• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

5 ETNOBIOLOGI KEKUAK DI KEPULAUAN BANGKA-BELITUNG

2) Lingkungan sekitar lokasi tangkap

Lingkungan sekitar lokasi tangkap kekuak umumnya mencakup lingkungan selain habitat utama kekuak, yang menghalangi jalan penangkap, dan dihindari karena berbahaya (terlalu dalam, berlumpur atau berkarang).

Palo

Palo dalah bahasa Melayu setempat bermakna cekungan berisi air laut yang terlihat muncul saat air laut surut di tengah hamparan beting atau gosong. Biasanya cekungan ini menjadi tempat biota berkumpul, berdiam atau terperangkap seperti kepiting, udang, kerang, dan ikan-ikan lainnya. Palo menjadi salah satu tujuan nelayan untuk menangkap ikan, tapi di dalamnya terkadang juga terdapat karang (atol) dan biota berbahaya seperti ular laut.

Untuk kegiatan penangkapan kekuak palo adalah salah satu satuan marinsekap alami yang terkadang dihindari (menghambat) para nelayan/ penangkap (nyucok dan nyerampang). Hal itu karena biasanya palo lebih dalam dan berlumpur, (sarang) kekuak tidak ditemukan/terlihat, tidak aman dan

menyulitkan jalan terutama untuk pulang. Kalaupun lumpurnya sedikit, biasanya

ngerangkang dan nyerampang di situ selalu dihindari karena terlalu dalam, penangkapan kekuak jadi tidak efektif (sulit).

Karang

Karang atau karang-karang (terumbu karang) menurut nelayan setempat bermakna hamparan pantai atau kawasan perairan yang dipenuhi karang (Gambar 9). Karang adalah salah satu marinsekap alami yang menjadi tujuan nelayan untuk mancing dan ngembubu, khususnya yang ada di tengah laut. Bila letaknya di tepi pulau sebagai pantai berkarang dengan lapisan sedikit/banyak lumpur, saat air laut surut biasanya jadi tempat mencari kerang, anemon, ikan karang dan gurita kecil.

Karang di tepi pantai bagi gawe nangkap kekuak biasanya termasuk satuan marinsekap yang dihindari karena tidak aman khususnya untuk jalan pulang para penangkap. Disamping itu, kekuak juga tidak akan ditemukan di situ, jika ada pun sulit ditangkap. Pada peralihannya dengan pantai pasir putih sering ditemukan kekuak, tapi sulit ditangkap (tidak efektif) karena serpihan keras/tajam karang ditambah pecahan kulit kerang dan krustase bisa melukai tangan penangkap.

Gambar 9 Pantai berterumbu karang (1) dan pantai berhutan bakau (2)

Bakau

Bakau atau bakau-bakau (mangrove) menurut masyarakat nelayan setempat bermakna kawasan tepi pulau (pantai) yang tertutup hutan bakau (utan bakau). (Gambar 9). Kawasan bakau adalah satuan marinsekap alami yang tergenang saat air laut pasang atau basah-berlumpur saat surut, penuh sesak dengan akar-akarnya. Biasanya jadi tempat mencari kepiting (ketam) bakau, kerang, siput dan udang apalagi yang dekat muara dan aliran sungai. Lebih khusus lagi biasanya kawasan ini jadi tempat mencari tembilok (tambelo) yang hidup dalam kayu tertentu.

Bakau-bakau dan sekitarnya biasanya dihindari penangkap karena jarang sekali dijumpai sarang kekuak, lebih banyak lumpur ketimbang pasir. Lumpur bakau apalagi yang dalam dan banyak tunggul (akar), menyulitkan jalan pulang saat laut mulai pasang. Pada peralihannya dengan pantai pasir putih dan daratan tanah merah berbatu dengan aliran sungai kecil, terkadang dijumpai sedikit kekuak, tapi sulit diambil karena tanahnya lebih keras dan serpihan batu kerikilnya bisa melukai tangan, sekaligus melukai kekuak sendiri. Hutan bakau tepi pantai saat surut adalah tempat berteduh/istirahat para penangkap (Gambar 9).

Laut Tengah

Laut tengah (laut tenga) bermakna perairan setelah laut tepi, tapi tetap tergenang walaupun saat air laut sedang surut dan apalagi saat pasang. Sama seperti pada laut tepi, untuk jadi habitat kekuak substrat sedimennya (dasar perairan) juga harus pasir putih, tapi sebagai lokasi tangkap cuma pada kedalaman tertentu saja yang alatnya bisa diterapkan. Menurut nelayan setempat karena lebih dalam, tidak bisa lagi dioperasikan jenis alat tangkap apapun secara biasa, bahkan dihindari karena kedalamannya bisa berbahaya bagi penangkap.

Setelah rangkang terbukti bisa dioperasikan dengan kompresor sebagai alat bantu pernafasan dalam air, populasi kekuak di laut tengah kawasan Pebuar sebenarnya masih bisa ditangkap hingga kedalaman 2-6 m. Menurutnya, jika bukan karena keterbatasan menyelam, di bawah 6 m pun masih bisa ditemukan lubang sarang kekuak, asalkan lautnya relatif tenang (arus tidak kuat).

Perairan laut tengah Nangkabesar arus bawahnya deras, kekuak sulit ditemukan dan ditangkap. Dengan begitu, kemungkinan laut tengah menjadi zona cadangan populasi kekuak terbesar sekaligus terakhir di luar zona/lokasi tangkap, yang bisa menjamin terjadinya suksesi populasi ke dalam zona/lokasi tangkap tadi, seperti pada daerah penangkapan perairan Nangkabesar.

5.3.1.2 Pemetaan marinsekap dan analisis substrat 1) Pemetaan marinsekap

Satuan-satuan lingkungan laut didasarkan pada pengetahuan lokal tentang ekosistem lingkungan laut (etnoekologi), terkait penangkapan kekuak komersial terbagi dua kelompok. Pertama, kelompok marinsekap lokasi tangkap kekuak,

yaitu: pantai pasir putih, beting (pambong), gosong dan laut tepi. Satuan-satuan ini bisa tumpang-tindih dan merupakan tipe habitat utama kekuak. Kedua, kelompok marinsekap sekitar lokasi tangkap kekuak, yang biasanya dihindari penangkap, yaitu: palo, karang, bakau dan laut tengah (Gambar 10).

Gambar 10 Skema posisi marinsekap terkait habitat/lokasi-tangkap kekuak Dengan diagram bagian-bagian lingkungan laut (Gambar 11) dari Davis (1986), diacu dalam Romimohtarto dan Juwana (2001), habitat (lokasi tangkap) kekuak jika dilihat dari lingkungan bentik pada mintakat pasir, berada di bagian ‘litoral’ untuk penangkapan biasa (kedalaman <2 m) dan ‘sedikit-sublitoral’ (bawah litoral) pada penangkapan tidak biasa (kedalaman <10 m). Dilihat dari lingkungan pelagik (pengaruhi siklus pasang-surut amat sedikit) posisi sedikit-sublitoral ini termasuk sedikit bagian neritik sisi dalam, kandungan haranya melimpah karena relatif dekat ke darat (penyumbang berbagai zat terlarut ke laut). Bagian litoral dan sublitoral ini di Bangka amat landai dan bisa terbentang luas.

Sebenarnya katagorisasi lokal marinsekap ini pun tergantung kondisi pasang-surut, khususnya pada laut tepi dan laut tengah. Pada minggu taru’ (konda) kedalaman laut tepi bisa menyamai laut tengah pada minggu ruap (surut maksimal), kekuak cuma bisa ditangkap dengan ‘ngerangkang plus’ (dibantu kompresor). Saat pasang, sebagian lokasi laut tengah pun bisa menjadi laut dangkal atau laut tepi pada minggu ruap dan bisa menjadi lokasi tangkap kekuak. Jadi pembagian tadi lebih bersifat teknis terkait kegiatan penangkapan komersial, yang tidak ada pada penangkapan untuk umpan dan lauk (kebutuhan subsisten).

pantai

darat laut

beting

zona pasang-surut

sedimen pasir putih

laut dalam laut tengah karang laut tepi gosong palo pedalaman pesisir bakau beting zona pasang-surut

Gambar 11 Diagram bagian-bagian lingkungan laut (Davis 1986)

Dinamika pasang-surut juga menyebabkan pola zonasi (pembagian zona lokasi tangkap) yang diterapkan dua/lebih jenis alat tangkap pada saat kegiatan panangkapan yang sama benar-benar terpisah (ada zona antara sebagai zona cadangan), tapi pada waktu berbeda atau keseluruhan (kumulatif) sebenarnya amat sedikit selisih jaraknya, bahkan bisa bertemu dan beririsan (tumpang-tindih). Terkait tipologi pola zonasi tangkap kekuak, khususnya di Pebuar dan Nangkabesar, zona cadangan yang benar-benar bisa berjalan mensuksesi populasi kekuak di habitat (lokasi tangkap) demi menjamin kelestarian adalah zona lepas (laut tengah). Yang benar-benar berkelanjutan dalam pemanfaatan kemungkinan besar adalah gawe nyucok di darat (lokasi yang mengering saat laut surut di zona nyucok) dengan mematuhi aturan pemali ngesik, seperti terjadi di perairan Pebuar.