• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOHONI EKADAS

Dalam dokumen EKADASI hari Tuhan Sri Hari non picture (Halaman 53-55)

Maharaja Yudhistira berkata, "O Janardana, apakah nama Ekadasi yang terjadi menjelang purnama di bulan Vaisakha (April-Mei)? Bagaimanakah proses yang benar da- lam melaksanakannya? Tolong uraikanlah semua itu pada hamba.

"Sri Krishna menjawab. "O putra Dewa Dharma, seperti yang pernah diceritakan oleh Vasistha Muni kepada Sri Ramacandra. Aku akan ceritakan juga hal itu kepadamu. Dengan penuh perhatian!

"Sri Ramacandra bertanya kepada Vasistha Muni, O resi yang agung, saya ingin mendengarkan tentang hari puasa yang terbaik hari yang mampu menghancurkan segala macam dosa dan kesengsaraan. Saya telah cukup lama menderita karena berpisah dengan Devi Sita oleh karena itu saya ingin mendengarkan darimu bagaimana caranya mengakhiri penderitaan ini.

Resi Vasistha menjawab, O Sri Rama, yang sangat cerdas hanya dengan mengingat nama-Mu saja seorang dapat menyeberangi dunia material ini. Anda menanyakan hal itu hanyalah demi kepentingan umat manusia dan untuk memenuhi keinginan setiap orang, hamba akan uraikan tentang hari puasa yang menyucikan seluruh dunia.

O Rama, hari yang suci itu adakah Vaisakha Sukla Ekadasi yang jatuh pada Dvada- si, yang mampu menghapus segala dosa, yang dikenal dengan nama Mohini Ekadasi.1 Se- sungguhnya, O Rama karunianya dapat membebaskan seorang dari jaringan ilusi bila dia cukup beruntung dapat melaksanakan puasa Ekadasi ini. Oleh karena itu bila anda men- ginginkan terbebas dari penderitaan itu, laksanakanlah puasa Ekadasi yang suci ini dengan sempurna. Karena hal itu akan mengusir semua penghalang dan membebaskan dari ke- sengsaraan yang besar. Dengarkanlah dengan baik uraian tentang keagungan Ekadasi ini karena bagi orang walaupun hanya mendengarkan saja tentang keagungan Ekadasi ini, dosanya yang besar akan dihapuskan.

"Di tepi sungai Sarasvati ada sebuah kota yang sangat indah yang bernama Bha- dravati, yang diperintah oleh raja Dyutiman. Beliau dilahirkan dari dinasti bulan dan me- miliki ketabahan, dharma dan kecerdasan tinggi. Di dalam kerajaannya hiduplah seorang saudagar yang bernama Dhanapala yang memiliki kekayaan berupa biji-bijian dan uang dia juga orang yang saleh. Dhanapala mengatur pembuatan danau, membangun arena un- tuk yajna dan menata kebun yang indah untuk kepentingan penduduk Bhadravati. Dha- napala, merupakan penyembah Visnu yang baik dan mempunyai 5 orang putra: Sumana, Dyutiman. Medhati, Sukrti, dan Dhrstabudhi.

''Sayang sekali putranya yang satu yaitu Dhrstabudhi selalu melakukan kegiatan yang berdosa seperti misalnya tidur bersama pelacur-pelacur, dan bergaul dengan orang- orang yang hina. Dia menikmati perzinahan, perjudian, dan berbagai macam kegiatan un- tuk memuaskan indera-inderanya. Dia tak menghormati para dewa, para brahmana, leluhur dan mereka yang lebih tua lainnya, termasuk pula tamu-tamu keluarganya. Dhrstabudhi yang bersifat jahat menghambur-hamburkan kekayaan ayahnya, dan selalu berfoya-foya serta mabuk-mabukan dengan minum anggur yang berlebihan.

''Suatu hari Dhanapala mengusir Dhrstabudhi karena dilihatnya Dhrstabudhi se- dang bergandengan tangan dengan seorang pelacur. Semenjak itu semua keluarganya mengkritik dan menjauhi Dhrstabudhi. Setelah dia menjual semua perhiasannya dan men- jadi miskin, pelacur itupun meninggalkannya, dan menghina karena kemelaratannya.

“Sekarang Drstabuhdi penuh dengan kecemasan dan kelaparan. Dia berpikir, “Apa yang mesti saya lakukan? Kemana saya harus pergi? Bagaimana nanti saya menyam-

bung hidup?” Kemudian dia mulai mencuri. Beberapa kali dia tertangkap, tapi dilepaskan kembali karena orang mengetahui dia anak orang ternama, Phanapaka. Tapi akhirnya Dhrstabudhi tertawan, diborgol dan dipukuli. Setelah dia dicampakan pasukan kerajaan mengusirnya, “Pergilah dari sini.”

Setelah Dhrstabudhi dibebaskan karena pengaruh ayahnya, dia pergi ke dalam hu- tan yang lebat. Berkelana ke sana kemari, kelaparan dan kehausan dalam penderitaan yang berat.

Dia mulai membunuh binatang-binatang, singa, kijang, babi hutan, dan serigala untuk dijadikan makanan. Dia selalu membawa panah, busur panah, dan anak panah yang tajam di pingangnya. Banyak burung juga dibunuhnya, seperti cakora, burung merak, kanka, dan merpati. Sehingga semakin hari dosanya menumpuk terus. Apalagi ditambah dengan dosa-dosanya yang lain sehingga dia tenggelam dalam lautan dosa.

"Dhrstabudhi selalu dalam ketakutan dan kecemasan, tapi pada suatu hari di bulan Vaisakha, karena nasib yang baik dari perbuatan saleh yang pernah dilakukannya, akhir- nya dia sampai pada sebuah asrama yang suci dari Resi Kanndinya ketika itu Resi tersebut baru saja habis mandi dari sungai Gangga, sehingga air masih jatuh bertetesan darinya. Beruntung bagi Dhrstabudhi dia menyentuh beberapa dari tetesan air yang jatuh dari pa- kaian resi itu. Yang menyebabkan kebodohan dan dosa-dosanya menjadi berkurang. Sete- lah menyampaikan sembah sujudnya, dia menyampaikan puji-pujian sambil mencakupkan tangan. “O brahmana yang agung, tolong beritahukanlah hamba suatu cara untuk mengu- rangi dosa, yang bisa dilakukan tanpa suatu usaha yang banyak. Hamba telah melakukan begitu banyak dosa yang menyebabkan hamba sangat sengsara."

"Resi yang agung itu menjawab, "O anakku, dengarlah dengan penuh perhatian, dengan cara mendengarkanku, kamu akan terbebaskan dari dosa-dosa yang masih mele- kat itu, menjelang purnama di bulan Vaisakha ini, hari Mohini Ekadasi akan tiba, yang mampu menghapuskan dosa walaupun seluas dan seberat gunung Semeru. Jika kamu menuruti nasehatku dan melaksanakan puasa Ekadasi ini dengan penuh perhatian, kamu akan dibebaskan dari segala reaksi dosa-dosa dari kelahiran demi kelahiran. Karena hari ini sangat dicintai oleh Sri Hari".

"Mendengar kata-kata resi itu, Dhrstabudhi dengan senang hati berjanji akan me- laksanakan puasa Mohini Ekadasi sesuai dengan petunjuk Resi itu. O raja yang agung, O Rama, dengan cara berpuasa sepenuhnya pada hari Mohini Ekadasi, Dhrstabudhi yang berdosa itu, yang merupakan anak yang royal dari Dhanapala, terbebas dari dosa. Setelah itu dia mendapatkan badan yang rohani, melampaui semua rintangan, dengan mengenda- rai Garuda, kendaraan Sri Vishnu, pergi ke tempat tinggal Beliau yang rohani.

"O Rama, hari puasa Mohini Ekadasi ini menghancurkan ilusi kemelekatan pada dunia material. Jadi tak ada hari puasa yang lebih di ketiga tri buana ini."

Tuhan Sri Krishna menyimpulkan, "Dengan demikian. O Yudhistira tak ada tem- pat suci, tak ada yajna, dan tak ada punia yang dapat menyamai karunia Mohini Ekadasi yang diperoleh oleh bhakta Ku yang dengan penuh keyakinan melaksanakan puasa ini, walaupun seperenam belasnya. Dan barang siapa yang mendengarkan dan mempelajari tentang keagungan dari Mohini Ekadasi ini memperoleh karunia yang sama dengan cara menyumbangkan seribu ekor sapi".

Dengan demikian berakhirlah uraian tentang keagungan Vaisakha Sukla Ekadasi

atau Mohini Ekadasi dari Kurma Purana.

Catatan

1. Jika puasa suci jatuh pada hari Dvadasi, hari puasa suci itu tetap dinamakan Ekadasi dalam literatur Veda. Selanjutnya, dalam Garuda Purana (1.125.6), Dewa Brahma menyatakan kepada Narada Muni: “O brahma-

na, puasa ini seharusnya dilaksanakan ketika saat Ekadasi Penuh, percampuran Ekadasi dan Dvadasi, atau percampuran dari tiga (Ekadasi, Dvadasi dan Trayodasi), tapi tidak pernah ada hari puasa suci ketika ada suatu percampuran dari Dasami dan Ekadasi.

13

Dalam dokumen EKADASI hari Tuhan Sri Hari non picture (Halaman 53-55)