BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.5. Reaksi Anak Jalanan Atas Senioritas
Berdasarkan hasil observasi yang sudah peneliti lakukan, diantara empat lokasi yang menjadi tempat penelitian skripsi ini. Rata-rata semua anak jalanan yang ada terdiri dari mereka yang sudah dewasa dan juga mereka yang masih berada dibawah umur. Dengan perbedaan umur dan fisik tersebut, maka dapat
lebih didominasi oleh mereka yang sudah dewasa. Ketimpangan dan dominasi akibat senioritas itu terlihat dari tempat mereka biasanya melakukan pekerjaan di jalanan.
Dari hasil observasi peneliti mayoritas anak jalanan yang sudah berusia dewasa lebih banyak mendominasi tempat-tempat yang dianggap banyak menghasilkan uang dan juga dalam waktu-waktu tertentu. Anak jalanan yang berusia dewasa lebih aktif dibandingkan anak jalanan yang masih berusia dibawah umur. Oleh karena itu, setiap mereka bertemu dengan orang yang lebih dewasa, anak jalanan yang masih dibawah umur cenderung untuk menjauhi dan tidak ingin mencari masalah dengan mereka yang memiliki fisik yang lebih besar dan juga dengan tampang yang lebih sangar. Seperti pengakuan salah satu informan yaitu Aidil, mengatakan :
“ Kemarin pernah bang saya jalan di dekat pajak-pajak itu, terus jumpa pengamen yang udah abang-abangan orang itu lagi duduk-duduk aja rame lah. Ada kira-kira 5 orang biasanya kalau orang itu lagi kumpul-kumpul mau nanti nyuruh-nyuruh belikan rokok belikan minuman buat orang itu makanya suka males saya lewat situ kalau orang itu lagi ngumpul bang, ya udah saya nyebrang aja nggak lewat di depan orang itu ”(wawancara tanggal 04/09/2018).
Hal seperti ini juga dirasakan oleh anak jalanan yang berada di Simpang Setia Budi Medan. Ade, mengatakan apabila ia sudah melihat ada anak-anak punk rame-rame yang berada di sekitar tempatnya biasa berjualan, ia mengatakan lebih baik pergi menghindar ataupun mencari tempat yang ramai agar ia tidak diganggu oleh mereka.
“ Kalau misalnya saya jumpa sama anak-anak punk itu bang saya biasa ngumpet atau cari tempat ramai supaya nggak diapa-apain sama orang itu. Pernah kemarin nggak sengaja jumpa orang itu lagi di jalan, tempatnya lumayan sepi langsung ditakut-takuti terus diambil jangek saya, katanya dia lapar orang itu rame kira-kira ada 3 sampai 4 orang terus kemarin juga preman ada juga yang ganggu kalau udah gitu, yaudah saya pergi aja dari orang itu jauh, lari ” (wawancara tanggal 27/08/2018).
Sama halnya seperti kondisi anak jalanan yang berada di Simpang Amplas Medan, tidak jauh berbeda dengan kedua lokasi sebelumnya. Di kawasan ini terdapat banyak anak jalanan dari berbagai pekerjaan dan usia yang bermacam-macam. Maka tidak dapat dihindari lagi senioritas disini sudah menjadi kultur yang berkembang secara terus menerus di kehidupan anak jalanan. Dari hasil wawancara peneliti tentang reaksi mereka apabila bertemu dengan anak jalanan yang lebih senior. Dion, seorang informan yang ada di kawasan Simpang Amplas Medan yang biasa mengamen di sana, mengatakan :
“ Di sini udah biasa kami baur sama yang lebih dewasa, namanya juga sama-sama cari makan di jalanan mau nggak mau tiap hari pasti jumpa sama orang itu. Kalau jumpa paling kalau saya kenal, saya tegur. Tapi karena kami udah biasa ngamen disini, kami tetap disini aja nggak ke mana-mana. Karena udah ada wilayahnya masing-masing, kira-kira pas lagi jumpa sama anak-anak sana, ya kayak biasa aja yang penting nggak ada cari masalah ” (wawancara tanggal 15/09/2018).
Begitupun seperti yang diungkapkan oleh Rengki, Bayu dan Budi mereka anak jalanan yang biasa mengamen di daerah Simpang Sei Sikambing Medan.
Antara mereka dengan anak jalanan yang berumur lebih tua dari mereka terlihat akrab dan sering nongkrong bersama di salah satu kedai yang berada di dekat biasa mereka mengamen. Menurut keterangan Rengki, ia mengatakan :
“ Kami sering kok bang duduk sama-sama di sini terus ngamen sama abang-abangan yang di sini. Kalau kami nggak ada cari masalah ya aman-aman aja, di sini pun rata-rata udah kenal semua jadinya sama-sama enak lah kalau di sini ” (wawancara tanggal 27/08/2018).
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Bayu teman mengamen Rengki yang juga merupakan teman satu sekolahnya.
“ Di sini kalau kami nggak bertingkah sama abang-abangan nya ya pasti nggak ada masalah. Jadi kami nggak terlalu takut kali karena kan juga sama-sama cari uang kami disini ” (wawancara tanggal 27/08/2018).
Hubungan mereka dengan senior yang ada di daerah tersebut memang baik-baik saja akan tetapi lain halnya dengan senior mereka yang berada di daerah tempat tinggal mereka di Kampung Lalang. Seperti yang dikatakan oleh Budi :
“ Paling yang kayak gitu di daerah rumah kami yang banyak abang-abangan di sana nggak enak, suka malak terus pas kami lagi jalankan distop, minta uang rokok orang itu gimana lah namanya pun udah besar-besar orang itu ya kami kasih aja buat uang rokok. Baru dilepasnya kami, makanya kami suka ngamen di sini bang aman, yang penting disini jangan cari gara-gara aja ” (wawancara tanggal 27/08/2018).
Matriks 2. Hasil wawancara tentang reaksi anak jalanan terhadap senioritas
NO. INFORMAN HASIL WAWANCARA
1. Ade “ Kalau misalnya saya jumpa sama anak-anak punk itu bang saya biasa ngumpet atau Cari tempat ramai supaya nggak diapa-apain sama orang itu. Pernah kemarin nggak sengaja jumpa orang itu lagi di jalan, tempatnya lumayan sepi langsung ditakut-takuti terus diambil jangek saya katanya dia lapar orang itu rame kira-kira ada 3 sampai 4 orang terus kemarin juga preman ada
juga yang ganggu kalau udah gitu yaudah saya pergi aja rame-rame. Kalau udah kek gitu saya pergi aja bang, lari ketempat yang rame orang. Kalau rame orang itu gak berani ngapa-ngapain, saya bisa minta tolong juga ” 3. Rengki “ Kami sering kok bang duduk sama-sama di sini terus
ngamen sama abang-abangan yang di sini. Kalau kami nggak ada cari masalah ya aman-aman aja, di sini pun rata-rata udah kenal semua jadinya sama-sama enak lah kalau di sini ”
4. Bayu “ Di sini kalau kami nggak bertingkah sama abang-abangan nya ya pasti nggak ada masalah. Jadi kami nggak terlalu takut kali karena kan juga sama-sama cari uang kami disini ”
6. Aidil “ Kemarin pernah bang saya jalan di dekat pajak-pajak itu, terus jumpa pengamen yang udah abang-abangan orang itu lagi duduk-duduk aja rame lah. Ada kira-kira 5 orang biasanya kalau orang itu lagi kumpul-kumpul mau nanti nyuruh-nyuruh belikan rokok belikan minuman buat orang itu makanya suka males saya lewat situ kalau orang itu lagi ngumpul bang, ya udah saya nyebrang aja nggak lewat di depan orang itu ”
7. Syawal “ Kalau misalnya jumpa sama yang senior biasanya saya gak terlalu takut bang, tapi kalau yang saya tahu biasanya dia suka malak saya hindari. Karena takut nanti
dipalak sama dia ”
8. Feri “ Saya masih suka takut bang kalau jumpa sama yang lebih tua, karena saya kan masih kecil. Makanya kadang saya minta kawanin kalau lagi jualan. Tapi disini juga ada abangnya yang baik bang, saya pernah kemaren pas lagi sendiri mau dipalak sama anak punk, terus ada pengamen disini yang lebih tua nolongin ”
9. Dion “ Di sini udah biasa kami baur sama yang lebih dewasa, masing-masing, kira-kira pas lagi jumpa sama anak-anak sana, ya kayak biasa aja yang penting nggak ada cari masalah ”
10. Yogi “ Kalau jumpa sama abang-abang yang udah lama disini ya kalau kenal saya tegur bang. Kalau misalnya gak kenal ya gapapa, gak diapa-apain juga. Karena disini kami udah punya wilayah masing-masing bang. Jadi kalau ada yg cari gara-gara, atau kami diapa-apain sama orang itu, pasti senior kami bantu ”