• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori yang Mendukung

2.1.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik (Davidson & Warsham, dalam Isjoni, 2013: 28). Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kelompok yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar di mana siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya (Djahri, dalam Wahyuni, 2016:38). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditegaskan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan pengajaran kepada siswa di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan serta bahan informasi yang direncanakan oleh siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.

17 Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe diantaranya Jigsaw,

Student Teams Achievement Division (STAD), Group Investigation (GI), Teams Games Tournamnet (TGT), Numbered Head Together (NHT), Think Pair Share

(TPS), dan sebagainya (Trianto, 2007: 49).

1. Perspektif teoretis model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki perspektif teoretis yang mendasari model pembelajaran kooperatif ini. Perspektif teoretis tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perspektif motivasional (motivational perspective)

Perspektif motivasional berasumsi bahwa usaha-usaha kooperatif harus berdasarkan pada penghargaan kelompok (group reward) dan struktur tujuan (goal structure). Menurut perspektif motivasional, aktivitas model pembelajaran kooperatif dapat menciptakan kondisi di setiap anggota kelompok yang berkeyakinan bahwa semua anggota kelompok tersebut bisa sukses mencapai tujuan kelompoknya hanya jika teman-teman yang lain juga sukses mencapai tujuan tersebut. Asumsi semacam ini tentu akan memotivasi anggota kelompok lain demi mencapai tujuan mereka bersama-sama. Bahkan mereka dapat mendorong temannya untuk memberikan usaha maksimal untuk mencapai tujuan tersebut (Huda, 2012: 34).

b. Perspektif kohesi sosial (social cohesion perspective)

Perspektif lain yang berhubungan dengan perspektif motivasional adalah perspektif kohesi sosial. Perspektif ini menegaskan bahwa model pembelajaran kooperatif hanya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa jika dalam kelompok kooperatif terjalin suatu kohevisitas antar anggota di dalamnya. Kohevisitas ini dapat dimaknai sebagai suatu kondisi di mana setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain karena mereka merasa peduli pada yang lain dan ingin sama-sama sukses. Perspektif ini mirip dengan perspektif motivasional. Akan tetapi dalam perspektif motivasional siswa tidak sepenuhnya membantu pembelajaran teman-teman satu kelompoknya karena mereka menyadari bahwa diri mereka memiliki motivasi intrinsik yang berbeda satu sama lain.

18 Sebaliknya dalam perspektif sosial siswa sepenuhnya membantu pembelajaran tema-temannya karena mereka merasa peduli pada kesuksesan kelompoknya (Huda, 2012: 37).

c. Perspektif kognitif (Cognitive perspective)

Perspektif kognitif berpandangan bahwa interaksi antar siswa akan meningkatkan prestasi belajar mereka selama mereka mampu memproses informasi secara pikiran daripada secara motivasional.

2. Unsur pembelajaran model kooperatif

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran model kooperatif. Terdapat lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan. Lima unsur tersebut yaitu 1)

positive interdependence atau saling ketergantungan positif yang menunjukkan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama mempelajari bahan yang ditugaskan dan kedua menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan. 2)

personal responsibility atau tanggung jawab perseorangan yang berarti kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. 3)

face to face promotion atau berarti interaksi promotif. Hal ini berarti salah satu unsur penting karena menghasilkan saling ketergantungan positif yang memiliki ciri saling membantu secara efektif dan efisien 4) keterampilan sosial digunakan untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan, 5) pemrosesan kelompok merupakan tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan anggota kelompok yang mana siapa diantara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu (Suprijono, 2009: 58).

Adapun unsur-unsur dasar model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu 1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, 2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, 3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompok, 5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, 6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan

19 keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan 7) siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Rusman, 2017: 300).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka unsur dalam model pembelajaran kooperatif yaitu siswa memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan juga orang lain, siswa memiliki tujuan yang sama dalam anggota kelompoknya, siswa diberikan evaluasi atau penghargaan yang juga diberikan untuk semua anggota, siswa memiliki keterampilan sosial untuk belajar bersama mencapai tujuannya.

3. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif

Ciri-ciri model model pembelajaran kooperatif adalah 1) pembelajaran secara tim, 2) manajemen kooperatif, 3) kemauan untuk bekerja sama, 4) keterampilan bekerja sama (Rusman, 2017: 207). Sedangkan Taniredja, dkk (2014: 59), mengatakan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah 1) belajar bersama teman, 2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, 3) saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok, 4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, 5) belajar dalam kelompok kecil, 6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, 7) keputusan tergantung pada siswa sendiri, dan 8) siswa menjadi aktif.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dilihat bahwa ciri-ciri model model pembelajaran kooperatif adalah 1) pembelajaran di lakukan dalam kelompok, 2) kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, 3) apabila memungkinkan, kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

4. Manfaat model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai manfaat, yaitu meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa. Selain itu mereka juga menjabarkan manfaat model pembelajaran kooperatif sebagai berikut. 1) siswa akan memperoleh hasil yang maksimal, 2) siswa akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan memiliki motivasi yang lebih besar untuk belajar, 3) siswa menjadi lebih peduli kepada teman-temannya, dan akan terbangun sikap ketergantungan yang positif dalam belajar, 4) meningkatkan rasa toleransi antar