• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

PERAIRAN NANGKABESAR

3) Gagasan pengembangan

7.3.3 Analisis manfaat komersial kekuak

Sejak manfaat kekuak baik sebagai umpan maupun pangan tidak hanya diambil oleh nelayan dan penduduk pribumi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (subsisten), tapi juga oleh warga lain selain mereka sebagai konsumen karena tidak bisa mencari/menangkapnya sendiri, sejak itu pula kekuak jadi memiliki arti secara komersial bagi masyarakat setempat. Meski skalanya kecil dan tradisional, harga dan pemasaran tetap berperan penting dalam perekonomian kekuak.

dalam lemari es dibungkus koran 1 dalam kemasan plastik praktis 2 kering mentah keripik goreng tepung

7.3.3.1 Komoditas dan harga produk 1) Produk pangan

Benda ekonomis yang siap diperdagangkan disebur komoditas (Soekarto 1990). Untuk komoditas kekuak sebagai produk basah (segar), masalah tekstur, serat daging dan bekas luka akibat alat tangkap, atau masalah cacat produk selama ini adalah sebagai penentu (pembeda) harga. Kecacatan produk ditentukan oleh macam teknik tangkap, yaitu antara kekuak hasil ngerangkang dan hasil nyucok. Meski dari analisis proksimat kandungan keduanya relatif sama, pengumpul selalu membelinya dengan harga berbeda. Hal ini sudah terjadi sejak kekuak nyucok di Pebuar laku juga dijual basah (2006-2008) yaitu saat pasokan kekuak basah hasil ngerangkang sedikit.

Menurut pengumpul perbedaan harga komoditas karena mutu daging kekuak basah hasil nyucok tidak sebaik hasil ngerangkang. Turunnya mutu itu dianggap ciri (cacat) yang melekat pada hasil nyucok yang mendasari penentuan harga, penangkap pun sulit menolak. Ironisnya, harga jual di pasar (tingkat konsumen) sama saja, hasil nyucok ataupun ngerangkang, apalagi ditaruh sewadah (dicampur). Hal itu karena dijual berdasarkan berat (tanpa sortir), konsumen tidak tahu ada dua macam produk (dari dua jenis alat tangkap). Hal ini menguntungkan pengumpul, apalagi konsumen sudah cukup bersyukur dengan hadirnya kekuak yang memang barang langka.

Kekuak segar sebagai komoditas bahan pangan mentah di Pebuar, biasanya dibeli pengumpul per kg basah di pantai atau kediaman penangkap sepulang dari laut, biasanya siang sampai sore hari. Pengumpul sudah menyiapkan neraca, peti (kotak) ikan dan es batu di sepeda motor untuk mengangkut/menyimpan kekuak, dan uang. Semula ada dua pengumpul, masing-masing membeli dari dua kelompok penangkap (anak buah) berbeda. Pengumpul pertama menjual kekuak dari pintu ke pintu sore/malam itu juga, kepada para pelanggan dari etnik Tionghoa di Jebus dan Parit-tiga, pengumpul kedua menjualnya besok pagi ke pasar tradisional di Parit-tiga.

Perkembangan terakhir, sejak Pebruari, awal musim 2009 ada pengumpul baru yang semula cuma membeli kekuak kering (hasil nyucok), kini juga membeli kekuak basah hasil ngerangkang dari kelompok penangkap baru. Pagi-pagi

besoknya dia jual kepada penjual ikan di pasar Parit-tiga, Jebus. Saat itu di pasar ikan harga kekuak segar per kg Rp 40.000,- sampai Rp 50.000,- atau rata-rata Rp 45.000 sama seperti harga jual dua pengumpul sebelumnya (Tabel 32). Awal musim 2009 penangkap dengan ngerangkang bertambah, pasokan kekuak basah/segar masih cukup melimpah, para pengumpul umumnya tidak berminat lagi membeli kekuak basah hasil nyucok.

Tabel 32 Harga rata-rata komoditas kekuak basah/segar di Pebuar 2008/2009 Rp,-/kg

2008 2009

Pengumpul Alat tangkap

beli jual beli jual

Keterangan

1. Akong rangkang 30.000 40.000 30.000 45.000

cucok 22.500 40.000 - - Dijual kepada konsumen di pasar 2. Ali rangkang 30.000 40.000 30.000 45.000

cucok 25.000 40.000 - - Dijual ke pelanggan dari pintu ke pintu 3. Arpan rangkang - - 32.000 38.000 Dijual ke pedagang ikan di pasar cucok - - 20.000 - Dijual kering ke pedagang toko/pasar

Pengumpul ketiga di Pebuar ini mau membeli kekuak basah hasil nyucok seharga Rp 20.000,- per kg cuma untuk dijual kering, dia yang membilas dan menjemurnya, ini terjadi juga di Nangkabesar karena penangkap tidak mau repot. Komoditas kekuak kering mentah (hasil nyucok/nyerampang) pada umumnya diantar penangkap ke rumah pengumpul, ada juga langsung ke toko di pasar kota. Biasanya disetorkan sudah kering, tersortir berdasar kelas panjangnya, diikat per 100 ekor. Pengumpul biasanya menyortir lagi, menyatukan yang belum cukup dan memisahkan yang tidak layak (barang sisa BS). Kekuak kering dari Nangkabesar hasil nyucok dan ngerangkang dihargai sama, karena mutu keduanya relatif sama. Harga komoditas kekuak kering mentah bervariasi (Tabel 33) sesuai kelas mutunya dan rantai distribusinya. Makin panjang ukuran makin mahal, begitupun makin bertingkat pengumpul/pedagangnya makin mahal sampai ke konsumen. Penangkap yang menjual langsung kepada pedagang di toko/pasar kota untungnya akan lebih besar daripada kepada pengumpul (bos). Harga beli pengumpul pertama (kepada penangkap) biasanya dari tahun ke tahun relatif kecil sekali perubahannya, begitupun harga beli pengumpul kedua dan pedagang toko/pasar, tapi belum tentu dengan harga beli konsumen. Harga di toko/pasar terkadang bisa amat tinggi, untuk kelas super bisa Rp 60.000,- per ikat (100 ekor), bahkan ada pedagang di toko yang mengurangi isi ikatan/bungkus agar terjangkau pembeli.

Tabel 33 Harga rata-rata komoditas kekuak kering mentah di Bangka 2008 Harga (Rp) per ikat (100 ekor)

Kelas Ukuran

(cm) Pengumpul I Pengumpul II Toko/Pasar

Super > 65 27.500 30.000 50.000 A 61 – 65 25.000 27.500 45.000 B 56 – 60 22.500 25.000 40.000 C 51 – 55 20.000 22.500 35.000 D 46 – 50 15.000 20.000 30.000 BS < 46 12.500 15.000 25.000

Harga kekuak kering di toko (pasar) akan naik jika kekuak masih atau sudah sedikit di pasaran, biasanya pada awal dan akhir musim, atau di luar musim karena kekuak kering mentah awet disimpan cukup lama (lebih 3 bulan), apalagi disimpan-dingin. Kasus pada awal musim tangkap 2009 (akhir Pebruari) salah seorang pengumpul (Arpan) di Pebuar berani membeli kekuak kering mentah hasil nyucok Rp 35.000,- per ikat (100 ekor) untuk semua ukuran, karena masih langka di pasar (tidak ada pasokan dari Nangkabesar) dan warga Tionghoa butuh oleh-oleh untuk pulang ke Jakarta (usai ritual sembahyang kubur Ceng Beng). Padahal ukuran rata-rata kekuak Pebuar pendek-pendek (kelas D ke bawah), sedangkan kekuak Nangkabesar panjang-panjang dan berani dibelinya Rp 40.000,- per ikat (kelas C ke atas).

Komoditas kekuak matang (siap-saji) kini tidak tersedia (lagi) di warung (pasar tradisional), kecuali toko di Pangkalpinang yang menjual berbagai produk pangan lokal (oleh-oleh khas) terutama dari laut. Kekuak siap-saji biasanya berupa keripik goreng yang diolah pemilik toko, biasanya dari stok kekuak kering yang belum laku-laku di toko (sebelum rusak), apalagi jika ada pembeli yang berminat membeli/memesannya. Produk keripik kekuak goreng simpul pita dalam kantong/kotak plastik seharga Rp25.000,- per 250 g (tahun 2008).

Dari semua jenis produk, jika dibandingkan harga rata-rata kekuak sebagai komoditas, yang termurah kekuak kering untuk pangan dan yang termahal kekuak basah untuk pangan. Harga kekuak basah pangan bersaing dengan harga kekuak basah umpan. Diversifikasi produk harus dikembangkan terutama kekuak olah siap saji yang bisa menaikkan harga, memperpanjang masa kegunaan (di luar musim) dan menambah lapangan kerja dan penghasilan. Pengalihan manfaat kekuak basah dari pangan komersial sebagian menjadi umpan komersial dengan kemasan dan simpan-dingin bagi hobi mancing termasuk upaya diversifikasi.