforia budaya pop dan berbagai gaya hidup yang glamour dan mewah telah menjebak sebagian masyarakat dalam kegelimangan kemewahan yang bersifat fatamorgana sehingga melupakan nilai-nilai yang tertu-ang dalam bela negara. Bela negara sulit diterapkan dalam kondisi masyarakat yang sedang mabuk dalam euforia budaya pop.

Faktor-faktor tersebut telah menyebabkan kondisi bela negara di Indonesia menjadi menurun sehingga menyebabkan ancaman ter-hadap keutuhan NKRI. Semua pihak harus mampu mencermati dan mewaspadai berbagai gejala maupun fenomena yang mengarah pada ancaman terhadap menurunnya nasionalisme dan patriotisme. Bela negara mutlak harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Bela negara merupakan modal dasar dalam pembangunan seluruh aspek ke-hidupan. Betapa bagusnya pembangunan ekonomi dan pembangun an politik di Indonesia, maka tanpa adanya semangat dan kesadaran bela negara, maka akan sia-sia dan bahkan akan rapuh. Kita semua wajib untuk melakukan berbagai upaya dan cara yang dapat menciptakan bela negara yang tinggi di Indonesia.

Pemerintah bersama dengan berbagai komponen bangsa harus mampu mengantisipasi dan mencegah berbagai gangguan, ancaman, dan hambatan yang mengarah pada terganggunya peningkatan bela negara. Bela negara harus mampu disosialisasikan kepada semua kom-ponen bangsa sejak dini, sehingga apapun ancaman yang menghan-tam, apabila bela negara dalam masyarakat terpatri kuat dalam hati sanubari, maka akan sulit untuk merontokan bela negara bangsa Indo-nesia. Bela negara merupakan filter bagi negara bangsa apabila negara tengah menghadapi gempuran non fisik di era globalisasi. Tanpa ada-nya bela negara yang kuat, maka niscaya Indonesia haada-nya akan men-jadi penonton dalam globalisasi, dan akan kesulitan untuk menmen-jadi pemain dalam arus globalisasi yang sangat kompetitif.