• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.2 Analisis Lebih Lanjut

3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Uji persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan rerata skor dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Persentase peningkatan skor

pretest ke posttest I menggunakan rumus sebagai berikut.

Gambar 3. 7 Rumus Besar persentase uji peningkatan skor pretest-posttest I

Analisis persentase peningkatan menggunakan data rerata skor pretest dan

posttest I, jika data terdistribusi normal maka menggunakan Paired samples t-test

(Field, 2009: 326), sedangkan jika distribusi data tidak normal menggunakan

Wilcoxon signed-ranks test (Field, 2009: 345). Uji statistik menggunakan IBM SPSS statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% dengan hipotesis statistik sebagai berikut.

Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Persentase pengaruh = R2 x 100%

Presentase peningkatan =

53 Adapun kriteria yang digunakan untuk mengetahui peningkatan adalah sebagai berikut (Priyatno, 2012: 31).

1. Jika harga p> 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada peningkatan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

2. Jika harga p< 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada peningkatan yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Untuk mengetahui persentase selisih rerata skor pretest ke posttest I (gain score) dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

Gambar 3. 8 Rumus Gain Score

Gain score yang diambil kurang lebih 50% dari skor tertinggi dari selisih

pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Frekuensi

gain score diperoleh dari jumlah siswa yang melebihi gain score. Pada gain score terdapat grafik poligon yang menunjukkan bahwa perbandingan yang tepat pada rerata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 250-251).

3.8.2.2 Uji Besar Efek Peningkatan

Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Analisis uji besar efek peningkatan menggunakan data rerata skor pretest dan posttest I. Teknik analisis yang digunakan jika data terdistribusi normal adalah Paired samples t-test, sedangkan jika data terdistribusi tidak normal adalah Wilcoxon signed-rank test (Field, 2009: 345).

Analisis statistik dengan menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut (Field, 2009: 53).

54 Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan

posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eskperimen. Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan

posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eskperimen.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. 1. Jika harga p> 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada

perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

2. Jika harga p< 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Jika data terdistribusi normal, digunakan rumus korelasi Pearson sebagai berikut (Field, 2009: 332).

Gambar 3. 9 Rumus Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I untuk Data Normal

Keterangan:

r = korelasi Pearson untuk mengukur besar pengaruh (effect size)

t = harga uji t

df = harga derajat kebebasan (degree of freedom)

Jika distribusi data tidak normal, digunakan rumus korelasi Pearson sebagai berikut (Field, 2009: 550).

Gambar 3. 10 Rumus Efek peningkatan rerata pretest ke posttest I untuk data tidak normal

Keterangan:

r = korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh (effect size)

Z = skor Z (output dari SPSS Man-Whitney U test)

55 Untuk mengubah r menjadi persen, koefisien determinasi (R2 ) dikalikan 100% (Field, 2009: 179).

Gambar 3. 11 Rumus Persentase Besar Efek Peningkatan 3.8.2.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I

Uji korelasi dimaksudkan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat bias regresi statistik yang dapat mengancam validitas internal penelitian (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Regresi statistik dapat terjadi apabila alat ukur yang digunakan tidak reliabel, sehingga menyebabkan pengukuran skor subjek tidak konsisten antara pretest dan posttest. Ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa bias regresi statistik ini dapat diperjelaskan sebagai berikut. Kencenderungan umum yang terjadi bahwa partisipan dengan hasil skor

pretest yang sangat tinggi biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya jika hasil pretest sangat rendah biasanya memperoleh skor posttest

yang lebih tinggi (Johnson & Cristensen, 2017: 263).

Korelasi antara rerata pretest dan posttest I positif apabila semakin tinggi

pretest maka semakin tinggi pula posttest. Apabila kolerasi antara rerata pretest

dan posttest I negatif berarti semakin tinggi pretest maka semakin rendah pula

posttest. Sedangkan korelasinya signifikan jika hasil skor tersebut dapat digeneralisasikan pada populasi.

Data untuk uji korelasi diambil dari skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis uji korelasi rerata skor

pretest dan posttest I menggunakan Pearson’s correlation jika data berdistribusi normal(Field, 2009: 177). Jika data tidak berdistribusi normal maka menggunakan Spearman’s correlation (Field, 2009: 179). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

Hnull : Tidak ada perbedaan hasil korelasi pretest dan posttest I dengan P dan Q atau P = Q.

Hi : Ada perbedaan hasil korelasi pretest dan posttest I dengan P dan Q atau P

≠ Q

Keterangan:

P : jika harga p< 0,05

56 Q : jika r negatif

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.

1. Jika hasilnya P dan Q, maka Hnull diterima dan Hi diterima. Artinya ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik tidak dapat dikendalikan dengan baik.

2. Jika hasilnya bukan P dan Q, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik dapat dikendalikan dengan baik.

3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

Uji retensi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh perlakuan masih sekuat setelah satu minggu dilakukan perlakuan (treatment). Posttest II yang dilakukan beberapa waktu sesudah posttest I bisa digunakan untuk memastikan dengan lebih akurat kekuatan pengaruh perlakuan (Krathwohl, 2004: 546). Dalam beberapa kasus posttest I yang dilakukan langsung sesudah treatment sering kurang akurat menggambarkan hasil yang sesungguhnya, karena efek emosi positif (euphoria) yang timbul terhadap

treatment. Treatment tersebut bisa jadi merupakan metode yang baru dan belum pernah dialami responden. Untuk itu dilakukan posttest II dalam jangka waktu seminggu sesudah posttest I. Sehingga ada jeda waktu yang cukup untuk dapat menetralisir efek emosi yang mungkin timbul.

Data yang digunakan yaitu data dari skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah

Paired samples t test jika distribusi data normal, sedangkan jika distribusi data tidak normal, digunakan Wilcoxon signed-rank test (Field, 2009: 345). Teknik analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

Hnull : Tidak ada penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II

padakelompok kontrol dan kelompok ekperimen.

Hi : Ada penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok ekperimen.

57 Kriteria yang digunakan untuk memastikan retensi perlakuan masih sekuat

posttest I adalah sebagai berikut.

1. Jika harga p< 0,05 dan rerata skor posttest I> rerata skor posttest II, maka Hnull

ditolak dan Hi diterima. Artinya terjadi penurunan skor yang signifikan dari

posttest I ke posttest II.

2. Jika harga p> 0,05 dan rerata skor posttest I> rerata skor posttest II, maka Hnull

diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak terjadi penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II.