• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

6 ETNOTEKNOLOGI KEKUAK DI KEPULAUAN BANGKA-BELITUNG

2) Gawe ngerangkang

Gawe ngerangkang adalah kegiatan menangkap kekuak dengan alat

rangkang dan teknik ngerangkang. Ngerangkang sampai kini cuma dilakukan oleh nelayan di daerah Pebuar dan menjadi ciri khas kegiatan penangkapan kekuak komersial di kawasan itu.

Peralatan tangkap

Rangkang adalah alat tangkap pada gawe ngerangkang, contohnya berasal dari Pebuar (Gambar 46), terbuat dari bahan utama logam (mata dan batangnya) dan kayu (gagangnya). Ditemukan (dibuat pertama kali) oleh Manap pada 1997 warga Desa Semulut, Jebus (Bangka Barat). Bentuk umum rangkang mirip garpu, panjang 25-42 cm, berat 300-500 g. Terbagi jadi tiga bagian: (1) gagang kayu, panjang 15-20 cm (3-4 cm masuk ke dalam batang logam), pangkal bulat/lurus/bengkok/bersudut dengan diameter 9-10 cm; (2) batang logam, bentuknya lurus, panjang12-18 cm, diameter pangkal 0,8-2,2 cm, ujung memipih (lebar 2,5-3 cm); (3) mata tajam, berupa jejari dari logam tanpa kait, tersusun rata atau mirip kipas/busur, jumlah 7-9, panjang 10-12 cm (4-4,5 cm di luar), diameter 1,5 mm, terpatri dalam lubang batang logam dengan coran timah, luarnya dijalin

sebagian (0,5-2 cm) dengan nilon. Sambungan antara batang logam dan gagang kayu bisa diikat dengan karet ban bekas (2-4 cm).

Peralatan tambahannya yaitu: (1) kaca mata selam, dibuat sendiri dari kayu, kaca/plastik, dan karet bekas; (2) pelampung renang dan talinya, terikat di punggung, untuk air sebatas leher ke atas; (3) pisau kecil, untuk membuang jeroan, terikat di gagang rangkang atau tangan; (4) kayu pembalik dari rautan ranting kayu lurus, panjang 25-30 cm, diameter 0,2-0,5 cm; (5) kantong waring, terikat di pinggang saat menyelam; (6) ember plastik dan tutupnya dari daun simpor; (7) sarung tangan dan kain lap (jika perlu); (8) batu asahan. Perlengkapan pendukungnya yaitu: (1) tutup kepala, untuk di atas perahu; (2) perahu, mutlak perlu karena lokasi selalu jauh dari pantai; (3) bekal makanan dan minuman, selalu perlu karena tenaga banyak terkuras (selalu lapar dan haus).

Teknik tangkap dan penanganan hasil

Teknik ngerangkang atau cara menangkap kekuak dengan rangkang dimulai dengan berperahu untuk mencari dan menentukan lokasi tangkap dengan mengukur kedalaman memakai kayu atau dayung, setelah ketemu barulah terjun dengan alat tangkap dan perlengkapannya. Syarat lokasi efektifnya dari air sedada sampai leher/kepala. Urutan kerjanya yaitu: (1) berenang dan menyelam untuk mencari (menemukan) lubang sarang kekuak; (2) menikam sarang kekuak secepatnya pada radius 2-3 cm dari lubang (miring 30-60˚ tergantung panjang gagang, satu lubang sekali tikaman), posisi melayang dengan kaki di atas atau cukup membungkuk jika tidak dalam; (3) mengangkat rangkang segera jika sasaran kena (terasa ada tarikan); (4) mengambil kekuak dan memegangnya sementara dengan tangan lain. Langkah-langkah ini diulangi sampai mendapat beberapa ekor atau setahan napas (Gambar 42).

Gambar 42 Ngerangkang di kolom air (1 menikam; 2 mengangkat)

2 1

Penanganan saat-tangkap yaitu: (1) membuang jeroan kekuak (sambil berdiri dan ambil napas) dengan menoreh lehernya dan merunut dari ekornya (kepalanya di bawah); (2) menaruhnya dalam kantong jaring/waring. Langkah-langkah ini diulangi semampunya di sela-sela penangkapan, lalu naik ke perahu setelah kantong penuh atau lelah untuk istirahat (makan-minum). Penanganan di perahu yaitu: (1) membalik kekuak dengan kayu pembalik (dari ekor ke arah kepala); (2) menaruhnya dalam wadah berair atau kantong jaring terendam (di sisi perahu) agar kekuak tetap segar, sekaligus berfungsi membilasnya dengan air laut; (3) menghitung kekuak (di perahu atau di pantai setelah mendarat) jika perlu atau menimbangnya (semua kekuak segar dijual berdasarkan berat). Kekuak segar/ basah ini lalu dijual/disetor ke pengumpul, untuk dijual ke pasar atau pelanggan.

Operasi penangkapan

Gawe ngerangkang adalah salah satu bentuk kegiatan penangkapan kekuak komersial di Pebuar. Lokasinya selalu lebih dalam dan jauh dari pantai, karena itu pergi dan pulangnya selalu dengan perahu-motor. Kerjanya lebih berat dan berbahaya, harus dengan berenang dan menyelam, karena itu cuma dilakukan kaum lelaki. Pada tahun-tahun awal, pernah diikuti kaum perempuan, tapi cuma menunggu di atas perahu sambil menangani hasil tangkapan anak lelakinya, itupun cuma ketika dulu semua kekuak masih dijual kering. Karena dilakukan lelaki, terkadang juga berani dilakukan sendirian, meski biasanya berkawan (berkelompok) bahkan dengan perahu berbeda (Gambar 43).

Gambar 43 Kaum lelaki Pebuar dan gawe ngerangkang

Lokasi gawe ngerangkang adalah di perairan tepi pantai, pambong

berpasir putih dan tidak berlumpur. Zona tangkapnya adalah dari kedalaman air sedada sampai seleher penangkap, kira-kira 120-150 cm (Gambar 51), karena itu perlu pelampung dan kaca mata selam, di luar batas itu gawe ngerangkang menjadi sulit (tidak efektif).

Gawe ngerangkang pun diawali persiapan menjelang musim tangkap, yaitu nelayan memperkirakan kapan mulai surut maksimum (ruap) terjadi di siang hari dan mencari/menentukan lokasi mana yang lebih dulu surut dari siklusnya, dicek kedalamannya, banyak lubang sarang terlihat dan ukuran kekuak pada beberapa kali tangkapan pertama, sampai ketemu yang layak. Biasanya juga nelayan/ penangkap memperhitungkan lokasi di musim-musim sebelumnya (rotasi). Informasinya lalu disampaikan kepada yang lain, karena gawe ngerangkang biasanya pun dilakukan berkelompok.

Lama gawe ngerangkang dalam sehari biasanya paling lama setengah hari (separuh waktu gawe nyucok/nyerampang dalam sehari), tidak selama gawe nyucok atau nyerampang yang bisa seharian (karena hasilnya dijual kering). Dahulu, ketika semua kekuak masih dijual kering, kekuak hasil ngerangkang pun dijual kering sehingga lama kegiatan bisa seharian. Sejak hasil ngerangkang dijual segar untuk olah basah (karena mutunya terbaik, sedikit cacatnya) dan konsumen sudah tahu enaknya bila diolah basah maka lama kegiatan dipersingkat agar mutunya tidak turun. Untuk itu, selama kegiatan kekuak ditaruh dalam kantong waring terjuntai di sisi perahu (terendam dan terbilas air laut sekaligus), atau dalam ember berair laut, agar tetap segar. Selama diangkut dan dijual pun harus disimpan dingin atau beku.

Konsekuensi dari lama penangkapan dalam sehari tadi menyebabkan gawe ngerangkang sudah biasa dilakukan pada sore hari saja atau pagi hari saja, karena itu dalam satu periode musim tangkap, musim kegiatan ini bisa lebih lama hitungan bulannya. Dengan demikian, gawe ngerangkang biasanya sudah mulai dilakukan sebelum gawe nyucok dan nyerampang dilakukan, dan masih dilakukkan setelah keduanya berhenti (Pebruari-Agustus). Berarti gawe ngerangkang selalu produktif baik pada saat puncak musim penangkapan maupun pada sebelum dan sesudahnya.

Gawe ngerangkang juga tetap dikerjakan kecuali jika cuaca sedang buruk seperti mendung, angin ribut dan hujan, atau jika ada halangan dan keperluan penting lainnya. Namun karena tidak dilakukan sehari penuh, terkadang masih bisa disambil dengan kerjaan lain yang juga tidak seharian, dan karena itu pula dalam setahun musim penangkapannya bisa lebih panjang daripada gawe nyucok dan nyerampang, bisa pagi saja, tengah hari saja atau sore hari saja.