• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Maskulinitas Senior Terhadap Kekerasan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.9. Analisis Hasil Penelitian

4.9.2. Analisis Maskulinitas Senior Terhadap Kekerasan

Dengan adanya sisi maskulinitas yang dimiliki oleh para senior yang ada di dalam kehidupan anak jalanan,dalam hal ini Connel (2000) memberikan penekanan pada aspek struktur yang mengandaikan hirarki dan hubungan kekuasaan. Maskulinitas tidak hanya mengandung unsur relasi kuasa dalam hubungan laki-laki dan perempuan, akan tetapi juga antara laki-laki satu dengan laki-laki lainnya. Berdasarkan kajian dari teori maskulinitas oleh Connel tersebut, dapat disimpulkan akibat dari adanya maskulinitas senior yang ada di antara anak jalanan akan mengakibatkan hirarki dan dominasi kekuasaan yang dilakukan oleh para senior anak jalanan tersebut. Hirarki kekuasaan dalam kehidupan anak jalanan sudah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka.

Hirarki kekuasaan yang terjadi dalam kehidupan anak jalanan tidak lepas dari adanya senioritas di kalangan anak jalanan itu sendiri, dengan demikian kekuasaan atas kehidupan anak jalanan yang cenderung tidak diperhatikan oleh masyarakat sekitar akan dipegang oleh mereka yang memiliki kekuasaan. Dalam kajian ini juga disebutkan adanya salah satu teori yang disebut dengan istilah hegemonic masculinity. Hegemoni menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan, dsb suatu negara atas negara lain. Atau dalam konteks hegemoni maskulinitas, maka berarti pengaruh dominasi suatu konstruksi maskulinitas atas bentuk maskulinitas lain. Dengan demikian, maka dominasi dan kekuasaan yang ditimbulkan karena adanya sisi maskulinitas senior tersebut secara alami akan membentuk hirarki yang tentunya sangat merugikan bagi mereka yang berada di bawah. Dalam kehidupan jalanan

yang cenderung keras, tidak teratur dan kurangnya pengawasan dari masyarakat lain, dominasi dari senioritas tersebut akan menimbulkan suatu konflik yang dapat berujung pada kekerasan.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan dengan keadaan anak jalanan dari berbagai lokasi yang berbeda-beda. Maka kasus-kasus kekerasan yang mereka alami pun berbeda. Mulai dari bentuk kekerasan, waktu, tempat, dan pelaku kekerasannya. Kekerasan terhadap anak jalanan yang berada di Simpang Setia Budi Medan lebih banyak mengalami kekerasan secara fisik, di mana pelakunya merupakan mereka yang mempunyai fisik yang lebih besar. Penyebab kekerasan terhadap anak jalanan di daerah ini lebih dikarenakan oleh keadaan mereka yang memang masih terlalu lemah untuk menghadapi para anak-anak punk yang cenderung banyak menindas mereka. Sedangkan kekerasan yang dialami oleh anak jalanan yang berada di kawasan Simpang Pasar Aksara Medan cenderung bersifat psikis dimana berdasarkan pengakuan dari para informan peneliti yang berada di sana mereka sering mendapatkan perlakuan berupa pengusiran, diberi ancaman, dan dibentak oleh para senior mereka di sana maupun oleh pada orang dewasa. Hal tersebut terjadi karena mereka yang masih terlalu kecil sering tidak memperhatikan kondisi sekitarnya. Mereka cenderung suka berjualan tanpa memperhatikan keselamatan mereka sendiri. Sedangkan kekerasan fisik dan kekerasan psikis juga dialami oleh para informan yang berada di kawasan Simpang Pasar Sei Sikambing Medan. Kekerasan fisik yang mereka terima datang dari para aparat keamanan karena mereka dianggap telah mengganggu ketertiban jalanan maka mau tidak mau mereka harus mendapatkan hukuman dari para aparat keamanan tersebut. Lain halnya dengan kekerasan psikis yang juga mereka

terima. Kekerasan psikis cenderung mereka dapatkan bukan di tempat biasa mereka mengamen. Akan tetapi, mereka mengalaminya di daerah tempat tinggalnya, disana mereka mendapat perlakuan yang kurang baik dari para seniornya sesama anak jalanan. Mereka pun memutuskan untuk mencari tempat untuk mengamen yang lebih aman, yaitu jauh dari tempat tinggal mereka.

Sedangkan kekerasan yang dialami oleh anak jalanan yang berada di Simpang Amplas Medan lebih kepada kekerasan fisik dan kekerasan ekonomi. Kekerasan fisik yang mereka alami cenderung dikarenakan oleh hal-hal yang sepele. Akan tetapi karena menyangkut harga diri mereka, mau tidak mau kekerasan menjadi salah satu solusi bagi mereka untuk menyelesaikan masalah dengan cepat. Selain itu mereka juga sering mendapat kekerasan ekonomi yang merugikan mereka dari sisi materil. Informan yang pernah diambil secara paksa uang hasil mengamen nya oleh anak jalanan yang lain menyatakan bahwa itu terjadi karena memang dia sedang tidak berada di wilayahnya. Sehingga ia tidak dapat berbuat banyak.

Dari berbagai bentuk kasus-kasus kekerasan tersebut, dapat dilihat dengan menggunakan teori maskulinitas Connell, dan berkaitan dengan hegemoni maskulinitas, dimana dalam teori ini menjelaskan bahwa di dalam sesama pria terdapat hegemoni maskulinitas yang menggambarkan bahwa adanya dominasi dari seorang laki-laki atas laki-laki lainnya. Sehingga maskulinitas dari laki-laki yang mempunyai kekuatan fisik dan emosi yang besar akan dapat memiliki otoritas atas laki-laki lainnya. Maka dari itu di dalam kehidupan anak jalanan yang terdiri dari berbagai macam bentuk fisik dan usia yang berbeda-beda, dominasi dari mereka yang lebih senior tidak dapat dihindari lagi. Anak jalanan dengan sisi maskulinitas yang lebih tinggi akan mendominasi atas sesamanya. Hal

tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara di dalam penelitian ini, dimana masih banyak kasus kekerasan yang diakibatkan oleh adanya senioritas di kalangan anak jalanan. Sehingga akibat dari adanya dominasi dan otoritas inilah yang akan cenderung mengakibatkan timbulnya kekerasan dalam kehidupan anak jalanan itu sendiri.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Banyaknya anak jalanan yang tersebar di berbagai tempat-tempat keramaian seperti di pasar, persimpangan lampu merah, pusat perbelanjaan, terminal, maupun tempat-tempat yang mempunyai mobilitas ekonomi yang tinggi cenderung menjadi tempat bagi para anak-anak jalanan dari berbagai kelompok usia menjadikannya sebagai tempat untuk menghabiskan waktu sehari-hari.

Mereka semua berbaur satu sama lain tanpa memikirkan asal dan status mereka.

Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak yang masih berusia dibawah umur, dengan berbagai aktifitas yang bermacam-macam, sama-sama berada di jalanan sepanjang hari untuk satu tujuan, yaitu mencari uang.

Senioritas di kalangan anak jalanan tidak terbentuk secara instan, akan tetapi secara bertahap dengan berbagai macam konstruksi yang ada. Senioritas anak jalanan tidak hanya ditentukan dari ciri-ciri fisik ataupun usia dari masing-masing anak jalanan itu sendiri. Akan tetapi, juga ditentukan seberapa besar pengaruh dan sudah berapa lama anak jalanan tersebut berada di wilayah tempatnya biasa mencari uang. Maskulinitas yang dimiliki oleh senioritas terbentuk dari adanya pengakuan dari para anak-anak jalanan itu sendiri. Sehingga apabila seorang anak jalanan dengan sisi maskulinitas yang tinggi akan dianggap memiliki kekuasaan atas anak jalanan lainnya dengan aturan-aturan yang telah disepakati sejak dulu.

Dengan keadaan seperti itu, tidak heran kalau jalanan menjadi tempat yang sebetulnya sangat tidak pantas dan tidak aman bagi anak-anak yang masih berada

di bawah umur. Anak-anak yang berada di jalanan seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain dan belajar dengan teman-temannya yang seumuran, terpaksa harus merelakannya karena mereka sudah harus mencari uang untuk membantu perekonomian keluarganya.

Kondisi jalanan yang cenderung keras dan kejam terutama bagi anak-anak akan menimbulkan munculnya kekerasan bagi anak jalanan tersebut. Banyak kasus kekerasan yang diakibatkan oleh kondisi jalanan yang dipenuhi oleh para orang-orang dewasa, terutama oleh para senior anak-anak jalanan itu sendiri.

Dengan dominasi, kekuasaan, dan kekuatan yang dimiliki oleh para anak jalanan yang sudah dewasa, maupun yang sudah lebih senior menimbulkan kerugian bagi anak-anak jalanan yang masih berada di bawah umur. Maka kekerasan yang diakibatkan oleh adanya senioritas itupun tidak dapat dipungkiri lagi pasti hampir pernah terjadi di tempat-tempat yang banyak di penuhi oleh anak-anak jalanan.

Kekerasan tersebut dapat terjadi karena adanya waktu dan kesempatan yang digunakan oleh para senior mereka untuk menunjukkan kekuasaan mereka atas sesamanya yang lebih lemah darinya.

Kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan ekonomi mau tidak mau harus dirasakan oleh para anak-anak jalanan yang masih berusia di bawah umur. Itulah yang sudah menjadi resiko mereka apabila mereka sudah memutuskan untuk hidup di jalanan. Walaupun terkadang berada di jalanan tidak selamanya buruk, tetapi tetap saja jalanan bukan lah tempat bagi para anak-anak.

Berbagai kekerasan yang dialami oleh anak-anak jalanan tersebut tidak hanya diakibatkan oleh karena adanya senioritas di kalangan mereka saja. Akan

tetapi pengguna jalan lainnya, baik itu masyarakat umum, maupun para petugas keamanan juga dapat menjadi pelakunya. Hal tersebut dikarenakan para aparat keamanan tersebut yang memang bertugas untuk menertibkan jalanan mau tidak mau harus memberikan perlakuan yang tidak baik kepada para anak-anak jalanan yang dianggap menggangu ketertiban, tanpa memandang usia mereka.

5.2. Saran

Bagi para orangtua yang anaknya bekerja di jalanan sebaiknya lebih memperhatikan keselamatan anaknya. Mereka harus lebih melindungi anaknya dengan tidak membiarkan anak-anak mereka untuk terus bekerja mencari uang di jalanan. Karena sesungguhnya kehidupan di jalanan bukanlah kehidupan yang baik dan layak untuk mereka.

Bagi para masyarakat sebagai sesama pengguna jalan sebaiknya harus lebih memperhatikan para anak-anak jalanan yang berada dijalanan terutama anak jalanan yang masih kecil dan berusia di bawah umur. Walaupun terkadang dianggap menggangu, tetapi anak-anak tersebut hanya ingin mencari uang untuk membantu perekonomian keluarganya. Masyarakat harus lebih peka dan memberikan perlindungan apabila melihat kekerasan terjadi di dalam anak jalanan itu sendiri.

Bagi pemerintah, harus lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat.

Terutama mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Pemerintah harus mampu memberikan solusi yang terbaik untuk mengangkat kesejahteraan masyarakatnya. Karena anak-anak yang berada di jalanan tersebut sebenarnya

cenderung turun ke jalanan akibat dari keadaan ekonomi keluarganya yang serba kekurangan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Huraerah, M.A. Elwa. 2006.Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa.

Afifuddin, B. A. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Bajari, Atwar. 2012. Anak Jalanan, Dinamika Sosial dan Perilaku Anak Menyimpang. Bandung; Humaniora.

Beilharz, Peter, Teori-Teori Sosial: Observasi Kritis Terhadap Para Filsof Terkemuka, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2003.

Bungin, Burhan. (2015), Metodologi Penelitian Kualitatif: Depok, Rajagrafindo Pustaka.

Connell, RW.The Man and The Boys, Cambridge: Polity Press, 2000.

J. Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya;

Bandung.167 hlm.

PKPA. (2011). Kaji Ulang Situasi Anak Jalanan Kota Medan dan Pengembangan Program Aksi, Medan: PKPA

PKPA. 2011. Situasi Anak Jalanan Kota Medan. PKPA: Medan

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Shalahudin, Odi. 2004. Di Bawah Bayang-bayang Ancaman (Dinamika Kehidupan Anak Jalanan). Semarang : Yayasan Setara.

Siagian, Matias. (2011). Metode Penulisan Sosial. Medan: PT. Grasindo Monoratana.

Siregar, Hariani, dkk. 2006. Faktor Dominan Anak Menjadi Anak Jalanan di Kota Medan. Jurnal. FISIP USU: Medan.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surbakti dkk.eds. 1997. Prosiding Lokakarya Persiapan Survey Anak Rawan : Study Rintisan di Kotamadnya Bandung. Jakarta : BPS dan UNICEF

Suyanto, Bagong, 2010. Masalah Sosial Anak. Kencana, Jakarta.

Suyanto, Ph.D. 2010.Model Pembinaan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Dasar Dan

Menengah Kementerian Pendidikan Nasional.

Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sumber Lain:

Skripsi

Ksatria Bhumi Persada, RM, Kekerasan Personal Terhadap Anak Jalanan Sebagai Individu Dalam Ruang Pubilk (Studi Kasus Terhadap Tiga Anak

Jalanan Laki-laki Binaan Rumah Singgah Dilts Foundation), Depok, 2012.

Sumber Jurnal:

Ade Chandra, “Kemiskinan: Penyebab dan Kekerasan yang Menyertainya”, dalam Jurnal Ilmu Sosial Alternatif, (Program Studi Ilmu Sosiatri STPMD

“APMD”, 2008), hlm. 53.

Chris Ellmanda, Representasi Kekerasan Pada Anak dalam Film “Alangkah Lucunya Negeri ini”, Skripsi Ilmu Komunikasi (Jawa Timur: FISIP Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, 2010).

Eugene M. Lewit, Donna L. Terman, and Richard E. Behrman, “Children and Poverty: Analysis and Recommendations”, in The Future of Children, Vol. 7, No. 2, 1997 (United State: Princeton University, 1997), pp. 9.

Gatot Triasmoro, Kekerasan Terhadap Anak Jalanan: Studi Kasus Terhadap Satu Anak Jalanan di Wilayah Stasiun Jatinegara, Tugas Karya Akhir Kriminologi (Depok: FISIP Universitas Indonesia, 2005).

Hasyim Nur, Kajian Maskulinitas dan Masa Depan Kajian Gender dan Pembangunan di Indonesia, Vol 1, No 1, 2017 (Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2017)

Kathleen Mc Creery, “From Street to Stage with Childenr in Brazil Ghana”, and in American Academy of Political and Social Science, Vol.575, Children's Rights May, 2001 (United States: Sage Publications, Inc., 2001), pp. 122-146.

Kris Hendrijanto, Kekerasan Terhadap Anak Jalanan: Studi Kasus tentang Kekerasan pada Tiga Anak Jalanan di Yayasan SEKAR Tanjung Priok Jakarta Utara, Tesis Kesejahteraan Sosial (Depok: FISIP Universitas Indonesia, 2007).

Internet:

Tribunnews. 25 Agustus 2011. Jumlah Anak Jalanan 230 Ribu di Indonesia.

Diakses dari: http://www.tribunnews.com/2011/08/25/jumlah-anak-jalanan-230-ribu-di-indonesia. Diakses tanggal 14 April 2018.

LAMPIRAN FOTO

Dokumentasi: Anak Jalanan di Simpang Setia Budi

Dokumentasi: Anak Jalanan di Simpang Sei Sikambing

Dokumentasi: Anak Jalanan di Simpang Aksara Medan

Dokumentasi: Anak Jalanan di Simpang Amplas

Dokumentasi: Wawancara dengan informan

Dokumentasi: Wawancara dengan informan