• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.7. Bentuk Kekerasan di Jalanan

4.7.3. Kekerasan Ekonomi

Selain dua bentuk kekerasan yang terjadi, yaitu kekerasan secara fisik dan kekerasan secara psikis yang ditemukan di dalam hasil wawancara dengan para

anak jalanan yang berada di beberapa lokasi yang menjadi tempat dari penelitian ini. Ternyata anak jalanan juga rawan terkena kekerasan secara ekonomi, yang tentunya mengakibatkan kerugian materil dari diri anak jalanan itu sendiri. Kasus kekerasan seperti pemalakan, pengambilan uang secara paksa yang dilakukan oleh para anak jalanan yang merasa lebih dewasa dari anak jalanan yang masih berusia di bawah umur juga sering terjadi. Dengan berbagai perbedaan fisik dan usia yang ada di dalam anak jalanan tersebut. Maka, mereka yang merasa lebih berkuasa dengan apa yang dimiliki akan menunjukkan dengan cara instan dalam mencari uang yaitu dengan cara mengambil secara paksa uang dari sesama mereka yang kondisi fisik dan usianya lebih kecil dan lebih lemah dari mereka. Seperti yang dikatakan oleh Dion, seorang pengamen yang berada di Simpang Amplas Medan :

“ Kalau dipalak, di kompas itu kami bilangnya, emang saya pernah ngalamin bukan di sini, tapi di dekat kampus UMSU jadi waktu itu saya sama kawan, bertiga kami iseng ngamen di dekat situ karena diajak kawan juga terus di sana saya di kompas yang sama ada anak sana bang.

Gayanya kayak anak punk pakai tindik, bertato, celana koyak-koyak tapi rambutnya nggak di jigrak-jigrak kaya yang di Amplas. Jadi pas lagi jalan sendiri, saya di stop orang itu kalau nggak salah kemarin ada 3 orang bang.

Ya orang itu mintain uang saya karena mungkin ditengok nya saya orang baru di situ. Yaudah daripada kenapa-kenapa cari aman aja saya kasih aja lah Rp20.000 sama orang itu. Padahal lumayan juga dapatnya disitu ,karena banyak yang malakin jadi males ke situ lagi ”(wawancara tanggal 15/09/2018).

Salah seorang informan peneliti, yaitu Iwan juga pernah mengalami kekerasan secara ekonomi. Ia mengatakan bahwa selain dagangannya yang diambil oleh para anak-anak punk, uang hasil ia berjualan juga pernah dirampas oleh mereka.

“ Anak-anak punk yang biasa ngambil jualan saya juga pernah malakin saya bang. Tapi beda orangnya, kalau yg malakin saya udah agak dewasa pokoknya mukanya serem. Dia bilang mana uang kau sini minta dulu goceng buat beli rokok, kau jualannya dapat banyak kan. Karena takut ya saya kasih aja bang, tapi udah itu aja sekali, yang sering orang itu ngambilin jangek saya aja ”(wawancara tanggal 27/08/2018).

Di daerah kawasan Simpang Aksara Medan, seorang informan yang bernama Syawal juga pernah mengalami tindak kekerasan ekonomi, yaitu uang hasil ia berjualan ingin dirampas oleh para anak-anak punk yang berada di daerah tersebut. Akan tetapi, ia tidak mengalami kerugian yang besar, karena uang hasil ia jualan sudah terlebih dahulu dipegang oleh temannya.

“ Dulu pernah bang, uang saya mau dirampas sama anak-anak punk yang disana, deket ruko-ruko itu. Jadi saya pas lagi jalan sama kawan, kawan saya sempat lari, tapi saya enggak, yaudah di cegat sama orang itu terus uang saya dimintain, saya bilang gadak duit bang, katanya liat dulu kantongmu, dirogohnya untung uangnya sama kawan saya yang sempat lari tadi, tapi ya ada juga uang dikantong saya diambil, dikit bang cuman goceng ” (wawancara tanggal 04/09/2018).

Hal tersebut pernah juga dialami oleh informan yang berada di Simpang Pasar Sei Sikambing Medan. Bayu, juga pernah mengalami pemalakan oleh sesama anak jalanan yang lebih dewasa darinya. Akan tetapi, hal itu tidak terjadi di daerah ia biasa mengamen, namun di kawasan tempat tinggalnya.

“ Jadi waktu itu pernah bang, saya pas ngamen di sini terus mau pulang baru turun dari angkot udah diikuti sama dua orang anak jalanan di situ juga saya nggak kenal nggak cuman saya tahu orang itu biasa ngamen disitu. Saya nggak ngerasa apa-apa, tapi pas sudah agak sepi orang itu datangi saya katanya minta dulu duit kau, kami sikit kali dapat hari ini. Kau ngamen disana pasti banyak dapatnya kan terus saya bilang enggak ada uangku bang, cuman dapat dikit ini. Tapi nggak percaya

orang itu, dirogoh orang itu kantong saya bang, untung mau harus menerima resiko dan mendapatkan intimidasi maupun dominasi yang dilakukan oleh para sesama anak jalanan yang lain, terutama dari para senior mereka. Hal tersebut tentu sangat tidak diinginkan oleh mereka. Dimana seharusnya di usia anak-anak seperti mereka, selayaknya mereka mendapatkan kesenangan dan bermain bersama teman-teman yang seusia mereka. Akan tetapi, para anak-anak yang masih di bawah umur tersebut yang sudah memutuskan untuk melanjutkan masa kecil mereka pasti mempunyai alasan kenapa mereka memilih untuk hidup di jalanan.

Matriks 6. Hasil wawancara dari informan tentang kekerarasan secara ekonomi

NO. INFORMAN HASIL WAWANCARA

1. Ade “ Kalau dipalak juga pernah bang, ya sama anak-anak punk itu juga, memang asal orang itu dateng pasti udahla gak aman lagi, asik kenak aja saya sama orang itu. Uang saya pun pernah diambil sama orang itu bang, padahal waktu itu dapetnya dikit, untung ada kawan yang sama-sama jualan jangek juga yang bantuin buat ngasih ongkos pulang ”

2. Iwan “ Anak-anak punk yang biasa ngambil jualan saya juga pernah malakin saya bang. Tapi beda orangnya, kalau yg malakin saya udah agak dewasa pokoknya mukanya serem. Dia bilang mana uang kau sini minta dulu goceng buat beli rokok, kau jualannya dapat banyak kan. Karena takut ya saya kasih aja bang, tapi udah itu

aja sekali, yang sering orang itu ngambilin jangek saya aja ”

3. Rengki “ Disini saya gak pernah dipalak kok bang, aman-aman aja. Pokoknya kalau disini sesama senior asalkan kami hormat aja, orang itupun gamau ngapa-ngapain kami ” 4. Bayu “ Jadi waktu itu pernah bang, saya pas ngamen di sini saya bang, untung yang diambil nggak banyak. Memang waktu itu saya cuman dapatnya dikit bang. Itulah kenapa kami sukanya main di sini, ngamen disini daripada di tempat daerah rumah kami sana ”

5. Budi “ Kalau dipalak atau dikompas di daerah sini biasa saya ngamen gak pernah bang, kami pun rata-rata disini juga udah kenal semuanya. Sama-sama cari uang, yang penting kami jaga keamanan aja, jangan ada yang cari masalah ”

6. Aidil “ Gak pernah kalau di kompasin atau dipalak bang, makanya saya pun kalau misalnya ada nampak orang itu lagi ngumpul-ngumpul atau sama yang gak saya kenal gak pernah saya deketin bang, karena saya tau nanti takutnya diapa-apain sama orang itu, makanya saya cari aman aja ”

7. Syawal “ Dulu pernah bang, uang saya mau dirampas sama anak-anak punk yang disana, deket ruko-ruko itu. Jadi saya pas lagi jalan sama kawan, kawan saya sempat lari, tapi saya enggak, yaudah di cegat sama orang itu terus uang saya dimintain, saya bilang gadak duit bang, katanya liat dulu kantongmu, dirogohnya untung uangnya sama kawan saya yang sempat lari tadi, tapi ya ada juga uang dikantong saya diambil, dikit bang cuman goceng ”

8. Feri “ Kalau dipalak belum pernah bang, makanya saya kalau jualan suka ikut sama kawan yang lebih besar, biar bisa dijagain ”

9. Dion “ Kalau dipalak, di kompas itu kami bilangnya, emang saya pernah ngalamin bukan di sini, tapi di dekat kampus UMSU jadi waktu itu saya sama kawan, bertiga kami iseng ngamen di dekat situ karena diajak kawan juga terus di sana saya di kompas yang sama ada anak sana bang. Gayanya kayak anak punk pakai tindik, bertato, celana koyak-koyak tapi rambutnya nggak di jigrak-jigrak kaya yang di Amplas. Jadi pas lagi jalan malakin jadi males ke situ lagi ”

10. Yogi “ Nggak pernah bang. Kemaren itu untunglah saya gak ikut sama abang saya ke UMSU, kalau gak mungkin saya udah kenak kompas juga sama anak-anak yang disana ”