• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.6. Batasan Masalah

Melihat terbatasnya waktu, dana, serta tenaga peneliti dalam penulisan skripsi ini. Maka peneliti menetapkan batasan masalah dalam penelitian ini yaitu tentang bagaimana bentuk–bentuk kekerasan yang dialami oleh anak jalanan

karena adanya senioritas di kalangan anak jalanan dan mengapa kekerasan akibat senioritas tersebut bisa terjadi di kalangan anak jalanan di Kota Medan.

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terdapat di persimpangan lampu merah, dan pasar yang berada di berbagai kecamatan yang berada di Kota Medan, yaitu Simpang Pasar Aksara yang berada di kecamatan Medan Tembung, Simpang Pasar Sei Sikambing yang berada di kecamatan Medan Helvetia, Simpang Setia Budi yang berada di kecamatan Medan Selayang, dan Simpang Amplas Medan yang berada di kecamatan Medan Amplas.

4.1.1. Kecamatan Medan Tembung

Gambar 4.1. Kecamatan Medan Tembung

Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Tembung berbatasan dengan Medan Perjuangan di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur, Medan Denai di selatan, dan Kabupaten Deli Serdang di utara.

Pada tahun 2015, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 137.178 jiwa. Luasnya adalah 7,99 km² dan kepadatan penduduknya adalah 16.785,11 jiwa/km². Kecamatan Medan Tembung mempunyai banyak jenis usaha industri kecil seperti kerajinan rotan.

Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini berada di Simpang Pasar Aksara Medan. Di lokasi ini, banyak transaksi ekonomi yang terjadi sebab banyaknya pedagang-pedagang ex pasar sukaramai (ramayana) yang memilih berjualan di bahu-bahu jalan, akibat terbakarnya plaza ramayana tersebut beberapa tahun lalu.

Mereka yang dahulu berjualan di kawasan plaza tersebut pun memilih untuk turun ke bahu-bahu jalan karena mereka menolak di relokasi dengan alasan-alasan tertentu. Sehingga, akibat dari pedagang yang banyak memilih berjualan di sekitaran bahu jalan maka mengakibatkan jalanan ramai dan menimbulkan kemacetan pada waktu-waktu tertentu dimana pada saat-saat ramai pembeli yang datang. Dengan keadaan seperti itu, maka sudah dapat dipastikan akan menjadi tempat bagi para penjual asongan, pengamen, pengemis, dan lain sebaginya untuk memanfaatkannya sebagai sarana mencari uang. Hal tersebut tidak terkecuali bagi mereka yang masih berada di bawah umur, anak-anak di sekitaran kawasan tersebut banyak yang turun ke jalan akibat dari ramainya kawasan ini hampir di setiap harinya. Dengan begitu, di daerah ini akan sangat mudah untuk ditemui beberapa anak jalanan dengan berbagai usia dan beragam kegiatan yang mereka lakukan selama berada di jalanan. Mereka biasanya mengamen ataupun berjualan secara berkelompok, anak jalanan di daerah ini pun terjadi dari berbagai jenis, mulai dari usia dewasa hingga masih muda yang bekerja sebagai pengamen, pengemis, anak kecil penjual asongan atau koran, dan perkumpulan

anak-anak punk yang meramaikan jalanan. Keadaan anak-anak jalanan yang ramai dengan berbagai macam kegiatan mereka yang berada di kawasan ini tidak jarang pula dapat menimbulkan gesekan antara sesama anak jalanan itu sendiri, baik dari para kelompok pengamen ataupun kelompok anak-anak punk yang mendiami salah satu wilayah yang ada di sekitar Pasar Aksara tersebut.

4.1.2. Kecamatan Medan Helvetia

Gambar 4.2. Kecamatan Medan Helvetia

Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Helvetia berbatasan dengan Medan Sunggal di sebelah barat, Medan Barat di timur, Medan Petisah di selatan, dan Medan Marelan di utara.

Pada tahun 2015, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 150.721 jiwa. Luasnya adalah 15,44 km². "Helvetia" adalah nama Latin untuk negara Swiss. Tahun 1865 dua pemilik perkebunan asal Swiss, Mots dan Breker mendirikan perkebunan tembakau di Deli (daerah sekitar Medan kini) bernama

Konigsgrätz, yang namanya kemudian diubah menjadi Helvetia. Nama ini hingga

kini masih tetap bertahan dan digunakan sebagai nama kecamatan ini.

Lokasi penelitian ini berada di perimpangan Pasar Sei Sikambing yang merupakan salah satu pasar terbesar di Kecamatan Medan Helvetia ini.

Banyaknya aktifitas jual beli yang berlangsung pada pagi hari merupakan suatu hal biasa yang sudah ada di daerah ini. Pusat pasar yang memang identik dengan keramaian menjadikan tempat tidak pernah sepi baik pada pagi hari, maupun hingga malam hari. Letaknya yang menjadi akses menuju jalan lintas dan jalan yang mengarah ke pusat perkotaan juga menjadikan daerah ini banyak dilalui oleh pengendara kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Sehingga pada malam hari, keadaan jalanan yang ramai pun sudah menjadi hal biasa. Dengan banyaknya pengendara yang melalui daerah tersebut, maka akan berbanding lurus dengan keadaan jalanan di sekitar Simpang Pasar Sei Sikambing tersebut. Pada malam hari kondisi jalanan akan dipenuhi dengan banyaknya anak-anak jalanan yang bekerja untuk mencari uang sebagai pengamen, penjual asongan, pengemis, ataupun berbagai kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan uang. Anak jalanan dengan berbagai usia dan kegiatan akan sangat mudah dijumpai disini, terkadang mereka cenderung mengamen secara berkelompok ataupun seorang diri. Sehabis mengamen atau berjualan biasanya mereka akan duduk di salah satu kedai dan berbincang satu sama lainnya, mereka bergabung dan bergurau tanpa memandang usia dari masing-masing anak jalanan itu sendiri. Anak-anak jalanan di daerah ini memang cenderung turun ke jalan pada saat hari sudah menjelang sore hari, hal tersebut dikarenakan pada pagi harinya akan ada anggota satpol PP

yang melaksanakan kegiatan rutin mereka untuk menjaga keamanan pasar dan menertibkan jalanan di sekitar Pasar Sei Sikambing ini.

4.1.3. Kecamatan Medan Selayang

Gambar 4.3. Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Selayang berbatasan dengan Medan Sunggal di sebelah barat, Medan Johor dan Medan Polonia di timur, Medan Tuntungan di selatan, dan Medan Sunggal dan Medan Baru di utara.

Pada tahun 2015, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 106.150 jiwa. Luasnya adalah 12,81 km² dan kepadatan penduduknya adalah 6.072,05 jiwa/km².

Lokasi penelitian ini berada di Simpang Setia Budi yang berada diantara Jalan Doktor Mansyur dan Jalan Setia Budi. Jalanan di sekitar kawasan ini umumnya cenderung ramai pada siang hingga malam hari, hal tersebut karena pada siang hari jalanan di simpang ini akan banyak dilewati oleh para pengguna jalan yang biasanya adalah para mahasiswa USU ataupun para pekerja kantoran

yang berada di sekitar kawasan tersebut. Menjelang malam hari, akan banyak dijumpai tempat makanan di sepanjang Jalan Setia Budi seperti penjual makanan seafood, cafe, ataupun tempat-tempat untuk berkumpulnya para muda-mudi untuk

melepas lelah mereka dan bergurau sesama muda-mudi lainnya. Keramaian ini dimanfaatkan oleh sejumlah anak-anak jalanan yang biasanya juga akan muncul pada saat sore hingga malam hari dimana pada saat-saat seperti itulah banyak masyarakat yang menghabiskan waktunya untuk sekedar makan bersama keluarga di tempat-tempat yang sudah ada tadi. Para anak-anak jalanan tersebut menggunakan keramaian seperti itu untuk mencari uang, pekerjaan yang mereka lakukan pun bermacam-macam, mulai dari sebagai pengamen, penjual kerupuk, penjual asongan, pengemis, dan ada pula yang hanya bermain-main bersama teman-temannya sekedar untuk meramaikan jalanan. Akan tetapi tidak jarang pula apabila mereka sudah melihat di tempat-tempat makan tersebut mulai banyak pembeli yang berdatangan, maka mereka akan mulai mendatanginya untuk mencari uang dengan berjualan ataupun mengamen. Rata-rata usia anak-anak yang berada di kawasan ini adalah cenderung sama, akan tetapi mereka juga sering mendapatkan tamu yang tidak diundang seperti para anak-anak punk ataupun preman yang biasanya lewat di daerah tersebut. Dengan keberadaan mereka, anak-anak jalanan yang masih di bawah umur tadi akan cenderung merasa ketakutan dan tidak aman dengan kehadiran para orang dewasa yang biasanya mengganggu mereka.

4.1.4. Kecamatan Medan Amplas

Gambar 4.4. Kecamatan Medan Amplas

Kecamatan Medan Amplas adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Amplas berbatasan dengan Medan Johor di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur, Kabupaten Deli Serdang di selatan, dan Medan Kota dan Medan Denai di utara.

Pada tahun 2015, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 123.850 jiwa. Luasnya adalah 11,19 km² dan kepadatan penduduknya adalah 7.921,18 jiwa/km². Di kecamatan ini terletak Terminal Terpadu Amplas yang merupakan terminal keluar masuk untuk mobil angkutan umum antar kota dan provinsi.

Selain itu juga sedang dibangun jembatan layang yang sudah dibangun sejak tahun 2006 dan telah selesai pada tahun 2009.

Lokasi yang menjadi tempat dari penelitian ini berada di persimpangan lampu merah yang berada di sekitar kawasan Simpang Amplas Medan. Keadaan jalanan di wilayah ini cenderung ramai dan banyak kendaraan kecil hingga besar saling bergantian melintasi daerah ini. Ramainya kegiatan yang ada di wilayah ini

tidak terlepas dari lokasi ini memang merupakan tempat untuk terminal-terminal bus besar antar kota antar provinsi, sehingga mulai pagi hingga malam hari pun berbagai macam aktifitas baik yang berhubungan secara sosial maupun ekonomi terjadi di Kecamatan Medan Amplas ini. Dengan banyaknya aktifitas masyarakat yang terjadi, tentunya menjadi suatu keuntungan bagi para anak-anak yang umumnya memang bekerja di jalanan untuk mencari uang. Keramaian yang didukung dengan banyaknya terminal-terminal bus yang ada di daerah ini, dimanfaatkan oleh sebagian besar anak jalanan untuk berlomba-lomba ikut meramaikan jalanan. Keadaan seperti itu tentunya akan mampu memberikan keuntungan yang besar kepada anak-anak jalanan tersebut yang memang mayoritas kehidupan mereka berada di bawah garis kemiskinan. Mereka biasanya hidup secara berkelompok di masing-masing wilayah yang terdapat di sekitar kawasan Amplas Medan ini. Dalam masing-masing wilayahnya, mereka akan dipegang oleh beberapa senior yang memang sudah lama menempati wilayah itu sebelum para anak-anak jalanan yang lain mulai berdatangan. Biasanya diantara masing-masing wilayah tersebut sudah memiliki aturan-aturan yang sudah ada sejak dulu. Dengan begitu, dominasi senioritas di kawasan ini pun masih dapat dirasakan oleh para anak-anak jalanan lainnya yang umumnya mereka masih baru di wilayah tersebut

4.2. Kondisi Anak Jalanan

4.2.1. Kondisi Anak Jalanan di Simpang Pasar Aksara

Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan di daerah ini, masih banyak dijumpai anak jalanan dengan rentang umur yang bebeda-beda. Mulai dari yang

sudah dewasa, hingga yang masih berada di bawah umur. Berbagai kegiatan juga mereka lakukan disana, seperti mengamen, berjualan asongan, berjualan koran, hingga pekerjaan lainnya. Anak jalanan disana juga terdiri dari berbagai jenis, ada yang bergaya seperti anak punk, ada yang bergaya dengan layaknya pengamen dengan pakaian kaos dan celana koyak-koyak, dan juga ada yang berpakaian biasa saja.

Biasanya di daerah ini, anak jalanan yang masih berada di bawah umur, mulai banyak turun ke jalanan pada siang hingga malam hari. Sedangkan paginya, anak jalanan yang ada di daerah Simpang Pasar Aksara Medan banyak didominasi oleh mereka yang sudah berusia dewasa hingga para anak-anak punk yang memang banyak dijumpai disana. Hal ini dikarenakan oleh para anak jalanan yang masih berada di bawah umur tersebut rata-rata masih bersekolah, sehingga mereka akan turun ke jalan dan mencari uang sehabis mereka pulang dari sekolah. Dengan keberagaman usia dan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para anak jalanan di daerah ini, dan didukung dengan banyaknya masyarakat yang melintas dan bertransaksi di wilayah ini, maka dapat dipastikan hampir setiap hari akan dijumpai banyak anak-anak jalanan yang memang mencari uang di daerah Simpang Pasar Aksara.

Interaksi antar sesama anak jalanan yang berada di kawasan Simpang Pasar Aksara Medan cenderung baik. Mereka biasanya mengamen ataupun berjualan secara berkelompok dan apabila sedang tidak mengamen atau sehabis berjualan, mereka biasanya duduk-duduk dan saling bercerita. Biasanya kelompok mereka terdiri dari berbagai anak jalanan dengan rentang usia yang tidak terlalu jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Anak jalanan yang sudah dewasa

bergabung dengan mereka yang sudah dewasa, dan begitupun sebaliknya, apabila mereka yang masih dibawah umur dan masih kecil akan bergabung dengan teman-temannya yang seusia dengan mereka. Sehabis berjualan ataupun mengamen biasanya mereka akan pulang bersama, karena rumah mereka pun banyak yang saling berdekatan.

Keadaan anak jalanan yang berada di wilayah ini cenderung kompleks dengan segala macam umur dan pekerjaan yang mereka lakukan selama berada di jalanan. Senioritas anak jalanan di Simpang Pasar Aksara ditandai dengan berbagai ciri fisik dan kekuasaan yang dimiliki oleh masing-masing anak jalanan tersebut. Mereka dengan fisik yang lebih besar dengan perawakan dewasa dan juga tegas akan cenderung menjadi penguasa dan umumnya ditakuti oleh anak jalanan lainnya. Mereka dengan ciri maskulinitas tersebut masih banyak dijumpai di daerah ini, pengamen maupun pedagang asongan yang sudah dewasa terkadang menjadi lebih dominan atas mereka yang masih berusia muda. Selain banyaknya pengamen ataupun penjual asongan yang sudah dewasa, para anak-anak punk di wilayah ini pun terkadang juga menunjukkan dominasinya kepada anak jalanan yang dianggap lemah. Dengan kemaskulinitas yang dimiliki oleh para anak-anak punk seperti wajah seram, badan bertato dan memiliki suara yang besar dan biasanya berkumpul secara berkelompok di wilayah ini, akan memunculkan berbagai tindakan-tindakan kekerasan yang diakibatkan karena mereka merasa lebih hebat dan lebih kuat dari yang lain, terutama dari para anak-anak jalanan yang masih berada di bawah umur.

4.2.2. Kondisi Anak Jalanan di Simpang Sei Sikambing

Keadaan anak jalanan di sini di dominasi oleh anak-anak jalanan dengan rentang usia yang tidak terlalu berbeda jauh. Mereka pun biasanya sering terlihat berkumpul bersama di salah satu kedai ataupun dipinggir trotoar yang ada di sekitar tempat mereka biasa mengamen. Anak jalanan yang berada di daerah ini, biasanya banyak terlihat beraktifitas menjelang sore hingga malam hari. Hal itu dikarenakan, pada pagi hari di sekitar Pasar Sei Sikambing para anggota Satpol PP akan berjaga disana untuk menertibkan pedagang dan juga mereka yang mengamen maupun yang berjualan di simpang lampu merah tersebut. Oleh karena itu, para anak jalanan yang biasa mengamen di daerah ini memilih untuk mengamen dan berjualan pada sore hingga malam hari untuk menghindari razia yang dilakukan oleh Satpol PP tersebut.

Anak jalanan yang berada di kawasan Simpang Pasar Sei Sikambing relatif tidak menentu, terkadang pada hari-hari tertentu misalnya akhir pekan mereka banyak dijumpai pada sore hingga malam hari. Akan tetapi, pada hari biasanya, mereka yang berada di kawasan ini cenderung sedikit. Hal ini dikarebakan mereka yang mengamen ataupun berjualan disini memang berasal dari daerah yang lumayan jauh. Mereka memilih tempat di Pasar Sei Sikambing karena menurut mereka disana tempatnya aman bagi mereka saat malam hari, walaupun terkadang mereka juga pernah terjaring razia oleh aparat keamanan pada saat mereka beraktifitas pada malam hari. Akan tetapi, menurut mereka di daerah ini pendapatan yang mereka terima lumayan besar. Hal ini dikarenakan banyak pengguna jalan yang melintasi jalan dan persimpangan yang ada disana.

Interaksi sesama anak jalanan yang berada di kawasan ini cenderung baik dan saling menghormati satu sama lainnya, baik kepada senior ataupun sesama mereka yang sebaya. Kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak jalanan disini didominasi oleh mereka yang bekerja sebagai pengamen. Sedangkan biasanya, yang banyak berjualan di daerah ini, banyak dilakukan oleh mereka yang sudah dewasa. Hal itu dikarenakan oleh mereka yang masih berada di bawah umur banyak yang memilih untuk mengamen sebab mereka tidak perlu untuk bersusah payah berdagang dan membawa barang dagangan. Mereka lebih suka bernyanyi dengan alat yang seadanya untuk mendapatkan uang.

Senioritas di wilayah ini pada umumnya tidak sama seperti kebanyakan tempat yang cenderung berartian buruk. Di lokasi ini, senioritas dianggap sebagai suatu hal untuk saling menjaga dan menghormati satu sama lain. Walaupun mereka mempunyai umur dan fisik berbeda-beda. Akan tetapi, pada dasarnya anak jalanan yang berada di lokasi ini memiliki satu prinsip yang sama yaitu mereka sama-sama bekerja untuk mencari uang bukan mencari musuh atau lawan.

Mayoritas anak jalanan yang berada disini memang masih berada di bawah umur, namun juga masih terdapat beberapa anak jalanan dengan usia yang sudah dewasa dan berbadan lebih besar. Dengan kesamaan prinsip yang mereka yakini bersama, maka di lokasi ini kekerasan akibat adanya senioritas dapat dikatakan minim.

Anak jalanan yang berada di sini pada dasarnya terbentuk karena satu tujuan yang sama, dan walaupun mereka tidak saling mengenal, mereka tetap saling berbaur satu sama lain tanpa memandang usia.

4.2.3. Kondisi Anak Jalanan di Simpang Setia Budi

Keadaan anak jalanan di kawasan Simpang Setia Budi Medan, banyak didominasi oleh mereka yang bekerja sebagai pengamen, penjual asongan maupun berbagai dagangan yang lain. Mereka yang bekerja disana mayoritas masih berada di bawah umur. Mereka terpaksa untuk mencari uang dengan mengamen dan berjualan demi mendapatkan uang untuk kebutuhan keluarga mereka. Mereka biasanya mengamen dan berjualan secara berpencar di simpang lampu merah maupun di sepanjang jalan Setia Budi untuk mencari uang.

Anak jalanan yang berada di kawasan ini biasa banyak dijumpai pada sore hingga malam hari. Selain karena memang rata-rata biasanya mereka pagi hari masih bersekolah, di tempat ini yang banyak terdapat ramai orangnya yaitu pada malam hari. Dimana memang di daerah ini banyak tempat-tempat makan yang buka pada malam hari, dan disitulah biasa mereka gunakan untuk mengamen ataupun berjualan dagangan mereka. Menjelang larut malam, anak-anak punk dan preman cenderung akan datang sekedar hanya lewat di daerah tersebut.

Interaksi antar sesama anak jalanan yang biasa berjualan ataupun mengamen di daerah ini tidak terlalu banyak, dikarenakan mereka lebih banyak terfokus untuk menjajakan dagangan mereka kepada orang-orang yang sedang makan di daerah tersebut. Karena memang di daerah Simpang Setia Budi banyak dijumpai pedagang penjual makanan seperti seafood, mie aceh, tempat kumpul anak-anak muda dan lain sebagainya. Akan tetapi, anak jalanan yang biasa mengamen ataupun hanya sekedar meminta-minta di daerah ini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang dengan teman-teman yang usianya tidak

terpaut terlalu jauh. Biasanya mereka hanya meramaikan jalanan dan sesekali apabila sedang ramai maka mereka akan mengamen dan meminta-minta untuk mendapatkan uang.

Mayoritas anak jalanan yang berada di lokasi ini memiliki rentang usia yang tidak terlalu jauh berbeda, sehingga senioritas di daerah ini tidak terlalu tampak keberadaannya. Akan tetapi, anak jalanan di lokasi ini banyak mendapatkan perlakuan yang berujung pada kekerasan dari para preman maupun anak-anak punk yang sering lewat dari wilayah Setia Budi ini. Anak-anak punk dengan usia yang sudah dewasa dan memiliki postur tubuh lebih besar dari mereka tentu membuat keadaan mereka menjadi tidak aman. Apalagi, anak-anak punk yang sering datang secara berkelompok sering mengganggu mereka dengan mengambil barang dagangan dari anak-anak penjual makanan yang biasa berjualan di lokasi ini. Dengan kekuasaan yang dimiliki oleh para anak-anak punk tersebut, maka mereka yang masih berada di bawah umur pun tidak dapat melakukan apa-apa.

Mereka hanya mencoba mencari perlindungan di tempat-tempat keramaian apabila melihat anak-anak punk tersebut datang.

4.2.4. Kondisi Anak Jalanan di Simpang Amplas

Berdasarkan hasil observasi, anak jalanan yang berada di kawasan Simpang Amplas Medan banyak dijumpai anak jalanan dengan berbagai jenis umur dan pekerjaan yang bermacam-macam. Mereka banyak dijumpai di terminal-terminal, persimpangan lampu merah, dan juga di bawah fly over. Mulai dari orang dewasa hingga mereka yang masih di bawah umur masih banyak dijumpai di daerah ini.

Biasanya mereka sering berkumpul secara berkelompok dan berbaur satu sama lain.

Anak-anak jalanan di daerah ini, banyak di dominasi oleh mereka yang

Anak-anak jalanan di daerah ini, banyak di dominasi oleh mereka yang