• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.7. Bentuk Kekerasan di Jalanan

4.7.2. Kekerasan Psikis / Psikologis

Selain mendapat kekerasan fisik, anak jalanan juga rentan untuk terkena kekerasan psikis yang tentunya berdampak pada psikologi anak jalanan itu sendiri. Dengan adanya kekerasan psikis yang mereka terima selama berada di jalanan, baik itu dari pengguna jalan lainnya, aparat keamanan, preman, dan tentunya oleh senior-senior mereka yang sama-sama berada di jalanan. Maka dapat dipastikan psikologis anak jalanan tersebut terutama mereka yang masih berada dibawah umur akan sedikit banyaknya terpengaruh oleh kekerasan secara psikis yang mereka alami.

Kekerasan psikis yang dialami oleh anak jalanan yang masih berada di bawah umur, khususnya oleh karena adanya senioritas di kalangan anak jalanan itu sendiri antara lain seperti : dibentak-bentak, diancam, ditakut-takuti, diusir dan dimarahi. Dampaknya mereka akan kekurangan rasa percaya diri dan trauma serta merasa ketakutan oleh perlakuan yang mereka terima dari para orang dewasa yang melakukannya. Seperti pengakuan dari salah satu informan yaitu Syawal :

“ Pernah dulu waktu saya jualan koran di dekat pajak-pajak ini bang, jadi ada pengamen dua orang badannya lebih besar dari saya, dia ngomongnya keras-keras. Dia bilang kau gausah jualan disini, udah sore pun mana ada yang mau beli koran lagi, mending kau pulang aja sana, ganggu kami aja kau. Katanya gitu bang ”(wawancara tanggal 04/09/2018).

Begitupun sama seperti anak jalanan yang berada di daerah kawasan Simpang Sei Sikambing Medan. Mereka juga pernah mendapatkan hal yang sama seperti yang dialami oleh anak jalanan yang berada di daerah Simpang Pasar Aksara Medan. Akan tetapi, mereka tidak mendapatkan kekerasan yang bersifat psikis dari tempat biasa mereka mengamen, namun oleh para preman yang berada di daerah sekitar tempat tinggal mereka. Salah satu informan yaitu Bayu mengatakan :

“ Saya pernah diancam sama yang lebih tua itu di dekat rumah saya bang, ceritanya waktu itu kami udah pulang ke rumah masing-masing. Jadi pas saya jalan udah mau di dekat rumah, pas pulak jalan lagi sepi kemarin itu. Ada preman situ yang cegat. Saya tahu dia emang sering di situ kalau malam suka mabuk umurnya nggak terlalu tua kali lah bang jadi udah di cegatnya terus diancam nya dia minta uang sama saya katanya buat beli rokok.

Ngancamnya cuman kayak mau mukul gitu bang, daripada saya kenapa-kenapa, yaudah saya kasih duit saya Rp10.000. Terus katanya kurang, mau minta lagi dia karena udah dekat rumah yaudah saya lari aja langsung ” (wawancara tanggal 27/08/2018).

Namun, tidak selamanya kekerasan psikis yang dialami oleh para anak jalanan diakibatkan oleh adanya senoritas. Akan tetapi, sering juga mereka dapatkan dari para masyarakat yang berada di daerah biasanya tempat mereka bekerja di jalanan. Kekerasan yang paling sering mereka alami adalah berupa dimarahi dengan kata-kata kasar dan pengusiran yang dilakukan oleh para petugas keamanan setempat seperti Satpol PP ataupun aparat keamanan seperti satpam.

Feri, salah satu informan peneliti yang paling muda mengatakan ia pernah diusir oleh satpam salah satu swalayan yang berada di sekitar Pasar Aksara Medan.

“ Saya pernah pas lagi jualan di depan swalayan itu bang terus ada satpam yang ngusir saya karena saya jualannya di situ di dekat pintu masuk swalayannya. Terus kata satpamnya dek jangan jualan di sini ganggu orang yang mau belanja, pergi jualan di tempat lain aja nanti kalau bos saya lihat kamu dia marah gitu kata satpamnya bang.

Yaudah saya pergi dari situ terus saya bilang sama orangini kalau saya barusan diusir ”(wawancara tanggal 04/09/2018).

Sementara itu salah satu informan peneliti juga ada yang pernah mengalami hal sama seperti yang dialami oleh Feri. Budi, anak jalanan yang berada di kawasan Simpang Pasar Sei Sikambing Medan, mengatakan :

“ Waktu kami ditertibkan sama anggota Satpol PP itu, kami kan dipaksa bang disuruh ikut orang itu naik ke mobil truk nya buat dibawa ke kantor. Jadi pas ada razia saya juga waktu itu lagi nyelamati diri sendiri sama kayak kawan-kawan yang lain, tapi akhirnya tertangkap juga sama Satpol PP nya terus saya dibentak-bentak katanya jangan coba-coba lari kau. Kalau enggak mau diapa-apain, udah tinggal ikut aja, kami cuman jalankan tugas.

Katanya gitu bang ”(wawancara tanggal 27/08/2018).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kekerasan psikis yang dialami oleh anak jalanan tidak selamanya diakibatkan adanya senioritas di kalangan anak jalanan itu sendiri. Akan tetapi setiap individu, terutama aparat keamanan yang memang berkewajiban sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam penertiban jalanan juga dapat menjadi pelaku kekerasan terhadap anak jalanan.

Matriks 5. Hasil wawancara dari informan tentang kekerasan seacara psikis

NO. INFORMAN HASIL WAWANCARA

1. Ade “ Dibentak-bentak, diancam saya juga pernah bang, ya sama anak-anak punk itu juga. Orang itu memang suka maksa kalau minta jangek saya, sukanya datang rame-rame, kalau saya gak kasih nanti diancam sama orang itu, karena takut ya saya kasih aja bang. Tapi paling banyak orang itu ngambilnya dua bungkus ”

2. Iwan “ Waktu saya siap jualan di dekat mie aceh titi bobrok pas mau pulang, orang itu dateng, karena saya lihat ada anak-anak punk itu saya lari, tapi ketangkap juga.

Katanya kenapa kau lari, takut kau sama kami iya.

Pokoknya ngomongnya itu kasar bang ”

3. Rengki “ Kalau diancam pernah bang, tapi gak sama anak-anak disini, sama abang-abangan yang ngamen juga di daerah rumah saya sana. Diancamnya ya kekgitu bang, jangan ngamen di wilayah orang itu. Makanya beda kalau disini abang-abangannya welcome aja, asalkan kami gak cari masalah ”

4. Bayu “ Saya pernah diancam sama yang lebih tua itu di dekat rumah saya bang, ceritanya waktu itu kami udah pulang ke rumah masing-masing. Jadi pas saya jalan udah mau di dekat rumah, pas pulak jalan lagi sepi kemarin itu.

Ada preman situ yang cegat. Saya tahu dia emang sering di situ kalau malam suka mabuk umurnya nggak terlalu tua kali lah bang jadi udah di cegatnya terus diancam nya dia minta uang sama saya katanya buat beli rokok.

Ngancamnya cuman kayak mau mukul gitu bang, daripada saya kenapa-kenapa, yaudah saya kasih duit saya Rp10.000. Terus katanya kurang, mau minta lagi dia karena udah dekat rumah yaudah saya lari aja langsung ”

5. Budi “ Waktu kami ditertibkan sama anggota Satpol PP itu, kami kan dipaksa bang disuruh ikut orang itu naik ke mobil truk nya buat dibawa ke kantor. Jadi pas ada razia saya juga waktu itu lagi nyelamati diri sendiri sama kayak kawan-kawan yang lain, tapi akhirnya tertangkap juga sama Satpol PP nya terus saya dibentak-bentak katanya jangan coba-coba lari kau. Kalau enggak mau diapa-apain, udah tinggal ikut aja, kami cuman jalankan tugas. Katanya gitu bang ”

6. Aidil “ Kalau dimarahi saya pernah bang, sama abang-abang yang ngamen disana. Ceritanya orang itu nyuruh beli rokok, pas orang itu lagi istirahat, saya lewat situ, yaudah disuruh rokok sama jajan. Tapi saya lupa, karena lama nunggunya jadi orang itu marah-marah ”

7. Syawal “ Pernah dulu waktu saya jualan koran di dekat pajak-pajak ini bang, jadi ada pengamen dua orang badannya lebih besar dari saya, dia ngomongnya keras-keras. Dia bilang kau gausah jualan disini, udah sore pun mana ada yang mau beli koran lagi, mending kau pulang aja sana, ganggu kami aja kau. Katanya gitu bang ”

8. Feri “ Saya pernah pas lagi jualan di depan swalayan itu bang terus ada satpam yang ngusir saya karena saya jualannya di situ di dekat pintu masuk swalayannya.

Terus kata satpamnya dek jangan jualan di sini ganggu orang yang mau belanja, pergi jualan di tempat lain aja nanti kalau bos saya lihat kamu dia marah gitu kata satpamnya bang. Yaudah saya pergi dari situ terus saya bilang sama orang ini kalau saya barusan diusir ” 9. Dion “ Gak pernah kalau dibentak-bentak, atau diusir sih

bang, karena kami kan disini kalau ngamen memang udah punya wilayahnya masing-masing. Palingan kalau misalnya kami masuk daerah orang itu, ngamen disana baru diusir, dimarahi sama anak-anak wilayah sana ” 10. Yogi “ Iya karena disini udah punya wilayah masing-masing

jadi abang-abangan disini yang ngatur semuanya bang, yang penting kami gak cari gara-gara sama yang lain.

Makanya disini saya kalau ngamen gak pernah diusir, sama abang-abangannya pun gadak pernah ngusir karena memang udah wilayah kami ngamennya disini bang ”