• Tidak ada hasil yang ditemukan

BELA NEGARA DI WILAYAH PERBATASAN

C. BELAJAR DARI SEJARAH

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai sejarah. Itu-lah kira-kira kata pepatah yang sering kita dengar untuk menunjukkan

kepada semua orang tentang betapa pentingnya belajar pada sejarah. Melihat sejarah bukan berarti selalu berpandangan ke belakang, na-mun dengan melihat sejarah maka kita akan dapat memetik setiap ke-jadian yang terjadi pada masa lalu sehingga dapat dijadikan sebagai hikmah dan pelajaran yang berharga demi jalan yang akan dihadapi di masa depan. Melalui sejarah akan dapat merefleksi semua kejadian, peristiwa, dan gejala yang telah terjadi selama ini sehingga akan dapat menjadi proyeksi di masa depan.

Sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia harus selalu in-gat terhadap sejarah bangsa, khususnya sejarah perjalanan perjuangan bangsa melawan penjajahan hinga mencapai kemerdekaan sampai dengan bagaimana sejarah mengisi kemerdekaan selama ini. Sejarah akan memberikan kepada kita tentang bagaimana memperlakukan para pendiri bangsa, mengenang para founding fathers, dan

mempo-sisikan pada tempat tertinggi kepada semua pahlawan nasional yang telah gugur di medan peperangan selama masa perjuangan mengusir penjajah di era kolonialisme dan imperalisme.

Melalui belajar terhadap sejarah maka kita semua akan lebih ar-ief dan bijaksana dalam menghadapi perjalanan bangsa di masa men-datang. Bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang sehingga sa ngat penting kiranya bagi generasi muda penerusa bangsa untuk belajar pada sejarah bangsa dan selalu mengambil setiap hikmah dari setiap peristiwa dalam perjalanan sejarah bangsa. Kealpaan bangsa akan ni-lai-nilai sejarah akan membawa bangsa tanpa arah yang jelas sehingga justru akan menciptakan kepongahan negara dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan. Sejarah harus dijadikan sebagai rambu-rambu bagi para penyelenggara negara untuk lebih arief dan bijakn dalam mengarahkan perjalanan bangsa di masa mendatang.

Jati diri bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai sejarah masa lalu yang tidak bisa dipungkiri telah membawa bangsa Indonesia maju sampai saat ini. Krisis jati diri akan melanda bangsa Indonesia apabila bangsa Indonesia melupakan sejarah. Ingat pidato

Bung Karno agar supaya semua masyarakat Indonesia selalu melihat dan belajar pada sejarah. Ungkapan terkenal, seperti “Jas Merah” atau Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah”, merupakan salah satu ungkap-an yungkap-ang terkenal yungkap-ang keluar dari mulut Bung Karno dalam pidatonya di depan rakyat ketika itu. Artinya, sejarah merupakan refleksi masa lalu yang akan dapat terulang di masa mendatang sehingga kejadian yang akan datang sangat terkait dengan kejadian masa lalu dan saat ini.

Dalam perspektif sejarah, dikatakan bahwa “sejarah akan ter-ulang”. Artinya, berbagai peristiwa yang terjadi saat ini merupakan ulang an kejadian masa lalu dan akan terjadi kembali di masa yang akan datang. Kejadian yang terjadi di masa lalu, akan terjadi pada saat ini, dan berakibat pada masa depan. Sejarah merupakan pola perulang an yang akan terjadi di masa kini dan masa depan. Setiap kejadian merupakan rangkaian mata rantai yang saling bertautan dan berkaitan. Orang yang bijak adalah orang yang belajar sejarah, khu-susnya sejarah masa lalu dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sejarah memberikan pedoman betapa kejadian di masa kini dan masa depan akan terulang kembali.

Dalam konteks ini, bangsa Indonesia harus belajar sejarah ten-tang bagaimana perjuangan gigih para pahlawan nasional Indonesia dalam merebut kemerdekaan di masa penjajahan Belanda dan Jepang. Generasi muda sekarang harus belajar sejarah masa lalu dan meniru ketokohan dan keuletan para pahlawan nasional serta diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehar-hari. Artinya, para pemuda sekarang ha-rus ulet, gigih, arief, bijaksana dan memiliki mental baja dalam meng-isi kemerdekaan sebagaimana halnya para pahlawan nasional yang gigih dan ulet melawan penjajahan. Para pemuda Indonesia harus mengambil hikmah dari perjuangan para pahlawan dengan mengisi kemerdekaan melalui berbagai prestasi dan profesi masing-masing.

Bela negara merupakan salah satu contoh bagaimana aplikasi dari pentingnya belajar sejarah. Negara yang kita diami ini merupakan

hasil jerih payah para pejuang nasional yang gugur membela nega-ra dari tangan penjajah. Kita sebagai onega-rang muda yang hidup untuk meng isi kemerdekaan harus sadar akan hal tersebut dan berupaya mensyukuri hal ini dengan kegiatan yang positif dan berupaya mem-buat nama harum bangsa Indonesia di kancah internasional. Setiap generasi mudah harus mensuritauladani ketokohan dan kepribadian para phlawan nasional yang rela dan mementingkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dengan terjun ke medan peperang-an dengpeperang-an taruhpeperang-an nyawa dpeperang-an meninggalkpeperang-an peperang-anak istri demi NKRI. Kita sebagai generasi muda harus menjadikan semangat tersebut un-tuk mengisi kemerdekaan dan membawa bangsa Indonesia maju, se-jahtera, adil, dan makmur.

Kita semua harus melihat pengalaman sejarah negara Eropa Timur yang bernama Yugoslavia yang hancur berkeping-keping men-jadi beberapa negara merdeka. Yugoslavia merupakan negara gagal dimana berbagai wilayahnya memerdekakan diri dan mendorong Yu-goslavia hilang dari peredaran bumi digantikan dengan negara-negara kecil pecahan dari Yugoslavia. Hal ini terjadi salah satunya karena ti-dak ada ikatan kuat dalam bingkai nasionalisme dan bela negara yang ada dalam warga negaranya. Wawasan kebangsaan di Yugoslavia ti-dak kuat terpatri dalam hati sanubari warga negaranya.

Hal ini tentu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi bang-sa Indonesia agar supaya tidak terpecah-pecah menjadi berkeping-keping sehingga keutuhan NKRI mengalami kehancuran. Banyak pi-hak meramalkan bahwa bangsa Indonesia di masa mendatang akan menjadi beberapa negara sehingga keutuhan NKRI akan terancam. Kita semua sebagai komponen bangsa harus membuktikan bahwa bangsa Indonesia tetap dari Sabang sampai Merauke dan dari Pulau Miangas sampau Pulau Rote. Semangat kepahlawanan nasional yang memerdekakan bangsa Indonesia harus terus dipegang teguh sebagai senyawa untuk terus bersatu padu mempertahankan keutuhan NKRI.

Hanya semangat perjuangan yang telah ditorehkan oleh para pejuang bangsa lah yang dapat dipetik, dihayati, dan diaplikasikan dalam kehidupan riel sehari-hari sehingga akan dapat ditransforma-sikan dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan dengan tetap dalam bingkai NKRI. Berbagai provokasi, infiltrasi, dan penetrasi asing memang masuk dan sulit dielakkan di era globalisasi saat ini, namun yang paling penting bagi kita semua adalah mengaplikasikan sema-ngat perjuangan, nilai-nilai kejuangan, dan keteladanan para pahla-wan untuk ditransformasikan dalam kehidupan riel sehari-hari. Hanya dengan menghayati sejarah, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, menjadi super power di masa mendatang.

Sangat tepat apabila bangsa Indonesia belajar dari negara-negara Asia Timur yang maju pesat secara ekonomi sejak dekade tahun 1980-an sampai saat ini. B1980-angsa-b1980-angsa di Asia Timur, seperti Korea Selat1980-an, Jepang, China, Taiwan dan Hongkong merupakan entitas yang sangat maju secara ekonomi dan sejahtera secara sosial sehingga menimbul-kan keajaiban Asia atau “Asian Miracle”. Bangsa-bangsa Asia Timur maju pesat karena salah satunya adalah belajar dari sejarah. Mereka sangat menghargai sejarah, menghormati budaya, dan menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional. Nilai-nilai sejarah, norma sejarah, dan bu-daya ketimuran menjadi semangat kuat bagi mereka untuk maju dan menjadikan negaranya sebagai negara kuat.

Budaya malu (shame culture) dan budaya salah (quilt culture)

selalu dipegang teguh oleh para pemimpin pemerintahan di negara-negara Asia Timur. Mereka selalu memegang nilai-nilai ketimuran dan menghargai sejarah tradisi yang dilahirkan oleh para leluhur. Buda-ya samurai, religi tokugawa, nilai-nilai konfusianisme dan semangat bushido merupakan nilai-nilai kental di wilayah Asia Timur yang di-lestarikan sampai dengan saat ini meskipun mereka telah sangat maju, sangat canggih dan sangat modern. Prinsip hidup: “mengikuti mo-dernisasi tanpa meninggalkan tradisi”, merupakan prinsip yang sangat kuat terpatri dalam hati sanubari bangsa-bangs di Asia Timur sehingga

mendorong kekuatan besar yang menjadikan mereka menjadi negara maju sejajar dengan negara-negara Barat lainnya.

Dalam kaitan itu, bangsa Indonesia harus memahami bahwa lahirnya bela negara merupakan sesuatu yang tidak datang secara instant atau tiba-tiba, melainkan merupakan sebuah akumulasi per-jalanan sejarah yang panjang sehingga mengkristal dalam balutan ikatan yang terpatri dalam setiap sanubari insan manusia Indonesia. Bela negara merupakan sebuah sikap dan perilaku kecintaan terha-dap Indonesia yang berlangsung melalui proses yang panjang. Ke-cintaan warga negara terhadap bangsa Indonesia harus dirancang, didesain, dan dipatrikan secara cepat dan tepat dalam hati sanubari bangsa Indonesia melalui berbagai peringatan terhadap peristiwa se-jarah, menggali ketokohan pahlawan nasional, dan mengaplikasikan sema ngat kejuangan ke dalam kehidupan riel sehari-hari. Budaya ke-satria, pantang menyarah, gigih, ulet, dan militansi yang kuat meru-pakan nilai-nilai sejarah yang ada pada para pejuang bangsa yang ha-rus di aplikasikan oleh para generasi muda Indonesia saat ini sehingga menjadi se mangat untuk membawa bangsa Indonesia menjadi negara yang maju dan sejahtera.

-oo0oo-Agus Subagyo, “Bela Negara atau Negara Di Bela: Mengapa Negara Perlu Dibela?”, dalam Jurnal Jipolis FISIP UNJANI, Vol. V, No.

14, Tahun 2006.

Agus Subagyo, “Revitalisasi Pancasila Di Era Reformasi dan Global-isasi”, Jurnal Jipolis FISIP UNJANI, Vol. X, No. 35, Tahun 2009.

Agus Subagyo, “Revitalisasi Wawasan Kebangsaan”, Jurnal Karya Vira Jati Seskoad, Edisi IV, No. 1, Tahun 2005

Benedict Anderson, Imagined Communities: Komunitas-Komunitas Terbayang, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001

Benedict Anderson, ”Kebutuhan Indonesia: Nasionalisme Dan Me-numpas Keserakahan”, dalam Joesoef Ishak, 100 Tahun Bung Karno, Jakarta: Hasta Mitra, 2001.

John Mc Kinsey, The Idea of Nationalism, Toronto: Cillier Books,

1986.

Kenichi Ohmae, The End of The Nation State: The Rise of The Re-gional Economies, New York: The Free Press, 1995.

Kenny Erlington, Nationalisme Etnic and National Interest, Oxford:

Oxford Univesity Press, 1996.

Martin Griffith, Lima Puluh Pemikir Studi Hubungan Internasional,

Ja-karta, Murai Kencana, 2001

Richard Asley, State, Revolutions and Anarchy, New York: The Free

Press, 1992.

Susilo Bambang Yudhoyono, Menuju Negara Kebangsaan Modern,

Jakarta, 2004

Wiryono Amin, Pendidikan Kewarganegaraan: Bab X Bela Negara,

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001. Internet: http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/04/30/mm24h3-bpk-segera-audit-dana-otsus-papua-dan-papua-barat. http://economy. okezone.com/read/2013/10/25/20/886934/dana-otonomi-khu-sus-apbn-2014-disetujui-rp16-14-triliun. http://id.wikipedia.org/wiki/Bela_negara http://www.organisasi.org/1970/01/kewajiban-bela-negara-bagi- semua-warga-negara-indonesia-pertahanan-dan-pembelaan-negara.html http://www.organisasi.org/1970/01/kewajiban-bela-negara-bagi- semua-warga-negara-indonesia-pertahanan-dan-pembelaan-negara.html http://www.saranainformasi.com/2013/10/18/bagaimana-bila-indone-sia-jadi-menerapkan-wajib-militer/ http://id.wikipedia.org/wiki/Wajib_militer http://setya-wa2n.blogspot.com/2013/01/negara-negara-yang-menga-nut-wajib.html

http://www.setkab.go.id/artikel-7605-komitmen-pemerintah-memban-gun-wilayah-perbatasan.html. http://www.bekangdam-mulawarman.mil.id/artikel/118-konsep-me- ningkatkan-rasa-nasionalisme-warga-sekitar-batas-negara-di- wilayah-kalimantan-agar-mau-berpartisipasi-dalam-bela-negara-melalui-kegiatan-binter. http://forum.detik.com/kemhan-bangun-kesadaran-bela-negara-di-per-batasan-t568652.html