• Tidak ada hasil yang ditemukan

AMALAKI EKADAS

Dalam dokumen EKADASI hari Tuhan Sri Hari non picture (Halaman 43-46)

Pada suatu ketika raja Mandhata berkata, kepada Wasistha Muni, "O Resi yang agung tolonglah beritahu hamba tentang pengaruh suatu puasa yang suci yang akan memberi manfaat kepada hamba secara abadi. "Wasistha Muni menjawab, O raja silakan dengarkan, hamba sekarang memaparkan puasa yang paling baik dari semua puasa-puasa, ialah Amalaki Ekadasi. Siapapun yang melakukan puasa Ekadasi ini secara penuh dia akan mendapatkan kekayaan yang melimpah, bebas dari efek segala macam dosa-dosa, dan mendapatkan pembebasan. Berpuasa dalam Ekadasi ini maknanya lebih menyucikan dari pada berdana punia 1000 lembu kepada seorang brahmana. Oleh karena itu sekarang den- garkanlah dengan baik selama hamba menyampaikan ceritera ini mengenai seorang pem- buru yang meskipun setiap harinya, kegiatannya selalu membunuh binatang-binatang yang tak berdosa untuk menunjang hidupnya, toll dia itu mendapatkan pembebasan den- gan melakukan puasa pada Amalaki Ekadasi, dan mengikuti peraturan-peraturan dan pe- tunjuk tentang memuja yang tercantum dalam sastra.

"Sekali peristiwa di sebuah kerajaan yang bernama Vaidisa, hiduplah para brahma- na, ksatriya, vaisya, dan sudra, dimana mereka semuanya diberikan pengetahuan Veda yang sama, seluruh kerajaan itu penuh dengan suara-suara Veda, tidak seorangpun yang ber- buat dosa. Penguasa kerajaan ini adalah raja Pasabinduka salah seorang anggota dinasti Soma, Candra. Beliau juga terkenal sebagai Citraratha dan sangat taat kepada agama dan jujur. Konon raja Citraratha itu memiliki sesuatu kekuatan seampuh 10.000 gajah dan juga beliau sangat kaya dan mengetahui 6 cabang pengetahuan Veda secara sempurna.1

Selama pemerintahan Maharaja Citraratha, tidak seorangpun dalam kerajaannya bermaksud untuk melakukan tugas orang lain, mereka demikian sempurnanya melakukan dharma (tugas) masing-masing seperti halnya para brahmana melakukan tugas sebagai

brahmana, demikian juga para ksatriya, vaisya, sudra. Tidak seorang pengemis atau gelan- dangan terlihat di seluruh kerajaan, juga tidak pernah terjadi musim kemarau yang kering atau banjir. Sesungguhnya kerajaan itu bebas dari serangan penyakit dan setiap orang me- nikmati kesehatan yang mapan. Orang-orang melakukan bhakti kehadirat Personalitas Tuhan Yang Maha Kuasa, Sri Visnu, sebagai yang dilakukan oleh raja yang juga melaksa- nakan pelayanan khusus kepada Dewa Siva lebih-lebih 2 kali sebulan, setiap bulan dalam kerajaan itu berpuasa pada hari Ekadasi.

Dengan cara ini, o raja yang terbaik di antara semua raja, para warga kerajaan Vai- disa itu hidup sangat panjang, dalam penuh kebahagiaan dan kesejahteraan. Mereka me- lepaskan semua agama-agama yang beraneka ragam yang berbau materialistik, mereka se- penuhnya mendedikasikan diri pada pelayanan bhakti terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa Sri Hari.

Pada suatu hari dalam bulan Phalguna hari puasa yang suci dari Amalaki tiba, yang berbarengan dengan Dvadasi. Raja Citraratha menyadari, bahwa puasa yang khusus ini akan menganugerahkan manfaat yang besar secara khusus pula, dan dengan demikian be- liau beserta semua rakyat kerajaan Vaidisa melakukan puasa Ekadasi yang suci ini dengan sangat ketat, secara berhati-hati mengikuti semua aturan dan peraturan.

“Setelah mandi di sungai, raja dan seluruh anggota kerajaannya pergi menuju ke kuil Sri Visnu, dimana sebuah Pohon Amalaki tumbuh. Pertama raja dan para resi yang mendampinginya mempersembahkan pohon itu dengan menuangkan air dengan meng- gunakan wadah pot, yang memiliki langit-langit yang bagus, sepatu, emas, permata , rubi, mutiara, sapir, dan dupa beraroma harum. Kemudian mereka memuja Tuhan Parasurama dengan doa ini: ‘O Tuhan Parasurama, O Putra dari Renuka, O yang memberkahi seseo-

rang, O pembebas dunia, mohon dengan sangat muncul untuk memberkahi pohon Ama- laki yang suci ini dan menerima sembah sujud kami.’ Kemudian mereka melanjutkan ber- doa kepada pohon Amalaki: ‘O Amalaki, O keturunan dari Dewa Brahma, anda mampu menghancurkan segala jenis reaksi dosa . mohonlah menerima sembah sujud kami dan persembahan yang kami persembahkan. O Amalaki, anda sesungguhnya wujud dar Brahman, dan anda juga dipuja oleh Sri Ramacandra Sendiri. Bagi Siapapun yang menge- lilingi anda maka dari itu dengan meyakinkan akan dibebaskan dari segala dosa yang dimi- likinya.’

“Setelah mempersembahkan doa yang luar biasa ini, Raja Citraratha dan anggota kerajaannya tetap sadar sampai malam, berdoa dan memuja menurut peraturan yang dite- tapkan untuk puasa pada hari Ekadasi yang suci. Selama waktu puasa dan doa pada hari yang bertuah ada seorang laki-laki yang tidak mengikuti aturan keagamaan menuju tempat pertemuan itu, seorang manusia yang memelihara dirinya dan keluarganya dengan mem- bunuh binatang. Dikarenakan beban keletihan dan dosa, pemburu itu melihat raja dan penduduk dari kerajaan Vaidisa melaksanakan Amalaki Ekadasi dengan suatu keadaan tetap terjaga sepanjang malam, berpuasa, dan memuja Sri Visnu di dalam hutan yang di tata dengan indah, yang memancarkan suatu pancaran yang luar biasa dengan banyak lampu. Pemburu itu mendekat, kagum dengan situasi yang luar biasa yang ada di hada- pannya. ‘Apa yang terjadi disini?’ pikirnya. Apa yang dia lihat di dalam hutan yang elok tumbuh pohon suci Amalaki yang adalah Arca Tuhan Damora yang dipuja pada asana da- ri wadah air, dan apa yang dia dengar dari nyanyian suci para penyembah yang mengurai- kan lila dan wujud transcendental Tuhan Sri Krishna. Meskipun dirinya sendiri dengan sebenarnya tidak beragama pembunuh dari burung dan bintang yang tidak bersalah. Se- panjang malam dalam rasa takjub yang luar biasa selama dia melihat perayaan Ekadasi dan mendengar keagungan dari Tuhan.

“Sesudah matahari terbit, raja dan beserta rombongan anggota kerajaannya— termasuk dewan resi dan seluruh penduduk—sepenuhnya mereka melaksanakan Ekadasi dan kembali ke kota Vaidisa. Pemburu kemudian kembali ke pondoknya dan dengan gembira makan sarapannya. Pada waktu pemburu itu meninggal, tapi manfaat yang dia dapatkan dengan puasa pada Amalaki Ekadasi dan mendengar keagungan dari Personali- tas Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa, beserta dengan kekuatannya untuk tetap sadar se- panjang malam, membuat dia memenuhi syarat untuk lahir sebagai seorang raja yang di- berkati dengan banyak kereta, gajah, kuda dan bala tentara. Namanya Vasuratha, putra dari Raja Viduratha, dan dia memerintah seluruh kerajaan Jayanti.

Raja Vasuratha sangat kuat dan pemberian dan tanpa rasa takut, bersinar bagaikan matahari dan begitu tampan seperti bulan. Dalam kekuatan dia seperti Sri Visnu. Dan da- lam memberikan pengampunan dia sama seperti ibu Pertiwi sendiri. Dia sangat derma- wan dan selalu jujur, beliau selalu melakukan pelayanan bhakti kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Sri Visnu. Oleh karena itu dia sangat menguasai pengetahuan Veda Dia sela- lu aktif dalam kegiatan di negaranya, dia senang melakukan pengawasan yang baik kepada rakyatnya seakan-akan mereka itu adalah putera-puteranya sendiri. Dia tidak suka melihat kesombongan pada siapapun dan dia akan menghajarnya apabila dia melihatnya. Dia me- lakukan bermacam-macam yajna dan dia selalu meyakinkan diri, bahwa orang-orang yang memerlukan pertolongan (miskin) di dalam kerajaannya menerima cukup dana punia (bantuan).

Pada suatu hari ketika dia sedang berburu di hutan, Raja Vaisuratha tersesat dari jalan setapak dan tidak menemukan jalannya lagi. Dengan mengembara ke sana kemari dalam beberapa waktu lalu dia merasa sangat lelah dan beristirahat di bawah sebatang pohon, dan dengan mempergunakan tangannya sebagai bantal, dia tertidur. Waktu dia

sedang tidur, beberapa suku barbar datang mendekatinya, mengingat permusuhan mereka berlangsung sangat lama terhadap raja itu, mereka berunding guna mendapatkan bebera- pa cara untuk membunuhnya. "Disebabkan oleh raja ini telah membunuh ayah-ayah, ipar- ipar, cucu-cucu, sepupu-sepupu, dan paman-paman, kita, sehingga kita terpaksa hidup mengembara tanpa tujuan seperti orang gila. Dengan berkata demikian mereka bersiap- siap untuk membunuh raja Vaisuratha dengan bermacam-macam senjata termasuk lemb- ing-lembing, pedang-pedang, panah-panah, dan tali-tali sakti. Tetapi tidak satupun dari senjata-senjata yang sangat mematikan ini berhasil menyentuh raja yang tidur itu, dan orang-orang yang biadab, suku pemakan daging anjing itu segera ketakutan. Rasa takut mereka menyerap kekuatannya, dan tidak lama antaranya, mereka kehilangan kesadaran- nya sama sekali, dan hampir pingsan karena kebingungan dan kelemahan. Tiba-tiba seo- rang wanita cantik muncul dari badan raja itu mengagetkan suku barbar tersebut. Dengan mengenakan banyak perhiasan yang indah menyebarkan bau harum yang mengagumkan, mengenakan kalung bunga yang indah di lehernya, alisnya dikerutkan, menunjukkan rasa marah menyeramkan, dan matanya memancarkan sinar merah, dia terlihat seba- gai Devi Maut. Dengan caranya, secepat kilat, dia membunuh semua suku pemburu itu dengan cepat yang telah mencoba membunuh raja yang tidur itu.

Tepat pada saat itu raja terjaga, dan melihat mayat suku-suku barbar bergelimpan- gan di sekelilingnya, dia sangat heran. Dengan keheranan dia berpikir, "Mereka ini semua adalah musuh bebuyutanku. Siapa yang telah membunuh mereka dengan tuntas?

Pada saat itu juga dia mendengar suatu suara dari angkasa, "Anda menanyakan sia- pa penolong anda? Baiklah, siapa personalitas satu-satunya yang dapat menolong setiap orang di dalam kesedihan? Dia tak lain dari pada Sri Kesava, Personalitas Tuhan Yang Maha Kuasa. Beliaulah yang menyelamatkan semua mereka yang berlindung tanpa motif mementingkan diri sendiri. Setelah mendengar kata-kata itu raja Vasuratha menjadi ter- pana dengan rasa penuh cinta kasih kepada Personalitas Tuhan Yang Maha Esa. Dia kembali ke kerajaannya dan memerintah sebagai Dewa Indra yang kedua, tanpa ada ha- langan sama sekali.

Oleh karena itu, O Raja Mandhata, siapapun yang melakukan puasa Ekadasi Ama- laki yang suci ini. Tidak diragukan lagi akan mencapai tempat tinggal Sri Visnu yang uta- ma Demikian besarnya manfaat keagungan yang diperoleh dari melakukan puasa Ekadasi yang paling suci ini.

Dengan demikian berakhirlah ceritera kemuliaan Phalguna-Sukla Ekadasi atau Ama- laki Ekadasi, di petik dari Brahmana Purana.

Catatan

1. Enam cabang dari kebijaksanaan Veda adalah :

(1) Sistem Jamini Karma-mimamsa, (2) Sistem Sankhya Tuhan Kapila, putera dari Ibu Devahuti, (3) Nyanya Filosofi Gautama dan Kanada, (4) Filosofi Astavakra Mayavada, (5) Yoga Sutra Patanjali, dan (6) Filosofi Bhagavata dari Srila Vyasadeva.

9

Dalam dokumen EKADASI hari Tuhan Sri Hari non picture (Halaman 43-46)