• Tidak ada hasil yang ditemukan

Andy Purwana, Ardiansyah Putra, , Iman Santoso, Setiawan Wahyudi

Dalam dokumen GAGASAN KOMUNIKASI UNTUK NEGERI (Halaman 165-174)

S

ebagai lembaga atau organisasi yang fokus pada isu pemberantasan korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) senantiasa membutuhkan dukungan dari berbagai elemen dalam melakukan tugasnya. Kepercayaan publik yang besar menjadi salah satu kekuatan penting bagi lembaga seperti KPK. Beberapa komunitas virtual merupakan sarana interaksi yang sempurna untuk mencapai khalay-ak dan dukungan yang diinginkan.

Saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia adalah pengguna media sosial. Masyarakat mencari berita terbaru dan yang sedang hangat dari media sosial. Melalui media sosial juga para pelaku tindak pidana korupsi sering menyalahkan dan memper-masalahkan proses penegakan hukum yang dilakukan oleh KPK. Di media sosial orang bebas menuliskan apa saja, tulisan dan komentar bisa langsung share, dan pada saat klik share itulah berita langsung akan tersebar dan dapat dibaca oleh publik. Apabila publik percaya dengan berita-berita yang mereka sebarkan, tentu hal ini akan dapat mengganggu kelanjutan proses penegakan hukum dan juga penanganan kasus terse-but. Hal seperti tersebut diatas akan sangat menguntungkan bagi para pelaku tindak korupsi.

Penggunaan media sosial sebagai strategi komunikasi saat ini sudah banyak mendapatkan perhatian di kalangan industri media massa. Menurut Cutlip, Center, dan Broom (2006: 360-362), dalam praktik Public Relations (PR) strategi merupakan konsep pendekatan atau rencana umum mengenai program yang didesain untuk men-capai tujuan. Strategi memiliki peran penting dalam usaha untuk menciptakan sudut pandang atau peristiwa. Menurut Safko (2012), terdapat empat pilar pendukung strategi melalui media sosial, yaitu komunikasi, kolaborasi, edukasi, serta hiburan. Pemilihan strategi yang tepat serta media yang tepat akan berpengaruh terhadap ban-yak aspek dalam perusahaan maupun organisasi seperti untuk membangun dan mem-pertahankan citra organisasi maupun membangun citra perusahaan pada khalayak. Menurut Kriyantono (2006: 355) citra merupakan gambaran tentang objek di pikiran khalayak atau konsumen. Strategi pembentukan citra ini sudah banyak dimanfaatkan oleh perusahaan atau organisasi baik melalui akun resmi organisasi maupun akun

indi-vidu yang dapat mewakili organisasi tersebut.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga telah memanfaatkan media sosial sebagai salah satu strategi dalam menyebarkan informasi kepada publik sekaligus se-bagai media yang digunakan untuk membangun citra organisasi. Menurut Brown (2012: 358), mengenali khalayak, mengetahui media sosial yang digunakan, serta mengetahui apa yang diinginkan sebuah komunitas dan menyediakannya, merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh Public Relations (PR) untuk berhasil dalam me-manfaatkan media sosial sebagai media komunikasi PR.

Penelitian ini ingin melihat bagaimana KPK merumuskan dan melaksanakan strategi komunikasi dalam rangka membentuk dan mempertahankan citra menggunakan media sosial. KPK menjadi objek penelitian yang menarik mengingat KPK saat ini adalah salah satu lembaga penegak hukum di Indonesia yang dinilai cukup berhasil dalam mendapatkan kepercayaan publik. Hasil penelitian ini juga akan dapat digunakan sebagai pengetahuan dan masukan bagi lembaga-lembaga anti korupsi di negara lain dalam membentuk citra organisasi melalui media sosial.

Ada beberapa penelitian tentang strategi untuk membentuk citra melalui me-dia sosial. Salah satunya adalah “Strategi Pencitraan Otopeme-dia.com Melalui Meme-dia So-sial Twitter” oleh Yenni Djap (2013). Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa Oto-media.com menggunakan Twitter karena merupakan media sosial yang cukup murah dengan jumlah pengguna yang cukup banyak dan cenderung bertambah pada saat ini. Dengan menggunakan Twitter, Otopedia.com berhasil membangun hubungan yang sangat akrab dengan follower-nya. Otopedia.com dapat membagikan artikel, mem-berikan informasi, menjawab pertanyaan, serta memanfaatkan fitur seperti keyword, trending topic, retweet, dan juga hashtag dalam strateginya. Konten diatur dikeluarkan pada waktu yang tepat dengan susunan kalimat yang baik pula. Isu negatif diatasi dengan direct mention ke akun terkait dan langsung dapat mengklarifikasi saat itu ju-ga.

Penelitian lain berasal dari Muhajir A., Sumberdana A., dan Wendra PS. (2012) dengan judul penelitian “Perkembangan Media Daring dan Jurnalisme Warga”. Penelitian ini membahas tentang perkembangan jurnalisme warga akibat perkem-bangan internet dan media sosial yang makin pesat saat ini. Penelitian yang dilakukan pada masyarakat di Bali tersebut menunjukkan bahwa 84.8% warga Bali adalah pengguna internet. Internet digunakan untuk mengakses media sosial seperti Face-book dan Twitter. Dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa 70.7% warga mengakses internet melalui telepon pintar mereka.

Dari penelitian diatas menunjukkan bahwa media sosial berpengaruh antara lain pada:

1. Perubahan kultur berkomunikasi.

2. Mendorong masyarakat untuk berfikir kritis. 3. Memepercepat komunikasi di dalam masyarakat.

4. Memudahkan dalam pengumpulan informasi. 5. Memudahkan dalam memilah informasi.

Tingginya akses media sosial dalam masyarakat tidak hanya digunakan se-bagai media untuk narsisme, tetapi juga sese-bagai media komunikasi masyarakat. Strategi Komunikasi

Menurut Susanto dan Wijanarko (2004), strategi secara konseptual disusun berdasarkan turunan dari visi, misi, dan tujuan organisasi. Analisa dan penjab-aran dari visi-misi yang dikombinasikan dengan analisa lingkungan strategis akan menghasilkan keputusan mengenai strategi yang akan digunakan oleh organisasi. Strategi komunikasi merupakan perpaduan dari perencanaan komunikasi dan mana-jemen untuk mencapai tujuan. Menurut Cutlip, Center, Broom (2006: 320), secara umum terdapat empat (4) proses dalam pembentukan strategi, yaitu:

1. Mendefinisikan problem atau peluang. Pada proses ini organisasi melakukan analisis situasi. Organisasi melihat dan menyelidiki sikap dan perilaku pihak-pihak yang berhubungan dan bisa terpengaruh dengan kebijakan organisasi. Menurut Kasali (dalam Soemirat dan Ardianto, 2012:91) organisasi bisa menggunakan analisa SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats) untuk mengetahui kondisi organisasi. Biasanya Strengths dan Weak-ness adalah unsur yang berasal dari dalam organisasi. Sedangkan Opportunities dan Threats adalah unsur yang berasal dari lingkungan luar perusahaan. 2. Perencanaan dan Pemrograman. Informasi yang didapat pada langkah pertama

digunakan untuk membuat keputusan-keputusan yang terkait dengan organ-isasi dan publik. Perencanaan strategis adalah pembuatan keputusan untuk mencapai tujuan dan sasaran program. Mengidentifikasi publik kunci, menen-tukan kebijakan untuk memandu pemilihan dan penentuan strategi.

3. Mengambil tindakan dan berkomunikasi. Pada langkah ini adalah proses imple-mentasi program sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan pada langkah dua.

4. Mengevaluasi Program. Langkah keempat ini adalah melakukan penilaian atas implementasi dan hasil dari program. Termasuk juga evaluasi terhadap per-siapan. Penyesuaian tetap dapat dilakukan didasarkan pada feedback bagaima-na program tersebut berjalan.

Keempat langkah diatas tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Langkah-langkah tersebut akan bersifat dinamis dan harus berkelanjutan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam penelitian ini difokuskan pada strategi yang digunakan dalam memben-tuk dan mempertahankan citra organisasi. Menurut Watono (2011) elemen dari

penyusunan strategi komunikasi adalah pesan, contact point, dan marketing commu-nication.Selling idea adalah dasar dari pembentukan pesan yang akan dibuat dimana pesan tersebut dibentuk lebih kongkret, ramah, dan relevan dengan target publik. Ben-tuk pesan komunikasi bisa berupa tagline, lambang, slogan, dan sebagainya. Intinya adalah walaupun pesan disampaikan dengan cara yang berbeda-beda tetapi isi atau makna dari pesan harus sama dan konsisten.

Citra

Citra adalah gambaran tentang objek dipikiran khalayak atau konsumen. (Kriyantono, 2006: 355). Citra dibentuk melalui stimulus seperti kampanye, iklan, event, dan sebagainya. Citra terbentuk karena permainan asosiasi dan simbol.

Citra suatu organisasi atau lembaga dibangun melalui persepsi atau kesan publik kepada organisasi tersebut. Menurut Danasaputra (dalam Soemirat dan Ardian-to, 2012: 114) disebutkan bahwa pembentukan citra juga dipengaruhi oleh efek kognitif dari komunikasi yang dilakukan. Citra terbentuk dari pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima oleh seseorang. Citra digambarkan sebagai persepsi-kognisi-motivasi-sikap.

Di dalam Soemirat dan Ardianto (2012), Frank Jefkins mengemukakan jenis-jenis citra, antara lain adalah sebagai berikut :

1. The mirror image (cerminan citra) yaitu bagaimana organisasi menduga citra organisasinya dilihat oleh khalayak eksternalnya.

2. The current image (citra sesungguhnya) adalah citra yang sedang terdapat pada publik eksternal mengenai organisasi yang bersangkutan.

3. The wish image (citra yang diinginkan) merupakan citra yang diinginkan oleh organisasi tersebut.

4. The multiple image (citra yang berlapis) yaitu sejumlah citra dari individu, kan-tor, atau yang mewakili organisasi lainnya yang dapat membentuk citra tertentu dari sebuah organisasi. Citra yang terbentuk belum tentu sesuai dengan kese-ragaman citra seluruh organisasi.

Media Sosial

Media Sosial adalah media online yang dimanfaatkan sebagai sarana pergaulan sosial di internet. Di media sosial, para penggunanya dapat saling berkomunikasi, berbagi, berinteraksi, networking, dan berbagai kegiatan lainnya. Media sosial mengunakan teknologi berbasis website atau aplikasi yang dapat mengubah suatu komunikasi ke dalam bentuk dialog interaktif. Beberapa contoh media sosial yang ban-yak digunakan adalah YouTube, Facebook, dan Twitter. Twitter sendiri adalah adalah layanan jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan mem-baca pesan berbasis teks hingga 140 karakter yang dikenal dengan sebutan kicauan (tweet). Keunggulan utama twitter dibandingkan dengan media sosial lain yaitu

ke-cepatan dan kekuatan informasi dibalik tampilan sederhananya yang berupa mikrob-log teks 140 karakter. Informasi singkat dan sederhana akan sangat cepat dicerna oleh masyarakat. Twitter juga mempunyai fitur trending sebagai ciri khasnya. Setiap hari

kita bisa melihat trending apa yang sedang ramai diperbincangkan publik. Sejak

di-luncurkan, twitter telah menjadi top sepuluh situs yang paling sering dikunjungi di internet.

Menurut beberapa ahli definisi media sosial adalah suatu media komunikasi dimana pengguna dapat mengisi kontennya secara bersama dan menggunakan teknologi berbasis internet yang berbeda dari media cetak dan media siaran tradision-al. Dimana salah satu tujuannya media sosial adalah sebagai media komunikasi bagi masyarakat.

Berikut ini adalah beberapa tujuan menggunakan media sosial secara umum: 1. Aktualisasi diri.

2. Membentuk komunitas. 3. Menjalin hubungan pribadi. 4. Media Pemasaran.

Jurnalisme Warga

Istilah citizen journalis atau jurnalisme warga kini sudah sangat akrab di telin-ga masyarakat, terlebih pada masyarakat pengguna internet. Istilah jurnalisme wartelin-ga ini muncul ketika masyarakat yang tidak berasal dari kalangan “jurnalis profesional” mulai mengumpulkan, menganalisa dan menyediakan berita ataupun menerbitkan beritanya sendiri. Perkembangan internet saat ini mendorong masyarakat non jurnalis untuk mempublikasikan berita atau artikel mereka melalui media baru. Menurut John Hiler (Nieman Report, 2005, p. 9) dalam artikelnya yang berjudul “Blogosphere: The Emerging Media Ecosystem” mengenai konsep media ecosystem yang menjelaskan mengenai adanya hubungan baik antara jurnalisme warga dan media tradisional. Pros-es ini terjadi saat masyarakat internet mendiskusikan dan mengembangkan berita yang diproduksi oleh media tradisional, dimana di dalamnya terdapat aktifitas citizen jour-nalism, grassroots reporting, laporan saksi mata, komentar, analisis, aktifitas watch-dog, pengecekan fakta, termasuk menjalankan peran sebagai sumber berita dan pem-beri ide pem-berita.

Strategi Komunikasi

Secara konseptual Strategi komunikasi disusun berdasarkan turunan dari visi, misi, dan tujuan organisasi KPK. Visi KPK adalah adalah bersama elemen bangsa, mewujudkan Indonesia yang bersih dari korupsi. Sedangkan misi KPK adalah mening-katkan efisiensi dan efektivitas penegakan hukum dan menurunkan tingkat korupsi di Indonesia melalui koordinasi, supervisi, monitor, pencegahan, dan penindakan

disusunlah strategi komunikasi lembaga. Proses penyusunan strategi dilakukan oleh tim Biro Hubungan Masyarakat KPK (Humas KPK) dengan melalui 4 tahap proses, yaitu:

Mendefinisikan Problem dan Peluang

Langkah awal dalam proses pembentukan strategi komunikasi yaitu dengan mendefinisikan problem dan peluang. Problem dan peluang di sini didapatkan dengan cara riset dan juga focus group discussion yang terencana. Riset awal ini sangat penting guna mendeskripsikan dan memahami situasi serta untuk mengetahui kondisi publik saat ini. Salah satu tujuan komunikasi eksternal KPK kepada publik adalah berusaha untuk membentuk citra positif organisasi sebagai lembaga yang dekat dengan masyarakat. Strategi komunikasi menggunakan twitter menjadi salah satu pilihan me-dia yang dipilih dan dinilai akan sangat baik dalam upaya mendekatkan informasi dari lembaga KPK langsung kepada masyarakat. Untuk mendefinisikan hal ini digunakan analisa SWOT (Strenth, Weakness, Oppurtunity, and Threat). Salah satu kekuatan atau strength yang diperoleh dengan digunakannya media sosial Twitter@KPK_RI adalah akun tersebut bisa menjadi salah satu sumber informasi langsung dan ter-percaya terkait lembaga KPK. Media sosial melalui Twitter juga dinilai mempunyai pola interaksi yang santai dengan khalayaknya yang dapat digunakan untuk mengajak masyarakat lebih berani dalam berbagi informasi. Sedangkan weakness atau kelema-han Twitter@KPK_RI pada saat ini adalah kecepatan respon akibat beberapa permasa-lahan klasik terkait kurangnya admin twitter. Oportunity yang dimiliki oleh KPK dengan hadir dan semakin berkembangan media sosial dalam masyarakat saat ini maka diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya ikut serta dalam agenda pember-antasan korupsi semakin baik. Namun jangan diabaikan juga bahwa terdapat ancaman atau threat yang terjadi dengan cepatnya arus informasi melalui media sosial bisa men-jadi bumerang tersendiri bagi warga, karena masyarakat harus cerdas dalam memilah informasi. Humas KPK mendorong Twitter@KPK_RIuntuk menjadi media informasi terpercaya yaitu tempat warga mencari informasi dan berbagi informasi termasuk kon-firmasi mengenai isu-isu pemberantas korupsi yang beredar di masyarakat.

Perencanaan dan Pemrograman

Tahap kedua dari proses penyusunan strategi yaitu perencanaan dan pem-rograman. Dalam tahap perencanaan, melibatkan pembuatan keputusan menganai sasaran program, identifikasi publik (oponent, proponent, netral), menentukan ke-bijakan, dan menentukan strategi yang digunakan (Cutlip, Center, Broom, 2012. 356). Misi utama dipilihnya media sosial twitter oleh organisasi adalah kemudahan media ini dimana warga dapat dengan leluasa menerima dan sekaligus berbagi informasi dan pendapat. Publik kunci atau target audience yang menjadi sasaran yaitu masyarakat Indonesia yang aktif dan menggunakan media sosial, terutama media sosial Twitter.

Dalam tahap ini, tim Humas KPK menyusun dan menentukan target audience, brand soul dan selling idea. Di mana ketiga elemen penyusunan strategi ini saling berkaitan satu sama lain. Target audience merupakan khalayak yang menjadi sasaran Twit-ter@KPK_RI. Selanjutnya setelah menemukan khalayak dan mengetahui karakteristik khalayak yang dituju, dari situ tim Humas KPK menentukan brand soul atau ciri khas yang akan ditonjolkan pada Twitter@KPK_RI. Sellingidea sendiri adalah jembatan yang menghubungkan antara target audience dan brandsoul ini. Keberpihakan Twit-ter@KPK_RIterhadap publik harus selalu ditunjukkan melalui tweet-tweetnya. Topik bahasan dalam Twitter@KPK_RI merupakan hal-hal terkait dengan tindak pidana korupsi dan yang terjadi di sekitar masyarakat. Sellingidea di sini yaitu melalui pengambilan topik bahasan yang ringan dan akrab dengan publik. Informasi pencega-han tindak pidana korupsi seperti pelaporan LHKPN dan Pelaporan Gratifikasi akan menjadi bagian materi twitt disamping informasi update terkait penganan kasus-kasus yang sedang ditangani KPK saat ini. Termasuk juga perencanaan dan pemrograman terkait tagline, desain logo, pemilihan kalimat, penggunaan hashtag, dan termasuk isi profil Twitter@KPK_RI.

Mengambil Tindakan dan Berkomunikasi

Tahap selanjutnya yaitu mengambil tindakan dan berkomunikasi. Dalam tahap ini, tim eksekusi yaitu tim Humas KPK yang telah ditunjuk akan menerapkan strategi dan taktik yang telah disusun, melalui tindakan dan komunikasi. Pola komunikasi yang diterapkan Twitter@KPK_RI dibuat dengan mengajak seluruh follower untuk aktif dengan bertanya, memberikan komentar, dan seterusnya melalui Twitter@KPK_RI. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kalimat-kalimat ajakan ataupun pertanyaan-pertanyaan ringan yang dapat memancing respon followers-nya.Selain itu, pemilihan kata dalam tweet menggunakan kata dan kalimat sederhana yang mudah untuk dipa-hami followers-nya. Twitter@KPK_RIjuga menuangkan strategi komunikasinya me-lalui Tagline dan Hashtag atau tagar dalam Twitter. Tagline seperti “jujurituhebat”, “antikorupsi”, “tanyakpk”, dan seterusnya sering disebutkan baik dalam media on-line

maupun dalam kegiatan off-line KPK. Tagline ini juga merupakan kampanye yang diga-lakkan oleh KPK agar warga tertarik untuk memproduksi berita.

Mengevaluasi Program

Dalam tahap ini evaluasi program, program-program yang telah disusun dan dilaksanakan dievaluasi untuk melihat hasil dari program tersebut. Evaluasi dari pro-gram- dilakukan pada semua level dari persiapan, implementasi, dan juga dampak dari program yang telah berjalan. Evaluasi persiapan dilakukan untuk menilai kualitas dan kecukupan pada tahap pengumpulan informasi dan perencanaan strategis. Evaluasi pada tahap implementasi atau tindakan dilakukan untuk melihat kecukupan taktik yang dipilih. Hal tersebut salah satunya dapat dilihat dari jumlah orang yang

memper-hatikan dan ikut serta dalam aktivitas.

Penutup

Citra organisasi bagi lembaga publik yang bekerja untuk pemberantasan korupsi seperti KPK adalah sangat penting. Persepsi positif dan kepercayaan publik masyarakat adalah kunci sukses pemberantasan korupsi. Di KPK, visi dan misi lembaga menjadi dasar untuk menentukan Strategi Komunikasi. Dalam proses penyusunan Strategi Komunikasi, KPK melaksanakan melalui empat (empat) tahapan proses yaitu: mendifinisikan problem dan peluang, perencanaan dan pemprograman, mengambil tindakan dan berkomunikasi, dan evaluasi program.

Sesuai dengan visi dan misi KPK dimana pemberantasan korupsi harus dapat melibatkan seluruh elemen bangsa dan peran serta masyarakat, maka salah satu media

komunikasi yang dimanfaatkan adalah melalui media sosial Twitter. Keunggulan

uta-ma twitter dibandingkan dengan media sosial lain yaitu kecepatan dan kekuatan infor-masi twitter dibalik tampilan sederhananya yang hanya berupa mikroblog teks 140 karakter. Informasi singkat dan sederhana ini sangat cepat dicerna oleh masyarakat. Twitter juga mempunyai fitur trending sebagai ciri khasnya. Setiap hari kita bisa melihat trending apa yang sedang ramai diperbincangkan publik. Keunggulan lain ada-lah pengguna twitter juga dengan sangat mudah dapat memberikan pendapatnya (tweet) terkait topik-topik yang sedang trending. Topik pemberantasan korupsi yang sedang menjadi trending di dalam masyarakat tersebut adalah salah satu bentuk pem-belajaran yang berharga dan efektif dalam masyarakat. Dan menariknya lagi, trending topik ini bisa diatur sesuai dengan negara masing-masing. Informasi yang disampaikan dengan tegas, lugas, transparan melalui twitter, ditambah dengan komunikasi yang

terjalin dengan baik antara admin dengan follower-nya memberikan kepercayaan

pub-lik yang besar kepada organisasi sekaligus meningkatkan citra organisasi yang ber-integritas.

DAFTAR PUSTAKA

Cutlip, S. M., Center, A. H., & Broom, G. M. (2006). Effective Public Relations (9 ed.).

(T. Wibowo, Trans.). Jakarta: Prenada Media Group.

Safko, L. (2012). The Social Media Bible. Hoboken: John Wiley & Sons Ltd.

Kriyanto, R. (2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi (6.ed.). Jakarta: Prenada Media Group.

Diggs-Brown, B. (2012). Strategic Public Relations: An Audience-Focused Approach

Susanto, A.B., & Wijanarko, H. (2004). Power Branding: Membangun Merk Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Jakarta: PT Mizan Publika.

Watono, M.C., & Watono, A.A. (2011). IMC That Sells (1st ed.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Soemirat, S., & Ardianto, E. (2012). Dasar-dasar Publik Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dominic, J.R. (1996). The Dynamic of Mass Communication (5. Ed.). McGrow-Hill.

Muhajir, A., Sumberdana, A., Wendra, P. (2012) Perkembangan Media Daring dan Jurnalisme Warga. Warga Bicara Media: Sepuluh Cerita, 14-26.

Sendjaya, S.D. (2005) Paradigma Baru Pendidikan Ilmu Komunikasi di Indonesia. Komunika: Warta Ilmiah Populer Komunikasi dalam Pembangunan, volume 8.

Djab, Y. (2013, Desember 16). Strategi Pencitraan Otopedia.com Melalui Media Sosial Twitter. Diakses dari library.binus.ac.id: http://library.binus.ac.id/

PELAYANAN PUBLIK BERBASIS TEKNOLOGI

Dalam dokumen GAGASAN KOMUNIKASI UNTUK NEGERI (Halaman 165-174)