• Tidak ada hasil yang ditemukan

Andri Pratama, Febri Dwi Ramayati

Dalam dokumen GAGASAN KOMUNIKASI UNTUK NEGERI (Halaman 174-185)

P

erkembangan pelayanan publik dalam paradigma administrasi publik berjalan seiring dengan kemajuan Teknologi Infromasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat seperti kemajuan elektronik berbasis internet. Model ini, diharapkan dapat membantu organisasi pemerintah untuk menyediakan pelayanan publik berupa produk dan jasa dengan harga yang lebih rendah, meningkatkan efisiensi, pengurangan biaya produksi serta dapat meningkatkan kerja sama/ koordinasi baik antar pemerintah dengan masyarakat, pemerintah dengan pihak swasta maupun antar pusat dan daerah.

Dalam era reformasi, organisasi pemerintah daerah sebagai regulator dan fasilitator semakin dituntut untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan lebih cepat (faster), lebih baik (better) dan lebih murah (cheaper). Berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah kepada masyarakat, pelayanan untuk masyarakat tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal usul timbulnya pelayanan umum tersebut. Dengan kata lain, terdapat korelasi antara kepentingan umum dengan pelayanan umum. Namun sebelum berbicara mengenai pelayanan umum, perlu kiranya klarifikasi tentang pengertian “umum” itu sendiri. Dari berbagai studi telaahan, istilah umum dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata public yang pengertiannya cukup luas.

Pelayanan yang dilakukan pemerintah sering juga disebut sebagai pelayanan umum yaitu pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat. Dengan demikian yang dapat memberikan pelayanan umum kepada masyarakat luas bukan hanya instansi pemerintah-melainkan juga pihak swasta. Pelayanan umum yang dijalankan oleh instansi pemerintah bermotif sosial dan politik, yakni menjalankan tugas pokok serta mencari dukungan suara. Sedangkan pelayanan umum oleh pihak swasta bermotif ekonomi, yakni mencari keuntungan.

KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M. PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, bahwa yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan lebih cepat (faster), lebih baik (better) dan lebih murah (cheaper), maka dibutuhkan bantuan teknologi informasi dan komunikasi yang memadai. Pemanfaatan teknologi informasi dalam e-government umumnya dipakai untuk mengolah data, mencakup proses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, akurat, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan yang digunakan demi kepentingan publik yang dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan. Peran media internet merupakan entitas dari bentuk teknologi informasi yang memungkinkan pemerintah agar berinteraksi secara langsung dengan masyarakatnya tanpa terkendala ruang dan waktu.

Sebagai bentuk dari pemberian layanan dengan lebih cepat (faster), lebih baik

(better) dan lebih murah (cheaper),maka pemerintah daerah dalam hal pajak daerah perlu berinovasi dalam mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi sehingga memberikan kemudahan kepada masyarakat. Teknologi yang cocok berupa Layanan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) Online atau disebut juga Elektronik Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (E-SPTPD) yang berorientasi pada kemudahan pelayanan publik dengan berbasis teknologi informasi dan kemunikasi.

E-SPTPD (surat pemberitahuan pajak daerah berbasis elektronik) didefinisikan sebagai sebuah sistem untuk pelaporan pajak hotel, restoran, dan hiburan secara online, dengan tujuan agar wajib pajak memperoleh kemudahan dalam memenuhi kewajibannya. dan juga ini menjadi sebuah sistem yang juga dapat digunakan untuk mengetahui tunggakan dan ketetapantagihan yang harus dilunasi. Adapun Tujuan utama dari adanya inovasi bertujuan untuk menghindari terjadinya kebocoran pajak dan meringankan dalam melakukan pembayaran wajib pajak dan pelaporan pajak agar lebih mudah dan efisien dalam pelaksanaannya.

Pelayanan Publik

Pelayanan publik (public service) adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang menjadi warga negara atau yang secara sah menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Sementara pengertian pelayanan umum menurut Lukman adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan

pelanggan (Lukman, 1999:6). Soebijanto menyebutkan pelayanan umum adalah perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah mengurus hal-hal yang diperlukan khalayak ramai. Hal tersebut meliputi masalah-masalah perizinan, keamanan, kebersihan dan kebutuhan kehidupan yang lebih baik (Soebijanto, 1992:200).

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat, Tidak dapat untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyaraakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama.

Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini bercirikan: berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan. Kecendrungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan yang dilayani. Reformasi pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan “pelayan” dan “dilayani” ke pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditunjukan pada masyarakat umum kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap negara, meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya, birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat (Sinambela dkk, 2006).

Paradigma pelayanan publik berkembang dengan fokus pengelolaan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer-driven government), hal ini sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan negara dalam rangka mewujudkan pelayanan yang prima dan berkualitas.

Prinsip-prinsip pelayanan publik digunakan sebagai upaya peningkatan kualitas di dalam penyediaan pelayanan pada sektor publik termasuk dalam hal ini adalah sebagai dasar pengembangan e-government. Prinsip-prinsip tersebut ialah prinsip aksesibilitas, kontinuitas, teknikalitas, profitabilitas, dan akuntabilitas.

Jenis-jenis pelayanan publik menurut LAN diantaranya adalah pelayanan pemerintahan, pelayanan pembangunan, pelayanan utilitas, pelayanan sandang, pangan dan papan, pelayanan kemasyarakatan. Di dalam pelaksanaanya, pemberian pelayanan oleh pemerintah kepada masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa pola. Pola-pola di dalam memberikan pelayanan publik dijelaskan pula oleh LAN yaitu pola pelayanan teknis fungsional, pola pelayanan satu pintu, pola pelayanan satu atap, pola pelayanan terpusat, dan pola pelayanan elektronik.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah alat yang ampuh untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Negara-negara berkembang telah fokus pada pengembangan TIK selama dua dekade terakhir dan sebagai hasilnya, telah diakui bahwa TIK sangat penting untuk ekonomi dan sebagai katalisator pembangunan ekonomi. Jadi, dalam beberapa tahun terakhir tampaknya telah upaya untuk menyediakan berbagai layanan elektronik di banyak negara berkembang karena TIK diyakini memberikan potensi besar untuk pembangunan yang berkesinambungan dari e-government dan sebagai hasil, layanan elektronik. Banyak lembaga pemerintah di negara maju yang telah mengambil langkah-langkah progresif terhadap menggunakan web dan TIK, menambahkan koherensi untuk semua kegiatan-kegiatan lokal di Internet, memperluas akses lokal dan keterampilan, membuka layanan interaktif untuk debat lokal, dan meningkatkan partisipasi warga dan pengelolaan wilayah.

Teknologi digunakan untuk mengolah data, mendapatkan, menyusun, menyimpan, menganalisisn data guna mendapatkan informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu. Selanjutnya informasi ini dapat disebarkan secara cepat dan luas melalui teknologi komunikasi berupa telepon, SMS, televisi dan internet, e-mail, situs, portal, blog dan video stream (Wibawa, 2014). Menurut Hardiyansyah (2011) teknologi yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan publik adalah e-mail, WAN (Wide Area Network), internet, mobile computing (HP, laptop, PDA) dan berbagai teknologi lain yang berfungsi untuk menyebarluaskan informasi dan memberi pelayanan elektronik dalam 18 berbagai bentuk. Penerapan teknologi dalam pemerintahan sudah mulai ditemui dalam proses melayani masyarakat. Penggunaan teknologi membantu masyarakat dalam mendapatkan pelayanan publik dengan baik. Waktu yang lama dalam memperoleh pelayanan dikarenakan lamanya proses karena masyarakat harus datang ke suatu dinas dan masih menggunakan cara manual bisa dipercepat dengan adanya jaringan internet dimana masyarakat bisa mengakses pelayanan melalui website.

Potensi untuk e-Government di negara-negara berkembang sebagian besar masih asri. TIK menawarkan potensi besar untuk pembangunan yang berkesinambungan dari e-Government. Manusia yang berbeda, faktor organisasi dan teknologi, isu dan masalah berhubungan di negara-negara, penelitian difokuskan membutuhkan dan pendekatan yang tepat. TIK, pada umumnya, disebut sebagai “enabler”, tapi di sisi lain juga harus dianggap sebagai tantangan dan bahaya dalam dirinya sendiri. Organisasi, publik atau swasta, yang mengabaikan nilai potensi dan penggunaan TIK mungkin menderita kerugian kompetitif. Namun demikian, beberapa inisiatif e-Government telah berkembang di negara-negara berkembang juga, misalnya Brasil, India, Chili, dan lain-lain.

Pengalaman negara dalam menunjukkan bahwa pemerintah di negara berkembang dapat secara efektif mengeksploitasi dan tepat manfaat TIK, tetapi

keberhasilan e-Government memerlukan akomodasi kondisi unik tertentu, kebutuhan dan hambatan. Tantangan adaptif e-Government jauh melampaui teknologi yang mereka sebut untuk struktur organisasi dan keterampilan, bentuk-bentuk baru kepemimpinan, transformasi kemitraan publik-swasta. Berikut adalah beberapa contoh layanan elektronik di beberapa negara berkembang:

1.

Layanan elektronik di Rwanda. Hanya satu dekade setelah muncul dari genosida abad ke-20, Rwanda, sebuah negara kecil di Timur Afrika Tengah, telah menjadi salah satu pemimpin benua, menjembatani kesenjangan digital melalui ‘e-government’. Rwanda mengalami per-putaran yang cepat dari salah satu negara yang paling kekurangan teknologi hanya satu dekade lalu untuk negara di mana bisnis legislatif dilakukan akses online dan nirkabel ke Internet tersedia di mana saja di negara ini. Hal ini membingungkan bila dilihat terhadap kemajuan yang terbatas yang dibuat di negara -negara berkembang yang sebanding, terutama yang terletak di wilayah yang sama, sub -Sahara Afrika, di mana kendala struktural dan lembaga untuk difusi e-government yang serupa.

2.

Layanan Internet di Afrika Selatan. Dalam era paska-apartheid Afrika Selatan, menjadi harapan yang tinggi dari pemerintah dalam hal penyampaian peningkatan pelayanan dan konsultasi lebih dekat dengan warga. Harapan seperti ini tidak unik untuk negara ini, dan dalam hal ini ada kebutuhan bagi pemerintah untuk mengakui bahwa pelaksanaan sistem e-government dan layanan elektronik memberikan mereka kesempatan untuk meningkatkan layanan dan pemerintahan yang baik. Pelaksanaan “e -Government” telah diakui secara luas hal itu memberikan dorongan baru untuk memberikan ayanan cepat dan efisien. Pemerintah Afrika Selatan telah memulai sejumlah program e-government misalnya Batho Pele portal, SARS e-filing, e-Natis system, elektronik pengolahan aplikasi dari pengendali situs, dan sejumlah besar website departemen informasi. Juga sejumlah dipublikasikan dengan baik e-government usaha seperti yang terakhir, analis dan peneliti mempertimbangkan keadaan e-government di Afrika Selatan berada pada tahap dasar. Berbagai faktor yang secara kolektif memberikan kontribusi untuk penilaian semacam itu. Di antaranya, faktor kunci berhubungan dengan kurangnya strategi yang jelas untuk memfasilitasi penyerapan dan adopsi layanan e-government serta evaluasi kerangka kerja untuk menilai harapan warga yang salah satu kelompok pengguna utama layanan ini.

Layanan Elektronik di Malaysia. Layanan elektronik adalah salah satu contoh proyek di bawah Flagship Elektronik Pemerintah dalam Multimedia Super Corridor (MSC) inisiatif. Dengan layanan ekeltronik, sekarang dapat melakukan transaksi dengan instansi Pemerintah, seperti Dinas Perhubungan Jalan (RTD) dan perusahaan utilitas swasta seperti Tenaga Nasional Berhad (TNB) dan Telekom Malaysia Berhad (TM) melalui saluran berbagai nyaman seperti kio layanan elektronik dan internet. Tidak ada lagi antrian, kemacetan lalu lintas atau kesulitan birokrasi dan sekarang dapat melakukan transaksi pada kenyamanan sendiri. Juga, Elektronik pertukaran Buruh

(ELX) adalah salah satu pusat informasi pasar kerja, seperti yang diawasi oleh Departemen Sumber Daya Manusia, untuk memungkinkan pengusaha dan pencari kerja untuk berkomunikasi pada platform yang sama. e-Syariah adalah proyek ketujuh di bawah aplikasi andalan Elektronik Pemerintah dari Multimedia Super Corridor (MSC). Sebuah sistem manajemen kasus yang mengintegrasikan proses yang terkait dengan manajemen kasus untuk Pengadilan Syariah. (Taufiqurokhman dan Satispi, 2018:237)

E-Services

Sistem Layanan Elektronik atau layanan (Electronic Services disingkat E-Services) merupakan satu aplikasi terkemuka memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di daerah yang berbeda. Namun, definisi yang tepat dari layanan elektronik sulit didapat sebagian peneliti telah menggunakan definisi yang berbeda untuk menggambarkan layanan elektronik. Meskipun definisi ini berbeda, dapat dikatakan bahwa mereka semua sepakat tentang peran teknologi dalam memfasilitasi pelayanan yang membuat mereka lebih dari layanan elektronik. Layanan elektronik didefinisikan sebagai perbuatan, usaha atau pertunjukan yang pengiriman di mediasi oleh teknologi informasi. Layanan elektronik tersebut meliputi unsur layanan e-tailing, dukungan pelanggan, dan pelayanan (Rowley, 2006). Definisi ini mencerminkan tiga komponen utama, penyedia layanan, penerima layanan, dan saluran pelayanan (yaitu, teknologi). Misalnya, sebagai yang bersangkutan untuk layanan elektronik publik, badan publik adalah penyedia layanan dan warga negara serta bisnis penerima layanan. Saluran pelayanan adalah persyaratan ketiga dari layanan elektronik. Internet adalah saluran utama dari layanan elektronik pengiriman sementara saluran klasik lainnya juga dipertimbangkan (misalnya telepon, call center, kios publik, telepon genggam, televisi).

Layanan eletronik merupakan salah satu cabang dari domain dan perhatiannya juga telah merayap di antara para praktisi dan peneliti. Layanan elektronik (e-Service) adalah istilah yang sangat generik, biasanya mengacu pada penyediaan layanan melalui internet, sehingga layanan elektronik bisa juga termasuk perdagangan internet, mungkin juga termasuk layanan non-komersial (online), yang biasanya disediakan oleh pemerintah.

Pelayanan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) Online

SPTPD sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pembayaran dari pemotong/pemungut pajak kemudian pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya harus diisi dengan benar, lengkap dan jelas dalam SPTPD. Penyampaian SPTPD dapat dilakukan dengan mendatangi langsung ke tempat Wajib Pajak terdaftar atau dapat dilakukan secara online. Pengertian SPTPD berdasarkan kompilasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap (2014) Surat

Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak daerah.

E-SPTPD adalah suatu sistem aplikasi yang dibangun berbasis web yang dikembangkan sebagai sarana dimana Wajib Pajak dapat mendaftarkan, membayar dan melaporkan kewajiban Pajak Daerahnya secara online serta dapat diakses dimana saja. Aplikasi ini terkoneksi secara real time dengan sistem informasi pajak asli daerah. E-SPTPD merupakan awal dari pengembangan sistem Pajak Daerah Online yang akan terkoneksi dengan sistem monitoring pelaporan transaksi harian wajib pajak melalui sarana yang dinamakan Tapping Box. Kedepannya wajib pajak akan lebih mudah melakukan pembayaran dan pelaporan pajak secar komprehensif terkoneksi. Artinya mulai laporan harian penerimaan sampai dengan pembayaran sudah terhubung secara online.

Pelayanan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) Online memberikan pengaruh dalam kualitas pelayanan publik. Berikut penjelasannya berdasarkan beberapa penelitian yang berhasil penulis rangkum:

1.

Hasil penelitian (Herdiyana, 2015) menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pemanfaatan teknologi infomasi dan komunikasi dengan kualitas pelayanan. Namun terdapat kendala dalam pelayanan Pajak Daerah sebagai berikut: Adanya sebagian wajib pajak yang tidak mengerti prosedur pelaporan dan pembayaran pajak secara online melalui sistem E-SPTPD, Adanya kendala wajib pajak melakukan kesalahan penghitungan omzet dan pajak terhutangnya sehingga pembayaran dan pelaporan pajak daerahnya kurang bayar. Adapun upaya dalam Pelayanan Pajak sebagai berikut: Pelaksanaan sosialisasi peraturan daerah tentang pembayaran dan pelaporan pajak daerah secara online terutama pajak hotel. Hal ini dilakukan agar wajib pajak mengetahui tujuan serta prosedur secara online. Sehingga diharapkan dapat memberikan dampak positif dan pemahaman tentang pembayaran dan pelaporan pajak daerah secara online serta wajib pajak dapat patuh dalam membayar dan melaporkan pajak hotel dan dilakukannya penelitian E-SPTPD serta dihubungkannya

tapping box ke alat pembayaran/transaksi di setiap usaha hotel yang terkoneksi dengan Sistem aplikasi e-SPTPD sehingga dapat memonitoring pelaporan transaksi harian wajib pajak hotel dan diharapkan dapat meminimalisir wajib pajak yang melakukan

planning tax dan kesalahan penghitungan omzet dan pajak terhutangnya.

Hasil penelitian (Choiriyah dan Fanida, 2017) berdasarkan hasil analisis tentang inovasi pelayanan e-SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Berbasis Elektronik) yang dimiliki oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Pajak Daerah Kota Surabaya, maka dapat disimpulkan bahwa inovasi pelayanan ini sudah cukup baik. Selain itu, inovasi pelayanan e-SPTPD ini juga dapat diterima masyarakat khususnya wajib pajak hotel, restoran, hiburan dan parkir meskipun terdapat kendala-kendala dalam pelaksanaannya, namun hal tersebut sudah dapat di atasi.

Inovasi menurut Cook, Mattews dan Irwin yang terdiri dari 5 (lima) faktor yaitu kepemimpinan. Faktor kepemimpinan telah berhasil dalam pelaksanaan inovasi ini dimana pemimpin atau penanggung jawab dalam E-SPTPD telah melakukan perannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dan tanggung jawab terhadap layanan ini serta berkomitmen dalam mensukseskan inovasi pelayanan E-SPTPD.

Kedua, Manajemen atau Organisasi. Faktor keberhasilan ini ditunjukkan dengan strategi kebijakan dan peningkatan jaringan inovasi. Strategi kebijakan yang dilakukan yaitu melalui kegiatan sosialisasi tentang E-SPTPD kepada wajib pajak dan juga penyediaan buku panduan tentang E-SPTPD baik berupa hardfile maupun softfile. Sedangkan untuk peningkatan jaringan inovasi, BPKPD melakukan kerjasama dengan pihak perbankan yaitu Bank Negara Indonesia dan Bank Jawa Timur yang digunakan sebagai mitra pembayaran pajak terutang. Kemudian kedepannya, BPKPD juga akan melakukan peningkatan mitra kerjasama dengan Bank Mandiri untuk memudahkan akses wajib pajak dalam hal pembayaran pajak tertutang.

Ketiga, Manajemen Risiko ditunjukkan dengan kemampuan BPKPD dalam mengelola risiko atau kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan E-SPTPD sehingga permasalahan tersebut dapat diatasi dengan baik dan tidak berkembang di masa yang akan datang. Permasalahan yang muncul dalam pelayanan ini yaitu sulitnya merubah kebiasaan wajib pajak untuk beralih ke sistem elektronik dan keluhan-keluhan wajib pajak terkait sistem E-SPTPD. Namun, hal tersebut sudah dapat diatasi oleh BPKPD dengan melalui strategi penyelesaian masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Keempat, Kemampuan Sumber Daya Manusia. Pada inovasi pelayanan E-SPTPD ini sumber daya manusia yang menanganinya sudah memiliki kemampuan yang baik. Terdapat dua jenis staf yang menangani yaitu staf admin dan staf IT. Kedua jenis staf ini tidak mendapatkan pelatihan khusus tentang E-SPTPD dikarenakan kemampuan mereka dirasa sudah terpenuhi. Staf yang ada hanya diberikan pembekalan terkait pemahanan secara umum dan teknis tentang E-SPTPD serta dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi.

Faktor keberhasilan yang kelima yaitu teknologi. Teknologi yang digunakan dalam inovasi pelayanan E-SPTPD masih dalam bentuk website yang ikut serta dalam link website Badan Pengelolaan Keuangan dan Pajak Daerah Kota Surabaya. Perangkat teknologi yang dikembangkan yaitu dalam segi design menu E-SPTPD yang didalamnya terdapat fitur live chat yang dapat menghubungkan wajib pajak dan admin untuk berinteraksi seputar keluhan, tanya jawab, dan saran terkait E-SPTPD. Selain itu, terdapat pula fasilitas barecode yang digunakan sebagai pengganti stempel basah yang biasanya digunakan dalam pelaporan pajak secara manual, serta kode bayar wajib pajak yang didalamnya dapat merekam identitas wajib pajak ketika akan melakukan pembayaran pajak.

mengemukakan eknologi berpengaruh positif pada penggunaan E-SPTPD. Penggunaan suatu teknologi dipercaya memberikan manfaat bagi pengguna. Jadi semakin wajib pajak mempersepsikan sistem E-SPTPD dapat memberikan manfaat maka penggunaan sistem E-SPTPD oleh wajib pajak akan meningkat, persepsi kemudahan berpengaruh positif pada penggunaan E-SPTPD. Jika suatu sistem dapat dengan mudah digunakan maka akan mempengaruhi penggunaan sistem tersebut. Hal ini berarti semakin wajib pajak mempersepsikan e-filling mudah digunakan maka penggunaan sistem E-SPTPD meningkat dan persepsi pengalaman menggunakan sistem e-filling berpengaruh positif pada penggunaan E-SPTPD. Wajib pajak yang mempunyai pengalaman dalam menggunakan sistem e-filling akan meningkatkan penggunaan sistem E-SPTPD. Jadi semakin wajib pajak memiliki pengalaman menggunakan sistem e-filling dan memberikan manfaat serta mudah dalam penggunaannya maka penggunaan sistem E-SPTPD akan meningkat.

Penelitian (Leliya dan Afiyah, 2016), mengemukakan bahwa manfaat sistem pembayaran pajak online bagi wajib pajak adalah untuk memudahkan melaporkan pajak karena dapat dilakukan setiap saat (24 jam), memudahkan dalam membayar pajak karena dapat dilakukan dengan cara transfer, kesalahan input data dapat dengan mudah direvisi tanpa mengganti lembar SPTPD karena sistem online dibuat untuk penyederhanaan proses, serta mengefisienkan waktu.

Pembayaran pajak online memberikan kontribusi untuk meningkatkan pendapatan daerah. Dengan adanya sistem online dalam pembayaran pajak daerah ini memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam pelayanan perpajakan, mengefektifkan proses administrasi pajak dan kerahasiaan pendokumentasian pajak, dengan itu keterlambatan pembayaran pajak dapat berkurang. Target pendapatan dapat tercapai dan menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

Penelitian (Setiawan, dkk. 2020) mengemukakan pelayanan e-SPTPD ini mengacu pada Faktor Keberhasilan Inovasi menurut Rogers terdiri dari 4 (empat) faktor yaitu pertama karakteristik, berdasarkan datayang ada maka dapat diambil

Dalam dokumen GAGASAN KOMUNIKASI UNTUK NEGERI (Halaman 174-185)