• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADMA EKADAS

Dalam dokumen EKADASI hari Tuhan Sri Hari non picture (Halaman 62-65)

"Maharaja Yudhisthira berkata, "O Kesava apakah nama hari Ekadasi yang datang menjelang purnama di bulan Asadha (Juni-Juli). Arca siapakah yang patut disembah pada hari yang suci ini dan bagaimana proses pelaksanaannya?

Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna menjawab, "O Pelindung planet bumi, aku akan bersenang hati menceritakan kepada anda sejarah Ekadasi yang indah ini yang diceritakan oleh, Dewa Brahma pada suatu ketika kepada putranya Narada.

Pada suatu hari Narada bertanya kepada ayahnya, "Apakah nama Ekadasi yang da- tang menjelang purnama di bulan Asadha. Mohon ceritakanlah kepada hamba. Bagaima- na seharusnya hamba melaksanakannya dan dengan demikian memuaskan Tuhan Yang Maha Esa, Sri Vishnu."

Sang Hyang Brahma menjawab, "O putraku yang agung, yang terbaik dari semua resi O bhakta yang paling murni dari Sri Vishnu, pertanyaan anda sangat bagus. Tidak ada hari apapun yang lebih baik daripada Ekadasi, harinya Sri Vishnu: baik di dunia ini mau- pun di dunia yang lain mana saja. Ekadasi ini melebur segenap dosa-dosa, bahkan yang terburukpun. Jika dilaksanakan secara benar untuk alasan ini aku akan ceritakan pada an- da tentang "Asadha-sukla Ekadasi atau terkenal dengan nama Padma Ekadasi."

Berpuasa pada hari Ekadasi bisa membersihkan seseorang dari semua reaksi dosa dan dapat memenuhi semua keinginan seseorang. Oleh karena itu siapapun yang melalai- kan untuk melakukan puasa pada hari yang suami akan mendapat peluang yang baik un- tuk memasuki Neraka. Untuk memuaskan Hrsikesa, penguasa indera-indera, seseorang

hendaknya berpuasa pada hari ini. Dengarkanlah baik-baik O Narada. Sekarang aku men- ceritakan kepada anda suatu sejarah yang mengagumkan yang dipetik dari pustaka suci. Hanya sekedar mendengarkan cerita ini saja dapat melebur segala macam dosa, termasuk semua hambatan-hambatan dalam perjalanan hidup untuk mencapai kesempurnaan ro- hani.

“O putraku, suatu ketika ada seorang rajarsi di dalam dinasti Surya bernama Mandhata. Oleh karena dia selalu berpihak pada kebenaran, dia dinobatkan sebagai Ma- haraja. Dia memelihara rakyatnya, seakan-akan mereka adalah putranya sendiri. Sehubun- gan dengan kebaikan budi dan rasa keagamaannya yang besar, maka tidak ada wabah, pa- ceklik, bencana alam, di seluruh kerajaannya. Semua rakyatnya tidak saja bebas dari segala macam gangguan tetapi juga sangat kaya. Kekayaan raja semuanya bebas dari uang-uang haram apapun, dan dengan demikian dia memenuhi dengan berbahagia selama bertahun- tahun.

Namun pada suatu ketika terdapat suatu kekeringan selama tiga tahun disebabkan oleh beberapa dosa yang dilakukan dalam kerajaannya. Rakyat menderita kelaparan. Ka- rena kekurangan makanan menyebabkan tidak memungkinkan mereka melaksanakan yaj- na-yajna sesuai dengan pustaka suci Veda, mempersembahkan saji-sajian kepada leluhur dan kepada para Dewa melaksanakan pemujaan ritual, atau bahkan tidak bisa mereka mempelajari pustaka suci Veda. Akhirnya mereka semua menghadap raja mereka yang tercinta, dalam suatu 'paruman' besar dan berkata. "O raja, anda selalu memperhatikan tentang kesejahteraan kami, dengan demikian dengan kerendahan hati kami mohon ban- tuan anda sekarang. Setiap orang dan segala sesuatu di dunia memerlukan air. Tanpa air hampir semuanya menjadi tidak berguna dan mati. Pustaka suci menyebut air itu nara dan oleh karena Personalitas Tuhan Yang Maha Esa tidur di atas air, namanya adalah Naraya- na. Tuhan membangun tempat tinggal-Nya Sendiri di atas air dan beristirahat di sana.1 Dalam wujud Beliau sebagai mendung yang tebal maka Tuhan Yang Maha Esa lahir di seluruh angkasa dan menuangkan air yang banyak, dari mana biji-bijian tumbuh dan ke- mudian bisa memelihara segala makhluk hidup.

"O raja, musim yang sangat kering itu telah mengakibatkan kekurangan beras yang tidak ternilai, jadi kami semua sangat menderita dan penduduk sangat berkurang. O pen- guasa planet bumi yang terbaik, mohon carilah beberapa pemecahan masalah pada masa- lah ini dan memberikan kepada hamba kedamaian dan kesejahteraan sekali lagi."

"Raja berkata, "Anda berbicara benar, sebab biji-bijian itu sama dengan Brahman, dan kebenaran sejati yang bertempat tinggal dalam biji-bijian dan dengan demikian me- melihara semua makhluk hidup. Sesungguhnyalah disebabkan oleh padi-padian seluruh penduduk di dunia ini bisa hidup. Sekarang mengapa ada musim kering yang mengerikan terjadi di negara kita. Pustaka suci Veda telah menyatakan masalah ini dengan mantap. Jika seorang raja tidak beragama, baik dia maupun rakyatnya akan menderita. Aku telah bermeditasi tentang penyebab permasalahan kita, tetapi sesudah mencari-cari tentang ke- hidupan saya di masa lampau dan sekarang, dengan sejujurnya saya dapat mengatakan, bahwa saya tidak menemukan dosa apapun. Namun demi untuk kebaikan kalian, aku akan mencoba menanggulangi situasi ini. Dengan berpikir seperti itu raja Mandhata men- gumpulkan para prajuritnya dan para pendukungnya, bala tentaranya dan pembantu- pembantunya, mereka semua sujud kepadanya, dan kemudian memasuki hutan. Raja mengembara kesana kemari sambil mendatanggi resi-resi yang agung di asrama-asrama mereka, dan menanyakan tentang bagaimana caranya menanggulangi krisis di negaranya. Akhirnya ia bertemu dengan sebuah asrama dari salah seorang putraku, Angira Muni yang nyalanya menerangi segala arah. Dia duduk di pondoknya. yang kelihatannya sebagai

Brahma ke dua. Raja sangat senang melihat resi yang agung itu, yang indera-inderanya dapat terkendalikan sepenuhnya.

Raja segera turun dari kudanya bersujud dengan penuh penghormatan pada kaki padma Resi Angira, Kemudian sang raja mencakupkan tangannya dan memohon restu beliau. Lalu resi yang agung itu menganugerahkan berkat serta restunya kepada sang raja dengan mantra-mantra yang suci, kemudian beliau bertanya kepada raja tentang keadaan dan kesejahteraan seluruh kerajaannya.2

Sesudah menceritakan kepada sang resi tentang keadaan rakyat seluruh kerajaan- nya, raja Mandhata bertanya tentang keadaan dan kebahagiaan sang resi. Lalu Resi Angira bertanya kepada raja, mengapa dia mengadakan perjalanan begitu jauh dan sulit di dalam hutan untuk bertemu dengan sang Resi, dan raja lalu menceritakan kepada sang resi ten- tang bencana dan kesengsaraan yang sedang menimpa seluruh kerajaan dan rakyatnya. Raja berkata, "O Resi yang agung hamba memerintah dan memelihara kerajaan hamba sesuai dengan petunjuk-petunjuk pustaka suci Veda dan dengan demikian hamba tidak tahu alasannya mengapa kami kena musibah yang hebat ini. Untuk memecahkan masalah inilah hamba menghadap anda untuk memohon pertolongan. Mohon bebaskanlah kami serta rakyat yang sedang menderita ini.

Resi Angira berkata kepada raja. "Yuga sekarang ini adalah Satya merupakan yuga yang terbaik dari semua yuga-yuga, karena dalam yuga ini dharma berdiri dengan sangat kokoh di atas 4 tiang penyangganya.3 Dalam yuga ini setiap orang menghormati para

brahmana sebagai anggota masyarakat yang tertinggi. Juga setiap orang melakukan tugas dan kewajibannya dan hanya para brahmana yang dvijati diijinkan melaksanakan pertapaan dan brata menurut petunjuk-petunjuk dalam Veda. Walaupun hal ini merupakan standar. O singa di antara para raja, tetapi ada seorang sudra yang sedang melakukan tapa brata secara tidak sah (melanggar ketentuan) di kerajaan anda. Inilah penyebabnya, mengapa tidak pernah ada hujan turun di dalam kerajaan anda. Anda hendaklah menghukum pela- ku ini dengan hukuman mati karena dengan melakukan hal itu anda akan menghapus ke- cemaran dalam kerajaan anda dan mengembalikan suasana tenang dan damai pada rakyat anda.

Raja menjawab, "Bagaimana hamba bisa membunuh seorang pertapa yang tidak bersalah? Tolong berikan hamba suatu penyelesaian secara rohani."

Resi Angira yang agung berkata, "O raja, anda hendaklah melakukan puasa pada hari Ekadasi yang tiba ketika menjelang purnama di bulan Asadha. Hari yang suci ini ber- nama Padma Ekadasi, dan atas pengaruhnya nanti, akan pasti turun hujan yang berlimpah di kawasan kerajaan anda. Ekadasi ini memberikan berkah kesempurnaan bagi pelaksa- naannya yang setia, akan menghapus segala macam unsur-unsur yang jahat pada dirinya, dan menghancurkan semua rintangan-rintangan yang menghambat perjalanannya menuju kesempurnaan. “O raja, anda sendiri, sanak keluarga anda beserta rakyat anda hendaknya melakukan puasa pada Ekadasi yang suci ini.

Setelah mendengar kata-kata ini sang raja lalu bersujud dan kemudian kembali ke istananya. Ketika Padma Ekadasi itu tiba, Raja Mandhata mengumpulkan semua para

brahmana, ksatriya, vaisya, dan sudra dari kerajaannya, dan memerintahkan kepada mereka untuk melaksanakan puasa dengan ketat pada hari Ekadasi yang suci dan penting ini. Se- telah mereka melakukannya, maka turunlah hujan tepat seperti apa yang diramalkan oleh Resi Angira, dan berselang beberapa lama maka panen biji-bijian yang berlimpah mengi- kutinya. Atas karunia dan kemurahan Tuhan Yang Maha Esa, Hrsikesa, Penguasa dari indera-indera, seluruh rakyat Raja Mandhata sangat berbahagia dan sejahtera.

Oleh karena itu, O Narada, setiap orang semestinya berpuasa dengan ketat pada hari Ekadasi ini, karena Ekadasi ini menganugerahkan segala macam kebahagiaan. di samping pembebasan yang tertinggi, kepada bhakta yang taat dan setia.

Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna menyimpulkan, "Yudhisthira-Ku sayang, Padma Ekadasi memiliki kekuatan yang sangat ampuh, sehingga orang yang hanya sekedar membaca atau mendengar tentang kemuliaannya, dia menjadi bebas dari segala macam reaksi dosanya. O Pandava, seseorang yang berniat untuk memuaskan Aku, hendaklah melakukan puasa Ekadasi ini secara ketat, yang juga diberi nama Deva-sayani Ekadasi.4 O singa di antara para raja, siapapun yang menginginkan pembebasan, hendak- lah secara teratur dan berkesinambungan melakukan puasa pada hari-hari Ekadasi ini, yang juga merupakan hari apabila puasa Caturmasya dimulai."

Dengan demikian berakhirlah cerita tentang kemuliaan Asadha-sukla Ekadasi juga terkenal sebagai Padma Ekadasi atau Devi-sayani Ekadasi dikutip dari Bhavisya-uttara Pura- na.

Catatan

1. Bahwa dikatakan bahwa ada sesuatu yang tidak bisa eksis tanpa air: mutiara, manusia, dan tepung. Sifat esensial dari sebutir mutiara adalah nafsu, dan itu disebabkan air. Esensi dari seorang manusia adalah air mani-nya, yang terbuat dari unsur utamanya adalah air. Dan tanpa air, tepung tidak bisa dibuat dalam adonan dan kemudian dimasak dan dimakan. Sekali waktu air dinamakan jala-narayana, Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud air.

2. Tujuh anggota badan dari kekuasaan seorang raja adalah raja itu sendiri, para menteri, kekayaannya, keku- atan militernya, musuhnya, para brahmana, korban suci yang dilaksanakan dikerajaannya, dan yang diperlu- kan oleh masyarakatnya.

3. Empat kaki dari Dharma adalah kebenaran, pertapaan, karunia dan kebersihan.

4. Deva-sayani, atau Visnu-sayani, menunjukkan pada hari dimana Sri Visnu tidur dengan seluruh para De- wa. Hal itu dikatakan bahwa setelah hari ini seorang seharusnya tidak melaksanakan berbagai upacara ba- ru yang bertuah sampai Devotthani Ekadasi, yang terjadi selama bulan Kartika (Oktober – November), karena para Dewa, tertidur, tidak bisa diundang untuk menghadiri korban suci dalam arena korban suci itu dan karena bersamaan dengan perjalanan matahari ke arah selatan.

17

Dalam dokumen EKADASI hari Tuhan Sri Hari non picture (Halaman 62-65)