• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan-Kebijakan Kehutanan, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Agraria, Tata Ruang, Dan Otonomi Daerah Terkait

DAFTAR LAMPIRAN

SISTIM PENDUKUNG NEGOSIASI;

III. METODE PENELITIAN

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Kebijakan-Kebijakan Kehutanan, Pengelolaan Lingkungan Hidup, Agraria, Tata Ruang, Dan Otonomi Daerah Terkait

Penanganan Konflik Lingkungan Dalam Pengelolaan Kawasan Hutan Di Daerah Khususnya Di Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis.

Analisis kebijakan merupakan suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberikan landasan dari para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan (Quade dalam Dunn, 2000). Kegiatan-kegiatan yang tercakup dapat direntangkan mulai penelitian untuk menjelaskan atau memberikan pandangan-pandangan terhadap isu-isu atau masalah-masalah yang terantisipasi sampai dengan mengevaluasi suatu program secara lengkap.

Konsep tentang analisis kebijakan menekankan sifat praksis dari suatu analisis seperti tanggapan-tanggapan terhadap masalah-masalah yang muncul dan krisis yang dihadapi pemerintah dan masyarakat. Untuk alasan-alasan tersebut, maka analisis kebijakan tidak diciptakan untuk membangun dan menguji teori deskriptif seperti teori-teori politik, sosial, dan ekonomi. Analisis kebijakan melampaui apa yang dicapai oleh disiplin ilmu tradisional. Jika disiplin tradisional lebih menjelaskan keteraturan-keteraturan empiris, analisis kebijakan mengkombinasikan dan mentransformasikan substansi dan metode beberapa disiplin untuk lebih jauh lagi menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah publik tertentu.

Analisis kebijakan diharapkan dapat menghasilkan informasi dan argumen-argumen rasional akan tiga pertanyaan: (1) nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat masalah teratasi oleh suatu kebijakan, (2) fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai tersebut, dan (3) tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai tersebut. Dalam menghasilkan informasi dan argumen-argumen rasional mengenai tiga pertanyaan tersebut, analis kebijakan

dapat menggunakan tiga pendekatan analisis yaitu: (1) analisis empiris, (2) analisis valuatif, dan (3) analisis normatif (Dunn, 2000). Seperti ditayangkan dalam Tabel 3.10, pada pendekatan empiris ditekankan terutama pada penjelasan serbagai sebab-akibat, pertanyaan bersifat faktual, dan informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif. Pendekatan valuatif terutama ditekankan pada penentuan bobot nilai suatu kebijakan, pertanyaan bersifat nilai, dan informasi yang dihasilkan bersifat valuatif. Sedangkan pendekatan normatif ditekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalah-masalah publik, pertanyaan berkenaan dengan tindakan (apa yang harus dilakukan?) dan tipe informasi yang dihasilkan bersifat preskriptif (rekomendasi)

Tabel 3.10. Tiga Pendekatan dalam Analisis Kebijakan

Pendekatan Pertanyaan Utama Tipe Informasi Empiris Adakah dan akankah ada

(fakta)

Deskriptif dan prediktif Valuatif Apa manfaatnya (nilai) Valuatif

Normatif Apakah yang harus diperbuat (aksi)

Preskriptif (rekomendasi)

Sumber: Dunn (2000)

Menurut Dunn (2000), pentahapan proses penyusunan dan pelaksanaan suatu kebijakan terdiri atas: (1) penyusunan agenda, (2) perumusan kebijakan, (3) Pelaksanaan kebijakan, dan (4) penilaian kebijakan. Menurut Hempel (1996), hasil dari suatu penilaian/analisis kebijakan bisa berupa: (1) pelaksanaan kebijakan dengan justifikasi, (2) penyesuaian ulang dan reforma kabijakan, dan (3) penghentian kebijakan dan memulainya dari tahap awal kembali yaitu inisiasi dan agenda setting. Mempertimbangkan keterbatasan waktu dan biaya dalam penelitian ini, analisis kebijakan hanya dilakukan terhadap pelaksanaan kebijakan. Terhadap situasi konflik yang diteliti, analisis kebijakan dilakukan dengan dua cara yaitu analisis empiris dan analisis normatif terhadap perundangan, peraturan, dan prosedur pelaksanaan yang berkaitan dengan sumber konflik dan penyelesaian konflik. Apabila konsep Dunn (2000) dan Hempel (1996) diadopsi ke dalam penelitian ini, maka kerangka analisis kebijakan yang dilakukan adalah seperti ditayangkan pada Gambar 3.4.

Analisis empiris dan normatif dilakukan dengan metode process documentation research (penelitian proses dokumentasi) yakni cara menggumpulkan data melalui peninggalan tertulis (Nazir, 1999). Peninggalan itu

dapat berupa arsip-arsip peraturan dan perundangan, notulensi rapat, laporan studi, dan buku-buku, sehingga sering disamakan dengan studi literatur (book survey) atau studi keperpustakaan (library survey). Dari bahan-bahan itu dapat dikemukakan berbagai fakta tentang sesuatu yang pernah terjadi, berbagai teori, dalil dan hukum-hukum, aksioma, pendapat dan lain-lain. Analisis empiris dan normatif terhadap peraturan, perundangan dan prosedur termasuk yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam secara khusus sering dikenal dengan istilah critical legal review.

Gambar 3.4. Kerangka Hubungan Antara Tahapan Kebijakan, Analisis Kebijakan, dan Kemungkinan Keluaran/rekomendasi (Diadopsi dari Dunn (2000) dan Hempel (1996))

Dalam menghimpun data dan informasi dari literatur itu perlu ditempuh cara-cara yang mudah dan sistematis. Untuk itu dalam penelitian penting dimulai dari judul dokumen, daftar isi, dengan mencari bab atau sub bab atau pasal yang berhubungan dengan penelitian. Dalam teknik ini diperlukan penggunaan alat

Analisis Kebijakan Analisis Empiris

Analisi Normatif

Kemungkinan Keluaran/rekomendasi (Hempel, 1996) Tahapan Kebijakan (Dunn, 2000)

AGENDA PENYUSUNAN PENILAIAN KEBIJAKAN Pelaksanaan kebijakan dengan justifikasi Penyesuaian ulang dan reformulasi kebijakan

Penghentian kebijakan dan memulainya dari tahap awal kembali yaitu inisiasi dan agenda setting (reformasi) FORMULASI KEBIJAKAN

Umpan balik

(instrumen) pencatatan data dan informasi yang relevan, agar tidak ada yang terlupakan dan mudah mencari setiap kali diperlukan. Alat (instrumen) yang dipergunakan dalam penelitian proses dokumentasi yaitu (Nawawi dan Hadari, 1995):

(1) Kartu ikhtisar. Dokumentasi yang berhubungan dengan suatu masalah penelitian, diantaranya berupa uraian yang panjang, beberapa bab diantaranya merupakan data atau informasi yang penting yang dipergunakan dalam membahas dan memecahkan masalah penelitian. Untuk ini dapat digunakan selembar atau lebih kartu untuk membuat ikhtisar dari data atau informasi berupa uraian panjang itu, sebagai instrumen penggumpul data dari bahan dokumentasi.

(2) Kartu kutipan (citation). Dalam proses dokumentasi ada beberapa data dan informasi yang harus dicatat secara lengkap, diantaranya berupa defenisi, dalil, rumusan undang-undang, rumusan surat keputusan. Penggunaan data atau informasi ini di dalam laporan hasil penelitian dapat berbentuk kutipan langsung, yang dituangkan secara lengkap sesuai aslinya, untuk itu maka dibutuhkan pembuataan kartu kutipan. Data atau informasi yang dikutip dalam kartu kutipan harus relevan dengan masalah penelitian. Dalam menyusun laporan penelitian harus dipilih kutipan-kutipan yang benar-benar bermutu untuk dijadikan data atau informasi pendukung dalam merumuskan generalisasi sebagai kesimpulan.

(3) Kartu ulasan. Merupakan kartu yang berisikan kutipan atau ulasan yang merupakan hasil pemikiran-pemikiran baru dari penulis yang tiba-tiba muncul saat melakukan penelitian. Pemikiran itu merupakan reaksi mental dari si peneliti yang dapat berbentuk kritik, penafsiran atau penjabaran dari teori, dalil, hukum yang ditemukan dalam proses dokumentasi.

Beberapa produk peraturan dan perundangan Kehutanan, lingkungan hidup, agrarian, tata ruang, dan otonomi daerah yang berkaitan dengan konflik lingkungan dikaji dalam penelitian ini.

3.7.2 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konflik Dalam