• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gaya Pengelolaan Konflik ( Conflict Style Management ) Yang Diragakan Oleh Masing-Masing Pihak Yang Terlibat Di Dalam Konflik

DAFTAR LAMPIRAN

SISTIM PENDUKUNG NEGOSIASI;

III. METODE PENELITIAN

3.7 Analisis Data

3.7.3 Analisis Gaya Pengelolaan Konflik ( Conflict Style Management ) Yang Diragakan Oleh Masing-Masing Pihak Yang Terlibat Di Dalam Konflik

Dan Polarisasi Konflik Yang Terjadi.

Seperti ditayangkan pada Gambar 2.5, terdapat lima jenis gaya pengelolaan konflik yang diperagakan oleh orang/kelompok yang bersengketa yaitu saling menghindar, akomodatif, kompromistis, kompetitif, dan kolaborasi (Isenhart dan Spangle (2000); Tajuddin (2000)). Di dalam bukunya, Avruch (1991) merepresentasikan kelima gaya pengelolaan konflik tersebut ke dalam bentuk pernyataan yang sihitung secara skor sebagaimana ditayangkan dalam Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Gaya Pengelolaan Konflik dan Representasi Pernyataan Responden. SKor Gaya

Pengelolaan Konflik

Pernyataan responden Skor tingkat ketegasan responden dalam memilih gaya

1 Saling menghindar,

Saya menjauhi ketidak- sepakatan dan selalu mengindari diskusi terbuka tentang perbedaan

1,0 = Tidak memberikan komentar 1,2 = Kemungkinan kecil dilakukan 1,4 = Tergantung

1,6 = Kemungkinan besar dilakukan 1,8 = Pasti dilakukan

2 Kompetitif /represif

Saya yakin dengan posisi dan pandangan/pendapat saya dan menggunakan kekuatan/kemampuan saya agar pandangan/pendapat saya diterima pihak lain

2,0 = Tidak memberikan komentar 2,2 = Kemungkinan kecil dilakukan 2,4 = Tergantung

2,6 = Kemungkinan besar dilakukan 2,8 = Pasti dilakukan

3 Akomodatif Saya mencoba untuk mengakomodasi (memenuhi) kepentingan orang/pihak lain dan rela mengorbankan kepentingan diri sendiri.

3,0 = Tidak memberikan komentar 3,2 = Kemungkinan kecil dilakukan 3,4 = Tergantung

4,6 = Kemungkinan besar dilakukan 5,8 = Pasti dilakukan

4 Kompromistis Untuk menghindari kebuntuan, saya

mengusulkan jalan keluar yang sama-rata dan seimbang antara harapan saya dan harapan pihak lain.

4,0 = Tidak memberikan komentar 4,2 = Kemungkinan kecil dilakukan 4,4 = Tergantung

4,6 = Kemungkinan besar dilakukan 4,8 = Pasti dilakukan

5 Kolaborasi Saya mencoba membawa kepentingan semua pihak dalam iklim kerjasama yang terbuka untuk menghasilkan jalan keluar bersama.

5,0 = Tidak memberikan komentar 5,2 = Kemungkinan kecil dilakukan 5,4 = Tergantung

5,6 = Kemungkinan besar dilakukan 5,8 = Pasti dilakukan

Sumber: Avruch at all, 1999.

Pada penelitian ini, pernyataan responden diminta terhadap isu-isu konflik yang teridentifikasi di lokasi, yang untuk sementara isu-isunya adalah yaitu: 1) Penataan batas kawasan hutan.

2) Status kawasan hutan.

3) Hak masyarakat atas akses pengelolaan lahan kawasan hutan.

Merujuk kepada Tabel 3.4, sebanyak empat set kuesioner berbeda secara terpisah dipergunakan untuk mewawancara empat kelompok responden yang berbeda yaitu: (1) Kelompok masyarakat (Kelompok A), (2) Kelompok aparat desa/kecamatan dan PLTA (Kelompok B), (3) Kelompok aparat kabupaten (Kelompok C), dan (4) Kelompok aktifis independen (Kelompok D). Pemberian kuesioner kepada setiap kelompok renponsen diulang sebanyak tiga kali sesuai dengan jumlah isu konflik yang dianalisis.

Rancangan petak terpisah (split plot design) dipergunakan secara berulang berdasarkan gaya pengelolaan konflik dan isu konflik yang dianalisis. Menurut Mattjik dan Sumbertajaya (2000), rancangan petak terpisah (RPT) merupakan bentuk khusus dari rancangan faktorial dimana kombinasi perlakuan

tidak diacak secara sempurna terhadap unit-unit percobaan. Matrik rancangan petak terpisah dalam analisis ini seperti ditayangkan pada Tabel 3.12, Tabel 3.13, dan Tabel 3.14.

Rancangan petak terpisah seperti pada ketiga tabel tersebut ditujukan untuk melakukan pengujian bagaimanakah gaya pengelolaan konflik akan berbeda dikarenakan pihak yang bersengketa berbeda, dan isu konflik berbeda. Selanjutnya perbedaan itu dianalisis dengan uji perbandingan berpasangan (pairwise comparison) antar nilai tengah (mean) dengan menggunakan Uji Tukey (TS:q) dengan tingkat kepercayaan (level of confidence) α = 0,05.

Para ahli statistik menyebut Uji Tukey sebagai uji beda nyata sesungguhnya (Honest Significance Difference/HSD). Menurut Jones (1996), Uji Tukey adalah posthoc test yang dilakukan apabila responden contoh (n) yang berada di dalam rancangan petak terpisah adalah sama. Namun demikian, menurut Neter et al (1992) perbedaan jumlah responden (n) dapat diabaikan dan Uji Tukey lebih disukai karena sifat statistikanya lebih bagus (honest significance). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rangkaian Uji Scheffe di dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut (Hall, 1998):

(1) Membuat rancangan petak terpisah (RPT) terhadap responden contoh untuk kepentingan penghitungan nilai tengah (x). RPT diulang sebanyak tiga kali berdasarkan isu konfliknya sebagaimana ditayangkan pada Tabel 3.12, Tabel 3.13, dan Tabel 3.14 berikut.

Tabel 3.12 Perbedaan Nilai Tengah (x) antar Kelompok Responden Pada Topik Konflik Penataan Batas Kawasan hutan.

No Contoh (n) Kelompok Responden Contoh (n=30)

A B C D 1 Xa1 Xb1 xc1 Xd1 2 Xa2 Xb2 xc2 Xd2 3 Xa3 Xb3 xc3 Xd3 4 Xa4 Xb4 xc4 Xd4 5 Xa5 Xb5 xc5 Xd5 6 Xa6 Xb6 xc6 Xd6 7 Xa7 Xb7 xc7 Xd7

8 Xa8 Xb8 Tidak ada Tidak ada

Nilai Tengah (x) xa. xb. xc. xd. x..

Keterangan:

Kelompok A = Kelompok masyarakat ; Kelompok B = Kelompok aparat desa/kecamatan dan PLTA ; Kelompok C = Kelompok aparat kabupaten ; Kelompok D = Kelompok aktifis independen

Tabel 3.13 Perbedaan Nilai Tengah (x) antar Kelompok Responden Pada Topik Konflik Status Kawasan Hutan.

No Contoh (n) Kelompok Responden Contoh (n=30)

A B C D 1 Xa1 Xb1 xc1 Xd1 2 Xa2 Xb2 xc2 Xd2 3 Xa3 Xb3 xc3 Xd3 4 Xa4 Xb4 xc4 Xd4 5 Xa5 Xb5 xc5 Xd5 6 Xa6 Xb6 xc6 Xd6 7 Xa7 Xb7 xc7 Xd7

8 Xa8 Xb8 Tidak ada Tidak ada

Nilai Tengah (x) xa. xb. xc. xd. x..

Keterangan:

Kelompok A = Kelompok masyarakat ; Kelompok B = Kelompok aparat desa/kecamatan dan PLTA ; Kelompok C = Kelompok aparat kabupaten ; Kelompok D = Kelompok aktifis independen

Tabel 3.14 Perbedaan Nilai Tengah (x) antar Kelompok Responden Pada Topik Konflik Hak Masyarakat Atas Akses Pengelolaan Lahan Kawasan Hutan.

No Contoh (n) Kelompok Responden Contoh (n=30)

A B C D 1 Xa1 Xb1 xc1 Xd1 2 Xa2 Xb2 xc2 Xd2 3 Xa3 Xb3 xc3 Xd3 4 Xa4 Xb4 xc4 Xd4 5 Xa5 Xb5 xc5 Xd5 6 Xa6 Xb6 xc6 Xd6 7 Xa7 Xb7 xc7 Xd7

8 Xa8 Xb8 Tidak ada Tidak ada

Nilai Tengah (x) xa. xb. xc. xd. x..

Keterangan:

Kelompok A = Kelompok masyarakat ; Kelompok B = Kelompok aparat desa/kecamatan dan PLTA ; Kelompok C = Kelompok aparat kabupaten ; Kelompok D = Kelompok aktifis independen

(2) Menyusun hipotesis statistik untuk uji keseluruhan (overall test) yaitu:

• Ho : μa = μb = μc = μd

• H1 : Paling tidak ada 2 nilai tengah yang tidak sama Keterangan:

μa = Nilai tengah pihak masyarakat

μb = Nilai tengah pihak aparat desa/kecamatan dan PLTA

μc = Nilai tengah pihak aparat kabupaten

μd = Nilai tengah pihak aktifis independen

(3) Hipotesis pada butir 2 tersebut kemudian diuji dengan Analisis Varian (analisis ragam) dengan rumus perhitungan seperti tertera dalam Tabel 3.15 sebagai berikut:

Tabel 3.15 Analisis Ragam Bagi Klasifikasi Satu-arah Sumber

Keragaman

Jumlah Kuadrat Derajat Bebas

Kuadrat Tengah F hitung

Nilai tengah Kolom

JKK (Jumlah Kuadrat

Nilai Tengah Kolom) k – 1 1

2 1 = k JKK s 2 2 2 1 s s

Galat JKG (Jumlah Kuadrat

Galat) k (n – 1) ( 1) 2 2 = n k JKG s

Total JKT (Jumlah Kuadrat

Total) nk – 1

Keterangan:

k = jumlah kolom/kelompok ; n = jumah responden contoh (30 responden);

2 1

s = ragam nilai tengah kolom; s22= ragam galat. Sumber: Walpole (1995).

Kriteria pengambilan keputusan:

• Fhitung > Ftabel tolak Ho

• Fhitung < Ftabel  terima Ho

Melengkapi Tabel 3.16 tersebut diatas, nilai JKK, JKG, dan JKT dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

2 .. 1 . ) (x x n JKK k a a − =

= ... (18) 2 . 1 1 ) ( a k a aj n j x x n JKG=

∑∑

− = = ... (19) Keterangan:

JKK = Jumlah kuadrat nilai tengah kolom; JKG = Jumlah kuadrat galat. n = jumlah responden contoh

aj

x = skor hasil pengamatan ke j dari kelompok a.

.

a

x = nilai tengah kelompok ke-a

..

x = rata-rata dari semua nk (nilai tengah kelompok) dari skor hasil pengamatan

Dengan demikian, identitas jumlah kuadrat tersebut dapat dilambangkan melalui persamaan:

JKG JKK

JKT = − ... (20) Keterangan:

(4) Langkah berikutnya yaitu melakukan posthoc test Uji Tukey (TS:q). Uji ini dilakuan dengan syarat apabila pada analisis ragam sebelumnya diperoleh keputusan menolak Ho. Untuk melakukan Uji Tukey, mula-mula dibangun hipotesis statistik sebagai berikut:

Ho: xa = xb

H1: xa ≠ xb

Kemudian hipotesis tersebut diuji dengan Uji Tukey dengan rumus sebagai berikut: n S x x q TS w b a 2 : = − ... (20) Keterangan:

q

TS:

= T – Tukey hasil perhitungan

xa = nilai tengah kelompok a

xb = nilai tengah kelompok b

n = jumlah responden contoh

2

w

S = ragam gabungan antara dua kelompok (kelompok a dan kelompok b)

Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

TS:q

Hitung >

TS:q

Tabel tolak Ho.

TS:q

Hitung <

TS:q

Tabel terima Ho.

(5) Uji Tukey merupakan uji beda (Honestly Significance Difference) antara 2 nilai tengah kelompok, misalnya antara nilai tengah kelompok a (xa) dan nilai

tengah kelompok b (xb). Pada penelitian ini, terdapat 4 kelompok yang diuji

beda nilai tengah gaya mengelola konflik antara dua kelompok, sehingga perlu dibuat maktriks kombinasi perbandingan nilai tengah antar kelompok yang diteliti seperti tertulis dalam Tabel 3.16. Penggunaan tabel tersebut berlaku pada tiga isu konflik yang diteliti.

Tabel 3.16 Matriks Kombinasi Uji Nilai Tengah (x) Antar Kelompok. Nilai tengah

(x) Kelompok xa xb xc xb

xa - TS:q (ba) TS:q (ca) TS:q (da)

xb TS:q (ab) - TS:q (cb) TS:q (db)

xc TS:q (ac) TS:q (bc) - TS:q (dc)

xd TS:q (ad) TS:q (bd) TS:q (cd) -

Selain melakukan analisis gaya mengelola konflik dengan menggunakan Uji Tukey, juga dilakukan analisis kualitatif tentang polarisasi konflik yang terjadi mencakup siapa bekonflik dengan siapa, dengan wawancara terbuka kepada setiap responden contoh.

3.7.4 Pengembangan Model Penanganan Konflik Lingkungan Secara